Anda di halaman 1dari 3

Makna belajar

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik
terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku
S-R (stimulus-Respon).
Konstruktivistik : belajar adalah aktivitas yang aktif, dimana peserta didik membangun sendiri
pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajar dan merupakan proses menyelesaikan
konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya.
Kekuatan
 Karena guru lebih banyak memberikan ceramah, tetapi tetap harus diikuti contoh-contoh
baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
 Kompetensi/perilaku/bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai
pada yang kompleks, dari yang mudah sampai pada yang sulit.
 Tujuan pembelajaran tersusun secara rinci dari indikator yang ditandai dengan
pencapaian suatu keterampilan tertentu.
 Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati dan jika terjadi
kesalahan harus segera diperbaiki.
 Pengulangan dan latihan digunakan agar perilaku yang diharapkan akan menjadi suatu
kebiasaan.
 Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
 Teori ini membutuhkan kemampuan dan praktik serta pembiasaan yang mengandung
unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan dan
sebagainya.
 Teori ini akan menghasilkan produk pembelajaran tertentu, seperti beberapa bahan ajar
(LKS, CD, Modul) sehingga akan membiasakan peserta didik untuk belajar mandiri.
 Teori ini cocok diterapkan untuk melatih peserta didik yang masih membutuhkan peran
orang dewasa, peserta didik yang memiliki sifat dependen, peserta didik yang sering
mengulangi, sering meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan secara
langsung.
 Aplikasi teori ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan/perilaku yang
membutuhkan praktik dan pembiasaan.
Kelemahan
 Pembelajaran yang berpusat pada guru bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada
produk/hasil yang dapat diamati dan diukur.
 Jika teori ini diaplikasikan dengan frekuensi yang lama, akan mengakibatkan terjadinya
pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi peserta didik, karena guru bersikap
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus
dipelajari peserta didik.
 Peserta didik dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan oleh guru.
 Peserta didik mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan mengahafalkan apa yang
didengar. Peserta didik tidak diberi ruang gerak untuk berkreasi, bereksperimen dan
mengembangkan kemampuannya sendiri (teacher centered learning).
 Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristic justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan peserta didik.
 Cenderun membentuk peserta didik berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak
produktif.
Proses Belajar
Contoh penerapan
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa komponen
seperti: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran,
lingkungan, dan penguatan (Sugandi, 2007:35). Teori belajar behavioristik
cenderungmengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar behavioristik merupakan
proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga menjadikan
siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar
behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab
itu siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya, apa yang diterangkan oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa. Beberapa contoh
penerapan teori behavioristic sebagai berikut:
1. Guru menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap, mulai materi sederhana sampai
kompleks.
2. Selama mengajar, guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi.
3. Jika guru menjumpai adanya kesalahan, baik pada materi maupun pada peserta didik
maka akan segera diperbaiki.
4. Guru lebih aktif memberikan latihan agar terbentuk kebiasaan yang diinginkan.
5. Guru memberikan evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
6. Guru harus mampu memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi positif dan
negatif.
Konstruktivisme
Kelebihan
 Guru bukan satu-satunya sumber belajar
 Siswa (pada pembelajaran) lebih aktif dan kreatif.
 Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
 Pembelajar memiliki kebebasan dalam belajar
Kekurangan
 Proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah proses belajar yang bukan
merupakan perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa
kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutakhiran struktur kognitif.
 Peran siswa dimana belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan.
 Peran guru yang tidak menetapkan pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu
siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
 Sarana belajar dimana kegiatan belajar merupakan aktifitas siswa dalam mengonstruksi
pengetahuannya sendiri.
 Evaluasi dimana lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan
dan interpretasi terhadap realitas.
Proses belajar
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai
perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai
pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannyamelalui proses asimilasi dan akomodasi
yang bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari
segi prosesnya daripada segi perolehan pengetahuan dan fakta-fakta. Pemberian makna terhadap
obyek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa,
melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya
kelas maupun di luar kelas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada
pengelolaan siswa dalam memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa
dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan
dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijazah, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai