PUBLIKASI ILMIAH
OLEH
ROYANI KALSUM
B1D013223
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2018
1
FERTILITAS, DAYA TETAS DAN BERAT TETAS TELUR ITIK
ALABIO DENGAN PROTEIN PAKAN BERBEDA
Oleh
ROYANI KALSUM
B1D013223
Menyetujui,
Pada tanggal:
Pembimbing utama
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2018
2
FERTILITAS, DAYA TETAS DAN BERAT TETAS TELUR ITIK ALABIO
DENGAN PROTEIN PAKAN BERBEDA
Oleh
ROYANI KALSUM
B1D013223
ABSTRAK
1
FERTILITY, HATCHABILITY AND HATCHING WEIGHT OF ALABIO
DUCKS FED DIFFERENT DIETARY PROTEINS.
By
ROYANI KALSUM
B1D013223
ABSTRACT
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Itik Alabio (Anas platyrhynchos borneo) merupakan salah satu itik lokal
Indonesia yang berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan
Selatan. Habitatnya di daerah berawa yang memiliki kelembaban tinggi sesuai
dengan wilayah hutan hujan tropis dan mempunyai keunggulan sebagai penghasil
telur (Brahmantiyo dan Prasetyo, 2001). Rata-rata produksi telur itik alabio
mencapai 275 butir/ekor/tahun dengan berat telur 56-70 gram/butir (SNI, 2008).
Saat ini itik unggul yang mulai berkembang di Kalimantan Selatan
adalah itik MA (Mojosari-Alabio) yang merupakan hasil persilangan antara
itik Mojosari jantan dan itik Alabio betina. Itik MA diusahakan berperan
sebagai penghasil telur, baik telur konsumsi maupun telur tetas. Telur tetas yang
berkualitas dapat diperoleh dari induk yang berkualitas baik, dengan
perbandingan jantan dan betina (sex ratio) yang seimbang, sementara untuk
mengetahui telur yang fertil, terlebih dahulu harus dilakukan penetasan.
Keberhasilan usaha penetasan telur itik salah satunya ditentukan oleh
faktor-faktor seperti: kualitas telur, bobot telur, indeks telur, fertlitas dan
daya tetas (Istiana, 1994). Fertilitas dan daya tetas telur itik memegang
peranan penting dalam memproduksi bibit anak itik, sehingga dihasilkan jumlah
bibit sesuai yang diharapkan (Suryana, 2011). Kendala yang sering dihadapi
dalam penetasan telur itik, antara lain kematian embrio dan telur yang infertil
umumnya tinggi selama proses penetasan (Setioko, 2005).
Nahashon et al. (2007) mengatakan bahwa pakan dengan energi 2800
kkal /kg dan protein kasar 14 % menunjukkan performan yang lebih tinggi
dibandingkan protein 16 dan 18% selama periode bertelur pada burung merak.
Level protein dan energi berpengaruh terhadap perkembangan testis dan kualitas
semen ayam jantan dilaporkan oleh Tadondjou et al. (2013) yang selanjutnya
berpengaruh terhadap fertilitas dan daya tetas. Dengan kata lain, antar spesies
unggas mempunyai kebutuhan protein dan energi berbeda untuk performan
reproduksinya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
performan reproduksi itik alabio pada pemberian pakan dengan protein berbeda.
3
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh protein pakan
berbeda untuk itik Alabio sehingga mendapatkan fertilitas, daya tetas dan berat
tetas yang maksimal.
MATERI DAN METODE
Materi Penelitian
4
Jumlah telur fertile
Fertilitas= x 100 %
Jumlah telur yang ditetaskan
a. Performan produksi.
Pemberian protein pakan berbeda berpengaruh tidak nyata (P>0,05)
terhadap total berat telur, konsumsi pakan dan konversi pakan itik Alabio umur
40 sampai 49 minggu (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata Total Bobot Telur, Konsumsi Pakan dan Konversi pakan Itik Alabio
Umur 40 sampai 49 Minggu.
Parameter Perlakuan F Value Pr > F Keterangan
P1 P2 P3
Total bobot 1000,9 1134,9 951,8 1,70 0,2040 NS
telur
(g)/minggu
Konsumsi 165 163 165 0,593 0,582 NS
(g/ekor)
Konversi 6,664 5,724 7,280 0,513 0,623 NS
Pakan
Keterangan : P1= protein 20%; P2 = protein 18%; P3 = protein 16%; NS = Non
Significant; Pr = Probabilitas
5
Total Bobot Telur
6
pada perlakuan satu (p1) sebanyak 6,664 g yang diberi protein sebanyak 20.466%
dan energi sebanyak 3108.4 kkal/kg dan perlakuan dua (p2) sebesar 5,724 g yang
diberikan protein sebanyak 18.549% dan energi sebanyak 3142 kkal/kg.
