Anda di halaman 1dari 26

PERAN INTERMEDIASI PERBANKAN TERHADAP

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)


Oleh
Nurul Badriyah
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang
E-mail/No.Hp: - / 0816554892

Abstract

Bank is a business entity which accummulate funds from society in a form of


saving and distributing it to society in a form of credit or other forms available in order
to enhance the standard of living of society in general. Bank play role as intermediary
institution which bridging two party with different self interest, whether in accumulating
or investing, or even in providing other banking services including clearing. SMEs is
one of business entity characterized as self liquidating since all of their funding
acquired from financial institution is used to finance their business activity. It is
different with corporate, where usually funding that is acquired from bank is mostly
used for investment or complimenting the fixed capital of company. SMEs is not least
important as bigger scale business entity, including in credit distribution since SMEs is
proven to have significant and important role in economic development.

Keywords: Intermediary role, Banking, Small & Medium Enterprises

PENDAHULUAN Jadi, tidak berlebihan jika


Dalam proses intermediasi (di dikatakan bank memiliki tempat yang
sektor keuangan) terdapat hubungan teramat penting dalam perekonomian.
antara Ultimate Lender (UL), yaitu Karena peran bank sebagai lembaga
pemilik dana di masyarakat, dengan yang dapat memengaruhi kegiatan
Ultimate Borrower (UB), yaitu perekonomian melalui perannya di
pengguna dana untuk menjalankan dalam proses penciptaan kredit serta
aktivitas ekonomi. Ultimate Lender berbagai jasa keuangan lain yang
adalah kelompok “penabung”. Jumlah diberikan.
seluruh tabungan kelompok ini Berdasarkan Undang-undang
membentuk penawaran loanable funds. Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah
Sementara ultimate borrower adalah diubah dengan Undang-undang Nomor
kelompok masyarakat yang memerlukan 10 Tahun 1998 tentang Bank Umum
dana untuk operasi atau perluasan maupun ketentuan prinsip bank sebagai
usahanya. Jenis kelompok yang terakhir lembaga intermediasi jelas tertulis
ini didominasi oleh golongan pengusaha, bahwa “Bank merupakan lembaga
perusahaan, atau industri. Lembaga intermediasi antara nasabah penyimpan
keuangan, termasuk dengan bank, berada dana pihak ketiga (giro, tabungan,
di antara ultimate lender dan ultimate deposito) untuk disalurkan ke dunia
borrower untuk menjembatani hubungan bisnis dalam upaya meningkatkan taraf
khas antara keduanya, memberikan jasa hidup orang banyak.”
intermediasi berupa proses Jadi, bank adalah badan usaha
keperantaraan antara surplus unit dengan yang menghimpun dana dari masyarakat
deficit unit dalam ekonomi. dalam bentuk simpanan dan
Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

menyalurkannya kepada masyarakat Lain, Surat Berharga Bank, Penyertaan,


dalam bentuk kredit dan/atau bentuk- sampai akun Kredit yang Disalurkan.
bentuk lainnya dalam rangka Salah satu jenis kredit yang
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. disalurkan oleh bank adalah kredit
Peningkatan taraf hidup rakyat terjadi khusus perbankan yang ditujukan pada
karena adanya kesempatan kerja dari sektor usaha. Pada dasarnya penyaluran
investasi dunia bisnis, yang bersumber kredit ini adalah kegiatan pokok bank.
dari dana kredit perbankan. Pasca Artinya, hakikat kegiatan pasiva bank
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, adalah penggunaan dana atau
hanya dikenal dua jenis bank, yaitu bank manajemen aset, yaitu menyalurkan
umum dan bank perkreditan rakyat kredit. Terdapat kegiatan manajemen
(BPR). Menurut regulasi tersebut, aset/aktiva lainnya, tetapi tentu saja
perbedaan bank umum dengan BPR bukan merupakan kegiatan pengelolaan
adalah terletak dalam kegiatannya, yaitu dana yang utama dan porsinya juga
BPR tidak memberikan jasa dalam lalu teramat kecil.
lintas pembayaran sedangkan bank Kredit tersebut berfungsi sebagai
umum diizinkan memberikan jasa dalam pemenuhan untuk melayani kebutuhan
lalu lintas pembayaran (UU No. 7/1992). masyarakat (to serve the society) dalam
Tanpa membedakan jenisnya dan rangka mendorong dan melancarkan
berdasarkan pemaknaan bank di atas, perdagangan, mendorong dan
bank berperan sebagai lembaga melancarkan produksi, jasa-jasa dan
intermediasi yang mempertemukan dua bahkan konsumsi yang kesemuanya itu
pihak yang berbeda kepentingannya, pada akhirnya ditujukan untuk
baik dalam penghimpunan dan menaikkan taraf hidup rakyat banyak.
penanaman dana, maupun dalam jasa Manfaat kredit tidak hanya bagi debitur,
layanan perbankan lainnya termasuk jasa tapi juga bagi kreditur, dalam hal ini
layanan lalu lintas pembayaran (khusus bank. Beberapa manfaat itu antara lain
bank umum). Peran tersebut perolehan pendapatan berupa bunga dan
mencerminkan aktivitas-aktivitas utama potensi membaiknya rentabilitas bank
dari bank. Pertama, menghimpun dana akibat perolehan laba yang meningkat,
dari masyarakat. Kedua, menanamkan kesempatan bank memasarkan
dana yang dikelolanya ke dalam produk/jasa bank lainnya, sampai pada
berbagai aset produktif, misalnya kredit. terbukanya kesempatan bagi bank untuk
Ketiga, memberikan jasa layanan lalu mendidik dan meningkatkan kemampuan
lintas pembayaran (khusus bank umum) para personilnya untuk lebih mengenal
dan jasa layanan perbankan lainnya. secara rinci kegiatan usaha secara riil di
Semua aktivitas tersebut adalah kegiatan berbagai sektor ekonomi.
keseharian internal bank yang bermuara Dalam menjalankan fungsi
kepada tujuan utamanya yaitu mencari penyaluran dana dengan memberikan
keuntungan. pelayanan kredit, bank bisa memilih
Dalam penyajian neraca sebuah untuk menyalurkan kreditnya kepada
bank, secara umum terdapat sisi aktiva sektor usaha yang dipandangnya mampu
dan sisi pasiva. Di sisi pasiva terdapat mendatangkan profit yang layak menurut
beberapa akun antara lain: Giro, penilaiannya, baik itu kepada corporate
Deposito, Kewajiban, Surat berharga, maupun sektor usaha dengan skala yang
dan akun Lain-lain. Sementara di sisi kecil. Pada gilirannya, hal ini
aktiva terdapat beragam jenis akun, menghasilkan konsekuensi tentang
mulai dari Kas, Tagihan Pada Bank jaminan atau agunan terhadap

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 184


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

pembiayaan yang dilakukan oleh bank. (UMKM) harus diperhatikan sama


Jika demikian, maka sudah sewajarnya pentingnya dengan sektor usaha berskala
jika bank memutuskan untuk besar, tentunya termasuk dalam hal
memprioritaskan pemberian kredit penyaluran kredit. Adalah sangat tidak
kepada sektor usaha yang mampu adil jika penyaluran kredit untuk
memberikan jaminan terhadap memacu roda pembangunan hanya
pembiayaan tersebut. difokuskan pada usaha berskala besar
Usaha berskala besar, dengan saja. Sektor kecil, dalam hal ini UMKM,
demikian, akan mendapatkan prioritas bagaimanapun memiliki andil yang
utama dalam penyaluran kredit. signifikan dan tidak kalah pentingnya
Sementara usaha kecil, harus rela dalam pembangunan dan perekonomian
menjadi prioritas kesekian, yang itu pun nasional.
masih dengan syarat ketersediaan Pertumbuhan UMKM sendiri
jaminan yang cukup. mulai menjadi topik yang cukup hangat
Dalam bahasan tentang kredit sejak munculnya tesis flexible
perbankan inilah dirasakan penting specialization pada tahun 1980-an, yang
untuk menelaah tentang pembiayaan didasari oleh pengalaman dari sentra-
kepada sektor Usaha Mikro Kecil Dan sentra Industri Skala Kecil (ISK) dan
Menengah (UMKM). Karena, secara Industri Skala Menengah (ISM) di
sejarah dan prinsip filosofi bank, semua beberapa negara di Eropa Barat,
jenis pembiayaan (pada sektor usaha khususnya Italia. Sebagai contoh kasus,
yang besar maupun kecil), bisa pada tahun 1970-80an, pada saat Industri
dilakukan oleh bank, selama usaha Skala Besar di Inggris, Jerman, dan Italia
tersebut bersifat self liquidating. mengalami stagnasi atau kelesuan,
Berdasarkan teori perbankan yang ternyata Industri Skala Kecil yang
mendasar (awal), yaitu teori pemberian membuat produk-produk tradisional
pinjaman untuk dagang, the commercial mengalami pertumbuhan yang pesat dan
loan theory, bank-bank hanya boleh bahkan mengembangkan pasar ekspor
memberikan pinjaman dengan surat untuk barang-barang tersebut dan
dagang jangka pendek yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.
dicairkan dengan sendirinya (self- Fenomena di Asia, sebagai
liquidating), karena sifat sesungguhnya perbandingan, bisa dilihat dari
dari pinjaman itu ialah menghasilkan pengalaman Taiwan, China, Thailand,
uang yang diperlukan untuk Vietnam, Hongkong dan Indonesia
membayarnya kembali. sendiri (Gambar 1).
UMKM adalah salah satu jenis
usaha yang sifatnya self liquidating,
karena pada umumnya seluruh dana
pembiayaan yang diperoleh dari lembaga
keuangan digunakan untuk pembiayaan
kegiatan usaha. Berbeda dengan usaha
corporate, dimana biasanya pembiayaan
yang didapatkan dari perbankan
sebagian besar digunakan untuk
pembiayaan investasi, atau melengkapi
perusahaan dengan modal yang tetap.
Semua pihak tampaknya sepakat
bahwa sektor usaha berskala kecil

