Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN MATERNAL DAN NEONATAL

TRAUMA PADA BAYI BARU LAHIR

Di susun oleh :

KELOMPOK 5
Rima Restusari Septya Nursahfitri
Sarah Tri Andriani Sri Dewi Prihatini
Sefri Alfatihah Sri Mulyani
Sella Delfiana Suci Wahyuni
Sella Delfiana

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

POLITEKNIK BHAKTI ASIH PURWAKARTA

TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas rahmat dan

karunianya kita dapat mengenal ilmu, pengetahuan, tidak lupa kita haturkan shalawat

beserta salam atas junjungan alam Nabi besar kita yaitu nabi Muhammad saw. Dan

kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah mengajari kami ilmu

yang sangat banyak, berkat ilmu itu juga kami mampu menyelesaikan makalah ini

pada waktunya.

Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan karena

keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Purwakarta, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.............................................................................................Latar Belakang 1
1.2........................................................................................Rumusan Masalah 2
1.3..........................................................................................................Tujuan 2

BAB II TINJAUAN PUSTKA

2.1.......................................................................................Pengertian Trauma 3
2.2...............................................................................Macam-macam Trauma 3
2.3.......................................................................................... Penatalaksanaan 11
2.4..................................................................................................... Prognosis 12

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13

3.1. Kesimpulan................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses

kelahiran.

Istilah jejas lahir atau trauma kepala digunakan untuk menunjukkan trauma

mekanik yang dapat dihindari dan tidak dapat dihindari, serta trauma anoksik

yang dialami bayi selama kelahiran dan persalinan.Jejas ini dapat merupakan

akibat dari keterampilan atau perhatian medis yang tidak tepat atau kurang, atau

jejas dapat terjadi walaupun terdapat keterampilan dan kemampuan melakukan

obstetric, tidak berganting pada suatu tindakan atau kelalaian.(Nelson, 2000).

Insiden jejas lahir diperkirakan 2-7/1.000 kelahiran hidup.Faktor-faktor

predisposisinya meliputi makrosomia, prematuritas, disproporsi kepala terhadap

panggul, distosia, kelahiran yang lama dan presentasi bokong.Secara keseluruhan,

5-8/100.000 bayi meninggal karena trauma lahir, dan 25/100.000 meninggal

karena jejas anoksik; jejas demikian mewakili 2-3% kematian bayi.(Nelson,

2000).

Trauma kepala dan kulit kepala dapat terjadi selama proses persalinan yang

biasanya ringan namun kadang-kadang bisa mengakibatkan cedera yang lebih

serius, seperti perdarahan intrakranial dan hematoma subdural. Tiga jenis cedera

1
perdarahan ekstrakranial yang paling sering adalah kaput suksedaneum,

perdarahan subgaleal, dan sefalhematoma.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa Pengertian dari trauma ?

2. Menjelaskan Macam-macam trauma pada bayi baru lahir ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari trauma.

2. Untuk mengetahui macam-macam trauma pada bayi baru lahir.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Trauma

Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses

kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan

anoksik, baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang

didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat

ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama

sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang

terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau

sikap orang tua yang acuh tak acuh.

2.2 Macam Macam Trauma

A. Trauma kulit dan jaringan superfisial

Kerusakan pada kulit dapat disebabkan oleh bilah forsep, mangkuk

ekstraktor vakum, elektroda kulit kepala, dan pisau bedah.

1. Abrasi dan laserasi harus dijaga gar tetap bersih dan kering.

2. Jika terdapat tanda-tanda infeksi, antibiotik mungkin dibutuhkan.

3. Laserasi yang lebih dalam mungkin perlu ditutup dengan butterfly strips

atau dijahit.

B. Trauma superfisial

3
Trauma pada jaringan lunak meliputi edema atau memar.edema berisi

serum dan darah ( cairan serosanguinosa )

C. Kaput suksedenemum

Merupakan pembekakan edema dibawah kulit kepala janin dan diatas

periosteum. kaput suksedeneum “ palsu “ dapat pula terbentuk apabila

menggunakan mangkuk ekstraktor vakum, deformitas edematosa yang

dihasilkan disebut dengan “sanggul“ (chiggnon) Bayi biasanya merasakan

sedikit tidak nyaman.

D. Cedera lain

Jika persentasi janin adalah persentasi wajah, wajah akan mengalami

kongesti dan memar, dan mata serta bibir menjaad adema.pada persentasi

bokong , janin akan mengalami memar dan edema dibagian genetalia dan

bokong

4
Edema dan memar tampa komplikasi biasanya hilang dalam beberapa

hari setelah bayi lahir.akan tetapi, jika terdapat trauma selama proses

kelahiran sungsang pervagina, akan terjadi komplikasi serius :

1. Hiperbilirubinemia

2. Pendarahan berlebihan, yang menyebabkan hipovolemia, syok, anemia

dan koagulasi intravaskular desiminata

3. Kerusakan pada otot yang menyebabkan kesulitan berkemih dan

devekasi.

E. Hiperbilirubinemia

1. Pendarahan berlebihan, yang menyebabkan hipovolemia, syok, anemia

dan koagulasi intravaskular desiminata

2. Kerusakan pada otot yang menyebabkan kesulitan berkemih dan

devekasi

3. Trauma otot

4. Cidera pada otot dapat terjadi akibat robekan atau gangguan suplei

darah.

5
F. Tortikolis

Traksi atau pemuntihan yang berlebihan dapat menyebabkan robekan

pada salah satu otot sternomastoideus kelahiran bahu anteroir janin yang

berada dalam presentasi sefalik atau kepala, selama rotasi bahu saat bayi

yang sungsang lahir pervagina.gumpalan kecil dapat dirasakan diotot

sternomastoideus yang terganggu.

Manajemen tertukolis mencakup peregangan otot yang terganggu, yang

dilakukan dibawah seorang ahli fisioterapi. Pembekakan biasanya akan pulih

beberapa minggu.

G. Trauma otot

Cidera pada otot dapat terjadi akibat robekan atau gangguan suplei

darah.

1. Tortikolis

Traksi atau pemuntihan yang berlebihan dapat menyebabkan robekan

pada salah satu otot sternomastoideus kelahiran bahu anteroir janin yang

berada dalam presentasi sefalik atau kepala, selama rotasi bahu saat bayi yang

sungsang lahir pervagina.gumpalan kecil dapat dirasakan diotot

sternomastoideus yang terganggu.

6
Manajemen tertukolis mencakup peregangan otot yang terganggu,

yang dilakukan dibawah seorang ahli fisioterapi. Pembekakan biasanya akan

pulih beberapa minggu.

H. Trauma syaraf

1. Saraf Fasialis

Kerusakan pada saraf fasialis biasanya terjadi akibat kompresi saraf

terhadap ramus mandibula akibat penggunan bilah forsep, yang menyebabkan

palsi falsialis unilateral.kelopak mata pada sisi yang terganggu tetap terbuka

dan mulut tertarik kesisi yang normal. Jika bayi tidak dapat menutup rapat

mulutnya saat menyusu kepayudara atau saat diberi dot, mungkin akan

dijumpai sedikit kesulitan saat pertama kali memberikan susu pada bayi.

Kondisi ini biasanya pulih dengan sendirinya dalam 7-10 hari.

2. Pleksus Brakialis

Trauma pada kelompok saraf ini biasanya terjadi akibat fleksi

lateral,rotasi,atau traksi kepala dan leher yang berlebih selama proses

kelahiran sungsang pervagina atau saat terjadi distosia bahu. Cedera ini dapat

bersifat unilateral atau bilateral. Ada tiga jenis cedera :

a) Palsi Erb

Terjadi kerusakan dipleksus brakialis bagian atas yang mengenai akar

saraf serviks kelima dan keenam. Lengan bayi yang terganggu mengalami

ritasi kedalam,siku ekstensi,pinggang mengalami pronasi dan fleksi,dan

7
tangan menutup sebagian. Posisi ini umumnya dikenal sebagai “posisi tip

pelayan”. Lengan lunglai,meskipun sedikit pergerakan jari dan lengan

masih mungkin dilakukan.

b) Palsi Klumpke

Terjadi kerusakan fleksus brakialis bagian bawah yang mengenai akar

saraf serviks ketujuh dan kedelapan dan akar saraf toraks pertama.

Lengan atas bergerak dengan normal, tetapi lengan bawah, pergelangan

tangan dan tangan terganggu. Terjadi kulai pergelangan tangan

( pergelangan tangan terjatuh ) dan paralisis kulai pada tangan tanpa

disertai refleks menggenggam.

c) Palsi Fleksus Brakialis Total

Terjadi kerusakan pada semua akar saraf fleksus brakialis disertai

dengan paralisis lengan dan tangan secara menyeluruh, tidak adanya

sensasi, dan munculnya masalah sirkulasi. Jika terdapat paralisis

bilateral,dicurigai telah terjadi cidera spinalis.

Semua tipe trauma pleksus brakialis memerlukan penyelidikan lebih

lanjut, seperti pemeriksaan sinar X dan pemindaian ultrasaunografi

(ultrasound scanning, USS ),dan pengkajian sendi.latihan pergerakan

sendi dan ekstremitas yang pasif dapat dimulai dibawah arahan seorang

ahli fisioterapi. Saat bayi berusia sekitar satu bulan, MRI (magnetic

8
resonance imaging) dapat memberikan data spesifik mengenai kerusakan

saraf.

Pemulihan spontan dalam beberapa hari sampai beberapa minggu

diharapkan terjadi pada mayoritas bayi. Tindak lanjut direkomendasikan.

Bayi yang tidak mengalami pemulihan fungsional pada usia 4 bulan

mungkin memerlukan perbaikan melalui prosedur bedah.

