ID None
ID None
Abstract
Sumber : BPS, Profil UMKM Tidak Berbadan Hukum Selain Sektor Pertanian - 2002
Tabel 3. Kredit Untuk UMKM Menurut Jenis Penggunaannya (Dalam Rp. Miliar)
PERBANKAN Lembaga
Intermediasi
Lembaga perantara keuangan
Lembaga Pemerintah
Perusahaan
Rumah Tangga
&
Lembaga Pemerintah
Perusahaan
Rumah Tangga
Lembaga
(lembaga intermediasi) adalah badan Instrumen
Hutang
Keuangan Lain
Instrumen
Hutang
Jasa-jasa
usaha yang kekayaannya terutama Keuangan
Di satu sisi rendahnya LDR penyaluran kredit ke sektor riil, tapi juga
menunjukkan belum optimalnya peran akan membawa dampak tersendiri bagi
intermediasi yang dijalankan perbankan bank, dimana konsekuensi dari
(disintermediasi). Di sisi lain, tingkat penempatan dana bank dalam jumlah
LDR yang rendah juga menunjukkan yang besar pada SBI akan
masih cukup besarnya ruang bagi menghilangkan potensi bank untuk
ekspansi kredit. Rendahnya LDR memperoleh keuntungan yang lebih
tentunya berkonsekuensi pada tingginya tinggi.
likuiditas yang dihadapi perbankan. Sementara itu, tingkat CAR yang
Likuiditas yang berlebih ini kemudian jauh di atas ketentuan Bank Indonesia
ditanam di SBI dan meninggalkan sektor (8%) juga menunjukkan hal yang sama.
riil pada kondisi yang kembang kempis. Atau dari sisi yang lain tingginya CAR
Tingginya akselerasi pertumbuhan ini juga menunjukkan bahwa perbankan
dana masyarakat di bank (DPK/Dana mengalami over liquid. Kondisi over
Pihak Ketiga) yang tidak dibarengi oleh liquid inilah yang menjadi salah satu
pertumbuhan kredit seperti yang terjadi penyebab tingginya biaya dana yang
pada perbankan di Indonesia ternyata pada gilirannya berdampak pada
menyebabkan perbankan mengalami tingginya tingkat bunga kredit.
penguatan likuiditas, yang terindikasi Dari beberapa indikator di atas
dari semakin banyaknya dana bank yang dapat disimpulkan bahwa perbankan
disimpan dalam Sertifikat Bank masih belum optimal dalam menjalankan
Indonesia (SBI). peran intermediasinya. Dalam kondisi
Hal tersebut mengisyaratkan yang demikian pemulihan dunia usaha
ketidakmampuan bank-bank untuk sulit untuk diharapkan.
menyalurkan dana yang dihimpunnya ke
dalam bentuk kredit dan atau aktiva PERMASALAHAN BANK DAN
produktif lainnya, sehingga tidak PERMASALAHAN SEKTOR
memilki alternatif penyaluran dana lain USAHA DI INDONESIA
di luar SBI. Pembahasan mengenai peran
Hal lain yang perlu disadari pula, intermediasi perbankan di Indonesia juga
bahwa penempatan dana yang besar pada bisa dijelaskan melalui identifikasi
SBI tidak hanya memperkecil permasalahan yang dihadapi oleh
bawah, sehingga kelompok ini pada dengan peran pemerintah pusat, daerah,
umumnya nyaris tidak tersentuh Bank Indonesia, perbankan, departemen
(undeserved) dan tidak dianggap atau dinas teknis, dan institusi terkait
memiliki potensi dana oleh lembaga lainnya. Hal ini sejalan pula dengan
keuangan formal, sehingga semangat pemberdayaan UMKM yang
menyebabkan laju perkembangan ramai didengungkan bahwa upaya
ekonominya terhambat pada tingkat memperkuat infrastruktur perekonomian
subsistensi saja. Kelompok masyarakat Indonesia harus mencakup upaya
ini dinilai tidak layak bank (not menyeimbangkan peran sektor usaha
bankable) karena tidak memiliki agunan, besar dan sektor usaha kecil.
serta diasumsikan kemampuan Kendala-kendala perbankan dalam
mengembalikan pinjamannya rendah, menyalurkan kredit kepada sektor
kebiasaan menabung yang rendah, dan UMKM, antara lain: (1) Minimnya
mahalnya biaya transaksi. Akibat asumsi pengalaman dan kualitas pejabat bank
tersebut, maka aksesibilitas dari dalam mengurus UMKM, (2)
pengusaha mikro terhadap sumber Menganggap UMKM sebagai sektor
keuangan formal rendah, sehingga yang complicated, high risk dan low
kebanyakan mereka mengandalkan profit, (3) Kerasnya prinsip kehati-hatian
modal apa adanya yang mereka miliki. bank serta trauma krisis ekonomi, dan
Sedangkan permasalahan (4) Perubahan klien dari yang biasanya
permodalan lain dalam pembiayaan korporat ke UMKM, tidak mudah.
