Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “ Islam dan kebudayaan di indonesia” pada makalah ini kami banyak
mengambil dari berbagai sumber dan referensi dan pengarahan dari berbagai
pihak. Oleh sebeb itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam memnyusun
makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalh ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Pengertian Islam dan Kebudayaan........................................................
B. Hubungan Ajaran Islam dan Kebudayaan Islam...................................
C. Islam dan Kebudayaan Indonesia.........................................................
BAB III PENUTUP ..................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana agama terakhir , Islam diketahui memiliki
karakteristik yang khas dibandingkam dengan agama-agama yang datang
sebelumnya. Melalui berbagai literature yang berbicara tentang islam dapat
di jumpai uraian mengenai pengertian agama islam, berbagai aspek yang
berkenaan dengan islam itu di perlu di kaji secara saksama, sehingga dapat
di hasilkan pemahaman islam yang komprehensif hal ini perlu dilakukan,
karena kualitas pemahaman keislam seseorang akan mempengaruhi pola
pikir, sikap, dan tindakan keislam yang bersangkutan. Kitabaraangkali
sepakat terhadap kualitas keislaman seseorang benar-benar komprehensif
dan berkualitas. dan untuk bagian ini kita akan membicarakan islam dan
kebudayaan, hal ini perlu diketahui agar kita dapat menjawab
pertannyataan atau persoalan islam dan kebudayaan. Diantara peranyaan
apakah islam itu kebudayaan? Pertanyaan ini penting untuk dikaji agar kita
dapat memahami islam secara komprehensif disamping itu kita pun dapat
mengungkap hubingan antara islam dan kebudayaan itu sendiri.
A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian islam dan kebudayaan?
2. Apa hubungan antara islam dan kebudayaan?
3. Bagaimana islam dan kebudayaan Indonesia?
B. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian islam dan kebudayaan.
2. Menjelaskan tentang hubungan islam dan kebudayaan.
3. Menjelaskan islam dan kebudayaan Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian islam dan kebudayaan

1. Islam
Dari segi bahasa islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata
salima yang mengandung arti selamat. Dari kata salima selanjutnya
diubah menjadi aslama yang berarti berserah diri atau tunduk dan
patuh.
Adapun pengertian islam secara terminologis(istilah maknawi)
dapat dikatan, islam adalah agama wahyu berintikamn tauhid atau
keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi
seluruh manusia, dimana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia.
2. Kebudayaan
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang
terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan,
kepercayaan, seni, hokum, moral adat istiadat, dan segala kecakapan
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dan ada juga
kebudayaan di artika sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin(akal
budi) manusia kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti pula
kegiatan(usaha) batin(akal) dan sebagainya untuk menciptakan sesuatu
yang termasuk hasil kebudayaan.
Ada pula beberapa pendapat yang mengartikan kebudayaan, antara lain
S. Takdir Alisyah Bana(196:207-8), dia berpendapat bahwa kebudayaan
adalah:
a. Suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi daei unsur-unsur yang
berbeda-beda seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, hokum,
moral, adat istiadat dan segala kecakapan yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
b. Warisan spsial atau tradisi
c. Cara atau aturan dan jalan hidup manusia
d. Penyesuaian manusia terhadp alam sekitarnya dan cara
menyelesaikan persoalan
e. Hasil kecerdasan manusia.
f. Hasil pergaulan manusia

Parsudi Suparlan(A. W. Widjaya(ed)1986:65-6) menjelaskan bahwa


kebudayaan adalah serangkian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,
resep-resep, rencana-rencana dan strategi-strategi yang terdiri atas
serangkaian model-model komunitif yang dimiliki manusia, dan yang
digunakan secara selektif dalam menghadapi lingkungannya
sebagaimana terwujud daam tingkah laku dan tindakan-tindakannya.