3. Fraktur

a) Fraktur Klavikula

Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada bayi baru lahir,yang

mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada

persalinan. Hal ini dapat timbul pada kelahiran presentasi puncak kepala dan

pada lengan yang telentang pada kelahiran sungsang. Gejala yang tampak

pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena, krepitasi,

ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit pada

bagian atas yang terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro pada sisi

tersebut. Diagnosis dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent.

Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dengan

posisi abduksi 60 derajat dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.

b) Fraktur Humeri

Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan

pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan

membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat

digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang. Prognosis

9
penderita sangat baik dengan dilakukannya imobilisasi lengan dengan

mengikat lengan ke dada, dengan memasang bidai berbentuk segitiga dan

bebat Valpeau atau dengan pemasangan gips. Dan akan membaik dalam

waktu 2-4 minggu.

c) Fraktur Tulang Tengkorak

Kebanyakan fraktur tulang tengkorak terjadi akibat kelahiran

pervaginam sebagai akibat penggunaan cunam atau forceps yang salah, atau

dari simpisis pubis, promontorium, atau spina ischiadica ibu pada persalinan

dengan diproporsi sefalopelvik. Yang paling sering adalah fraktur linier yang

tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan pengobatan, serta fraktur

depresi yang biasanya kelihatan sebagai lekukan pada kalvarium yang mirip

lekukan pada bola pingpong.

Semua fraktur ini harus direposisi untuk menghindari cedera korteks

akibat tekanan yang terus-menerus dengan menggunakan anesthesi lokal

dalam minggu pertama dan segera setelah kondisi bayinya stabil.

d) Fraktur Femoris

Kelainan ini jarang terjadi, dan bila ditemukan biasanya disebabkan

oleh kesalahan teknik dalam pertolongan pada presentasi sungsang. Gejala

yang tampak pada penderita adalah pembengkakan paha disertai rasa nyeri

bila dilakukan gerakan pasif pada tungkai. Pengobatan dilakukan dengan

10
melakukan traksi pada kedua tungkai, walaupun fraktur hanya terjadi

unilateral. Penyembuhan sempurna didapat setelah 3-4 minggu pengobatan.

e) Fraktur Dan Dislokasi Tulang Belakang

Kelainan ini jarang ditemukan dan biasanya terjadi jika dilakukan

traksi kuat untuk melahirkan kepala janin pada presentasi sungsang atau untuk

melahirkan bahu pada presentasi kepala. Fraktur atau dislokasi lebih sering

pada tulang belakang servikal bagian bawah dan torakal bagian atas. Tipe

lesinya berkisar dari perdarahan setempat hingga destruksi total medulla

spinalis pada satu atau lebih aras (level) cerebral. Keadaan bayi mungkin

buruk sejak kelahirannya, disertai depresi pernafasan, syok dan hipotermia.

Kalau keadaannya parah dapat memburuk dengan cepat sampai menimbulkan

kematian dalam beberapa jam. Pada bayi yang selamat, pengobatan yang

dilakukan bersifat suportif dan sering terdapat cedera permanen.

2.3 Penatalaksanaan

A. Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang

1. Menjaga jalan nafas tetap bebas

2. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang

3. Mengobati penyebab kejang

B. Penanganan kejang pada BBL

• Bayi di letakan pada tempat yang hangat pastikan bayi tidak kedinginan suhu
bayi di pertahankan 36,50°C - 37,0°C

• Jalan nafas bayi di bersihkan dengan penghisap lendir di seputar mulutr,


hidung dan nasofaring.

11
• Bila bayi APNE maka dilakukan pertologan agar bayi bernafas lagi dengan
alat bantu balon dan sungkup di beri oksigen dengan kecepatan 2L/menit.

• Dilakukan pemasangan infus intravena dipembulu darah priver, diangan,


dikaki, atau kepala apabila bayi di duga dilahirkan dari ibu berpenyakit
diabetes melitus dilakukan pemasangan infus vena umbilikalis.

2.4 PROGNOSIS
Faktor penentu utama prognosis adalah etiologi,neonatus dengan disgenesis
serebral serta hipoksik-iskemik sedang dan berat mempunyai prognosis yang
buruk. Gangguan metabolik akut dan perdarahan subarachnoid mempunyai
prognosis yang baik, sedangkan infeksi intrakrainal dan IEM mempunyai
prognosis yang bervariasi.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari materi yang kami sajikan, dapat kami simpulkan bahwa trauma

dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak

pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah

mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali

tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh

3.2 Kritik Dan Saran

Semoga dengan makalah yang kami sajikan pembaca bisa memahami

tentang trauma pada bayi baru lahir. Kritik dan saran sangat penulis harapkan

untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

M.Fraser, diane.2012.buku saku praktik klinik kebidanan.jakarta. penerbit buku

kedokteran EGC

Rizema sitiatava, 2012, asuhan neonatus bayi dan balita

https://www.academia.edu/6470345/Asuhan_peda_neonatus_dengan_jejas_kelahiran

https://www.academia.edu/5445457/ASKEB_NEONATUS

14

Anda mungkin juga menyukai