Anda di halaman 1dari 16

PRINSIP-PRINSIP PARTICIPATION ACTION RESEARCH (PAR)

Di tulis guna memenuhi tugas mata kuliah


PARTICIPATORY ACTION RESEARCH (PAR)
Dosen Pengampu: Drs. Ali Fauzi, M. Pd.

Nama Kelompok :
1. Arisetya Eka Wahyuni (182501214)
2. M. Faizul Qornain (182501254)
3. Siti Indah Koni’ah (182501054)
4. Siti Nurjanah (182501201)
5. Veri Andriyani (182501156)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Prinsip-
prinsip Partisipation Action Research (PAR) dengan tepat waktu. Dan semoga sholawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW.
Kami mengakui bahwa kami hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna
begitu pula dengan makalah ini. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna
dalam penulisan makalah ini. Kami melakukan semaksimal mungkin dan dengan kemampuan
yang kami miliki.
Dengan menyelesaikan makalah ini kami berharap makalah tentang Prinsip-
prinsip Partisipation Action Research (PAR) ini bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga
dengan adanya makalah ini dapat membantu kita dalam memahami dan mengamalkannya
dalam penelitian demi kesejahteraan masyarakat.

Tuban, 20 Februari 2021

Penyusun.

ii
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................................................. i
Kata Pengantar .............................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dasar Tentang PAR ........................................................................................ 3
B. Prinsip-prinsip PAR .......................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................................. 12
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Participation Action Research (PAR) adalah suatu cara membangun jembatan untuk
menghubungkan orang. Jenis penelitian ini adalah suatu proses pencarian pengembangan
pengetahuan praktis dalam memahami kondisi sosial, politik, lingkungan, atau ekonomi. PAR
(Participation Action Research) adalah suatu metoda penelitian dan pengembangan secara
partisipasi yang mengakui hubungan sosial dan nilai realitas pengalaman, pikiran dan
perasaan kita. Penelitian ini mencari sesuatu untuk menghubungkan proses penelitian ke
dalam proses perubahan sosial. Penelitian ini mengakui bahwa poses perubahan adalah
sebuah topik yang dapat diteliti. Penelitiain ini membawa proses penelitian dalam lingkaran
kepentingan orang dan menemukan solusi praktis bagi masalah bersama dan isu-isu yang
memerlukan aksi dan refleksi bersama, dan memberikan kontribusi bagi teori praktis.

PAR (Participation Action Research) melibatkan pelaksanaan penelitian untuk


mendefinisikan sebuah masalah maupun menerapkan informasi ke dalam aksi sebagai solusi
atas masalah yang telah terdefinisi. PAR (Participation Action Research) adalah
“penelitian oleh, dengan, dan untuk orang” bukan “penelitian terhadap orang”. PAR
(Participation Action Research) adalah partisipatif dalam arti bahwa ia sebuah kondisi yang
diperlukan dimana orang memainkan peran kunci di dalamnya dan memiliki informasi yang
relevan tentang sistem sosial (komunias) yang tengah berada di bawah pengkajian, dan
bahwa mereka berpartisipasi dalam rancangan dan implementasi rencana aksi itu didasarkan
pada hasil penelitian. PAR (Participation Action Research) dikenal dengan banyak nama,
termasuk partisipation research, action research, collaborative inquiry, collaborative action
research, emancipatory research, action learning, contextual action research; semuanya itu
hanyalah variasi dalam tema yang sama.[1]

PAR(Participation Action Research) adalah ‟seni‟ membangun jembatan mencapai


pemahaman yang saling menguntungkan, menghubungkan orang, gagasan, dan sumber,
membangun hubungan melalui itu kita dapat menciptakan landasan yang kokoh antara
perorangan dan komunitas, bekerja menuju solusi yang saling menguntungkan atas masalah
bersama, dan belajar bagaimana untuk maju menyongsong masa dengan tana harus

1 http://lingkarlsm.com/participatory-action-research-par/ diakses hari Minggu 08/01/17 jam 07: 18 PM

1
membuat „roda‟, sambil melewati bermunculannya kembali kendala, secara esensial meraih
suatu tingkat kesadaran yang tinggi dari mana kita menjadi berdaya untuk memcahkan
masalah-masalah.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan membatasi pembahasan didalam hal berikut:

1. Pengertian dasar tentang Partisipation Action Research (PAR)

2. Prinsip-prinsip kerja Partisipation Action Research (PAR)

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengertian dasar tentang Partisipation Action Research (PAR)

2. Untuk mengetaui Prinsip-prinsip kerja Partisipation Action Research (PAR)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DASAR TENTANG PARTISIPATION ACTION RESEARCH (PAR)


Participatory Research atau penelitian partisipatori adalah kombinasi penelitian social,
kerja pendidikan, dan aksi politik menggunakan konsep penelitian partisipatif dalam
konteks metodologi materialis historis, yang didefenisikan oleh Kasam sebagai penelitian
yang disusun melalui interaksi demokratis antara peneliti dan kelas rakyat yang tertindas
dan mengambil bentuk unifikasi dialektis teori dan praktek secara resiprokal antara
peneliti dan kelas tertindas.[2]
Pada awalnya dikembangkan oleh seorang psikolog bernama Kurt Lewin di awal
hingga pertengahan 1900an. Freire kemudian mengembangkan PAR sebagai kritik atas
model pendidikan tradisional dimana guru berdiri di depan dan memberikan
informasi kemurid sebagai penerima pasif. PAR ini juga merupakan kritikan terhadap
penelitian yang lazimnya dilakukan oleh universitas maupun pemerintah dimana para ahli
datang pada komunitas dan mempelajari subjek penelitian kemudian pergi membawa data
untuk ditulis dalam laporan maupun tulisan.
Sebagai suatu metode riset dan aksi, PAR memiliki kelebihan antara lain sebagai
berikut:
1. Adanya keterlibatan masyarakat atau masyarakat sebagai subjek. Orang tertindas
dalam posisinya sebagai pencipta pengetahuan dalam proses transformasi diri
mereka sendiri.
2. PAR sebenarnya tidak hanya riset yang mengharapkan ada aksi sebagai tindak
lanjut dari riset. Tapi kemudian ada riset kembali dari seluruh peserta, dan ada aksi
kembali.
3. PAR didesign untuk isu yang spesifik yang dihadapi oleh komunitas dan mampu
menyelesaikan masalah dalam komunitas tersebut. Problem solving approach.
4. PAR menciptakan metode tanpa kekerasan dan demokratis bagi transformasi
ekonomi,politik, ideologis, dan kultural.

2 Fakih, Mansour, Jalan Lain. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Insist Press, 2002), 52.

3
B. PRINSIP-PRINSIP PARTISIPATION ACTION RESEARCH (PAR)
Terdapat 16 prinsip kerja Partisipation Action Research (PAR) yang menjadi karakter
utama dalam implementasi kerja PAR bersama komunitas. Adapun 16 prinsip kerja
tersebut menurut Agus Affandi adalah terurai sebagai berikut:
1. Sebuah praktek untuk meningkatkan dan meperbaiki kehidupan sosial dan praktek-
prakteknya, dengan cara merubahnya dan melakukan refleksi dari akibat
perubahan-perubahan itu untuk melakukan aksi lebih lanjut secara
berkesinambungan.
2. Secara kesuluruhan merupakan partisipasi yang murni (autentik) membentuk
sebuah siklus (lingkaran) yang berkesinambungan dimulai dari: analisa social,
rencana aksi, aksi, evaluasi, refleksi (teoritik pengalaman) dan kemudian analisis
sosial kembali begitu seterusnya mengikuti proses siklus lagi. Proses dapat dimulai
dengan cara yang berbeda.
3. Kerjasama untuk melakukan perubahan: melibatkan semua pihak yang memiliki
tanggung jawab (stakeholder) atas perubahan dalam upaya-upaya untuk
meningkatkan kemampuan mereka dan secara terus-menerus memperluas dan
memperbanyak kelompok kerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam
persoalan yang digarap.
4. Melakukan upaya penyadaran terhadap komunitas tentang situasi dan kondisi yang
sedang mereka alami melalui pelibatan mereka dalam berpartisipasi dan
bekerjasama padasemua proses research, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan refleksi. Proses penyadaran ditentukan pada pengungkapan relasi
sosial yang ada di masyarakat yang bersifat mendominasi, membelenggu, dan
menindas
5. Suatu proses untuk membangun pemahaman situasi dan kondisi social secara kritis
yaitu, upaya menciptakan pemahaman bersama terhadap situasi dan kondisi yang
ada di masyarakat secara partisipatif menggunakan nalar yang cerdas dalam
mendiskusikan tindakan mereka dalam upaya untuk melakukan perubahan social
yang cukup signifikan.
6. Merupakan proses yang melibatkan sebanyak mungkin orang dalam teoritisasi
kehidupan social mereka. Dalam hal ini masyarakat dipandang lebih tahu terhadap
persoalan dan pengalaman yang mereka hadapi untuk pendapat-pendapat mereka
harus dihargai dan solusi-solusi sedapat mungkin harus diambil dari mereka sendiri
berdasarkan pengalaman mereka sendiri.