Rendahnya konversi pakan pada perlakuan satu (p1) dan (p2) disebabkan karena
jumlah protein yang diberikan cukup tinggi, dimana pakan dengan jumlah protein
tinggi akan menyebabkan rendahnya tingkat konsumsi pakan begitu juga
sebaliknya. Artinya bahwa pakan yang digunakan pada perlakuan satu (p1) dan
(p2) lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan tiga (p3). Nilai konversi pakan
pada penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Iskandar et al., (2001) diperoleh konversi ransum sebesar 6,59 pada itik Mojosari
Alabio jantan yang sedang tumbuh dengan pemberian pakan dalam bentuk pasta.
b. Performan penetasan
Tabel 3. Rata-rata Fertilitas, Daya Tetas, Kematian Embrio dan Mati Dalam Kulit Telur
Itik Alabio Umur 40 sampai 49 Minggu.
Perlakuan
Parameter (%) F Value Pr ˃ F Ket
P1 P2 P3
Fertilitas 91.4a 68.5b 90.1a 4.40 0.0236 *
Daya tetas telur
54.3a 40.2a 55.7a 1.47 0.2493 NS
(F)
Daya Tetas Telur
50.8a 25.8b 50.1a 3.65 0.0414 *
(S)
Mati Embrio 14.4a 12.9a 11.6a 0.08 0.9240 NS
Mati Dalam Shell 21.0a 22.4a 21.1a 0.02 0.9835 NS
Fertilitas
Berdasarkan Tabel 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata fertilitas
antar perlakuan berbeda nyata (p < 0.05), artinya bahwa dengan protein pakan
berbeda berpengaruh nyata terhadap fertilitas telur itik Alabio yang dihasilkan.
7
Rata-rata fertilitas telur itik alabio relatif sama pada perlakuan satu (p1) sebanyak
91,4 % dan (p3) sebanyak 90,1 % kemudian rendah pada perlakuan dua (p2)
sebanyak 68,5 % yang diberi protein sebanyak 18.5 % dan energi sebanyak 3142
kkal/kg. Rendahnya fertilitas pada perlakuan dua disebabkan karena faktor pakan.
Penelitian Award et al. (2013) menunjukkan itik yang diberi pakan dengan
protein 15 atau 17% mempunyai pengaruh yang signikan terhadap bobot telur.
Kedua level protein pakan ini menghasilkan bobot telur lebih tinggi dari itik
yang diberi pakan 19% [(68.24 ±0.62a (15%) 68.77 ±0.46a (17%) ; 66.17 ±0.73b
(19%) ]. Tadondjou et al. (2013) menyatakan bahwa level protein dan energi
berpengaruh terhadap perkembangan testis dan kualitas semen pada ayam jantan
yang selanjutnya berpengaruh terhadap fertlitas dan daya tetas. Hasil penelitian
ini hampir sama dengan yang didapat oleh Dewanti et al. (2014) bahwa fertilitas
telur itik yaitu 83,7% - 89,7%.
Daya Tetas
Hasil daya tetas dari telur yang fertil pada perlakuan yang diberi protein
berbeda tertera pada Table 3. Hasil analisis menunjukan bahwa pengaruh
pemberian protein berbeda tidak nyata(p>0,05) terhadap daya tetas dari telur yang
fertil. Rata- rata daya tetas dari telur fertil selama penelitian cenderung tinggi
pada perlakuan tiga (p3) sebanyak 55,7% yang di beri protein sebanyak 17,5 %
dan energi sebanyak 3095 kkal/kg dan rendah pada perlakuan dua (p2) sebanyak
40.2% dengan selisih sebanyak15.5% yang diberi protein 18,5 % dan energi 3142
kkal/kg. Rata-rata hasil analisis variansi relatif sama pada perlakuan satu p1, p2
dan p3.