B. Hubungan Antara Islam Dan Kebudayaan Islam


Hubungan agama dan kebudayaan adalah dua bidang yang dapat
dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak
berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya,
sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat. Sebagian besar budaya di besarkan pada agama, tidak
pernah terjadi sebaliknya.

Oleh karena itu agama adalah primer, dan budaya adalah


sekunder. Budaya bias merupakan ekspresi hidup keagamaan, karena
budaya merupakan sub ordinat terhadap agama, dan tidak pernah
sebaliknya.
Dalam pandangan Harun Nasution, Agama pada hakikatnya mengandung
dua kelompok pemgajaran, yaitu:
1. Ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui pada rasul-Nya kepada
masyarakat manusia. Ajaran dasar yang terdapat dalam kitab-kitab suci,
yang bersifat absolute, mutlak, benar, kekal dan tidak bisa diubah.
Ajaran kitab suci memerlukan penjelasan, baik mengenai arti maupun
cara pelaksanaannya.
2. Merupakan penjelasan dari hasil pemikiran-pemikiran atau ahli agama.
Pada hakikatnya tidak absolute, tidak mutlak benar dan tidak kekal.

Kairo, yang mengatakan bahwa ayat-ayat Al-Qu’ran yang mengatur hidup


kemasyarakatan tidak lebih dari 5,8% dari seluruh ayat-ayat Al-Qur’an. Dari
seluruh ayat Al-Quran sebagai sberikut ayat ayat hokum.

1. Bidang ibadah jumlah ayat 140


2. Bidang Al- ahwal al-syakhshiyyah:kawin, talak, waris dan wasiat jum;ah ayat
70.
3. Bidang muamalah: jual beli, sewa, pinjam, gadai, perseroan dan kontrak
jumlah ayat 70.
4. Bidang criminal(jinaya) jumlah ayat 30
5. Bidang peradilan jumlah ayat 13.
6. Bidang hubungan yang kaya dengan yang miskin jumlah ayat 10
7. Bidang kenegaraan jumlah ayat 10
8. Bidang hubungan islam dan bukan islam jumlah ayat 25.
Al-Qur’an terdiri atas 30 juz, 114 surat, sekitar 6000 ayat, ayat
hukumnya hanya 368 ayat, Harun Nasution.

Al-Qur’an dan as-sunnah yang periwayatannya sahih bukan


termasuk budaya. Tetapi paham ulama’ terhadap ajaran dasar agama
merupakan hasil karya ulama’. Oleh karena itu, ia merupakan dari
kebudayaan, akan tetapi umat islam menyaki bahwa kebudayaan yang
merupakan hasil upaya ulama dalam memahami ajaran dasar agama islam,
di tuntun oleh petunjuk Tuhan yaitu AL-Quran dan as-sunnah.