4
7. Menempatkan pengalaman, gagasan, pandangan dan asumsi sosial individu
maupun kelompok untuk diuji. Apapun pengalaman, gagasan, pandangan dan
asumsi tentang institusi-institusi social yang dimiliki oleh individu maupun
kelompok dalam masyarakat harus siap sedia untuk dapat diuji dan dibuktikan
keakuratan dan kebenarannya bedasarkan fakta-fakta,bukti-bukti dan keterangan-
keterangan yang diperoleh di dalam masyarakat itu sendiri.
8. Mensyaratkan dibuat rekaman proses secara cermat. Semua yang terjadi dalam
proses analisa sosial, harus direkam dengan berbagai alat rekam yang ada atau
yang tersedia untuk kemudian hasil rekam-rekam itu dikelola dan diramu
sedemikian rupa sehingga mampu mendapatkan data tentang pendapat, penilaian,
reaksi dan kesan individu maupun kelompok sosial dalam masyarakat terhadap
persoalan yang sedang terjadi secara akurat, untuk selanjutnya analisa kritis yang
cermat dapat dilakukan terhadapnya.
9. Semua orang harus menjadikan pengalamannya sebagai objek riset. Semua
individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat didorong untuk
mengembangkan dan meningkatkan praktek-praktek sosial mereka sendiri
bedasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang telah dikaji secara kritis.
10. Merupakan proses politik dalam arti luas.diakui bahwa riset aksi ditujukan
terutama untuk melakukan perubahan sosial di masyarakat. Karena itu mau tidak
mau hal ini akan mengancam eksistensi individu maupun kelompok masyarakat
yang saat itu sedang memperolah kenikmatan dalam situasi yang membelenggu,
menindas, dan penuh dominasi. Agen perubahan sosial harus mampu menghadapi
dan meyakinkan mereka secara bijak, bahwa perubahan sosial yang akan
diupayakan bersama adalah demi kepentingan mereka sendiri di masa yang akan
datang.
11. Mensyaratkan adanya analisa relasi sosial secara kritis. Melibatkan dan
memperbayak kelompok kerjasama secara partisipatif dalam mengurai dan
mengungkap pengalaman-pengalaman mereka dalam berkomunikasi, membuat
keputusan dan menemukan solusi, dalam upaya menciptakan kesefahaman yang
lebih baik, lebih adil, dan lebih rasionak terhadap persoalan –persoalan yang
sedang terjadi di masyarakat, sehingga relasi sosial yang ada dapat diubah menjadi
relasi sosial yang lebih adil, tanpa dominasi, dan tanpa belengggu.
12. Memulai isu-isu kecil dan mengkaitkan dengan relasi-relasi yang lebih luas.
Penelitian sosial berbasis PAR harus memulain penyelidikannya terhadap sesuatu