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 185


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

Bruto (PDB) juga besar, lebih dari


separuh ekonomi kita didukung oleh
produksi dari UMKM (59,3% pada
tahun 2001, 58,3% pada tahun 2003 dan
58,6% pada tahun 2004). Sedangkan
data dari Kementrian Koperasi dan
UKM menunjukkan bahwa sampai tahun
2005 saja, kontribusi UMKM begitu
besar bila dibandingkan dengan usaha
Gambar 1. Peranan UMKM dalam besar (Tabel 1).
Ekspor di Beberapa Negara Data-data tersebut menunjukkan
Asia, 1996 (dalam bahwa peranan UMKM dalam
persentase) perekonomian Indonesia adalah sentral
Sumber: Tambunan, 1999; dalam dalam menyediakan lapangan pekerjaan
Kuncoro, 2003 dan menghasilkan output dan UKM
mempunyai peran sebagai salah satu
Setidaknya, sampai pertengahan penggerak kegiatan ekonomi di
tahun 1990an, Taiwan menjadi leader di Indonesia.
antara beberapa negara Asia dalam UMKM memegang peranan yang
perkembagan UKM yang menopang penting dalam perkembangan
sebagian besar ekspornya. Pengalaman perekonomian di Indonesia, karena:
Taiwan menunjukkan perekonomiannya pertama, kontribusi yang signifikan
dapat tumbuh pesat karena ditopang oleh berkaitan dengan penyerapan tenaga
sejumlah usaha kecil dan menengah kerja. Kedua, pemerintah Indonesia
yang disebut community-based industry. menempatkan prioritas lebih tinggi
Perkembangan industri di Taiwan yang untuk UMKM. Ketiga, potensi
sukses menembus pasar global ternyata kontribusi UMKM dalam
ditopang oleh kontribusi UMKM yang mengembangkan usaha yang
dinamik. dilaksanakan oleh pribumi. Keempat,
Di Indonesia, UMKM mempunyai pentingnya formulasi kebijakan
peranan yang cukup penting terutama perekonomian yang sesuai dengan
bila ditilik dari segi jumlah unit usaha karakteristik UMKM. Kelima, harapan
dan tenaga kerja yang diserapnya. atas kontribusi UMKM untuk
Peranan UMKM dalam perekonomian meletakkan dasar bagi pertumbuhan
Indonesia pada dasarnya sudah besar industri. Keenam, UMKM telah terbukti
sejak dulu dan meningkat dengan tajam lebih tahan terhadap deraan dan tempaan
sejak krisis ekonomi melanda Indonesia. krisis ekonomi yang dialami Indonesia
Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1997-1998.
menunjukkan bahwa persentase jumlah Selain perannya yang signifikan
UMKM dibandingkan total perusahaan terhadap perekonomian nasional,
pada tahun 2001 adalah sebesar 99,9%. terutama dalam peningkatan jumlah unit
Pada tahun yang sama, jumlah tenaga usaha dan tenaga kerja yang diserapnya
kerja yang terserap oleh sektor ini sehingga bisa menjadi katup pengaman
mencapai 99,4% dari total tenaga kerja. dalam usaha pencapaian pertumbuhan
Pada periode berikutnya angka tersebut ekonomi Indonesia, UMKM juga
meningkat menjadi 99,5% pada tahun mempunyai daya survive tersendiri
2003 dan tahun 2004. Demikian juga dalam menghadapi kejutan dalam
sumbangannya pada Produk Domestik perekonomian.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 186


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

Pasca krisis ekonomi 1997, terbukti selama krisis (1998-2001),


sementara sektor korporat masih dalam UMKM lebih tangguh menghadapi krisis
proses restrukturisasi yang berjalan ekonomi (Tabel 2).
lamban, sektor UMKM telah Meskipun telah banyak bukti
menunjukkan perkembangan yang terus tentang besarnya peran UMKM dalam
mengalami peningkatan. Selain itu, perekonomian Indonesia, banyak studi
karakteristik usaha UMKM dapat yang mengemukakan tentang kendala
memberikan hasil (return) yang relatif yang dihadapi UMKM untuk
lebih cepat dibandingkan dengan usaha berkembang, terutama dari sisi
korporasi. permodalan. UMKM terutama di
Periode krisis yang Indonesia memiliki 4 permasalahan
berkepanjangan, telah membawa utama yang dapat menghambat
dampak terhadap sendi-sendi kehidupan perkembangannya. Keempat
ekonomi masyarakat Indonesia. Namun permasalahan tersebut adalah: kurangnya
dalam kondisi yang demikian, ternyata pengetahuan tentang teknologi produksi
justru usaha kecillah yang mampu dan pengendalian mutu, kurangnya
menjadi katup pengaman perekonomian kemampuan pemasaran, kurangnya
dengan kinerja yang cenderung relatif pengetahuan manajemen dan kurangnya
resisten terhadap goncangan ekonomi. akses ke pendanaan secara formal.
Berdasarkan data BPS tahun 2002,
Tabel 1. Kontribusi UMKM Vs Usaha Besar -2005

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2005

Tabel 2. Dampak Krisis Ekonomi Medio 1997 Terhadap UMKM (Dalam %)


Dampak Indonesia Jawa Timur
Tidak Terpengaruh 16,82 23,00
Terpengaruh tapi dapat diatasi 38,56 38,40
Terpengaruh tapi belum teratasi 12,39 11,69
Justru mengalami peningkatan 1,02 1,23
Tidak tahu 8,63 9,82
Berdiri setelah Juni 1997 22,57 19,45
Total 100,00 100,00

Sumber : BPS, Profil UMKM Tidak Berbadan Hukum Selain Sektor Pertanian - 2002

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 187


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

Berdasar pada permasalahan aspek keuangan maupun aspek


kurangnya akses ke pendanaan secara pemasaran dan tenaga kerja.
formal (salah satunya ke lembaga Selain permasalahan yang sudah
perbankan), survei yang dilakukan di disebutkan sebelumnya, secara umum
Jawa Timur oleh JBIC-DAI-REDI UMKM menghadapi dua permasalahan
tentang akses kredit dan pertumbuhan utama, yaitu masalah finansial dan
usaha kecil pada tahun 2004, masalah nonfinansial (organisasi
menunjukkan bahwa 45% UMKM manajemen). Adapun masalah yang
menilai masih perlu dana kredit termasuk dalam masalah finansial di
perbankan, namun 50% dari UMKM antaranya adalah: 1) kurangnya
yang butuh kredit tersebut tidak mau ke kesesuaian (terjadinya mismatch) antara
Bank Umum dengan alasan 1) Adanya dana yang tersedia yang dapat diakses
persepsi prosedur bank yang rumit; 2) oleh UMKM; 2) tidak adanya
Waktu Keputusan Kredit lama dan 3) pendekatan yang sistematis dalam
Persyaratan cukup berat. pendanaan UMKM; 3) Biaya transaksi
Sementara berdasarkan hasil yang tinggi, yang disebabkan oleh
penelitian Biro Kredit Bank Indonesia prosedur kredit yang cukup rumit
(2006:1) menggambarkan angka yang sehingga menyita banyak waktu
lebih besar, yaitu sebagian besar UMKM sementara jumlah kredit yang
(64,6%) memerlukan kredit. Namun dikucurkan kecil; 4) kurangnya akses ke
demikian, sumber pembiayaan usaha sumber dana yang formal, baik
mikro dan kecil sebagian besar masih disebabkan oleh ketiadaan bank di
berasal dari modal pribadi dan modal pelosok maupun tidak tersedianya
keluarga. Sejalan dengan hal tersebut, informasi yang memadai; (5) bunga
survei BPS (1998) menyatakan bahwa kredit untuk investasi maupun modal
keterbatasan akses modal sebagai kerja yang cukup tinggi; (6) banyak
kendala utama bagi usaha mikro (40,5%) UMKM yang belum bankable, baik
dan kecil (36,6%) untuk berkembang. disebabkan belum adanya manajemen
Meskipun banyak sumber dana yang keuangan yang transparan maupun
tersedia, tetapi sumber tersebut belum kurangnya kemampuan manajerial dan
banyak dimanfaatkan karena belum ada finansial.
titik temu UMKM sebagai debitur dan Menyimak kecenderungan
pihak bank sebagai kreditur. berbagai kelemahan UMKM dari sisi
Dari sisi UMKM, beberapa finansial, sejatinya peran bank dalam
kendala dalam mengakses permodalan pembiayaan kepada usaha berskala kecil,
dari bank adalah suku bunga yang tinggi utamanya UMKM bukanlah tidak ada.
dan kesulitan memenuhi persyaratan Banyak bank yang meyakini bahwa
agunan. Selain itu kredit perbankan juga pembiayaan kepada UMKM adalah hal
sulit untuk diakses oleh UMKM, di prospektif bagi bank, karena melihat
antaranya karena prosedur yang rumit pertumbuhan ekonomi dan kondisi
serta banyaknya UMKM yang belum ekonomi makro selama tahun-tahun
bankable. Apalagi BI tidak lagi terakhir yang masih dimotori oleh sektor
membantu usaha kecil dalam bidang konsumsi dan industri kecil, yang
permodalan secara lansung dengan disebabkan peran sektor industri dan
diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999 investasi besar belum signifikan.
tentang Bank Indonesia. Sedangkan dari Tidak sedikit data yang
sisi perbankan, permasalahan UMKM menunjukkan tentang peningkatan
terletak pada kelayakan usaha, baik kinerja kredit kepada UMKM. Pada

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 188


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

salah satu laporan BI misalnya, September 2004, dengan tingkat


dinyatakan bahwa sampai dengan bulan pertumbuhan tahunan sebesar 29,5%.
Desember 2006 saja, total kredit Dengan demikian, sekitar separuh
perbankan telah mencapai angka sebesar dari total kredit perbankan telah
Rp. 792,2 triliun. Dari jumlah tersebut, disalurkan kepada sektor UMKM, yaitu
porsi kredit untuk UMKM mencapai mencapai 48% dan 52% pada masing-
51,60%, sedangkan sisanya sebesar masing tahun tersebut. Hal lain yang
48,20% untuk kredit korporasi. Bahkan juga patut dicatat adalah semakin
jika dilihat dari tingkat pertumbuhannya, sehatnya struktur penyaluran kredit
sejak tahun 2003 kredit untuk UMKM perbankan ke sektor UMKM tersebut,
telah jauh melebihi tingkat pertumbuhan khususnya apabila dilihat dari besarnya
total kredit perbankan. plafon kredit yang diberikan.
Kondisi pasar kredit yang sempat Untuk posisi kredit UMKM pada
mengalami penurunan di masa krisis, akhir 2004, sebesar 46,3% dalam bentuk
kini telah normal kembali dengan kredit mikro dengan plafon sampai
penawaran kredit bank yang mampu dengan Rp 50 juta, sementara kredit
memenuhi permintaan kredit dari kecil (plafon dari Rp 50 juta s.d. Rp 500
debitur. Lebih dari itu, konvergensi juta) dan kredit menengah (plafon Rp
kesenjangan penawaran dan permintaan 500 juta s.d. Rp 5 miliar) masing-masing
kredit, rendahnya LDR, dan tingginya mencapai 25,2% dan 28,6%. Senada
undisbursed loans menunjukkan bahwa dengan hal tersebut, berikut disajikan
permintaan kreditlah yang seharusnya rangkaian angka yang kurang lebih sama
perlu didorong untuk meningkatkan (Tabel 3.).
kredit perbankan, bukan dari sisi Namun demikian, dari banyak
penawaran kredit. Dengan demikian, data, terdapat kondisi yang perlu juga
proses intermediasi perbankan juga telah dicatat dan perlu mendapatkan perhatian
banyak mengalami perbaikan. tentang kredit UMKM ini. Bahkan di
Peningkatan dana masyarakat, perbaikan tengah kondisi penawaran berlebih pada
kondisi internal perbankan, dan mulai pasar kredit di Indonesia sekalipun,
bergairahnya kegiatan ekonomi telah perkembangan sektor UMKM justru
mampu meningkatkan penyaluran kredit terhambat karena masalah kekurangan
oleh perbankan. permodalan. Lebih lanjut mereka
Dalam tahun-tahun terakhir mengungkapkan bahwa hasil penelitian
outstanding kredit perbankan meningkat kerjasama Kementrian KUKM dan BPS
rata-rata sekitar 17,5% per tahun, pada tahun 2003 menunjukkan bukti
sehingga pada pertengahan 2004 saja bahwa untuk mengatasi kesulitan
mencapai Rp. 505,2 triliun. Dari jumlah permodalannya, hanya sebanyak 17,50%
tersebut besarnya kredit yang disalurkan dari UMKM tersebut yang melakukan
kepada sektor UMKM mencapai Rp pinjaman ke bank, sedangkan sisanya
210,9 triliun pada akhir tahun 2003 dan sebanyak 82,50 % ke lembaga non bank
meningkat menjadi Rp 262,6 triliun pada atau informal.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 189


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

Tabel 3. Kredit Untuk UMKM Menurut Jenis Penggunaannya (Dalam Rp. Miliar)

Kredit UMKM 2002 2003 2004 2005


Investasi 17,356 22,760 28,460 33,049
Modal Kerja 73,679 91,129 111,636 142,633
Konsumsi 69,942 93,199 130,997 179,225
Total kredit UMKM 160,977 207,088 271,093 354,907
Persentase kredit UMKM dari total kredit perbankan 43,38% 47,01% 48,46% 51,02%
Sumber: Riskayanto dan Sulistiowati, 2006

Data dari Kementerian Koperasi namun ironisnya yang justru sering


dan UKM pada tahun 2005, juga terjadi adalah adanya ketidakseimbangan
memberikan informasi yang tak kalah dalam hal pelayanan kredit. Kalangan
penting tentang perkreditan UMKM ini. pengusaha besar atau usaha berskala
Berdasarkan data tersebut, diketahui besar justru sering menikmati
jumlah UMKM di Indonesia mencapai kemudahan-kemudahan. Apa saja kalau
lebih dari 44 juta unit usaha, sementara bisa ditawar, baik prosedur maupun
jumlah usaha besar hanya 4.171 unit persyaratannya, termasuk juga
usaha. Dari seluruh UMKM tersebut, pemenuhan jaminannya. Kelompok
diindikasikan baru sekitar 12% saja atau usaha ini misalnya, sering agak
sebesar lima jutaan UMKM yang telah diperlakukan “istimewa”. Jaminan yang
memperoleh kredit bank. Berarti, masih hanya berupa persediaan tidak jarang
terdapat sekitar 39 juta UMKM yang justru menjadi jaminan utama dalam
belum terlayani oleh perbankan. kredit. Sementara kemudahan-
Kecilnya porsi kredit perbankan kemudahan dan kelonggaran tersebut
yang terserap oleh UMKM tersebut, tampaknya tidak berlaku untuk pelaku
layak dipandang sebagai suatu usaha berskala kecil.
permasalahan dan sekaligus momentum Berkaitan dengan permasalahan
tersendiri bagi upaya pengembangan kurangnya penyaluran kredit, telah
UMKM dari aspek peningkatan peran terjadi disintermediasi perbankan di
intermediasi bank terhadap UMKM. Hal Indonesia khususnya pasca Krisis 1997.
ini sejalan dengan upaya peningkatan Kredit yang disalurkan perbankan belum
peran dan kontribusi UMKM dalam cukup menjadi mesin pendorong
perekonomian nasional. Salah satu upaya pertumbuhan ekonomi untuk kembali
yang dapat dilakukan untuk maksud pada level sebelum krisis, yang berarti
tersebut adalah menetapkan pemerataan bahwa fungsi intermediasi perbankan
hasil pembangunan yang mencakup masih belum pulih atau terjadi
program pemberian kesempatan kepada disintermediasi perbankan. Pandangan
UMKM untuk memperluas dan ini sejalan dengan kondisi dimana masih
mengatur usahanya, antara lain dengan banyaknya dana kredit yang belum
jalan memperkuat permodalannya. terserap oleh sektor usaha.
Dari berbagai permasalahan dan Karena sektor usaha yang jumlah
kondisi riil di lapangan tersebut dapatlah unitnya besar adalah UMKM dan dari
disimpulkan tentang perlunya upaya jumlah yang besar itu baru 12% saja
peningkatan peran intermediasi bank, yang memanfaatkan kredit bank (berarti
khususnya peran intermediasi bank 88% yang belum memanfaatkan), maka
dalam pembiayaan kepada UMKM. wajar jika banyak kalangan menilai jika
Semua pihak tampaknya sepakat pada sektor ini bisa memanfaatkan besarnya
upaya peningkatan kredit UMKM ini, dana kredit di bank, maka secara tidak

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 190


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

langsung proses intermediasi perbankan menjadi marketable hanya bagi


bisa ditingkatkan. pengusaha besar.
Belum pulihnya fungsi Produk pembiayaan perbankan,
intermediasi perbankan antara lain seperti L/C, usance L/C, trust recep
disebabkan oleh masih berlangsungnya financing, forfaiting financing, dan
konsolidasi internal perbankan dan factoring financing, pada akhirnya hanya
belum mampunya sektor riil menyerap marketable bagi kalangan pengusaha
kredit. Belum selesainya proses besar. Karena itu, wajar jika pembiayaan
restrukturisasi kredit telah menimbulkan berskala besar tetap dapat diberikan oleh
potensi meningkatnya Non Performing bank, tanpa harus mengacu kepada fixed
Loans (NPLs). Sementara itu, asset collateral. Di lain pihak, untuk
konsolidasi internal perbankan seperti pengusaha kecil berlaku kaidah
penerapan good corporate governance sebaliknya.
dan pengelolaan risiko yang baik masih Kedua, adanya kecenderungan
merupakan proses yang dilaksanakan menggunakan acuan efisiensi
oleh perbankan. Semua hal tersebut berdasarkan pendekatan administrasi.
sangat dicermati oleh perbankan karena Memberikan kredit puluhan juta, sama
pengaruhnya pada kecukupan modal proses dan administrasinya dengan
perbankan atau CAR (Capital Adequacy kredit ratusan milyar. Fenomena ini
Ratio). memberikan kesan lebih efisien dan
Jika kondisinya demikian, maka efektif, kalau memberikan kredit dalam
dapatlah dimengerti jika kalangan jumlah besar.
perbankan masih enggan untuk Ketiga, meskipun harus dibuktikan
menyalurkan kredit kepada sektor usaha kebenarannya, terdapat kecenderungan
yang kecil. Biaya dana yang mahal kalangan perbankan telah menerima apa
pasaca krisis, akan direspon bank dengan yang disebut dengan depolitical banking.
tindakan selektif dalam melakukan Pengelolaan bisnis perbankan tidak lagi
pembiayaan investasi, mengingat kalis terhadap tatanan pengelolaan bisnis
umumnya usaha kecil salah satunya perdagangan, industri, dan jenis usaha
bercirikan tidak mempunyai jaminan lainnya. „Kemurnian‟ perbankan,
kredit yang cukup. seringkali menjadi banyak mengalami
Berdasarkan praktik di lapangan, penyesuaian yang menjauhi azas
terdapat beberapa alasan yang keadilan. Gejalanya adalah
menunjukkan tentang ketidakadilan bank kecenderungan pemberian kredit hanya
dalm memberikan kredit utamanya kepada grupnya, kepada koleganya saja,
terhadap usaha kecil. Berbagai alasan sampai kepada pertimbangan prestise.
tersebut antara lain: Pertama, bank Sampai tahun 2005, kredit
cenderung melakukan deferensiasi investasi yang dikucurkan untuk sektor
produk yang berorientasi kepada usaha UMKM baru mengambil porsi yang
untuk mengatasi persaingannya dengan sangat kecil, yaitu hanya 9,31%. Selain
lembaga pembiayaan lain, khususnya itu, karena kinerja kredit perbankan
pasar modal. Takut akan kehilangan selama tahun 2005 menunjukkan bahwa
pangsa pasarnya, bank selalu melakukan kredit modal kerja dan investasi
deferensiasi produk agar fungsi mencatat kredit bermasalah (NPL – Non
substitusi itu berbalik kepada bank. Performing Loan) yang sangat tinggi,
Celakanya, karena pasar modal banyak yaitu masing-masing sebesar 52,33%
berorientasi kepada perusahaan, maka dan 38,92% dari total NPL perbankan,
deferensiasi produk perbankan juga sementara kredit konsumsi mencatat

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 191


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

NPL yang jauh lebih rendah, yaitu Namun jika dicermati,


sebesar 8,75% sehingga cukup beralasan sebenarnya terdapat sisi lain dari
apabila dunia perbankan akhirnya lebih karakteristik UMKM itu sendiri.
gencar mengucurkan kredit konsumsi. Sifatnya yang kecil dan menyebar bisa
Hal inilah antara lain yang menyebabkan dipandang sebagai keuntungan tersendiri
iklim pemberian kredit investasi bisa dari segi risk yang dihadapi oleh bank.
dikatakan belum kondusif. Sesuai dengan pepatah jangan letakkan
Permasalahan tentang telur dalam satu keranjang yang sama,
disintermediasi perbankan khususnya kalau sejumlah besar dana disalurkan
pada UMKM pada dasarnya sangat hanya kepada sektor usaha yang besar
terkait dengan profil dari debitur-debitur saja, yang jumlahnya relatif sedikit
UMKM yang kebanyakan kurang atau dibanding usaha kecil, maka jika terjadi
bahkan tidak bankable (tidak memenuhi kerugian terhadap usaha besar tersebut,
persyaratan persyaratan teknis tentu bank juga akan mengalami
perbankan). Tidak bankable-nya debitur kerugian yang besar (bahkan dalam
UMKM menjadikan aspek kelayakan banyak kasus bisa mengalami
(feasibility) debitur UMKM terabaikan. kebangkrutan). Namun jika sejumlah
Karena tidak dapat memenuhi dana tersebut disalurkan kepada usaha
persyaratan-persyaratan teknis yang sifatnya menyebar, jika seandainya
perbankan, calon debitur UMKM jadi terjadi kerugian terhadap salah usaha
kehilangan kesempatan untuk tersebut, bank akan terhindar dari
mendapatkan fasilitas kredit dari kerugian yang besar, karena usaha kecil
perbankan. yang lainnya masih bisa berjalan.
Selain pandangan tidak bankable- Tak sedikit UMKM yang cukup
nya UMKM, sebab disintermediasi bank layak mendapat dukungan permodalan
yang dilatari oleh karakteristik UMKM karena sangat potensial untuk
sendiri menyatakan bahwa tipologi dikembangkan. Namun, seringkali
UMKM secara umum kecil dan bersifat karena perbankan menerapkan peraturan
menyebar, menyebabkan cost atau biaya dan prinsip kehati-hatian (prudential)
per unitnya menjadi mahal. Selain itu, pada manajemen risiko, kadangkala
tidak bisa dipungkiri bahwa agunan peluang bisnis (dengan melakukan
mereka umumnya terbatas, dan dalam pembiayaan pada UMKM) ini tidak
beberapa kasus, malah tidak mempunyai termanfaatkan. Padahal kemurnian bisnis
agunan. Sehingga bagi perbankan, tentu perbankan seharusnya mengacu kepada
saja ini akan menyebabkan risiko prinsip how to minimize the risk and how
terhadap kreditnya menjadi tinggi. to distribute the risk.
Selanjutnya, bagi bank, akan jauh lebih Atas dasar prinsip tersebut,
menguntungkan jika dana yang tersedia harusnya memberikan kredit yang hanya
tidak disalurkan kepada usaha yang puluhan juta (kredit kecil), potential risk-
mengandung risiko tinggi. Karena nya lebih baik, karena akan tersebar
bagaimanapun bank adalah lembaga kepada puluhan bahkan ratusan nasabah.
bisnis. Selain itu, tentu saja karena alasan yang
Sebagaimana diketahui, dalam mendasar bahwa sifat UMKM adalah
setiap kegiatan usahanya, bank self liquidating. Namun ternyata keadaan
mempunyai berbagai aktivitas yang di lapangan menunjukkan hal
merupakan kegiatan keseharian yang sebaliknya.
bermuara kepada tujuan utamanya yaitu Sejalan dengan wacana tentang
mencari keuntungan. terjadinya disintermediasi dan

