Peristiwa-peristiwa traumatik seperti bencana alam tsunami, gempa bumi, lumpur lapindo merupakan
hal yang dialami oleh bangsa kita. Karena peristiwa itu banyak orang yang kehilangan pekerjaan, harta
benda, keluarga bahkan nyawa. Dampak kehilangan-kehilangan tersebut sangat mempengaruhi persepsi
individu akan kemampuan dirinya, yang berakibat mengganggu harga diri seseorang.
Modul ini berisi tentang asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah baik dengan
menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok.
A. KOMPETENSI
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa akan mampu :
B. KONSEP DASAR
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau harapan langsung
menghasilkan perasaan bahagia. (Budi Ana Keliat, 1998).
Menurut NANDA
• Self-esteem:chronic low : evaluasi diri/ perasaan yang negatif tentang diri atau kemampuan diri yang
berkepanjangan.
• Self-esteem:situational low: perkembangan persepsi negatif dari harga diri sebagai respon dari situasi
khusus (spesifik)
• Self-esteem:situational low,risk: resiko berkembanganya persepsi negatif harga diri sebagai respon
dari situasi khusus(spesifik)
<-----|-------------------|-------------------|-------------------|-----------------|----------->
Aktualisasi diri
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan.
Kerancunan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa dewasa, sifat kepribadian yang
bertentangan,perasaan hampa dan lain – lain.
Dipersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu dan sedih karena orang lain
Sedangkan menurut Struart & Sundden (1998) perilaku klien HDR ditunjukkan tanda – tanda sebagai
berikut :
Produktivitas menurun.
Rasa bersalah.
Keluhan fisik.
Penyalahgunaan obat.
Khawatir.
FAKTOR PENYEBAB
Teori penyebab
Situasional
Yang terjadi trauma secara tiba – tiba misalnya pasca operasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah,
kematian anggota keluarga, perasaan malu karena terjadi (korban perkosaan, dipenjara, dituduh KKN).
1. Privacy yang kurang diperhatikan, misal pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang
tidak spontan (mencukur pubis, pemasangan kateter).
2. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tecapai karena dirawat atau sakit atau
penyakitnya, kecacatan.
3. Sikap petugas kesehatan yang tidak menghargai, misal berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa
penjelasan berbagai tindakan tanpa pemeriksaan.
Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini
mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian sakit yang dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya.
Menurut Ericson, masa balita adalah kemandirian yang ragu dan malu anak belajar mengendalikan diri
dan kepercayaan diri, sebabnya bila banyak dikendalikan dari luar maka akan timbul bibit keraguan dan
rasa malu yang berlebihan.
Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistic.
Tergantung pada orang tua dan ideal diri yang tidak realistic. Misalnya ; orang tua tidak percaya pada
anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah
Faktor Presipitasi
Ketegangan peran
Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau posisi, misalnya: menjadi
direktur perusahaan besar.
Konflik peran
Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan, seseorang dengan cita-cita menjadi pengacara,
akhirnya bekerja di perusahaan garment.
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran. Seseorang yang bekerja sebagai manager, akan tetapi
tidak mengetahui job description nya.
Menampilkan seperangkat peran yang kompleks. Contoh: seorang dokter wanita, menjadi pengajar,
menjadi ibu rumah tangga dan menjadi anggota legislatif.
Perkembangn transisi
Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri. Seorang bersuku Batak pindah ke daerah
Jawa.
Kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, fungsi, penampilan, prosedur pengobatan dan perawatan.
Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit. Misalnya malu
dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti
kanker.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke RS menyalahkan dan mengejek
diri sendiri.
Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang bodoh dan tidak
tahu apa – apa.
Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu orang lain, lebih suka
menyendiri.
Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin memilih alternatif tindakan.
Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram mungin klien ingin mengakhiri
kehidupan.
B. PENGKAJIAN
• Penurunan produktifitas
Selain data diatas, kita dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah, terlihat
dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan kurang, kontak mata
tidak ada/kurang dengan lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara
lemah.
POHON MASALAH
^ ^ ^
| | |
regimen terapeutik ^
^ |
DS :
menegatifkan diri.
sebagaimana mestinya.
DO :
- Menarik diri.
DS : Ungkapan peranannya saat ini yang tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
DO : - Adanya keluhan fisik.
jawab.
DS : - Klien menjawab
- Mengungkapkan keputusan.
- Menyatakan secara tidak ada cara untuk memproleh hubungan dengan orang lain.
- Kurang berenergi.
- Marah.
5.Kerusakan komunikasi
DO :- Menolak berkomunikasi
DO :- Pasif
DS : - Klien mengatakan mendengar suara, melihat sesuatu, mengucap rasa, sesuatu, mencium bau yang
nyata.
DS : - Klien mengatakan malas untuk beraktifitas mandi, makan ganti pakaian dll.
DO :
DS : - Mengatakan mendengar suara yang negatif tentang orang lain, ancaman, ejekan.
DO :
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan
melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai
berikut:
Resiko tinggi perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
Resiko tinggi mencederai diri sendiri orang lain akan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah adalah menetapkan
beberapa tindakan keperawatan.
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
b. Tindakan keperawatan :
• Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan
pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan
terdekat pasien.
• Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang
negatif.
• Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini.
• Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan
pasien.
• Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
• Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan
yang akan pasien lakukan sehari-hari.
• Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana kegiatan
yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
• Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal berikut :
• Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
• Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
• Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan
yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian
Orientasi :
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang Nn.W miliki dan aktifitas yang Nn.W
pernah lakukan?Setelah itu kita akan menilai kegiatan mana yang masih dapat Nn.W dilakukan di rumah
sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latihkan”
”Sebaiknya dimana kita duduk ? bagaimana kalau di taman ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 15 menit ?
Kerja :
” Nn.W, menurut Nn.W apa saja kemampuan yang anda miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya!
Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Nn.W lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada 4 kemampuan dan kegiatan yang
Nn.W miliki “.
” Dari 4 kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita
lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 4 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus
sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba Nn. W pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang nomor
satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat
tidur sendiri”. Mari kita lihat tempat tidur Nn.W. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus !
Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita
mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut,
nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
”Nn.W sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan
sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba Nn.W lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau Nn.W lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Nn.W setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ? Yach,
Nn.W ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya,
merapihkan tempat tidur, yang sudah Nn.W praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat
dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Maunya Nn.W berapa kali sehari merapihkan tempat
tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Nn.W masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu
dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan
latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”
kemampuan pasien.
Orientasi :
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
Kerja :
“ Sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk
membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., Nn.W bisa
menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk
membuang sisa-makanan.
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Nn.W ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran
yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Nn.W bersihkan piring tersebut dengan
menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas
dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu Nn.W bisa
mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
“Bagus sekali, Nn.W dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
Terminasi :
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
Nn.W. Mau berapa kali Nn.W mencuci piring? Bagus sekali Nn.W mencuci piring tiga kali setelah
makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring.
Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan
yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.
a. Tujuan :
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian
b. Tindakan keperawatan :
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah,
menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan
memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat
Orientasi :
“Assalammu’alaikum !”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Nn.W? Berapa lama waktu Bp/Ibu?
30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
Kerja :
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Nn.W itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering menyalahkan
dirinya sendiri. Misalnya pada Nn.W, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang
paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang
ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Nn.W
ini terus menerus seperti itu, Nn.W bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya Nn.W jadi
malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah Nn.W dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk Nn.W”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Nn.W? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang sama(kalau
sama dengan kemampuan yang dikatakan Nn.W)
” Nn.W itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah dibuat
jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Nn.W untuk melakukan kegiatan
tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan
pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila Nn.W sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu memantau
perkembangan Nn.W. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu
dapat membawa Nn.W ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada Nn.W”
”Temui Nn.W dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang mengatakan:
Bagus sekali Nn.W, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
Terminasi :
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi Nn.W dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan
seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian langsung
kepada Nn.W”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri
rendah langsung kepada pasien
Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari dua hari yang lalu?”
”Waktunya 20 menit”.
Kerja:
”Hari ini saya datang bersama orang tua Nn.W. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, orang tua
Nn.W juga ingin merawat Nn.W agar Nn.W cepat pulih.”
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu,
yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan
pada pertemuan sebelumnya).
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua Nn.W ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
Terminasi:
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Nn.W »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara merawat
yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu »
« Assalamu’alaikum »
Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
”Karena hari ini Nn.W sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Tselama di rumah”
Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Nn.W selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua dapat
dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama Nn.W dirawat dirumah sakit tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Nn.W selama di
rumah. Misalnya kalau Nn.W terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap
diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini
terjadi segera hubungi perawat K di puskemas X, Puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor
telepon puskesmasnya: (0342) 562xxx
”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan Nn.W selama di rumah
Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Nn.W untuk dibawa pulang. Ini
surat rujukan untuk perawat K di PKM X. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala
yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
E. EVALUASI
+
Ruangan: ..................................
Nama Perawat:..........................
Petunjuk pengisisan:
1. Berilah tanda (V) jika pasien mampu melakuykan kemampuan dibawah ini
A Pasien
B Keluarga
2 Menyebutkan tiga cara merawat pasien harga diri rendah (memberikan pujian, menyediakan fasilitas
untuk pasien, dan melatih pasien melakukan kemampuan)
2. Kemampuan perawat
Ruangan: .................................
Nama Perawat:..........................
Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja (No
04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No
Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
SP I p
3 Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
Nilai SP I p
SP II p
Nilai SP II p
B Keluarga
SP I k
Nilai SP I k
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah
Nilai SP II k
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP III k
Total nilai: SP p + SP k
Rata-rata
dibuat.
