Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Ontologi Epistimologi dan aksiologi


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
pengantar filsafat
Dosen pengampu :Dr.siti raudhotul jannah

Di susun oleh :
Alimul mutaalim
M ihsanuddin rahman :211210204
Riki radinata
Sovinatun maimunah

INSTITUT AGAMA ISLAM MA'RIF NU (IAIMNU)


METRO- LAMPUNG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu tidak terlepas dari landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi.


Ontologi membahas apa yang ingin diketahui mengenai teori tentang “ada“
dengan perkataan lain bagaimana hakikat obyek yang ditelaah
sehinggamembuahkan pengetahuan. Epistemologi membahas tentang
bagaimana prosesmemperoleh pengetahuan.Dan aksiologi membahas tentang
nilai yang berkaitandengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Dengan membahas ketiga unsurini manusia akan mengerti apa hakikat ilmu
itu. Tanpa hakikat ilmu yang sebenarnya,maka manusia tidak akan dapat
menghargai ilmu sebagaimana mestinya. Berdasarkan uraian teroretis di atas,
maka penulis akan membahas pengertianOntologi, Epistemologi dan
Aksiologi serta segala permasalahannya sebagai unsuryang sangat penting
dalam filsafat ilmu yang dipandang sebagai satu kesatuan yangtidak
terpisahkan antara satu dengan yang lainnya.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi?


2. Apa pengertian Ontologi?
3. Apa pengerian Epismologi?
4. Apa pengertian Aksiologi?

C. Tujuan penyusunan makalah

1. Untuk mengetahui pengertian,fungsi, dan tujuan wawasan nusantara


2. Mengetahui aspek yang melatar belakangai wawasan nusantara
3. Mengetahui kedudukan, asas-asas, hakikat, dan dasr hukum wawasan
nusantara.
4. Mengetahui Peran serta warga Negara mendukung implemasi wawasan
nusantara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi


Kata Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi menurut bahasa berasal dari
bahasa Yunani. Kata Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti “berada
(yang ada)”. Kata Epistemologi berasal dari bahasa Yunani artinya
knowledge yaitu pengetahuan..3 Kata tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu
logia artinya pengetahuan dan episteme artinya tentang pengetahuan. Jadi
pengertian etimologi tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa epistemologi
merupakan pengetahuan tentang pengetahuan.Dan kata Aksiologi berasal dari
kata “Axios” yang berarti “bermanfaat”.Ketiga kata tersebut ditambah
dengan kata “logos” berarti”ilmu pengetahuan, ajaran dan teori”. Menurut
istilah, Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata ini dan
bagaimana keadaan yang sebenarnya. Epistemologi adalah ilmu yang
membahas secara mendalam segenap proses penyusunan pengetahuan yang
benar. Sedangkan Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan.Dengan demikian, Ontologi
adalah ilmu pengetahuan yang meneliti segala sesuatu yang ada.Epistemologi
adalah ilmu yang membahas tentang teori, sedangkan Aksiologi adalah kajian
tentang nilai ilmu pengetahuan.

1. Pengertian Ontologi

Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian
dari metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Obyek
telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu,
ontologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha
mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas
dalam semua bentuknya.Setelah menjelajahi segala bidang utama dalam ilmu
filsafat, seperti filsafat disusunlah uraian ontologi.Maka ontologi sangat sulit
dipahami jika terlepas dari bagian-bagian dan bidang filsafat lainnya.Dan
ontologi adalah bidang filsafat yang paling sukar.Metafisika membicarakan
segala sesuatu yang dianggap ada, mempersoalkan hakekat.Hakekat ini tidak
dapat dijangkau oleh panca indera karena tak terbentuk, berupa, berwaktu
dan bertempat. Dengan mempelajari hakikat kita dapat memperoleh
pengetahuan dan dapat menjawab pertanyaan tentang apa hakekat ilmu itu.
Ditinjau dari segi ontologi, ilmu membatasi diri pada kajian yang bersifat
empiris.Objek penelaah ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat
diuji oleh panca indera manusia.Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-
hal yang sudah berada diluar jangkauan manusia tidak dibahas oleh ilmu
karena tidak dapat dibuktikan secara metodologis dan empiris, sedangkan
ilmu itu mempunyai cirri tersendiri yakni berorientasi pada dunia empiris.

Untuk Aristoteles ada empat dimensi ontologis yang berbeda :

1. Menurut berbagai kategori atau cara menangani yang sedang seperti itu
2. Menurut kebenaran atau kesalahan(misalnya emas palsu dan uang palsu)
3. Apakah itu ada dalam dan dari dirinya sendiri atau hanya 'datang bersama'
oleh kecelakaan
4. Sesuai dengan potensinya, gerakan (energi) atau jadi kehadiran(Buku
Metafisika Theta).

Beberapa filsuf, terutama dari sekolah Plato, berpendapat bahwa semua kata
benda (termasuk kata benda abstrak) mengacu kepada badanada. Filsuf lain
berpendapat bahwa kata benda tidak selalu entitas nama, tetapi beberapa
memberikan semacam singkatan untuk referensi untuk koleksi baik benda
atau peristiwa. Dalam pandangan yang terakhir, pikiran, bukannya merujuk
pada suatu entitas, mengacu pada koleksi peristiwa mental yang dialami oleh
seseorang; masyarakat yang mengacu pada kumpulan orang-orang dengan
beberapa karakteristik bersama, dan geometri mengacu pada koleksi dari
jenis yang spesifik intelektual.Aktivitas diantara kutub realisme dan
nominalisme, ada juga berbagai posisi lain, tetapi ontologi apapun harus
memberi penjelasan tentang kata-kata yang mengacu kepada badan usaha,
yang tidak, mengapa, dan apakah tegori hasil. Ketika seseorang berlaku
proses ini untuk kata benda seperti elektron, energi, kontrak, kebahagiaan,
ruang, waktu, kebenaran, kausalitas, dan Tuhan, ontologi menjadi dasar
untuk banyak cabang filsafat.