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 192


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

pentingnya peningkatan peran keuangan (financial market), yang ikut


intermediasi perbankan, khususnya bagi mendorong sistem keuangan, yang
pengembangan UMKM, menarik untuk terdiri dari: institusi pasar uang dan
menganalisis pengembangan UMKM pasar modal, sektor usaha, rumah tangga
dari sisi pembiayaannya melalui dan lembaga pemerintah yang
pendekatan klaster atau sentra industri. merupakan peserta sekaligus memiliki
Sebagaimana diketahui, bahwa saat ini wewenang mengatur operasi sistem
salah satu kebijakan yang tepat bagi keuangan tersebut. Fungsi utama sistem
pengembangan industri kecil dan upaya keuangan ini adalah mentransfer dana-
yang giat dilakukan dalam rangka terus dana dari unit surplus (ultimate lenders)
memberdayakan UMKM adalah kepada unit defisit (ultimate borrowers).
pengembangan UMKM melalui Dana yang dihimpun oleh lembaga
pendekatan klaster atau pembinaan perantara keuangan, selanjutnya
sentra industri. Hal ini didasari alasan dialokasikan atau ditempatkan di pasar
agar segala bentuk pembinaan maupun uang yang akan mempertemukan
bantuan teknis terserap secara sempurna kepentingan kepentingan pihak
(dalam satu wadah). Selain itu juga pensuplai dana dengan yang
karena alasan, pengalaman yang membutuhkan dana, dan dalam sistem
menunjukkan bahwa industri kecil di perekonomian modern, dana yang
sentra-sentra dapat berkembang lebih mengalir melalui sistem keuangan yang
pesat, lebih fleksibel dalam menghadapi dihimpun oleh bank, berasal dari unit
perubahan pasar, dan dapat rumah tangga, sementara peminjam dana
meningkatkan produksinya daripada dalam jumlah besar adalah unit-unit
industri kecil secara individu di luar usaha. Selengkapnya hal ini dapat dilihat
sentra. pada gambar 2.
SISTEM KEUANGAN
Loanable Loanable
Ultimate
FILOSOFI INTERMEDIASI Ultimate
Borrowers
Funds Funds
Lenders

PERBANKAN Lembaga
Intermediasi
Lembaga perantara keuangan
Lembaga Pemerintah
Perusahaan
Rumah Tangga

&
Lembaga Pemerintah
Perusahaan
Rumah Tangga
Lembaga
(lembaga intermediasi) adalah badan Instrumen
Hutang
Keuangan Lain
Instrumen
Hutang
Jasa-jasa
usaha yang kekayaannya terutama Keuangan

berbentuk likuid dan kewajiban-


kewajibannya terutama dari simpanan Gambar 2. Lembaga Keuangan dalam
masyarakat serta instrumen-instrumen Sistem Keuangan
utang yang diterbitkannya. Fungsi pokok (Sumber: Siamat,1995)
lembaga ini adalah bertindak sebagai
perantara antara unit surplus dengan unit Dalam gambar 2. tersebut, dapat
defisit. Sedangkan menurut bentuk dan disimpulkan bahwa bank (bersama-sama
jenisnya, lembaga ini dapat digolongkan dengan lembaga keuangan yang lain)
dalam berbagai badan usaha, seperti berada di posisi penghubung sebagai
bank, perusahaan asuransi, perusahaan lembaga yang menghubungkan surplus
reksa dana, program dana pensiun atau unit dan deficit unit. Lembaga
perusahaan pembiayaan (misalnya, sewa intermediasi terutama bank, menjalankan
guna, modal ventura, anjak piutang). perannya sebagai lembaga transfer dana
Lembaga keuangan sendiri dari surplus unit ke defisit unit dana.
merupakan bagian dari sistem keuangan, Walaupun beberapa transfer dana
dimana sistem keuangan sendiri finansial dari unit surplus ke definisi unit
merupakan suatu jaringan pasar terbentuk secara langsung melalui

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 193


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

peminjaman atau persamaan kontrak, rakyat melalui pertumbuhan yang tinggi


perbedaan maksud/keinginan dari unit dan peningkatan kualitas pertumbuhan
surplus dan defisit akan menciptakan tersebut. Untuk tujuan tersebut, harus
kebutuhan intermediasi. Perbedaan terdapat keseimbangan antara sektor riil
maksud tersebut bisa berupa ukuran dan sektor keuangan sebagai penggerak
(besaran), batasan waktu pinjaman, utama sektor riil.
karakter legal, kemampuan pasar, Lembaga keuangan, sebagai
likuiditas, divisi, kemampuan menebus lembaga yang mendominasi sektor
(redeemability), dan risiko. Misalnya, finansial dalam aktivitas perekonomian,
banyak dari surplus unit mempunyai diisyaratkan mampu menyumbangkan
dana yang secara relatif sedikit dan ingin peran yang lebih besar dalam dalam
dapat menukarkannya menjadi tunai proses penciptaan pertumbuhan tersebut
dengan mudah dan dengan jangka waktu melalui fungsi utamanya, yakni
yang pendek. intermediasi.
Di sisi lain, unit defisit kebanyakan Dalam suatu sistem perekonomian,
menginginkan sejumlah besar dana peran utama lembaga-lembaga keuangan
dengan jangka waktu/periode yang lama, memang menjalankan fungsi
dengan jaminan bahwa mereka akan intermediasinya. Yakni, menyalurkan
diwajibkan membayar dengan kembali dana yang telah dihimpunnya
pembayaran yang sudah diatur waktunya dari masyarakat dalam bentuk pinjaman
(jatuh tempo). Institusi yang berusaha atau kredit kepada sektor usaha riil
menyatukan perbedaan keinginan dari dalam upaya pengembangan usahanya.
unit surplus dan unit defisit tersebut Dengan kata lain, melalui fungsi
disebut institusi intermediasi keuangan intermediasi yang dijalankannya, sektor
(financial intermediary). keuangan haruslah berperan sebagai
Seiring dengan aktivitas ekonomi agen dalam mempercepat pembangunan
yang semakin berkembang, peranan dan meningkatkan pertumbuhan
bank sangat penting dalam ekonomi, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kinerja perekonomian, meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
khususnya di Indonesia di mana Di Indonesia, lembaga keuangan
perbankan menguasai sebagian besar yang paling berperan dalam proses
pangsa dari sistim keuangan yang ada. pembangunan tersebut dari waktu ke
Fungsi utama bank pada dasarnya waktu ialah perbankan. Jika fungsi
memanglah sebagai lembaga intermediasi keuangan yang dimotori
intermediasi keuangan yang bertugas bank ini dapat berjalan dengan baik,
mengumpulkan dana dari masyarakat maka kredit bank menjadi sangat
yang kelebihan dana (idle fund/surplus esensial untuk mendorong pertumbuhan
unit) kemudian menyalurkannya kepada sektor riil. Sehingga tidaklah berlebihan
masyarakat yang membutuhkan dana jika dikatakan bahwa sektor usaha di
(deficit unit). Indonesia sangat bergantung pada
perbankan, dalam arti pembiayaannya.
PERAN INTERMEDIASI Karena itu, dapatlah dimengerti jika
PERBANKAN BAGI SEKTOR ledakan krisis sektor perbankan pada
USAHA DI INDONESIA tahun 1998 membawa dampak yang
Semua kalangan telah menyadari begitu terasa bagi perekonomian
pentingnya pemantapan stabilitas pada Indonesia.
aras makro sebagai prasyarat dasar untuk Pembahasan mengenai
tercapainya peningkatan kesejahteraan peningkatan peran intermediasi

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 194


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

perbankan terhadap sektor usaha di Meskipun di tahun-tahun terakhir


Indonesia, memang tidak bisa dipsahkan upaya peningkatan kinerja perbankan
dari pembahasan tentang krisis ekonomi secara umum dapat dikatakan mulai
di Indonesia pada kisaran 1997-1998. menunjukkan hasil, yang tercermin dari
Seperti diketahui bersama, bahwa krisis membaiknya beberapa kinerja
ekonomi yang terjadi di Indonesia dan perbankan, pendapat umum para ahli dan
berdampak sangat luas tersebut, diawali ekonom masih belum bisa menilai
dengan krisis di bidang moneter. bahwa sektor yang terkena dampak krisis
Krisis ekonomi dan perbankan paling besar ini telah pulih. Artinya,
inilah yang kemudian mengakibatkan agenda penyehatan perbankan masih
terjadinya distorsi pada intermediasi belum optimal dalam memulihkan peran
perbankan. Melonjaknya nilai tukar intermediasi perbankan. Padahal, sektor
Rupiah terhadap Dollar Amerika, perbankan memainkan peranan yang
kebijakan suku bunga tinggi, dan sangat krusial dalam perekonomian.
kebijakan kredit perbankan, jauh Agenda penyehatan perbankan
sebelum krisis terakumulasi sehingga sendiri yang salah satunya dirumuskan
menciptakan permasalahan tersendiri melalui proses konsolidasi internal
bagi perbankan. Negative spreads, perbankan (antara lain berupa
kerugian akibat selisih valas dan pemenuhan ketentuan CAR dan NPL),
melonjaknya Non Performing Loan selama ini telah membatasi kegiatan
(NPL) kemudian menjelma menjadi produksi dan investasi di sektor riil.
“pola umum” yang dihadapi perbankan. Sementara di sektor keuangan, upaya
Pada gilirannya, hal ini berdampak tersebut telah menyebabkan tidak
terhadap kemampuan bank dalam tersalurkannya kelebihan likuiditas
menyalurkan kredit. dalam bentuk penyaluran kredit
Selanjutnya pada periode-periode perbankan.
berikutnya setelah terjadinya krisis Tabel 4 menunjukkan gambaran
ekonomi, di satu sisi kondisi masih tentang perkembangan dan kondisi
terbatasnya fungsi intermediasi perbankan Indonesia dari tahun ke tahun,
perbankan dan belum kondusifnya iklim pasca puncak krisis ekonomi 1999-2000.
berinvestasi menjadi faktor fundamental Berdasarkan data pada tabel tersebut
yang menghambat pertumbuhan dapat disimpulkan tentang permasalahan
investasi yang lebih tinggi. Namun di intermediasi perbankan di Indonesia,
sisi lain, krisis nilai tukar yang dimana perbankan nasional masih belum
melahirkan krisis perbankan pada tahun sepenuhnya berhasil dalam menjalankan
1997-1998 tersebut menjadi pengalaman fungsinya. Hal ini setidaknya dapat
traumatis baik di pihak perbankan dilihat melalui perkembangan Loan to
sendiri, sektor riil, maupun regulator, Deposit Ratio (LDR) dan Capital
terlebih masyarakat. Sehingga kemudian, Adequacy Ratio (CAR).
konsep “prudent banking” dalam Pada perkembangan terakhir saja
kerangka pengelolaan resiko menjadi hal (tahun 2006), angka LDR kurang lebih
yang paling diutamakan dalam hanya sebesar 60%. Rasio ini masih
pengoperasian bank pasca krisis terkategorikan sebagai angka yang
moneter. Lahirnya konsep ini cenderung rendah, mengingat aktivitas utama dari
terasosiasi dengan fungsi intermediasi bank adalah penyaluran kredit.
perbankan.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 195


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

Tabel 4. Perkembangan Indikator Perbankan Indonesia


Indiktor 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Dana Pihak Ketiga
(Rp.Triliun) 797.36 835.78 888.57 963.11 1,127.9 1,287.0
Kredit (Rp. Triliun) 316.06 371.06 440.51 559.47 730.2 832.9
Loan to Deposit
Ratio (LDR) [%] 33.01 38.24 43.52 49.95 64.7 64.7
Return On Assets
(ROA) [%] 1.45 1.96 2.63 3.46 2.6 2.6
Non Performing
Loan (NPL) [%] 12.23 7.5 6.78 4.5 8.3 7.0
Capital Adequacy
Ratio (CAR) [%] 19.93 22.44 19.43 19.42 19.5 20.5
Sumber:Purwanto (2005:2);Thalo (2005:6); dan Statistik Perbankan, Bank Indonesia
(2006:52)

Di satu sisi rendahnya LDR penyaluran kredit ke sektor riil, tapi juga
menunjukkan belum optimalnya peran akan membawa dampak tersendiri bagi
intermediasi yang dijalankan perbankan bank, dimana konsekuensi dari
(disintermediasi). Di sisi lain, tingkat penempatan dana bank dalam jumlah
LDR yang rendah juga menunjukkan yang besar pada SBI akan
masih cukup besarnya ruang bagi menghilangkan potensi bank untuk
ekspansi kredit. Rendahnya LDR memperoleh keuntungan yang lebih
tentunya berkonsekuensi pada tingginya tinggi.
likuiditas yang dihadapi perbankan. Sementara itu, tingkat CAR yang
Likuiditas yang berlebih ini kemudian jauh di atas ketentuan Bank Indonesia
ditanam di SBI dan meninggalkan sektor (8%) juga menunjukkan hal yang sama.
riil pada kondisi yang kembang kempis. Atau dari sisi yang lain tingginya CAR
Tingginya akselerasi pertumbuhan ini juga menunjukkan bahwa perbankan
dana masyarakat di bank (DPK/Dana mengalami over liquid. Kondisi over
Pihak Ketiga) yang tidak dibarengi oleh liquid inilah yang menjadi salah satu
pertumbuhan kredit seperti yang terjadi penyebab tingginya biaya dana yang
pada perbankan di Indonesia ternyata pada gilirannya berdampak pada
menyebabkan perbankan mengalami tingginya tingkat bunga kredit.
penguatan likuiditas, yang terindikasi Dari beberapa indikator di atas
dari semakin banyaknya dana bank yang dapat disimpulkan bahwa perbankan
disimpan dalam Sertifikat Bank masih belum optimal dalam menjalankan
Indonesia (SBI). peran intermediasinya. Dalam kondisi
Hal tersebut mengisyaratkan yang demikian pemulihan dunia usaha
ketidakmampuan bank-bank untuk sulit untuk diharapkan.
menyalurkan dana yang dihimpunnya ke
dalam bentuk kredit dan atau aktiva PERMASALAHAN BANK DAN
produktif lainnya, sehingga tidak PERMASALAHAN SEKTOR
memilki alternatif penyaluran dana lain USAHA DI INDONESIA
di luar SBI. Pembahasan mengenai peran
Hal lain yang perlu disadari pula, intermediasi perbankan di Indonesia juga
bahwa penempatan dana yang besar pada bisa dijelaskan melalui identifikasi
SBI tidak hanya memperkecil permasalahan yang dihadapi oleh

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 196


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

perbankan (sebagai kreditur), maupun untuk menyambutnya dengan antusias.


oleh sektor usaha usaha sendiri (sebagai Penyebabnya adalah karena kinerja
debitur). kredit perbankan (selama tahun 2005
Dalam kaitan dengan misalnya) menunjukkan bahwa kredit
permasalahan yang dihadapi oleh modal kerja dan investasi mencatat
kelompok bank, bank lebih banyak kredit bermasalah (NPL – Non
bersikap hati-hati karena latar belakang Performing Loan) yang sangat tinggi,
pengalaman krisis, sehingga bank lebih yaitu masing-masing sebesar 52,33%
memilih menempatkan dananya pada dan 38,92% dari total NPL perbankan.
SBI dan obligasi pemerintah yang dapat Sementara itu, kredit konsumsi mencatat
dikatakan memberikan tingkat NPL yang jauh lebih rendah, yaitu
pengembalian yang cukup tinggi dengan sebesar 8,75% sehingga cukup beralasan
risiko nol dan juga biaya administratif apabila dunia perbankan akhirnya lebih
yang rendah. Jadi, bisa disimpulkan gencar mengucurkan kredit konsumsi.
bahwa secara umum, perbankan Namun hal yang harus disadari,
Indonesia cenderung menghindari risiko pertumbuhan ekonomi dengan bertopang
(risk-aversion) ketimbang mengelolanya pada konsumsi tidak akan sustainaible
(risk-management). dalam jangka panjang. Kontribusi
Selanjutnya, belum pulihnya investasi pada pertumbuhan ekonomi
fungsi intermediasi perbankan seperti akan menciptakan multiplier yang
tercermin dari terputusnya keterkaitan memadai untuk menciptakan
sektor riil dan keuangan akibat risk- pertumbuhan ekonomi yang
aversion bukan hanya menyebabkan sustainaible. Untuk itu diperlukan
terbatasnya pembiayaan kegiatan dukungan kredit investasi dan modal
investasi dan modal kerja bagi proses kerja yang memadai.
pemulihan ekonomi, namun juga adanya Langkah risk aversion yang salah
kelebihan likuiditas di perbankan yang satunya tercermin dari pertumbuhan
berpotensi memberi tekanan pada nilai kredit yang sebagian besar masih
tukar rupiah dan inflasi. didominasi oleh kredit konsumsi, akan
Bukti lain yang menunjukkan bermuara pada permasalahan tersendiri
bahwa bank lebih suka menghindari bagi peningkatan peran intermediasi
risiko adalah pertumbuhan kredit yang bank, yaitu : pertama, tingginya CAR
sebagian besar masih didominasi oleh mempengaruhi kemampuan bank dalam
kredit konsumsi. Hal ini tidak menyalurkan kredit; kedua, masalah
mengherankan karena kredit konsumsi NPL di tahun-tahun terakhir membuat
dengan nominal per transaksi lebih kecil bank lebih terfokus dalam upaya
jika dibandingkan kredit lainnya. konsolidasi internal guna perbaikan
Dengan kata lain, kredit konsumsi relatif kualitas aset daripad menyalurkan kredit;
lebih kecil risikonya dibandingkan kredit ketiga, risiko usaha yang masih tinggi
lainnya. menyebabkan bank terlalu berhati-hati
Dalam kaitan dengan tingginya dalam menyalurkan kredit; dan keempat,
kredit konsumsi dan rendahnya investasi, terjadinya informasi asimetrik dalam
kebijakan pemerintah untuk penyaluran kredit perbankan, karena
mengakselerasikan pembangunan bank tidak mempunyai informasi yang
infrastruktur sebagai prasyarat layak dalam penyaluran kredit
pendukung pertumbuhan ekonomi perbankan.
sebesar 6% tampaknya belum dapat Selanjutnya, permasalahan dari sisi
membangkitkan semangat bank besar dunia usaha juga tak kurang

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 197


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

pengaruhnya terhadap belum optimalnya investasi baik domestik maupun asing di


upaya peningkatan peran intermediasi Indonesia.
perbankan di Indonesia. Pertumbuhan Usaha menggerakkan sektor riil
kredit yang cukup lambat dalam tahun- melalui peningkatan peran intermediasi
tahun terakhir pasca krisis, tidak hanya perbankan di Indonesia, tentu akan sulit
dari sisi penawaran (kreditur) tetapi juga terealisasi jika sejumlah permasahan
berasal dari sisi permintaan (debitur). yang ada belum terselesaikan. Belum
Tingginya risiko serta ketidakpastian terselesaikannya sejumlah permasalahan
ekonomi menyebabkan kepercayaan para pada dunia usaha juga mengakibatkan
pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi terhambatnya penyaluran kredit
menjadi semakin menurun. Akibatnya, perbankan kepada dunia usaha.
penyerapan kredit oleh kalangan dunia
usaha juga menjadi relatif terbatas. PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN
Ketidaksiapan para pelaku di sektor riil TERHADAP SEKTOR UMKM
ini misalnya, dapat dilihat dari besarnya Krisis yang menerpa
undisbursed loan sepanjang tahun 2006 perekonomian Indonesia pada
yang telah mencapai besaran fantatis pertengahan 1997 telah membawa
yaitu Rp150 triliun. dampak terhadap sendi-sendi kehidupan
Permasalahan dari sisi dunia usaha ekonomi masyarakat Indonesia. Tidak
yang juga mengakibatkan terhambatnya terkecuali bisnis korporasi dan sektor
penyaluran kredit perbankan ini, perbankan pun merasakan dampak
beberapa hal penting yang perlu dicatat langsungnya. Dalam kondisi yang
adalah sebagai berikut: pertama, demikian, ternyata justru usaha kecillah
lingkungan usaha yang belum kondusif, yang mampu menjadi katup pengaman
misalnya: rendahnya kualitas dan perekonomian dengan kinerja yang
kuantitas infrastruktur, rumitnya cenderung relatif resisten terhadap
perijinan usaha, perpajakan, masih goncangan ekonomi.
tingginya tingkat korupsi, belum Dampak berat krisis moneter yang
stabilnya politik dan keamanan dan lain- sangat dirasakan oleh unit bisnis beraset
lain. Hambatan ini menyebabkan dunia milyaran hingga trilyunan rupiah
usaha di Indonesia sulit berkembang dan tersebut ternyata hampir tidak dirasakan
pada gilirannya menyebabkan rendahnya sektor Usaha Mikro, Kecil dan
tingkat pengembalian dunia usaha dalam Menengah (UMKM). Hal ini terutama
prespektif perbankan. Kedua: risiko antara lain disebabkan oleh tingginya
usaha yang masih tinggi, yang tercermin kandungan lokal pada faktor produksi
dari masih tingginya angka NPL mereka, baik pada penggunaan bahan
terutama pada sektor-sektor primadona baku maupun permodalan. Selain itu,
dalam penyaluran kredit; ketiga: usaha mereka pada umumnya berbasis
rendahnya kapasitas produksi nasional. pada kebutuhan dasar masyarakat luas.
Hal ini erat kaitannya dengan masih Namun demikian, bukan
banyak hambatan yang dihadapi dunia merupakan hal baru lagi jika upaya
usaha. Hingga akhir tahun 2004, pengembangan sektor yang mempunyai
misalnya kapasitas produksi nasional peran sentral dalam perekonomian
masih berkisar 48%. Dan keempat: Indonesia ini banyak menemui kendala.
rendahnya daya saing ekonomi Kendala yang dijumpai dalam upaya
Indonesia. Rendahnya daya saing pengembangan UMKM tersebut tidak
perekonomian Indonesia membawa lepas dari persoalan dasar yaitu
implikasi antara lain rendahnya tingkat kelemahan internal usahanya sendiri

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 198


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

(pelaku dan usahanya) dan juga Tabel 6. Darimana Modal Diperoleh


kelemahan eksternal berupa hubungan Oleh Pelaku Usaha Mikro
dengan pelaku-pelaku lain yang terkait Uraian IKR IK
dalam usaha tersebut. Kelemahan Modal Sendiri 90.36% 69.82%
internal UMKM yang dimaksud antara Modal Pinjaman 3.20% 4.76%
lain terkait dengan kapasitas manajemen Modal Sendiri dan 6.44% 25.42%
dan wirausaha yang lemah, teknis Pinjaman
produksi dan kurangnya infrastruktur. Jumlah 100% 100%
Infrastruktur yang dimaksud meliputi Ket; IKR : Industri Kecil Rumah
akses terhadap sumber modal, pasar, Tangga; IK : Industri Kecil
informasi, teknologi, sarana dan Sumber: Ismawan (2003)
prasarana. Salah satu infrastuktur yang
dibutuhkan adalah permodalan. Sejalan dengan hal tersebut, survei
Permasalahan utama usaha mikro BPS (1998) menyatakan bahwa
adalah permodalan. Secara rinci keterbatasan akses modal sebagai
beberapa kesulitan dalam upaya kendala utama bagi usaha mikro (40,5%)
pemberdayaan UMKM tersebut berturut- dan kecil (36,6%) untuk berkembang.
turut adalah: kesulitan modal, pengadaan Dalam menjawab persoalan
bahan baku, pemasaran dan kesulitan mengapa permodalan menjadi kendala
lainnya. Jenis kesulitan yang dihadapi utama dalam upaya pengembangan
usaha mikro tersebut, seperti tampak UMKM, karena karakteristik UMKM
dalam Tabel 5 berikut: Indonesia yang sebagian besar bergerak
di sektor informallah, maka persoalan
Tabel 5. Jenis Kesulitan Usaha Mikro permodalan menjadi kendala dalam
Jenis Kesulitan IKR IK pengembangan ekses usaha. Sehingga,
Kesulitan modal 34.55% 44.05% struktur permodalan yang bersumber
Pengadaan bahan 20.14% 12.22% dari kredit perbankan, baik berupa kredit
baku modal kerja maupun kredit investasi,
Pemasaran 31.70% 34.00% menjadi sangat penting bagi
Kesulitan lainnya 13.60% 9.73% pengembangan UMKM di Indonesia.
Ket; IKR : Industri Kecil Rumah Hal ini mengingat bank adalah lembaga
Tangga; IK : Industri Kecil keuangan yang fungsi utamanya adalah
Sumber: Ismawan (2003) menyalurkan kredit dalam rangka
menjalankan fungsi intermediasinya.
Berdasarkan hasil penelitian Bank Berkaitan dengan pentingnya
Indonesia pada tahun 2005, sebagian kredit perbankan bagi pengembangan
besar UMKM (64,6%) memerlukan UMKM ini, interaksi antara perbankan
kredit. Namun demikian, sumber dengan para pelaku ekonomi secara
pembiayaan usaha mikro dan kecil langsung melalui penyaluran kredit
sebagian besar masih berasal dari modal perbankan akan berpengaruh terhadap
pribadi dan modal keluarga. Modal perkembangan berbagai aktivitas
sendiri merupakan pilihan utama pelaku perekonomian. Dari sisi produksi
usaha mikro (90.36% untuk Industri perkembangan pembiayaan dalam
Kecil Rumah Tangga dan 69.82% untuk bentuk kredit perbankan akan
Industri Kecil). Selengkapnya, hal ini berpengaruh terhadap kemampuan
dapat diamati pada Tabel 6 berikut ini: produksi dunia usaha sehingga akan
menentukan tingkat output riil dari
berbagai sektor ekonomi.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 199


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

Dalam perkembangannnya, bagi kehati-hatian sebagai bagian dari


pelaku UMKM ternyata bank bukan manajemen resiko dalam penyaluran
merupakan satu-satunya lembaga kredit.
keuangan yang menjadi tumpuan Berhubungan dengan permasala-
UMKM dalam pembiayaan untuk han permodalan bagi UMKM,
usahanya. Beberapa lembaga keuangan permasalahan yang tengah dihadapi saat
lain yang juga menjadi pilihan bagi ini oleh UMKM adalah akses dalam
UMKM untuk membiayai usahanya, mendapatkan fasilitas pembiayaan dari
misalnya koperasi, atau bahkan lembaga perbankan. Permasalahan tersebut pada
keuangan non formal yang lain. Untuk dasarnya sangat terkait dengan profil
kategori asal pinjaman dari lain-lain, dari debitur-debitur UMKM yang
bahkan prosentasenya lebih tinggi dari kebanyakan kurang atau bahkan tidak
kategori yang lain. Tabel 7 menjelaskan bankable (tidak memenuhi persyaratan-
hal ini secara mendetail. persyaratan teknis perbankan).
Tabel 7. Asal Pinjaman Pelaku Usaha Tidak bankable-nya debitur
Mikro UMKM menjadikan aspek kelayakan
Asal Pinjaman IKR IK (feasibility) debitur UMKM terabaikan.
Bank 18.79% 59.78% Karena tidak dapat memenuhi
Koperasi 7.09% 4.85% persyaratan-persyaratan teknis
Institusi 8.25% 7.63% perbankan, calon debitur UMKM
Lain kehilangan kesempatan untuk
Lain-lain 70.35% 32.16% mendapatkan fasilitas kredit dari
Ket; IKR : Industri Kecil Rumah perbankan.
Tangga; IK : Industri Kecil Dalam kaitan dengan ini terdapat
Sumber: Ismawan (2003) juga keterangan tentang hal yang
menjadi sebab kendala pembiayaan
Untuk mengatasi kesulitan kepada UMKM. Salah satu temuan
permodalannya, hanya sebanyak 17,50% survey BI tahun 2005 mengenai profil
dari keseluruhan UMKM yang UMKM di Indonesia adalah bahwa
melakukan pinjaman ke bank, sedangkan UMKM masih enggan mengambil kredit
sisanya sebanyak 82,50 % ke lembaga ke bank karena tidak adanya agunan
non bank atau informal. (untuk debitor mikro) atau terlalu
Mengenai gejala keengganan tingginya suku bunga bank (untuk
pelaku UMKM mengajukan kredit debitor kecil dan menengah). Selain itu,
kepada bank, yang disebabkan beberapa survey BI tersebut juga mendukung
alasan (misalnya karena prosedur yang realita mengapa jumlah UMKM di
sulit, tidak berminat dan tidak tahu Indonesia hanya sekitar 12% saja yang
prosedur, suku bunga tinggi, tidak punya mengambil kredit bank. Jawabannya
agunan, atau proposal yang ditolak), Hal adalah karena untuk kredit di atas Rp 50
itulah yang terutama menjadi penyebab juta, pada umumnya bank telah
mengapa sektor UMKM di negara- mensyaratkan dilengkapinya berbagai
negara berkembang pada umumnya dokumen seperti ijin usaha dan legalitas
masih menggantungkan diri pada perusahan (badan hukum), di mana
pendanaan informal dengan resiko beban kedua hal ini masih jarang dimiliki oleh
biaya modal yang sangat tinggi. UMKM sebagian besar UMKM.
enggan meminjam dana dari bank karena Keadaan usaha mikro sebagai
„prosedur sulit‟, sementara di sisi lain kegiatan ekonomi rakyat yang banyak
pihak bank harus mengikuti prinsip dilakukan oleh masyarakat lapisan

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 200


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

bawah, sehingga kelompok ini pada dengan peran pemerintah pusat, daerah,
umumnya nyaris tidak tersentuh Bank Indonesia, perbankan, departemen
(undeserved) dan tidak dianggap atau dinas teknis, dan institusi terkait
memiliki potensi dana oleh lembaga lainnya. Hal ini sejalan pula dengan
keuangan formal, sehingga semangat pemberdayaan UMKM yang
menyebabkan laju perkembangan ramai didengungkan bahwa upaya
ekonominya terhambat pada tingkat memperkuat infrastruktur perekonomian
subsistensi saja. Kelompok masyarakat Indonesia harus mencakup upaya
ini dinilai tidak layak bank (not menyeimbangkan peran sektor usaha
bankable) karena tidak memiliki agunan, besar dan sektor usaha kecil.
serta diasumsikan kemampuan Kendala-kendala perbankan dalam
mengembalikan pinjamannya rendah, menyalurkan kredit kepada sektor
kebiasaan menabung yang rendah, dan UMKM, antara lain: (1) Minimnya
mahalnya biaya transaksi. Akibat asumsi pengalaman dan kualitas pejabat bank
tersebut, maka aksesibilitas dari dalam mengurus UMKM, (2)
pengusaha mikro terhadap sumber Menganggap UMKM sebagai sektor
keuangan formal rendah, sehingga yang complicated, high risk dan low
kebanyakan mereka mengandalkan profit, (3) Kerasnya prinsip kehati-hatian
modal apa adanya yang mereka miliki. bank serta trauma krisis ekonomi, dan
Sedangkan permasalahan (4) Perubahan klien dari yang biasanya
permodalan lain dalam pembiayaan korporat ke UMKM, tidak mudah.
kepada UMKM adalah permasalahan Upaya mengatasi permasalahan
yang dihadapi adalah oleh perbankan kesulitan permodalan oleh UMKM
tetapi terkait erat dengan pelaku sebetulnya telah banyak digagas baik
UMKM. Permasalahan tersebut oleh lembaga-lembaga pemerhati usaha
misalnya; (i) asymmetric information, berskala kecil maupun oleh pemerintah
dan (ii) moral hazard. Permasalahan sendiri. Tak kurang, pemerintah melalui
asymmetric information terjadi salah Bank Indonesia telah mengeluarkan
satunya karena pasar keuangan berbagai peraturan tentang dukungan
(perbankan dan non-perbankan) tidak pembiayaan terhadap UMKM. Misalnya
mengetahui secara detail mengenai saja serangkaian kebijakan yang disebut
UMKM baik dari prospek dan risiko sebagai “Paket Kebijakan Perbankan
usaha, serta karakter nasabah. Sementara Januari 2005” sebagai bentuk
untuk permasalahan moral hazard terjadi sinkronisasi atas arah kebijakan
karena adanya penggunaan kredit di luar pemerintah dalam mengoptimalisasi
peruntukan seharusnya tanpa fungsi intermediasi perbankan.
sepengetahuan bank, dan biasanya Peraturan tersebut dikenal dengan
kesalahan penggunaan kredit tersebut Pakjan 2005, yang terdiri dari delapan
mengakibatkan terjadinya gagal bayar. ketentuan, dalam bentuk Peraturan Bank
Pada akhirnya moral hazard akan Indonesia (PBI), baik bersifat baru,
mengakibatkan trauma bagi perbankan maupun penyempurnaan peraturan yang
untuk menyalurkan kredit. Pada telah ada, dan mulai berlaku tanggal 20
akhirnya, baik asymmetric information Januari 2005. Salah satunya peraturan itu
maupun moral hazard mengakibatkan misalnya PBI No.7/3/PBI/2005
terjadinya market failure, sehingga perlu mengenai Batas Maksimum Pemberian
ada langkah ‟intervensi‟ untuk Kredit (BMPK).
mengkoreksi kegagalan tersebut. Sedangkan dukungan terhadap
„Intervensi‟ itulah apa yang dimaksud UMKM yang terbilang terbaru, adalah

