Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


TAHUN AKADEMIK 2020-2021

Nama Preceptee: Munawar Holil

NPM : 20200940100163

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, Kode Pos 10510
Telp/Faks: 021-42802202
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN GAGAL NAFAS

A. Definisi
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-
paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida
dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg
(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(Hiperkapnia).

B. Etiologi
1. Penyebab sentral
a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans
b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan diparu : edema paru, atelektasis, ARDS.
d. Kelainan tulang iga/thoraks : fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
2. Penyebab perifer
a. Trauma kepala : contusio cerebri
b. Radang otak : encephalitis
c. Gangguan vaskuler : perdarahan otak, infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi

C. Manifestasi Klinis
1. Gagal nafas total
a. Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar / dirasakan.
b. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak
ada perkembangan dada pada inspirasi.
c. Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan.
2. Gagal nafas parsial
a. Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, growing, dan whizing.
b. Ada retraksi dada
c. Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran
d. Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan analisa gas darah arteri (AGD)
2. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit serum, sitologi, urinalisis, bronkogram,
bronkoskopi
3. Pemeriksaan rontgen dada
4. Pemeriksaan sputum, fungsi paru, angiografi, pemindahan ventilasi - perfusi
5. Hemodinamik
6. EKG: mungkin memperlihatkan bukti-bukti adanya disritmia

E. Penatalaksaan
Penatalaksanaan non spesifik adalah tindakan yang secara tidak langsung di tujukan
untuk memperbaiki pertukaran gas, yaitu:
1. Atasi Hipoksemia : terapi Oksigen
2. Atasi Hiperkarbia
a. Perbaiki ventilasi
b. Perbaiki jalan nafas
c. Bantuan ventilasi : face mask, ambu bag
d. Terapi supportif lainnya
a. Fisioterapi dada
b. Bronkodilator. (agonis beta-andergenik/simpatomimetik)
c. Antikolinergik/parasimpatolitik
d. Teofilin
e. Kortikosteroid
f. Ekspektoran dan Nukleonik
F. Patofisiologi
Etiologi (bronkiolitis, status
Premeabilitas membran Penurunan respon pernafasan asmatikus, pneumonia, kelainan
alveolar kapiler dan otot pernapasan neurologis, trauma atau
obstruksi jam napas

Gang epithelium alveolar

Intoleransi Aktivitas
Penumpukan cairan alveoli

Kelelahan, diaporosis,
Edema pulmo
sianosis

Penurunan complain paru Peningkatan kerja nafas Gangguan Pertukaran Gas

Cairan surfaktan menurun Gangguan pengembangan


Hipoventilasi alveoli
paru (atelektasis), kolaps
alveoli
Gang difus dan retensi CO2

Hipoksia Jaringan

Otak Kardiovaskuler Hipoksemia & hiperkapnia


Sel otak mati Mekanisme kompensasi Penurunan O2 dan CO2,
(peningkatan tekanan darah dispnea dan sianosis
dan heart rate)
Peningkatan tekanan
intrakranial Tindakan primer: bantuan
Dekompensasi (penurunan hidup dasar
tekanan darah dan cardiac
Kejang, pusing, gelisah, output, bradikardi)
penurunan kesadaran Ventilasi mekanik

Penurunan curah jantung


Disfungsi penyapihan ventilasi
Resiko infeksi
Gagal jantung Resiko cedera

Kardio respirasi arest


G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d akumulasi protein dan cairan dalam interstisial/ area
alveolar, hipoventilasi alveolar, kehilangan surfaktan
2. Disfungsi respon penyapihan ventilator b/d ketidakmampuan beradaptasi dengan
dukungan ventilator, ketidaktepatan laju penurunan dukungan ventilator
3. Resiko cidera b/d penggunaan ventilasi mekanik
4. Resiko infeksi b/d pemasangan selang ET dengan kondisi lemah
5. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen

H. Discharge Planning
1. Jika terdapat penyakit pernapasan sejak lama, diharapkan dapat mengetahui faktor
penyebabnya dan penanganannya sehingga menghindarkan terjadi gagl napas.
2. Jika melakukan pendakian gunung yang kadar oksigennya tipis diharuskan membawa
tabung oksigen dan biasakan untuk menjaga kebugaran tubuh.
3. Patuhi aturan untuk pemakaian obat terlarang serta hindari overdosis yang dapat
mengakibatkan hipoventilasi.
4. Hindari rokok dan pemakaian obat terlarang serta hindari minm yang berakohol.
5. Konsultasikan indikasi penyebab dan penanganan darurat jika tidak ada tenaga medis.
I. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Keperawatan


Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Askep selama …. x …. hari 1. Buka jalan nafas gunakan teknik
diharapakan masalah Gangguan pertukaran gas chin lift atau juw thrust
dapat teratasi dengan KH : 2. Posisikan pasien untuk
1. Mendemonstrasikan peningkatan memaksimalkan ventilasi
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat 3. Identifikasi pasien perlunya
2. Memelihara kebersihan paru dan bebas pemasangan alat jalannafas
dari tanda distress pernapasan buatan
3. Tanda - tanda vital dalam batas normal 4. Monitor respirasi dan status O2
4. Mendemonstrasikan batuk efektif dan 5. Berikan bronkodilator
suara nafas yang bersih 6. Catat kedalaman, irama dan
usaha nafas
7. Berikan pelembab udara

Disfungsi respon penyapihan Setelah dilakukan Askep selama …. x …. hari 1. Monitor adanya kelelahan otot
ventilator diharapakan masalah Disfungsi respon pernafasan
penyapihan ventilator dapat teratasi dengan KH : 2. Monitor adanya kegagalan
1. Bernafas spontan respirasi
2. Frekuensi nafas dalam batas normal 3. Lakukan pengaturan monitor
3. Gas arteri darah dalam batas normal ventilasi
4. Menit ventilation <10L/menit 4. Monitor adanya penurunan dan
peningkatan tekanan inspirasi
5. Pantau tingkat pirau, kapasitas
vita, daya inspirasi dan FEV1
untuk kesiapan penyapihan
6. Monitor status cairan dan nutrisi
7. Suction jalan nafas
Resiko cidera Setelah dilakukan Askep selama …. x …. hari 1. Identifikasi kebutuhan keamanan
diharapakan Resiko cidera tidak terjadi dengan pasien
KH : 2. Menghindarkan lingkungan yang
1. Klien terbebas dari cidera berbahaya
2. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk 3. Memasang side rail tempat tidur
mencegah injury

Resiko infeksi Setelah dilakukan Askep selama …. x …. hari 1. Pertahankan teknik isolasi
diharapakan Resiko infeksi tidak terjadi dengan 2. Gunakan sabun antimikroba
KH : untuk cuci tangan
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 3. Gunakan baju, sarung tangan
2. Jumlah leukosit dalam batas normal sebagai alat pelindung
4. Batasi pengunjung
5. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
6. Berikan perawatan kulit pada
daerah epidema
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Askep selama …. x …. hari 1. Bantu klien untuk
diharapakan masalah Intoleransi aktivitas dapat mengidentifikasi aktivitas yang
teratasi dengan KH : mampu dilakukan
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa 2. Monitor respon fisik, emosi,
disertai peningkatan tekanan darah, nadi sosial dan spiritual
dan RR 3. Sediakan penguatan positif
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari 4. Kolaborasi dengan tenaga
secara mandiri kesehatan : rehabilitasi medik
3. Mampu berpindah dengan atau tanpa dalam merencanakan terapi yang
bantuan alat tepat
4. Sirkulasi status baik
5. Status kardiopulmonar adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Barid, B. et al. (2011). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan klasifikasi. Jakarta: EGC.

Morton, G. H. (2012). Keperawatan Kritis Volume 1 dan 2 Edisi 8. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai