Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN

SEJARAH SASTRA INDONESIA

Dosen Pengampu : H. Rosid Supriadin, M.Pd

Oleh :

Irna Nur Inayah (2021210021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MANDIRI 2021


BAB II

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

2.1 Sumber Bahasa Indonesia

Sumber Bahasa Indonesia? Bahasa melayu, karena bahasa Melayu adalah bahasa

kebudayaan, bahasa melayu juga berfungsi sebagai bahasa perdagangan serta telah digunakan

sebagai bahasa penghubung. Bahasa Melayu juga berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.

2.2 Peresmian Nama Bahasa Indonesia

Kapankah peresmian Bahasa Indonesia? 28 Oktober 1928 pada saat di ikrarkanya

Sumpah Pemuda. Sebagaimana pada isi butir ketiga Sumpah Pemuda yakni “Kami putra dan

putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” yang dimana itu merupakan

pengakuan “berbahasa satu” itu menyatakan bahwa kita memiliki tekad kebahasaan yakni

menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.

2.3 Mengapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia?

Mengapa bahasa Melayu dijadikan bahasa nasional? Terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, diantaranya:

1) Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa Perhubungan.

2) Bahasa Melayu memiliki sistem yang sederhana.

3) Suku-suku yang ada di Indonesia semua rela mejadikan bahasa Melayu menjadi

bahasa Indonesia.

4) Serta mempunyai kemampuan sebagai bahasa yang luas (Kebudayaan)


2.4 Peristiwa – Peristiwa Penting Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Bahasa

Melayu/Indonesia

1) Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu Oleh Ch. A. van Ophuijsen dan

dimuat dalam kitab logat Melayu.

2) Pada tahun 1908 Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan

yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang

kemudian pada 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai Pustaka menerbitkan buku-

buku novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok

tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran

bahasa Melayu dikalangan masyarakat luas.

3) Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam

perkembangan bahasa Indonesia Karena pada saat tulah para pemuda pilihan

memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.

4) Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang

salah satu asalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara.

5) Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Menetapkaan

Pedoman Umum Ejaan Berbahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman

Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.

2.5 Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia

 Kedudukan Bahasa Indonesia

Terdiri atas dua macam kedudukan, yakni :

a) Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.

b) Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara sesuai dengan Undang-

Undang Dasar 1945


 Fungsi Bahasa Indonesia

Dalam kedudukan bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

 Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan

 Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia

 Sebagai bahasa Nasional

 Sebagai alat terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa

Dalam kedudukan bahasa negara, berfungsi sebagai :

 Bahasa resmi kenegaraan

 Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan

 Alat perhubungan padan tingkat nasional untuk kepentingan terlaksananya

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

 Alat pengembangan kebudayaan dan IPTEK


BAB III

BAHASA INDONESIA DENGAN BERBAGAI RAGAMNYA

3.1 Penting atau Tidaknya Bahasa Indonesia

Penting tidaknya bahasa Indonesia dapat dilihat dari tiga kriteria yakni :

a. Dipandang dari Jumlah Penutur

Penutur bahasa Indonesia sebagai “bahasa ibu” tidak besar jumlahnya karena

hanya terbatas pada orang-orang yang lahir dari orang tua dengan latar belakang

bahasa daerah yang berbeda-beda. Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah

penutur yang memberlakukan bahasa Indonesia sebagai “bahasa kedua”. Buktinya

adalah 240 juta orang (2008) serta penutur yang ada di luar Indonesia. Hal ini

menunjukan bahasa indonesia amat penting kedudukannya di kalangan

masyarakat.

b. Dipandang dari Luas Penyebarannya (berhungan dengan penuturan bahasa)

Tersebarnya suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari segi penutur. Keadaan

daerah penyebarannya ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia penting

kedudukannya diantara bahasa-bahasa dunia.

c. Dipandang dari Dipakainya Sebagai Sarana Ilmu, Budaya, dan Susastra (dalam

buku, karya ilmiah dll).

3.2 Ragam Lisan dan Ragam Tulis

Tidak dapat dipungkiri, bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa

Indonesia ragam tulis. Keduanya memiliki perbedaan diantaranya:

1) Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan

pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman berbicara atau

orang kedua.
2) Dalam ragam lisan unsur gramatikal (SPO) tidak terlalu diperhatikan, kadang-kadang

di tinggalkan tetapi lebih pada unsur gerak, mimik, pandangan, intonasi. Sedangakan

dalam ragam tulis harus sesuai unsur gramatikal (SPO). Contoh ragam tulis adalah

tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.

3) Ragam lisan sangat dipengaruhi oleh kondisi, situasi, ruang dan waktu. Sedangkan

ragam tulis tidak dipengaruhi oleh situasi, kondisi, ruang dan waktu.

4) Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara.

Sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.

3.3 Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar

warga masyarakat pemakainya. Sedangkan ragam tidak baku adalah ragam yang tidak

dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.

Berikut adalah sifat-sifat ragam baku :

a) Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa.

b) Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku.

c) Cendekia artinya ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi, yang dimungkinkan

oleh pembinaan dan pengembangan bahasa melalui jalur pendidikan formal (sekolah).

Contohnya : Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual

Ini memiliki konsep ganda yakni rumahnya yang aneh ataukah sang jutawan aneh.

d) Seragam artinya proses penyeragaman bahasa atau pencarian titik keseragaman.

Contohnya pada bentuk “pelayan kapal terbang” dianjurkan dengan istilah Pramugara

dan Pramugari.