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 201


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

peresmian pelaksanaan program Kredit corporate, dimana biasanya pembiayaan


Usaha Rakyat (KUR) yang khusus yang didapatkan dari perbankan
ditujukan untuk memperkuat permodalan sebagian besar digunakan untuk
kelompok UMKM serta koperasi oleh pembiayaan investasi, atau melengkapi
Presiden Indonesia pada tanggal 5 perusahaan dengan modal yang tetap.
November 2007. Tepat pada wacana tentang self
Sayangnya, banyak bank besar liquidating inilah, pentingnya membahas
yang sampai saat ini masih tentang pembiayaan terhadap UMKM.
menganaktirikan UMKM dalam Sebab secara sejarah dan prinsip filosofi
pengucuran kredit produksi. Gambaran bank, semua jenis pembiayaan (pada
realisasi pengucuran kredit perbankan sektor usaha yang besar maupun kecil),
dan kebijakan Bank Indonesia yang bisa dilakukan oleh bank, selama usaha
semakin berpihak pada sektor UMKM tersebut bersifat self liquidating. Teori
ternyata masih belum sejalan dengan pemberian pinjaman untuk dagang, the
kenyataan. commercial loan theory, bank-bank
Fenomena ini menarik untuk hanya boleh memberikan pinjaman
dielaborasi lebih dalam, karena fakta di dengan surat dagang jangka pendek yang
lapangan pada tataran pelaksanaan yang dapat dicairkan dengan sendirinya (self-
masih belum sejalan dengan tataran liquidating), karena sifat sesungguhnya
kebijaksanaan dapat menjadi indikasi dari pinjaman itu ialah menghasilkan
adanya kesalahan atau sesuatu yang uang yang diperlukan untuk
kurang dalam mekanisme membayarnya kembali.
pelaksanaannya. Kesenjangan atau gap Pembahasan tentang UMKM,
yang ada ini masih membuka peluang termasuk dalam wilayah bahasan tentang
untuk mendorong banyak studi yang usaha, khususnya usaha kecil. Pengertian
akan mendukung pada penemuan format dan karakteristik usaha kecil sendiri di
kebijakan-kebijakan lebih lanjut dalam Indonesia masih sangat beragam.
rangka pelaksanaan API (Arsitektur Departemen Perindustrian dan Bank
Perbankan Indonesia). Indonesia (1990) mendefinisikan usaha
Padahal, jika dicermati lebih jauh, kecil berdasarkan nilai asetnya, yaitu
sebetulnya pemberian kredit kepada suatu usaha yang asetnya (tidak
sektor UKM sebenarnya tidak kalah termasuk tanah dan bangunan) bernilai
menguntungkan dibanding pemberian kurang dari Rp. 600 Juta. Sedangkan
kredit kepada korporasi. Keuntungan Departemen Perdagangan
atas pemberian kredit kepada UMKM mendefinisikan usaha kecil sebagai
tersebut antara lain: (i) Tingkat usaha yang modal kerjanya kurang dari
kemacetan relatif kecil, (ii) Mendorong Rp. 25 Juta.
penyebaran risiko, karena nominalnya Menurut Badan Pusat Statistik
kecil dan nasabahnya banyak, dan (iii) (BPS), industri kecil adalah usaha
Interest margin yang lebih besar. industri yang melibatkan tenaga kerja
Dari sisi yang lain, pembiayaan antara 5 sampai dengan 19 orang.
terhadap UMKM juga mempunyai Sedangkan industri rumah tangga adalah
keunggulan jika dilihat dari sifat usaha industri yang memperkerjakan
usahanya yang self liquidating. Hal ini kurang dari 5 orang.
karena pada umumnya seluruh dana Terdapat salah satu definisi yang
pembiayaan yang diperoleh dari lembaga dapat dipakai untuk menilai kategori
keuangan digunakan untuk pembiayaan usaha dengan versi yang lebih baru,
kegiatan usaha. Berbeda dengan usaha misalnya definisi berdasarkan Surat

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 202


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

Edaran Bank Indonesia kepada Semua Beragamnya definisi tersebut,


Bank Umum di Indonesia No.3/9/BKr, merupakan hal yang menarik, karena
tertanggal 17 Mei 2001. Menurut Surat beragamnya definisi UMKM akan
Edaran ini, Usaha Kecil adalah usaha berderivasi terhadap penetapan
yang memenuhi beberapa kriteria, yaitu: kebijakan yang tidak fokus, yang akan
(a) Memiliki kekayaan bersih paling cenderung disesuaikan dengan
banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus kepentingan pembuat kebijakan itu
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan sendiri.
bangunan tempat usaha; atau (b) Di luar pembahasan mengenai
Memiliki hasil penjualan tahunan paling beragamnya definisi UMKM, fakta
banyak Rp. 1.000.000,00 (satu miliar tentang keberadaan sifat dan fenomena
rupiah); (c) Milik Warga Negara UMKM sendiri merupakan hal menarik
Indonesia; (d) Berdiri sendiri, bukan untuk dielaborasi lebih dalam. Hal ini
merupakan anak perusahaan atau cabang berkaitan dengan fenomena ekonomi
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau UMKM terkait dengan sifat
berafiliasi baik langsung, maupun tidak kelokalannya dan juga sifat
langsung dengan usaha menengah atau kekhasan/keunikannya.
usaha besar; dan (e) Berbentuk usaha Sifat kelokalan UMKM, terutama
perorangan, badan usaha yang tidak dicerminkan oleh tingginya kandungan
berbadan hukum, atau badan usaha yang lokal pada faktor produksi mereka, baik
berbadan hukum, termasuk koperasi. pada penggunaan bahan baku maupun
Jika pengertian usaha kecil masih permodalan. Selain itu, usaha mereka
sangat beragam, maka menyimpulkan pada umumnya berbasis pada kebutuhan
pengertian UMKM juga merupakan hal dasar masyarakat luas. Karena berbasis
yang sulit juga karena beragamnya pada kebutuhan masyarakat luas, maka
definisi UMKM yang merupakan bagian umumnya membuat banyak UMKM
dari pembahasan mengenai usaha kecil. juga intensif dalam menggunakan
Salah satu acuan yang bisa digunakan sumberdaya alam lokal. Keadaan ini
untuk menjelaskan UMKM adalah membuat UMKM cenderung menyerap
definisi UMKM menurut temuan survey banyak tenaga kerja. Karenanya, wajar
BI tahun 2005 mengenai profil UMKM jika pertumbuhan UMKM akan
di Indonesia. Menurut survey ini, secara menimbulkan dampak positif terhadap
umum Profil UMKM di Indonesia dapat peningkatan jumlah tenaga kerja,
dirumuskan seperti dalam Tabel 7 pengurangan jumlah kemiskinan, bahkan
berikut ini: pemerataan dalam distribusi pendapatan.
Meskipun terdapat beragam versi Sedangkan sifat kekhasan/keuni-
mengenai definisi UMKM, terdapat kan UMKM dicerminkan oleh sifat
fokus definisi UMKM yang dipakai UMKM yang lentur atau fleksibel, dan
kalangan perbankan untuk tujuan daya survive-nya yang tinggi. Kelenturan
pencatatan statistik dan keseragaman atau sifat fleksibel UMKM, terkait
data. Fokus definisi UMKM Bagi bank dengan karakteristik umum UMKM
tersebut didasarkan pada: (i) Omset yang kebanyakan bersifat informal.
Penjualan Setahun, (ii) Kemampuan Sebagaimana dipahami, secara umum,
Membayar Kembali Kredit Bank, (iii) karena sifat informalnya, mereka tidak
Kemampuan Menghasilkan Laba Usaha, terpaku dengan aturan formal yang
(iv) Kekayaan Bersih, (v) Jumlah Kredit kebanyakan bersifat baku dan mengikat.
yang diberikan, dan (vi) Jumlah Tenaga
Kerja yang Dipakai.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 203


Tabel 8. Survei Profil UMKM di Indonesia
No. Karakteristik umum
1 Rendahnya kesadaran memiliki ijin usaha
2 Enggan mengambil kredit bank (terkait soal agunan untuk nasabah mikro;
Dan terkait soal suku bunga tinggi untuk nasabah usaha kecil dan menengah)
3 Masih mengandalkan pada sumber dana non bank (modal sendiri)
4 Harga bahan baku yang tidak stabil
5 Kualitas yang tidak standar (kontrol kualitas dilakukan secara manual)
6 Rendahnya ketrampilan pengusaha umkm
7 Pada umumnya belum berbadan hukum
(Sumber: Bank Indonesia, 2005 dalam Retnadi, 2007:8, diolah)

Di sisi lain, kelenturan ini multidimensional, maka tinjauan


membawa dampak dan keuntungan terhadapnya akan bersifat interdisiplin.
sendiri, dimana UMKM menjadi mudah Pentingnya bahasan yang bersifat
menyesuaikan dengan keadaan pasar. intedisiplin, misalnya, diperlukan untuk
Itulah salah satu alasan yang membahas tentang aspek pembiayaan
menjelaskan mengapa dampak berat terhadap UMKM. Hal ini penting,
krisis moneter yang pernah menerpa karena jika hanya aspek ekonomi dan
ekonomi Indonesia, yang sangat bisnis saja -aspek yang terkait langsung
dirasakan oleh unit bisnis besar beraset dengan pembiayaan atau kredit- yang
milyaran hingga trilyunan rupiah, digunakan untuk menganalisis masalah
ternyata hampir tidak dirasakan sektor tersebut, maka tidak akan didapat
UMKM. analisis yang akurat, lengkap dan
Dari sisi kebijakan, sifat kelokalan mendalam.
dan keunikan/kekhasan UMKM ini jelas Pembiayaan terhadap usaha
menguntungkan karena tidak saja berskala kecil, tentu suatu hal yang sulit
memberikan penghasilan bagi sebagian dilakukan oleh bank. Hal ini karena bank
besar angkatan kerja Indonesia, namun adalah lembaga bisnis, yang sudah pasti
juga merupakan salah satu ujung tombak tujuan dan dasar utama kegiatannya
dalam upaya pengentasan kemiskinan. adalah profit. Bagi bank, pembiayaan
Lebih jauh, peran penting UMKM dalam terhadap UMKM dinilai sebagai suatu
memberikan tambahan pendapatan dapat kegiatan yang tidak berorientasi profit.
berfungsi sebagai strategi Salah satu alasannya adalah pihak bank
mempertahankan hidup (survival harus mengikuti prinsip kehati-hatian
strategy) di tengah hantaman krisis sebagai bagian dari manajemen resiko
ekonomi. Sehingga, tidaklah berlebihan dalam penyaluran kredit serta mahalnya
jika UMKM memiliki ketahanan yang biaya transaksi yang harus ditanggung
lebih baik dibandingkan dengan usaha oleh bank.
besar karena lebih efisien. Umumnya kredit UMKM
Pembahasan mengenai UMKM nominalnya kecil dan jumlah
tidak bisa dilepaskan dari analisis nasabahnya banyak. Pada gilirannya, hal
terhadap kekhasan/keunikan fenomena inilah yang menyebabkan tingginya
ekonomi dan kelokalan sifatnya. biaya transaksi yang harus ditanggung
Karenanya, analisis terhadap persoalan oleh bank. Pengalaman menunjukkan
yang menyangkut UMKM akan bersifat bahwa biaya transaksi yang dikeluarkan
multidimensional. Karena sifatnya bank untuk pekerjaan administratif
Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

relatif sama untuk jumlah nilai kredit kelompok lain. Secara umum
yang berbeda. Sehingga bagi bank akan kelembagaan merupakan serangkaian
lebih menguntungkan memberikan kredit aturan perilaku yang biasanya terlihat
dalam jumlah besar dibanding jumlah pada individu di sebuah komunitas.
kecil-kecil. Kelembagaan merefleksikan sistem nilai
Sedangkan kondisi yang berkaitan dan norma dalam masyarakat. Secara
dengan tingginya risiko yang dihadapi umum, aturan main dalam kelembagaan
bank dalam pemberian kredit kepada memiliki tiga komponen, yaitu: (i)
usaha kecil, ternyata hal ini adalah aturan formal (eksternal), (ii) aturan
karena usaha kecil umumnya informal (internal), dan (iii) mekanisme
mempunyai keuntungan dan cash flow penegakan (enforcement mechanism).
yang berfluktuasi, serta menggunakan Contoh aturan formal antara lain
pinjaman yang lebih besar dibanding konstitusi, atau regulasi pemerintah,
dengan kekayaan bersih. Ditambah lagi sedangkan aturan informal meliputi
dengan sulitnya mendapatkan informasi pengalaman, nilai-nilai tradisional,
yang akurat mengenai keadaan agama, dan lain-lain. Sedangkan
keuangannya. penegakan, mengisyaratkan bahwa
Disinilah pentingnya pembahasan semua aspek kelembagaan tidak akan
„lain‟, dimana analisis terhadap kredit efektif jika tanpa dampingan mekanisme
UMKM tidak hanya didasarkan pada penegakan.
tingginya risiko karena prinsip kehati- Aturan main dalam kasus proses
hatian dalam penyaluran kredit dan intermediasi perbankan terhadap UMKM
mahalnya biaya transaksi saja. Di dapat dijelaskan melalui tiga komponen
samping dua aspek tersebut, tersebut di atas. Jika pertimbangan kredit
kelengkapan analisis semestinya juga kepada UMKM hanya didasarkan pada
mempertimbangkan aspek lain, misalnya tinjauan terhadap tingginya risiko
tinjauan tentang „aturan main‟ dalam karena prinsip kehati-hatian bank dan
kehidupan masyarakat. Bagaimanapun, mahalnya biaya transaksi saja, maka
aturan main juga sangat menentukan peningkatan peran intermediasi yang
berlangsungnya proses intermediasi bank diharapkan tentu tidak akan berjalan
terhadap UMKM. Sebagai contoh, efektif. Namun dengan mempertimbang-
misalnya tentang penerapan kriteria 5C kan prinsip kelembagaan (aturan main
pada saat pertama kali mengajukan dan juga penegakan), hal yang secara
kredit ke bank, tapi jika berulang (kredit perhitungan bisnis tidak mungkin, bisa
berikutnya), aturan 5C tidak terlalu ketat saja terjadi. Karena dalam kajian
diterapkan, karena bank telah ekonomi kelembagaan prilaku individu
memperoleh pengalaman tentang atau kelompok tidak harus dipahami
kelayakan dari pemohon atau calon sebagai tindakan yang diasumsikan
debitur. „rasional‟ secara ekonomi semata,
Aturan main adalah inti dari kajian namun juga mempertimbangkan
kelembagaan. Sedangkan kelembagaan kemungkinan munculnya prilaku di luar
sendiri merupakan suatu hal penting pertimbangan rasionalitas secara
dalam kehidupan masyarakat, karena ekonomi.
kelembagaan adalah seperangkat aturan
yang dianut oleh sekelompok
PENUTUP
masyarakat yang dijadikan sebagai
pegangan dalam mengadakan bargaining Dalam melaksanakan proses
dengan individu maupun dengan intermediasinya, seharusnya Bank

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 205


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

berhadapan secara langsung dengan sebagai kreditur dan pelaku UMKM


calon nasabah (UMKM). Namun, pada sebagai debitur.
kenyataannya terdapat ketidaksesuaian Namun demikian, terhadap
antara kebutuhan permodalan/pendanaan keberadaan lembaga ini kiranya masih
UMKM dalam jumlah yang kecil dengan perlu dilakukan uji kelayakan, penentuan
fleksibilitas dan mekanisme yang desain terhadap bentuk, prasyarat,
sederhana. Di lain pihak, bank pada prosedur ataupun mekanisme
umumnya memberikan kredit yang pelaksanaannya.
jumlahnya jauh lebih besar dari
kebutuhan nasabah UMKM. Sementara
untuk pinjaman dengan jumlah yang
kecil untuk setiap nasabah akan DAFTAR PUSTAKA
berdampak pada biaya per unit yang
mahal. Atas realitas ini, tampaknya Adiningsih, Sri (2004) Regulasi Dalam
keberadaan semacam lembaga penjamin Revitalisasi Usaha Kecil dan
yang menjadi penghubung antara Menengah dl Indonesia,
UMKM dengan skala sangat kecil http://lfip.org/english/pdf/bali-
dengan perbankan, bisa menjadi pilihan seminar, didownload pada tanggal
untuk menjembatani keduanya. Artinya, 14 April 2007
pihak bank memberikan pinjaman
kepada satu lembaga penjamin tersebut
Arief, Sritua (1993), Metode Penelitian
dengan jumlah yang besar, dan
Ekonomi, UI-Press, Jakarta
selanjutnya, lembaga penjamin
tersebutlah yang memberikan pinjaman
dalam jumlah yang kecil, sesuai dengan Bank Indonesia (1995), Pedoman
kebutuhan pelaku UMKM. Penyusunan Laporan Bulanan
Dengan perlibatan lembaga Bank Perkreditan Rakyat, Bank
penjamin ini, bisa jadi akan menambah Indonesia, Jakarta.
biaya kredit itu sendiri. Tetapi, biaya
tambahan yang timbul ini akan tertutupi Bank Indonesia Malang (2003)
atau bahkan lebih rendah, jika Informasi Kinerja BPR di Wilayah
dibandingkan dengan manfaat dari Kodya dan Kabupaten Malang,
besarnya kredit yang dapat tersalurkan. makalah disampaikan pada
Sehingga, dengan mempertimbangkan pertemuan rutin Bank Indonesia
kondisi yang sedemikian rupa, Malang dengan BPR-BPR
pengembangan UMKM dalam bentuk sewilayah Kantor Bank Indonesia
pemberian kredit yang merupakan Malang di Hotel Graha Cakra
cerminan berjalannya proses Tanggal 21 Oktober 2003, Malang,
intermediasi bank terhadap UMKM yang tidak dipublikasikan.
diharapkan dapat terlaksana sesuai
harapan.
Perlibatan lembaga penjamin Bank Indonesia (2006), Kajian
dalam rangka peningkatan peran Pembiayaan dalam Rangka
intermediasi perbankan terhadap UMKM Pengembangan Klaster, Laporan
kiranya adalah keniscayaan yang dapat Penelitian oleh Tim Penelitian dan
dilakukan dalam rangka menjembatani Pengembangan Biro Kredit Bank
ketidaksesuaian antara pihak bank Indonesia (BKBI), Jakarta

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 206


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

Bonis, R. De and Stacchini, M. (2005),


On The Determinants of Banking Hayashi, M. (2002), The Role of
Intermediation In Industrialized Subcontracting in SME
Countries, www.ceistorvergata.it, development in Indonesia: Micro-
diakses pada tanggal 13 level Evidence From the Metal
Desember 2007 Working and Machinery Industry,
Journal of Asian Economics, v.13,
Dahlan, Siamat (1995), Manajemen pp. 1-26
Lembaga Keuangan, Cetakan
Pertama, Penerbit Intermedia, Hill, H. (2001), Small and Medium
Jakarta Enterprise in Indonesia: Old
Policy Challenges for the New
Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti, Administration, Asian Survey,
(2003) Manajemen Perkreditan v.41, pp. 248-270
Bank Umum, Teori, Masalah,
Kebijakan dan Aplikasinya,
Lengkap dengan Analisis Kredit, Hill, H dan Brennan (2000), A
Cetakan Pertama, Penerbit Methodology for Identifying The
Alfabeta, Bandung. Drivers of Industrial Clusters: The
Foundation Of Regional
Gandapradja, Permadi, (2004) Dasar Competitive Advantage, Economic
dan Prinsip Pengawasan Bank. Development Quarterly 14 (2000),
Cetakan Pertama. PT Gramedia pp. 65–96.
Pustaka Utama, Jakarta.
Jurnal KUKM: Koperasi, Usaha Kecil
Harris, M (2002), Pemberdayaan Usaha dan Menengah (2007), Suplemen
Kecil Menengah Dan Koperasi : Khusus Media Indonesia, Edisi
Karakeristik, Kendala dan November
Alternatif Solusinya, Makalah
disampaikan pada Lokakarya
Nasional “Pengembangan Media Indonesia Online (2007),
Ekonomi Daerah Melalui Mendorong Implementasi Fungsi
Sinergitas Pengembangan Intermediasi,
Kawasan”, diselenggarakan Oleh http://www.mediaindonesia.com/n
Direktorat Pengembangan ewsprint, diakses pada tanggal 29
Kawasan Khusus dan Tertinggal, Juni 2007
BAPPENAS, Tanggal 4 November
2002, di Jakarta Meydianawathi, Luh Gede (2007),
Analisis Perilaku Penawaran
Harmanta Dan Mahyus Ekananda Kredit Perbankan Kepada Sektor
(2005), Disintermediasi Fungsi UMKM di Indonesia (2002—
Perbankan Di Indonesia Pasca 2006), Buletin Studi Ekonomi
Krisis 1997 : Faktor Permintaan Volume 12 Nomor 2
Atau Penawaran Kredit, Sebuah
Pendekatan Dengan Model
Disequilibrium, Buletin Ekonomi Minha, Amruzi (2007), Peran
Moneter Dan Perbankan, Juni Perbankan Tak Kunjung
2005, h. 51-78 Menyentuh Si Mikro,

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 207


Peran Intermediasi Perbankan .... (Nurul Badriyah)

http://www.kinerjabank.com,
didown load pada tanggal 10 Mei

Purwanto, Deniey Adi (2005),


Menggerakkan Dunia Usaha
Melalui Pemulihan Intermediasi
Perbankan: Tantangan dan Solusi,
www.indef.or.id, diakses pada
tanggal 25 Desember 2007

Retnadi (2007), Peran Kredit UMKM,


Peluang Dan Tantangan,
Economic Review No. 207, Maret
2007

Rudjito (2003), Sinergi Kebijakan


Dalam Mendorong Pertumbuhan
Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah, Materi Lokakarya
“Mendorong Pertumbuhan Usaha
Kecil Dan Menengah Yang Sehat
Dan Berdaya Saing”
diselenggarakan Oleh Asosiasi
Pengusaha Indonesia (APINDO)
Jakarta, 12 Desember 2003, tidak
dipublikasikan

Thalo, Nawa (2005), Mengapa


Intermediasi Perbankan Berjalan
Lambat?, Policy Assessment, Juni,
www.theindonesianinstitute.com,
diakses pada tanggal 19 Desember
2007

Warjiyo, Perry (2004), Pembiayaan


Pembangunan Sektor UMKM:
Perkembangan Dan Strategi Ke
Depan, Infokop Nomor 25 Tahun
XX.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2 Desember 2009 208

Anda mungkin juga menyukai