Sedangkan hasil analisis daya tetas dari telur yang ditetaskan menunjukkan
pengaruh pemberian protein berbeda nyata (p < 0.05) terhadap daya tetas dari
telur yang ditetaskan. Dimana rata-rata daya tetas dari telur yang ditetaskan tinggi
pada perlakuansatu (p1) sebanyak 50.8%yang diberi protein sebanyak 20,4 % dan
energi 3108 kkal/kg kemudianrendah pada perlakuan dua (p2) sebanyak 50.1%
dengan selisih sebanyak 25.1% yang diberi protein 18,5 % dan energi 3142
kkal/kg. Hasil ini hampir sama dengan yang didapat oleh Lasmini et al. (1992)
yang melaporkan bahwa daya tetas telur itik Alabio sebesar 50,5 %.Rata-rata hasil
8
analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan satu p1 dan perlakuan tiga p3
relatif sama.
Kematian Embrio
9
didalam mesin tetas bisa mencapai 89%, dimana 3 hari sebelum menetas
merupakan periode kritis karena embrio pada fase ini sangat rentan terhadap
perubahan suhu dan kelembaban mesin tetas.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Paimin (2004), yang menyatakan
bahwa kegagalan dalam penetasan banyak terjadi pada periode kritis yaitu tiga
hari pertama sejak telur dieramkan dan tiga hari terahir menjelang menetas,
periode kritis ini terjadi akibat perubahan fisiologis embrio yang sudah sempurna
menjelang penetasan. Jika kelembaban tidak optimal, embrio tidak mampu
memecahkan kerabang yang terlalu keras.
Tabel 4. Rata-Rata Berat Telur Dan Berat Tetas Telur Itik Alabio umur 40 sampai 49
Minggu.
Keterangan: Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata (P>0,05) P1= protein 20%; P2 = protein 18%; P3 = protein
16%; NS = Non Significant; * = Signifikan; Pr = Probabilitas
10
bobot DOC diantaranya, pakan dan kualitas telur dan Applegate et al., (1998)
bahwa bobot telur yang dihasilkan berkorelasi positif dengan bobot induk.
KESIMPULAN
minggu memberikan pengaruh yang tidak nyata (P > 0.05) terhadap performan
produksi. Fertilitas dan daya tetas dari jumlah telur yang ditetaskan dipengaruhi
oleh protein pakan (P<0,05). Bobot tetas tidak dipengaruhi oleh protein pakan.
SARAN
Penelitian imbangan protein dan energi pakan yang tepat untuk menghasilkan
fertilitas yang maksimal kiranya perlu dilakukan. Berat telur perlu mendapat
perhatian dan dikelompokkan sesuai dengan kisaran berat yang ditentukan sebagai
11
DAFTAR PUSTAKA.
Applegate, T.J, D. Harper and L.Lilburn. 1998. Effects of hen age on egg
composition and embryo development in commercial Pekin ducks.
Poultry Science 77:1608-1612.
Awad, A.L., Kout Elkloub, Moustafa, M.El., Ghonim, A.I.A. and Ramadan, N.A.,
2013. Comparative study for different levels of energy and protein in
local duck breeds rations during laying period. Egypt Poultry Science,
33: 825-847.
Brahmantio, B. Dan L.H. Prasetyo. 2001. Pengaruh Bangsa Itk Alabio Dan
Mojosari Terhadap Performans Reproduksi. Makalah Lokakarya
Nasional Unggas Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Iskandar, S., Vanvan S.N., Dwi, M.S. dan A.P. Setioko. 2001. Pengembangan
agribisnis unggas air sebagai peluang usaha baru : Adaptasi biologis itik
jantan muda lokal terhadap ransum berkadar dedak padi tinggi. Hal 33-
36. Prosiding Lokakarya unggas air. Auditorium BPT, Ciawi, Bogor. .
Nahashon, S.N., Adefope, N.A., Amenyenu, A. and Wright, D., 2007. Effect of
varying concentrations of dietary crude protein and metabolizable energy
on laying performance of pearl grey guinea fowl hens.Poultry Science.,
86, 1793–1799.
Paimin F.B. 2004. Membuat Dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya.
Jakarta.
12
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.Bogor. ;786-794
Suryana dan B.W. Tiro. 2007. Keragaan Penetasan Telur Itik Alabio
Dengan Sistem Gabah Di Kalimantan Selatan. Di dalam; Percepatan
Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Kemandirian
Masyarakat Kampung di Papua. Prosiding.Seminar Nasional dan
Ekspose. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua; Jayapura,
5-6 Juli 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
;269-277
Tadondjou, C.D., Ngoula, F. Kana, J.R. Defang, H.F., Mube, H.K.,& Tegula,
A., 2013. Effect of dietary energy levels on body weight, testicular
development and semen quality of local barred chickens of the western
highlands of Camerron.Advance Reproduction Science, 1, 38-43
13