Menurut Suriasumantri (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin


kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu
pengkajian mengenai teori tentang ada. Telaah ontologis akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan :
a. Apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.

2. .Pengertian pistemologi
Kajian epistemologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu
pengetahuan, hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar mendapatkan
pengetahuanyang benar, apa yang disebut kebenaran dan apa
kriterianya.Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana
sesuatu itudatang, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita
membedakan dengan lainnya,jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang
serta waktu mengenai sesuatu hal. Jadi yang menjadi landasan dalam tataran
epistemologi ini adalah proses apayang memungkinkan mendapatkan
pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimanacara dan prosedur memperoleh
kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni,apa yang disebut
dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral.Dalam
memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan tidak cukupdengan
berpikir secara rasional ataupun sebaliknya berpikir secara empirik saja
karenakeduanya mempunyai keterbatasan dalam mencapai kebenaran ilmu
pengetahuan.Jadi pencapaian kebenaran menurut ilmu pengetahuan
didapatkan melalui metodeilmiah yang merupakan gabungan atau kombinasi
antara rasionalisme denganempirisme sebagai satu kesatuan yang saling
melengkapi.
Metode ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur tertentu yang diikuti
untukmendapatkan jawaban tertentu dari pernyataan yang tertentu pula.
Epistemologi darimetode keilmuan akan lebih mudah dibahas apabila
mengarahkan perhatian kitakepada sebuah rumus yang mengatur langkah-
langkah proses berfikir yang diaturdalam suatu urutan tertentuKerangka dasar
prosedur ilmu pengetahuan dapat diuraikan dalam enamlangkah sebagai
berikut:
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah
b. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan
c. Penyusunan atau klarifikasi data
d. Perumusan hipotesis
e. Deduksi dari hipotesis

3. Pengertian Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya.  Aksiologi adalah istilah yang berasal dari
kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar.Sedangkan logos yang
berarti ilmu.Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.Jujun S.Suriasumantri
mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian
filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial
dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang
diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan
itu sendiri.Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan
manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu
pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan
tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik
pula.Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan
yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.Ilmu tidak
bebas nilai.Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai
kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan
menimbulkan bencana.
Kegunaan Aksiologi  Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan

Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama,
tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh
umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa
filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat
sebagai tiga hal, yaitu:

1.   Filsafat sebagai kumpulan teori 


Filsafat digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide
yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem
kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya
mempelajari teori-teori filsafatnya.Inilah kegunaan mempelajari teori-teori
filsafat ilmu.

2.      Filsafat sebagai pandangan hidup.


Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima
kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan.Filsafat ilmu sebagai
pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.

D. Penilaian Dalam Aksiologi

Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan
estetika.Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan
sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku,
norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah-satu cabang filsafat
tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates
dan para kaum shopis. Disitu dipersoalkan mengenai masalah kebaikan,
keutamaan, keadilan dan sebagianya.Etika sendiri dalam buku Etika Dasar
yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis,
sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral.Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan
diatas adalah norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia.
Berbeda dengan norma itu sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan
atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan
mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu
mempertanggung jawabkan apa yang ia lakukan.

E. Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu

Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif.Dikatakan


objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang
menilai.Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek
yang melakukan penilaian.Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada
pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta.Sebaliknya, nilai
menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian;
kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian, nilai
subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi
manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka,
senang atau tidak senang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
  Pendidikan  merupakan cabang dari filsafat yang bersifat khusus. Filsafat
pendidikan dapat di artikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam
perjalanan hidupnya. Pendidikan bertujuan menyiapakan pribadi dalam
keseimbanagan dan kesatuan guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan.Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat di bedakan
menjadi 3 macam yaitu, Ontologi adalah ilmu pendidikan yang membahas
tentang hakikat subtansi dan pola organisasi ilmu pendidikan. Epistimologi
adalah ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat objek formal dan
material ilmu pendidikan. Dan yang terakhir adalah Aksiologi yaitu ilmu
pendidikan  yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan
praktis ilmu pendidikan.

B. Saran
Demikianlah makalah tentang Filsafat ilmu yang telah di buat, jika masih
banyak kekurangan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini.

Daftar Pustaka

http://historia-rockgill.blogspot.com/2011/12/definisi-aksiologiontologi-
dan.htmlAsh-Shadr, Muhammad Baqir. Falsafatuna terhadap Belbagai Aliran
Filsafat Dunia, Cet. VII; Bandung: Mizan, 1999. Bakker, Anton. Ontologi
dan Metafisika Umum: Filsafat Pengada dan Dasar-Dasar Kenyataan,Cet.
VII: Yogyakarta: kanisius, 1997.Firth, Rodric. Encyclopedia Internasional,
Phippines: Gloria Incorperation, 1972.Gazalba, Sidi. Sistematika Filsafat
Buku: IV, Jakarta: Bulan Bintang, t.th.Hamersma, Harry. Pintu Masuk ke
Dunia Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1992.Jalaluddin dan Abdullah Idi,
Filsafat Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998.Kattsoff, Louis.
Pengantar Filsafat, Cet. V; Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992.Mahmud, Moh.
Natsir. Epistemologi dan Studi Islam Kontemporer, Cet.I; Makassar:
2000.Saefuddin et.al, Desekularisasi Pemikiran: landasan Islamisasi, Cet. IV;
Ba

Anda mungkin juga menyukai