C. Islam Dan Kebudayaan Indonesia


Agama dan kebudayaan adalah dua unsur yang saling
mempengaruhi, karena keduannya sama-sama mengandung nilai dan
simbol. Namun anatara agama dan kebudayaan terdapat perbedaan yang
menonjol, karena agama merupakan sesuatu yang final, bersifat universal,
abadi dan absolut. Sedangkan kebudayaan bersifat particular, relative dan
temporer.
Agama kebudayaan sama-sama memberikan wawasan dan cara
pandang dalam menyikapi kehidupan agar sesuai dengan asas ketuhanan
dan kemanusiaan. Ketika kelahiran seorang anak, misalnya, maka agama
memberikam pandangan agar melaksanakan aqiqa untuk anak tersebut,
sementara kebudayaan yang dikemas dalam marhabanan, asyraqalan atau
bacaan berjanji, memberikan cara pandang lain, akan tetapi memiliki tujuan
yang tidak berbeda, yaitu sama-sama dalam rangka mendoakan kesolehan
anak tersebut agar sesuai dengan harapan ketuhan dan kemanusiaan.
Begitu juga hanya upacara tahlilan, baik agama maupun budaya local,
sama-sama saling memberikan cara pandang dlam mentikapi orang yang
meninggal.
1. Persentuhan Islam dengan Kebudayaan Melayu dan Jawa
Dalam islam terhadap ajaran tauhid, sesuatu konsep sentral yang
berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat segala sesuau, dan manusia
haraus mengabdikan dirinya sepenuhnya kepada-NYA, konsep ini
dijekaskan dalam beberapa literature dengan penjelasan yang berbeda.
Dipesantren-pesantren tradisional salafi, kalimat lailaha illaallah sering
ditafsirkan sebagai berikut: pertama, La mujudu illa Allah (tidak ada
yang “wujud” kecuali Allah); kedua, la ma’buda illa Allah (tidak ada yang
disembah kecuali Allah); ketiga, La maqsud illa Allah ( tidak ada yang
dimaksud kecuali Allah); dan keempat, La mathlub illa Allah (tidak ada
yang diminta kecuali Allah).
Pada dasarnya Indonesia pernah mengalami dualism kebudayaan,
yaitu antara kebudayaan keratin dan kebudayaan popular daan
keduanya merupakan kebudayaan tradisional.
Kebudayaan keratin yang disebut juga sebagai kebudayaan istana,
dikembangkan oleh para pegawai istana (abdi-dalem), mulai dari
pujangga hingga arsitek. Simbol-simbol budaya diciptakan oleh raja guna
melestarikan kekuasaan. Kebudayaan tersebut biasanya berupa mitos
yang dihimpun dalam babd, hikayat dan lontara, yang kesemuanya
berisi tentang kesaktian dan kesucian sang raja.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar rakyat loyal terhadap
kekuasaan raja. Dalam babad jawa misalnya, digambarkan bahwa raja
dianggap sebagai pemegang wahyu dan wakil Tuhan dalam
memerintahkan rakyatnya. Konsep kekuasaan jawa sungguh berbeda
dengan konsep kekuasaan Islam. Dalam kebudayaan jawa dikenal
konsep raja absolut, islam justru mengutamakan konsep Raja Adil, al-
Malik al-Adil. Akan tetapi, sesuatu hal yang perlu dicatat adalah
kebudayaan keratin diluar jawa memiliki konsep yang lebih dekat
dengan gagasan islam.
Di aceh misalnya, raja memiliki sebutan al-Malik al-Adil.ini berrati
kebudayaan keratin di jawa lebih mengutamakan kekuasaan, sedangkan
kebudayaan-kebudayaan keratin di luar pulau jawa lebih mengutamakan
keadilan.
Dengan kata lain, kebudayaan keratin di jawa lebih
mementingkan kemutlakan-kemutlakan kekuasan raja untuk ketertiban
sosial, sedangkan islam mementingkan hokum yang adil untuk
ditegakkan ketertiba sosial. Karena terjadi perbedaan yang begitu tajam,
yang sering terjadi ketegangan antara islam dengan kebudayaan keratin
jawa ( Kuntowijoyo, 1991:232).
Sedangkan dalam kebudayaan popular, dijumpai pula mitos-
mitos, seperti cerita batu bekas sujudnya wali songo di pantai-pantai
utara jawa. Hal ini terus terbangun hingga sekarang. Sehingga masih
sering terdengar adanya kiai-kiai sakti yang mampu shalat di mekkah
dan kembali dalam waktu sekejap, berkhutbah di dua tempat secara
bersamaan, dan sebagainya. Pengaruh islam terhadap kebudayaan ini
dapat dilihat pula pada ritual-ritual keagamaan, seperti ritual
perkawinan, kelahiran dan kematian. Begitu juga acara maulid, seni
musik qasida, gambus dan sebagainya.

2. Inovasi dan Pengaruh Islam dalam Sastra, Seni, dan Arsitek


Ekspresi astentik islam diinsonesia, paling tidak dapat di
lihatdalam dua bidang: sasta dan arsitek. Kecenderungan sastra sufistik
(transcendental) telah muncul di Indonesia sekitar 1970. Kemunculan sastra
berkecenderungan sufistik di tandai munculnya karya-karya yang di tulis
pada tahun 70-an, diantaranya godlood dan alam makrifah kumpulan
cerpen Danarto; khotba di atas bukit karya Kuntowijoyo, dan arafah karya
M. Fudolijaeni. Disusul karya karya berikutnya seperti Sanu infinitina
Kembar (1985).
Ekspresi estetik islam lainnya tergambarkan dalam arsitek masjid masjid
tua. Citra masjid tua adalah contoh dari interaksi agama dengan tradisi
arsitek pra-islam di Indonesia dengan kontruksi kayu dan atap tumpang
bentuk klimas. Umpamanya masjid kudus, masjid Cirebon, dan masjid
banten sebagai cikal bakal masjid di jawa.
3. Aceh Sebagai Sentral dakwa dan budaya islam
Sejarah telah mencatat bahwa daerah pertama yang di hadiri oleh
islam dinusantara adalah aceh dan kerajaan islam pertama di wilayah
asia tenggara adalah kerajaan islam perlak, samudra dan pasai.
Pernyataan ini didukung oleh berbagai literature dan merupakan hasil
kesepakatan seminar sejarah masuknya islam ke Indonesia yang di
adakan di medan.

Pada masa awal islam hadir, pendakwa pertama langsung


menerapkan apa yang terkandung dalam ayat yang paling petama turun,
yaitu konsep perintah untuk membaca “iqrah”yang megarah pada
pendidikan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam adalah agama yang diturunkan oeh Allah SWT dengan


perantara wahyu yang diberikan kepada NabuMuhammad Saw untuk di
sebarkan untuk umat manusia dan kebudayaan adalah semua hasil karya,
rasa, dan citra masyarakat. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan
kata lain kebudayaan bentuk nyata dari agama islam itu sendiri. Budaya
hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap
potensi yang dimilikinya. Dan pada pra-islam banyak yang mengandung
atau berbau keislaman. Pada masa awal penetrasi atau masuknya islam di
Indonesia penyebarannya masih bersifat terbatas di daerah-daerah
pelabuhan. Namun dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, islam pun
mulai meluas di wilayah pesisir dan pedesaan. Para pedang dan ulama-
ulama memegang peranan penting dalam penyebaran islam pada tahap ini.
Secara umum, pada tahap ini islam sangat diwarnai oeh ajaran mistik
islam(Tasawuf) hingga akhir dari abad ke-17. Agama dan kebudayaan
adalah dua unsur yang saling mempengaruhi, karna keduanya sama-sama
mengandung nilai dan symbol. Namun antara agama dan kebudayaan
terdapat perbedaan yang menonjol, karena agama merupakan sesuatu
yang final, bersifat universal, abadi dan absolut. Sedangkan kebudayaan
bersifat particular, relative dan temporer. Hail ini dapat di lihat pada
beberapa kebudayaan Indonesia
B. Saran
Mari kita pekajari dan kita pahami tentang keperbedaan mana
yang dinamakan keislam dan mana yang di namakan kebudayaan. Lebih
memamahi tentang pembagian hokum yang di dalam Al-Quran, sehingga
kita lebih mudah untuk membedakan dan mencari solusi dalam
permasalahan kita. Diharapkan kepada para pembaca agar memperdalam
kembali pada buku-buku yang lebih luas dan terperinci.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin.Metedologi Study Islam. 1998.Jakarta:PT.Raja Grafindo.
Hakim Atang Abd dan Mubarrok jaih.2010. Metodologi study Islam.
Bandung:PT.Remaja Rosda Karya.
http://pemikiranislam.woldpress,kom/2007/08/14/islam-dan-kebudayaan-
lokal.

Anda mungkin juga menyukai