sebanyak 58 responden. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
sebagai berikut:
Kelamin
sebagai berikut:
dari variabel gaya hidup dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia dewasa
kopi
Total 58 100 %
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat sebagian besar penderita hipertensi adalah
2. Aktifitas Olahraga
olahraga (46.6%).
3. Merokok
4. Kejadian Hipertensi
antara gaya hidup dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia dewasa muda
dengan menggunakan uji korelasi spearman’s dengan nilai alpha 0,05 yang
berarti apabila nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antar
kedua variabel (H0 ditolak) dan apabila nilai p > 0,05 maka tidak terdapat
hubungan yang bermakna (H0 diterima). Dalam penelitian ini dicari pula nilai
0,309, yang menunjukkan korelasi kuat angka korelasi diatas 0,5. Hasil uji
Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna anatara merokok dengan
0,726, yang menunjukkan korelasi kuat angka korelasi diatas 0,5. Hasil uji
Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna anatara merokok dengan
menghasilkan 0,413, yang menunjukkan korelasi kuat angka korelasi diatas 0,5.
Hasil uji statistik lebih lanjut pada hubungan kebiasaan meroko dengan kejadian
Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna anatara konsumsi kopi
4.2 Pembahasan
1. Analisa Univariat
a. Aktifitas Olahraga
aktivitas olah raga subjek penelitian. Olahraga secara teratur dapat menurunkan
2015).
jasmani maupun rohani. Semakin sering kita melakukan olahraga, maka akan
semakin sehat pula tubuh kita. Selain itu juga dapat membuat tubuh kita tidak
olahraga antara lain, jalan pagi, senam, berenang dan bersepeda (Depkes, 2017).
jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa,
makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Berlatih olahraga isotonik,
darah tinggi, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat jika tekanan darah
tinggi (Panjaitan, 2015).
b. Kebiasaan Merokok
dalam tembakau yang dapat merusak lapisan dalam dinding arteri, sehingga
2015).
Hal ini terutama disebabkan oleh nikotin yang terkandung dalam asap
pada saat yang bersamaan hal itu menyebabkan arteri terus berkontraksi dan
asupan darah yang didapat berkurang (Susi, S., & Ariwibowo, D. D. 2019).
c. Konsumsi Kopi
kopi dikonsumsi secara luas di masyarakat. (Martiani, A., & Lelyana, R. 2012).
kalium, dan kafein yang terkandung di dalamnya. Polifenol dan kalium bersifat
volume plasma, curah jantung, dan tekanan perifer sehingga tekanan darah akan
fungsi pada susunan saraf pusat. Hal ini berdampak pada vasokonstriksi dan
naik.
2012). mengenai faktor resiko hipertensi ditinjau dari kebiasaan minum kopi
menyatakan bahwa subjek yang memiliki kebiasaan minum kopi 1-2 cangkir per
hari meningkatkan risiko hipertensi 4,12 kali lebih tinggi dibanding subjek yang
Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil analisa peneliti bahwa responden
kopi lebih dari 3 kali perharinya akan mengakibatkan tekanan darah tinggi.
2. Analisa Bivariat
(Putriastuti, L. 2016).
Olahraga secara teratur sebanyak tiga kali dalam seminggu dan tiap
dilakukan oleh orang-orang saat ini yaitu berjalan, lari, bersepeda dan olahraga
beregu lainnya seperti futsal, basket dan bulu tangkis. (Panjaitan, 2015).
bahwa ada hubungan yang bermakna Olahraga dengan kejadian hipertensi pada
usia dewasa muda (20-44 tahun) di wilayah kerja Puskesmas Kampung Dalam
Pontianak Timur (p value < 0,05) Responden yang melakukan aktivitas fisik
kurang, berisiko 4 kali lebih besar mengalami kejadian hipertensi dibandingkan
dengan yang melakukan aktivitas fisik cukup. Hasil penelitian di atas sejalan
sehingga otot jantung bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan
sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada
hipertensi. Olah raga dapat mengurangi hormon kortisol yang dapat memicu
rasa bahagia dan rileks. Penderita hipertensi dianjurkan untuk melakukan olah
raga rutin sesuai dengan kemampuannya. Olah raga seperti jalan santai, jogging,
bersepeda, atau aerobik yang dilakukan rutin 3-4 kali dalam seminggu dalam
durasi 30-45 menit secara teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
yang kurang dalam melakukan aktivitas fisik termasuk olah raga dapat
hipertensi diharapkan dapat melakukan aktivitas fisik harian lebih banyak dan
senam.
b. Hubungan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi
terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak lapisan dalam dinding arteri,
sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini
oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel
setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin
diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai
otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar
adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik
tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg (Panjaitan, 2015).
darah dari 140±7 / 99±3 mmHg menjadi 151±5 / 108±2 mmHg setelah merokok
10 menit. Nikotin yang ada di dalam rokok dapat mempengaruhi tekanan darah
kejadian hipertensi pada usia dewasa muda (20-44 tahun) di wilayah kerja
Puskesmas Kampung Dalam Pontianak Timur (p value < 0,05). Responden yang
air putih 6-12 gelas per hari untuk membantu mengeluarkan nikotin di dalam
tubuh.
dan digemari semua kalangan, salah satunya pada anak muda dewasa muda.
Disisi lain kopi sering dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko penyakit jantung
karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium dan kafein (Bistara, D. N.,
kontroversial, selain itu hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang
kalium, dan kafein yang terkandung di dalamnya. Polifenol dan kalium bersifat
volume plasma, curah jantung, dan tekanan perifer sehingga tekanan darah akan
turun. Kafein sendiri memiliki efek yang antagonis kompetitif terhadap reseptor
fungsi pada susunan saraf pusat. Hal ini berdampak pada vasokonstriksi dan
menunjukkan ada hubungan konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi pada usia
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Firmansyah, M. R., & Rustam, R.
2017) yaitu hasil penelitian variabel konsumsi kopi pada pasien hipertensi
didapatkan nilai p-value0,020 <α (0.05), hal ini menunjukan ada hubungan
menunjukkan bahwa pasien yang mengkonsumsi kopi beresiko 3,467 kali untuk
mengkonsumsi kopi.
1. Keterbatasan dari penelitian ini hanya mencari adanya hubungan antara sub-
sub variabel gaya hidup dengan kejadian hipertensi tetapi tidak hubungan gaya