kepada UMKM adalah permasalahan Upaya mengatasi permasalahan
yang dihadapi adalah oleh perbankan kesulitan permodalan oleh UMKM
tetapi terkait erat dengan pelaku sebetulnya telah banyak digagas baik
UMKM. Permasalahan tersebut oleh lembaga-lembaga pemerhati usaha
misalnya; (i) asymmetric information, berskala kecil maupun oleh pemerintah
dan (ii) moral hazard. Permasalahan sendiri. Tak kurang, pemerintah melalui
asymmetric information terjadi salah Bank Indonesia telah mengeluarkan
satunya karena pasar keuangan berbagai peraturan tentang dukungan
(perbankan dan non-perbankan) tidak pembiayaan terhadap UMKM. Misalnya
mengetahui secara detail mengenai saja serangkaian kebijakan yang disebut
UMKM baik dari prospek dan risiko sebagai “Paket Kebijakan Perbankan
usaha, serta karakter nasabah. Sementara Januari 2005” sebagai bentuk
untuk permasalahan moral hazard terjadi sinkronisasi atas arah kebijakan
karena adanya penggunaan kredit di luar pemerintah dalam mengoptimalisasi
peruntukan seharusnya tanpa fungsi intermediasi perbankan.
sepengetahuan bank, dan biasanya Peraturan tersebut dikenal dengan
kesalahan penggunaan kredit tersebut Pakjan 2005, yang terdiri dari delapan
mengakibatkan terjadinya gagal bayar. ketentuan, dalam bentuk Peraturan Bank
Pada akhirnya moral hazard akan Indonesia (PBI), baik bersifat baru,
mengakibatkan trauma bagi perbankan maupun penyempurnaan peraturan yang
untuk menyalurkan kredit. Pada telah ada, dan mulai berlaku tanggal 20
akhirnya, baik asymmetric information Januari 2005. Salah satunya peraturan itu
maupun moral hazard mengakibatkan misalnya PBI No.7/3/PBI/2005
terjadinya market failure, sehingga perlu mengenai Batas Maksimum Pemberian
ada langkah ‟intervensi‟ untuk Kredit (BMPK).
mengkoreksi kegagalan tersebut. Sedangkan dukungan terhadap
„Intervensi‟ itulah apa yang dimaksud UMKM yang terbilang terbaru, adalah
relatif sama untuk jumlah nilai kredit kelompok lain. Secara umum
yang berbeda. Sehingga bagi bank akan kelembagaan merupakan serangkaian
lebih menguntungkan memberikan kredit aturan perilaku yang biasanya terlihat
dalam jumlah besar dibanding jumlah pada individu di sebuah komunitas.
kecil-kecil. Kelembagaan merefleksikan sistem nilai
Sedangkan kondisi yang berkaitan dan norma dalam masyarakat. Secara
dengan tingginya risiko yang dihadapi umum, aturan main dalam kelembagaan
bank dalam pemberian kredit kepada memiliki tiga komponen, yaitu: (i)
usaha kecil, ternyata hal ini adalah aturan formal (eksternal), (ii) aturan
karena usaha kecil umumnya informal (internal), dan (iii) mekanisme
mempunyai keuntungan dan cash flow penegakan (enforcement mechanism).
yang berfluktuasi, serta menggunakan Contoh aturan formal antara lain
pinjaman yang lebih besar dibanding konstitusi, atau regulasi pemerintah,
dengan kekayaan bersih. Ditambah lagi sedangkan aturan informal meliputi
dengan sulitnya mendapatkan informasi pengalaman, nilai-nilai tradisional,
yang akurat mengenai keadaan agama, dan lain-lain. Sedangkan
keuangannya. penegakan, mengisyaratkan bahwa
Disinilah pentingnya pembahasan semua aspek kelembagaan tidak akan
„lain‟, dimana analisis terhadap kredit efektif jika tanpa dampingan mekanisme
UMKM tidak hanya didasarkan pada penegakan.
tingginya risiko karena prinsip kehati- Aturan main dalam kasus proses
hatian dalam penyaluran kredit dan intermediasi perbankan terhadap UMKM
mahalnya biaya transaksi saja. Di dapat dijelaskan melalui tiga komponen
samping dua aspek tersebut, tersebut di atas. Jika pertimbangan kredit
kelengkapan analisis semestinya juga kepada UMKM hanya didasarkan pada
mempertimbangkan aspek lain, misalnya tinjauan terhadap tingginya risiko
tinjauan tentang „aturan main‟ dalam karena prinsip kehati-hatian bank dan
kehidupan masyarakat. Bagaimanapun, mahalnya biaya transaksi saja, maka
aturan main juga sangat menentukan peningkatan peran intermediasi yang
berlangsungnya proses intermediasi bank diharapkan tentu tidak akan berjalan
terhadap UMKM. Sebagai contoh, efektif. Namun dengan mempertimbang-
misalnya tentang penerapan kriteria 5C kan prinsip kelembagaan (aturan main
pada saat pertama kali mengajukan dan juga penegakan), hal yang secara
kredit ke bank, tapi jika berulang (kredit perhitungan bisnis tidak mungkin, bisa
berikutnya), aturan 5C tidak terlalu ketat saja terjadi. Karena dalam kajian
diterapkan, karena bank telah ekonomi kelembagaan prilaku individu
memperoleh pengalaman tentang atau kelompok tidak harus dipahami
kelayakan dari pemohon atau calon sebagai tindakan yang diasumsikan
debitur. „rasional‟ secara ekonomi semata,
Aturan main adalah inti dari kajian namun juga mempertimbangkan
kelembagaan. Sedangkan kelembagaan kemungkinan munculnya prilaku di luar
sendiri merupakan suatu hal penting pertimbangan rasionalitas secara
dalam kehidupan masyarakat, karena ekonomi.
kelembagaan adalah seperangkat aturan
yang dianut oleh sekelompok
PENUTUP
masyarakat yang dijadikan sebagai
pegangan dalam mengadakan bargaining Dalam melaksanakan proses
dengan individu maupun dengan intermediasinya, seharusnya Bank
http://www.kinerjabank.com,
didown load pada tanggal 10 Mei