Latihan 4 : Dokumentasikan hasil pengkajian saudara pada pasien dengan masalah Harga diri rendah
menggunakan format yang sudah disediakan
Coba saudara dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien harga diri rendah
menggunakan format yang sudah disediakan
c. Konsep diri
- Gambaran diri
- Ideal diri
- Harga diri
- Identitas
- Peran
Jelaskan :...........................................................................
Masalah keperawatan :......................................................
d. Alam perasaan
Jelaskan :………………………………….
Jelaskan :…………………………………….
f. Penampilan :
Jelaskan :…………………………………..
Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan melaksanakan pertemuan
keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar. Lebih rinci panduan pertemuan
keluarga ini dapat dilihat di modul lain. Demikian juga dengan format evaluasi untuk pasien dan perawat
akan ditampilkan di modul khusus yang membahas pertemuan keluarga.
Sedangkan berdasarkan NIC NOC
• Depression level
• Personal autonomy
• Quality of life
• Self-esteem
• Counseling
• Emotional support
• Self-esteem enhancement
• Socialization enhancement
SELF-ESTEEM:SITUATIONAL LOW
NOC
• Adaptation to physical disability
• Grief resolution
• Self- esteem
NIC
• Assertiveness training
• Coping enhancement
• Decision-making support
• Role enhancement
• Self-esteem enhancement
• Socialization enhancement
SELF-ESTEEM:SITUATIONAL LOW,RISK:
NOC:
• Body image
• Child development:adolescence
• coping
• Grief resolution
• Neglect recovery
• Risk detection
• Role performance
• Self-esteem
NIC
• Childbirth preparation
• Counseling
• Emotional support
• Mood management
• Self-esteem enhancement
• Support group
• Therapy group
• Weight management
Berikut ini adalah kriteria hasil dari intervensi yang dapat dilakukan untuk NIC Self-esteem enhancement
:
5. Mendekripsikan diri
Berikut ini adalah intervensi yang dapat dilakukan untuk NIC Self-esteem enhancement :
• Bantu pasien mengidentifikasi efek signifikan budaya, kepercayaan, ras, gender dan usia thd harga diri
• Instruksikan ortu pentingnya ketertarikan dan dukungan thd perkembangan konsep diri positif anak.
• Instruksikan ortu thd setting harapan dan mendefinisikan batasan anak.
Setelah mengikuti materi tersebut, untuk mengevaluasi kemampuan Anda, silahkan mengerjakan
umpan balik berikut ini :
Soal kasus :
Dari kasus di bawah ini, buatlah DS,DO, Analisa dan masalah keperawatannya !
Nn.A dibawa keluarganya ke RS, krn sdh > seminggu mengurung diri di kamar, tdk mau bicara dg
keluarga ataupun tetangga. Selama di RS, dia selalu duduk di pojokan ruangan tanpa berbicara dengan
pasien lain., Kadang terlihat seperti berbicara dengan orang lain, ketika dilakukan pengkajian pada ibu
klien, ibu klien mengatakan anaknya pernah memukuli adiknya, ketika dikaji pada klien, klien
mengatakan ada suara yang menyuruh klien untuk memukuli adiknya. Setelah terbina hubungan saling
percaya klien menceritakan bahwa dia pernah gagal menikah dengan kekasihnya karena keluarga
kekasihnya tidak menyetujui hubungan mereka, karena Nn.A tidak bekerja, tidak memiliki penghasilan,
akhirnya dia memilih untuk mengurung diri dalam kamar dan merasa malu dengan tetangga karena
gagal menikah. Pada saat bercerita klien terlihat sedih dan berkaca-kaca, wajahnya lebih banyak
menunduk dan kontak mata dengan perwat kurang.
Soal Choice
1. Berikut ini adalah urutan yang benar tentang respon konsep diri dari adaptif ke mal adaptif.....
a. Aktualisasi diri - Konsep diri positif - Harga diri rendah - Kerancunan identitas – Dipersonalisasi
c. Aktualisasi diri - Konsep diri positif - Kerancunan identitas – Harga diri rendah - Dipersonalisasi
d. Aktualisasi diri - Konsep diri positif identitas – Harga diri rendah - Dipersonalisasi- Kerancunan
e. BSSD
2. Berikut ini merupakan faktor presipitasi dari pasien dengan harga diri rendah
1. Ketegangan peran
2. Konflik peran
4. Perkembangan transisi
c. Merendahkan martabat
e. Sad mood
4. Dari pengkajian yang ditemukan pada klien dengan harga diri rendah adalah...
5. Untuk masalah keperawatan sel esteem:chronic low, nursing outcome berdasarkan NOC adalah....
Depression level
Personal autonomy
Quality of life
Self-esteem
http://wwws1keperawatan.blogspot.co.id/2010/08/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html