3.4 Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan


Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi pada buku-buku

pelajaran atau buku-buku ilmiah. Yang telah dilakukan usaha menerbitkan masalah

ejaan bahasa Indonesia yakni buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan serta pengadaan KBBI dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Sedangkan ragam baku lisan adalah ukuran dan nilai yang bergantung pada besar

kecinya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan yang menonjol pengaruh logat

atau dialek daerahnya.

3.5 Ragam Sosial dan Ragam Fungsional

Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya

didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dari

masyarakat (keluarga/persahabatan). Sedangkan ragam fungsional sering disebut juga

ragam profesional yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau

kegiatan tertentu lainnya (resmi). Yang terdiri atas :

1) Ragam Keilmuan/Teknologi

2) Ragam Kedokteran

3) Ragam Keagamaan

3.6 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa. Sebuah kalimat dianggap

benar bila bentuknya mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku dianggap benar bila

bentunya mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku mematuhi (SPO). Contonya: kuda

makan rumput, ini memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna, yang

mengandung informasi yang dapat dimengerti pembaca. Rumput makan kuda ini

tidak benar karena tidak mendukung makna yang baik.


BAB IV

DIKSI ATAU PILIHAN KATA

4.1 Pengertian Diksi

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya adalah memilih kata yang tepat untuk

menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan unsur sangat penting daik dalam dunia karang-

mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Kata yang tepat akan membantu seseorang

mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin di sampaikannya baik lisan maupun tulisan,

pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi dan tempat pengggunaan kata-kata itu.

4.2 Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Makna Denotatif adalah makna yang apa adanya, yang sebenarnya dan objektif.

Sedangkan makna Konotatif adalah makna yang subjektif, timbul dari sebab akibat suatu hal,

multi tafsir yang biasa digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu. Makna konotatif juga

bersifat lebih profesional dan operasional dari makna denotatif yang dikaitkan dengan suatu

kondisi dan situasi tertentu. Dan makna denotatif lebih umum dan konotatif lebih bersifat

pribadi dan khusus. Contohnya :

Dia adalah wanita cantik (denotatif)

Dia adalah wanita manis (konotatif)

Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum

tentang seorang wanita sedangkan manis mengandung suatu maksud yang lebih bersifat

memukau perasaan kita.

4.3 Kata Umum dan Khusus


Kata yang acuanya lebih luas disebut kata umum, kata umum disebut superordinat

seperti ikan, bunga,hewan mamalia dll, itu merupakan kata umum, sedangkan kata khusus

memiliki acuan khusus seperti pada ikan memiliki banyak jenis yaitu gurame, lele, tawes,

ikan mas dll, bunga mawar, dahlia, melati, anggrek, ros dll. Itu termasuk kata khusus atau

hiponim. Kata umu dan khusu dibedakan atas pengacuan yang genetik (umum) contohnya:

hewan mamalia dan spesifik (khusus) sapi, kerbau, kuda, keledai dll.

4.4 Kata Konkret dan Abstrak

Kata yang mudah diserap pancaindra disebut dengan kata konkret seperti mobil, meja,

rumah, air, cantik, hangat, wangi, suara. Dan jika tidak udah di serap panca indra disebut kata

abstrak, seperti ide, gagasan, keinginan, kehendak, angan-angan dan perdamaian. Abstrak

digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit baik yng bersifat teknis maupun khusus.

4.5 Sinonim (persamaan kata)

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada dasarnya memiliki arti yang sama tapi

bentuknya berlainan. Sinonim digunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat

tertentu hingga menjadikan kalimat itu tidak membosankan. Seperti kata cerdas dan cerdik

keduanya bersinonim tapi tidak persis sama benar. Yang lainnya mati, wafat, meninggal.

4.6 Pembentukan kata

Terdapat dua cara pembentukan kata yakni dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari

dalam berupa terbentuknya kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada sedangkan dari

luar berupa pembentukan kata baru melalui unsur serapan. Dari dalam contohnya : tata : tata

buku, tata bahasa, tata rias, tata cara. Lepas : lepas landas, lepas tangan, lepas pantai. Serba :

serba tahu, serba putih, serba plastik, serba bisa.


Dari luar bahasa Indonesia, misalnya Bank, kredit, valuta, televisi, wisata, santai, nyeri dll.

Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing, kata pungut ada yang diubah

dan ada juga yang tidak diubah.

4.7 Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata

a. penanggalan awalan meng-

b. penggalan awalan ber-

c. peluluhan bunyi/c/

d. penyengauan kata dasar

e. bunyi /s/, /k/, /p/ dan /t/ yang berimbuhan meng-/peng-

f. awalan ke- yang keliru

g. pemakaian akhiran –ir

h. padanan yang tidak serasi

i. pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap

j. pemakaian akronim (singkatan)

k. penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman

l. penggunaan kata yang hemat

m. analog

n. bentuk jamak dalam bahasa Indonesia

o. penggunaan dimana, yang mana, hal mana

4.8 Ungkapan Ideomatik

Ungkapan ideomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat dihilangkan atau digantikan. Terdiri atas dua atau tiga kata yang
memperkuat diksi dalam tulisan. Contonhnya :

Menteri Dalam Negeri bertemu Presiden SBY. (salah)

Menteri Dalam Negeri bertemu dengan Presiden SBY. (Benar)

Yang benar adalah bertemu dengan. Terdapat kata-kata yang berbentuk seperti itu
diantaranya , sehubungan dengan, berhubungan dengan, sesuai dengan, bertepataan dengan,
sejalan dengan.

Anda mungkin juga menyukai