5
persoalan yang kecil untuk melakukan perubahan terhadapnya betapapun kecilnya,
untuk selanjutnya melakukan penyelidikan terhadapsuatu persoalan berskala yang
lebih besar dengan melakukan perubahan yang lebih besar pula dan seterusnya.
Kemampuan dalam meneliti dan melakukan perubahan dalam suatu persoalan
betapapun kecilnya merupakan indicator kemampuan awal seorang fasilitator
dalam menyelesaikan persoalan yang lebih besar.
13. Memulai dengan siklus proses yang kecil. (analisa sosial, rencana aksi, aksi,
evaluasi, refleksi, analisa sosial, dst.). melalui kajian yang cermat dan akurat
terhadap suatu persoalan berangkat dari hal yang terkecil akan diperoleh hasil-hasil
yang merupakan pedoman untuk melangkah selanjutnya yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang lebih besar.
14. Memulai dengan kelompok sosial yang kecil untuk berkolaborasi dan secara lebih
luas dengan kekuatan-kekuatan kritis lain. Dalam melakukan proses PAR peneliti
harus memperhatikan dan melibatkan kelompok kecil di masyarakat sebagai
partner yang ikut berpartisipasi dalam semua proses penelitian meliputi analisa
sosial, rencana aksi, aksi evaluasi dan refleksi dalam rangka melakukan
perubahaan sosial. Selanjutnya partisipasi terus diperluas dan diperbanyak melalui
perlibatan dan kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat yang lebih besar
untuk mengkritisi terhadap proses-proses yang sedang berlangsung.
15. Mensyaratkan semua orang mencermati dan membuat rekaman proses. PAR
menjunjung tinggi keakuratan fakta-fakta, data-data dan keteranganketerangan
langsung dari individu maupun kelompok masyarakat mengenai situasi
dan kondisi pengalaman mereka-mereka sendiri, karena itu semua bukti-bukti
tersebut seharusnya direkam dan dicatat mulai awal sampai akhir oleh semua yang
terlibat dalam proses perubahan sosial untuk mengetahui proses perkembangan dan
perubahan sosial yang sedang berlangsung, dan selanjutnya melakukan refleksi
terhadapnya sebagai landasan untuk melakukan perubahan sosial berikutnya.
16. Mensyaratkan semua orang memberikan alasan rasional yang mendasari kerja
sosial mereka. PAR adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang mendasarkan
dirinya pada fakta-fakta yang sungguh-sungguh terjadi di lapangan. Untuk itu
proses pengumpulan data harus dilakukan secara cermat untuk selanjutnya proses
refleksi kritis dilakukan terhadapnya, dalam upaya menguji seberapa jauh proses

6
pengumpulan data tersebut telah dilakukan sesuai dengan standar baku dalam
penelitian sosial.[3]

Sedangkan menurut Winter, dalam riset aksi terdapat enam prinsip yang dijadikan
petunjuk melakukan riset. Enam prinsip tersebut adalah :

1. Refleksi kritis
Kebenaran dalam lingkungan sosial sangat relatif dan tergantung pada subyek
penelitian. Pertimbangan situasi yang tercantum dalam catatan-catatan lapangan,
dokumen resmi harus telah mendapat pengakuan secara implisit dari subyek.
Maka, barulah bisa dikatakan bahwa fakta tersebut benar apa adanya.
2. Dialektika kritis
Realitas sosial yang partikular bisa menjadi valid secara konsensual, yang
mana bahasa menjadi sarana penyampaiannya. Fenomena pada umumnya
dikonseptualisasikan melalui dialog. Maka dari itu, prinsip dialektika kritis
menghendaki pemahaman pengaturan hubungan antara fenomena dan konteksnya,
dan antara elemen elemen yang menyusun fenomena. Elemen kunci adalah mereka
yang bertentangan dengan yang lainnya, dan itu merupakan sala satu yang hampir
suka menciptakan perubahan.
3. Kolaborasi sumber daya

Partisipan dalam proyek riset aksi adalah peneliti juga. Prinsip kolaborasi
sumber daya ini berpraduga bahwa ide tiap orang sama signifikannya sebagai
potensi sumber daya untuk membuat interpretasi, kategori analisis yang
dinegosiasikan di antara partisipan. Hal ini ditujukan untuk menghindari
kemiringan kredibilitas dari pemegang ide terdahulu. Selain itu, secara khusus hal
tersebut dapat menimbulkan kesadaran dan toleransi dari adanya kontradiksi antara
banyak sudut pandang dan di dalam satu sudut pandang pun.

4. Kesadaran resiko

Proses perubahan berpotensi mengancam semua cara yang telah berlaku


sebelumnya, dan itu menciptakan ketakutan secara psikis di antara para
praktisinya. Salah satu ketakutan yang utama adalah datang dari ego yang menahan

3 Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Reseacrh (PAR) (IAIN Sunan Ampel Surabaya:
Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) 2013),50-52

7
diri dari diskusi terbuka terhadap interpretasi, ide, dan penilaian orang lain.
Seorang inisiator riset aksi akan menggunakan prinsip ini untuk menenangkan
ketakutan-ketakutan lain dan mengundang partisipasi dengan menegaskan bahwa
masyarakat juga akan menjadi subyek dari proses yang sama, dan bagaimana pun
juga hasil akhirnya adalah belajar bersama.

5. Struktur plural

Alam penelitian pada umumnya terdiri dari berbagai macam pandangan,


komentar, dan kritik, dalam rangka menuju berbagai kemungkinan aksi dan
interpretasi. Pendalaman struktur yang plural ini menghendaki banyak teks untuk
pelaporannya. Hal ini berarti akan banyak pertimbangan secara eksplisit dengan
komentar yang kontradiktif dan berbagai macam panduan untuk aksi. Laporan pada
dasarnya adalah sebuah tindakan sebagai dukungan untuk meneruskan diskusi di
antara kolaborator daripada memutuskan sebuah konklusi akhir dari sebuah fakta.

6. Teori, praktek, dan transformasi

Bagi para praktisi riset aksi, teori menginformasikan praktek, dan praktek
menyempurnakan teori menuju upaya transformasi yang terus- menerus. Dalam
lingkungan apapun, aksi tiap orang didasarkan pada asumsi, teori, dan hipotesis
yang secara implisit dipegang teguh, dan dengan tiap hasil observasi pengetahuan
teoritik akan bertambah.

Selain prinsip prinsip di atas, PAR mengharuskan adanya pemihakan baik


bersifat epistemologis, ideologis, maupun teologis dalam rangka melakukan
perubahan yang signifikan. Pemihakan epistemologis mendorong peneliti untuk
menyadari bahwa banyak cara untuk melihat masyarakat. Pemihakan ideologis
mengharuskan peneliti memiliki empati dan kepedulian tinggi terhadap semua
individu dan kelompok masyarakat yang lemah, tertindas, terbelenggu, dan
terdominasi. Pemihakan teologis menyadarkan peneliti bahwa teks-teks agama
yang termuat dalam Al-Qur‟an dan Hadits memberikan dorongan yang besar
dengan imbalan pahala yang besar pula kepada semua orang beriman yang

8
melakukan upaya upaya pertolongan dan pemberdayaan terhadap individu maupun
kelompok masyarakat dhu‟afa, mustadh‟afin, dan mazlumin.[4]

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip Participation Action Research


adalah:

1. Prinsip Partisipasi.

Prinsip ini mengharuskan PAR (Participation action Research) dilaksanakan


dengan melibatkan sebanyak mungkin anggota komunitas yang berkepentingan dengan
perubahan situasi yang lebih baik. Dengan prinsip ini, PAR (Participation action Research)
dilakukan bersama di antara anggota komunitas melalui proses berbagi dan belajar
bersama, untuk memperjelas kondisi dan permasalahan mereka sendiri. Prinsip ini juga
menuntut penghargaan pada setiap perbedaan yang melatarbelakangi anggota komunitas
saat terlibat dalam PAR (Participation action Research), termasuk penghargaan pada
kesetaraan jender (terlebih jika dalam suatu komunitas, perempuan belum memeroleh
kesempatan yang setara dengan laki-laki untuk berpartisipasi).

Berbeda dengan riset konvensional, tim peneliti/praktisi PAR (Participation Action


Research) bertindak sebagai fasilitator terjadinya proses riset yang partisipatif di antara
anggota komunitas, bukan orang yang meneliti kondisi komunitas dari luar sebagai pihak
asing.

2. Prinsip Orientasi Aksi.

Prinsip ini menuntut seluruh kegiatan dalam PAR (Participation Action Research)
harus mengarahkan anggota komunitas untuk melakukan aksi-aksi transformatif
mengubah kondisi sosial mereka agar menjadi semakin baik. Oleh karena itu, PAR
(Participation Action Research) harus memuat agenda aksi yang jelas, terjadwal, dan
konkret.

3. Prinsip Triangulasi.

PAR (Participation Action Research) harus dilakukan dengan menggunakan


berbagai sudut pandang, metode, alat kerja yang berbeda untuk memahami situasi yang
sama, agar pemahaman tim peneliti bersama anggota komunitas terhadap situasi tersebut
semakin lengkap dan sesuai dengan fakta. Setiap informasi yang diperoleh harus diperiksa

4 LPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, Modul Pelatihan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Transformatif IAIN Sunan Ampel Surabaya (Surabaya : LPM IAIN Sunan Ampel, 2008), 30-31.

9
ulang lintas kelompok warga/elemen masyarakat (crosscheck). Prinsip ini menuntut PAR
(Participation Action Research) mengandalkan data-data primer yang dikumpulkan sendiri
oleh peneliti bersama anggota komunitas di lapangan. Sedangkan data-data sekunder (riset
lain, kepustakaan, statistik formal) dimanfaatkan sebagai pembanding.

4. Prinsip Luwes atau Fleksibel.

Meskipun PAR (Participation Action Research) dilakukan dengan perencanaan


sangat matang dan pelaksanaan yang cermat atau hati-hati, peneliti bersama anggota
komunitas harus tetap bersikap luwes menghadapi perubahan situasi yang mendadak, agar
mampu menyesuaikan rencana semula dengan perubahan tersebut. Bukan situasinya yang
dipaksa sesuai dengan desain riset, melainkan desain riset yang menyesuaikan diri dengan
perubahan situasi.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Partisipation Action Research (PAR) adalah kombinasi penelitian social, kerja


pendidikan, dan aksi politik. Pada awalnya PAR dikembangkan oleh Kurt Lewin hingga
pertengahan 1900-an kemudian dilanjutkan oleh Freire. PAR termasuk sebagai bentuk kritik
terhadap penelitian yang datang meneliti pada suatu masyarakat tanpa memberikan kontribusi
nyata terhadap masyarakat tersebut.

Menurut Agus Affandi prinsip-prinsip PAR adalah:

1. Meningkatkan dan memperbaiki kehidupan sosial.

2. Partisipasi yang autentik membentuk siklus yang berkesinambungan.

3. Kerjasama untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik

4. Penyadaran terhadap komunitas akan situasi yang sedang mereka alami

5. Membangun pemahaman kondisi sosial secara kritis

6. Melibatkan sebanyak mungkin orang dalam teoritisasi kehidupan sosial

7. Menempatkan pengalaman, gagasan, pandangan dan asumsi sosial

8. Membuat rekaman proses secara cermat

9. Berusaha memberi pengalaman masyarakat sebagai objek riset.

10. Salah satu proses politik dalam arti yang luas

11. Mensyaratkan adanya analisa relasi sosial secara kritis

12. Memulai dari isu yang kecil dengan mengaitkan relasi yang lebih luas

13. Memulai dengan siklus proses yang kecil

14. Memulai dengan kelompok sosial yang kecil

15. Mengajak semua untuk mencermati dan membuat rekaman proses

16. Semua harus dapat memberikan alasan yang rasional atas yang mereka lakukan.

11
Sedangkan menurut Winter, dalam riset aksi terdapat 6 prinsip, yaitu: Refleksi Kritis,
Dialektika Kritis, Kolaborasi Sumber Daya, Kesadaran Resiko, Struktur Plural, dan, Teori,
Praktek Serta Transformasi Sehingga dapat disimpulkan bahwa prinsip PAR itu meliputi:
Prinsip Partisipasi, Prinsip Orientasi Aksi, Prinsip Triangulasi, serta Prinsip Fleksibel.

B. SARAN

Setelah kita mengetahui prinsip-prinsip PAR, maka sebagai akademisi hendaknya apapun
yang kita lakukan dapat memberi sumbangsih terhadap masyarakat. Sekaligus memotifasi
diri untuk selalu berkarya didalam penelitian.

12
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Agus dkk. Modul Participatory Action Reseacrh (PAR). IAIN Sunan Ampel
Surabaya: Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM). 2013
LPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, Modul Pelatihan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Transformatif IAIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya: LPM IAIN Sunan Ampel. 2008
Mansour, Fakih. Jalan Lain. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Insist Press. 2002.
http://www.bantuanhukum.or.id/web/participatory-action-research-par/ diakses hari Minggu
08/01/17 jam 07.40 PM

13

Anda mungkin juga menyukai