Anda di halaman 1dari 8

Volume 12. Nomor 2.

December 2017

Pandecta
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta

Aspek Hukum Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan


untuk Kepentingan Umum

Hardianto Djanggih1, Salle2

1
Fakultas Hukum Universitas Tompotika Luwuk, Sulawesi Tengah, Indonesia
2
Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia, Sulawesi Tengah, Indonesia
DOI: http://dx.doi.org/10.15294/pandecta.v12i2.11677

Info Artikel Abstrak


Article History: Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi rakyat, bangsa dan Negara Indo-
Received : December 2017; nesia, yang harus diusahakan, dimanfaatkan, dan dipergunakan untuk sebesar-be-
Accepted: December 2017; sarnya kemakmuran rakyat. Artikel ini menganalisis tentang pengadaan tanah yang
Published: December 2017
berorientasi pada terciptanya kepastian hukum pengadaan tanah bagi pemerintah
Keywords: daerah. Metode Penelitian digunakan Metode penelitian normatif dengan Pendeka-
land; development; local tan peraturan perundang-undangan (statute approach) dan Pendekatan analisis/
government konsep (analytical or conceptual approach). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pemerintahan daerah berhak serta berwenang mengatur dan mengurus sendiri uru-
san pemerintahan daerahnya menurut prinsip-prinsip otonomi daerah, terutama
dalam hal pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum. Namun kewenangan yang diberikan kepada setiap pemerintah daerah, ap-
likasinya harus bersinergi dengan program pemerintah pusat. Jika eksistensi pemer-
intah daerah tidak dapat dilepaskan dari pemerintah pusat.

Abstract
Land is a gift of God Almighty for the people, the nation and the State of Indonesia,
which must be cultivated, utilized, and used for the greatest prosperity of the people.
This article examines the land procurement oriented to the creation of legal certainty
of land procurement for local government. Methods Research used normative re-
search methods with statutory approach and analytical or conceptual approach. The
results of research indicate that local government has the right and authority to ar-
range and manage its own regional government affairs according to the principles of
regional autonomy, especially in terms of land acquisition for the implementation of
development for the public interest. However, the authority given to each local gov-
ernment, the application must be in synergy with the central government program. If
the existence of local government can not be separated from the central government.

 © 2017 Universitas Negeri Semarang


Address : Jalan Dewi Sartika No 67 Luwuk, Sulawesi Tengah, ISSN 1907-8919 (Cetak)
Indonesia, 94715 ISSN 2337-5418 (Online)
E-mail : hardianto.djangih@gmail.com
Hardianto Djanggih dan Salle , Aspek Hukum Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk...

1. Pendahuluan Pelaksanaan pembangunan dewasa


Ada dua hal penting yang tertuang di ini, disamping meningkatkan kesejahteraan
dalam Batang Tubuh UUD Tahun 1945, ya- masyarakat ternyata menimbulkan perma-
kni; ditetapkannya Indonesia adalah negara salahan. Permasalahan yang dihadapi oleh
hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD Tahun 1945) pemerintah dalam pelaksanaan pembangu-
(Djanggih dan Ahmad, 2017:152; Mamulai, nan diantaranya adalah masalah penyediaan
dkk, 2017:1; Dayanto, 2013:498), kemudian tanah untuk pembangunan itu sendiri, kare-
disepakati, bahwa; Bumi dan air dan keka- na tanah negara yang dikuasai langsung oleh
yaan alam yang terkandung di dalamnya di- negara terbatas atau dapat dikatakan hampir
kuasai oleh negara dan dipergunakan untuk tidak ada lagi. Menurut Soedharyo Soimin,
sebesar-besar kemakmuran rakyat (Pasal 33 “satu-satunya jalan yang dapat ditempuh yai-
ayat (3) UUD Tahun 1945). Kekayaan alam tu dengan membebaskan tanah milik rakyat,
di Indonesia tidak boleh dimanfaatkan oleh baik yang dikuasai oleh hukum adat, mau-
sebagian masyarakat saja, semua masyarakat pun hak-hak lainnya yang melekat diatasnya”
harus bisa menikmati kekayaan alam Indone- (Kristian, et.all, 2014:75).
sia itu dengan peraturan yang ada (Khakim, Dalam fakta empiris, sudah menjadi ra-
2014:114). hasia umum di kalangan masyarakat, bahwa
Ayat konstitusi tersebut memberikan setiap pembangunan fisik senantiasa melahir-
kepada negara sebuah hak bernama Hak kan permasalahan, baik permasalahan mate-
Menguasasi. Hak Menguasai atau kadang di- ri maupun non-material. Sehingga tidaklah
sebut Hak Menguasasi Negara (HMN) ada- mengherankan pembangunan fisik yang di-
lah satu-satunya hak kebendaan yang secara laksanakan pemerintah dan/atau pemerintah
eksplisit diberikan oleh Konstitusi kepada ne- daerah, terkadang diperhadapkan dengan
gara Indonesia (Kusmadara, 2013:263). berbagai permasalahan-permasalahan pan-
Salah satu hak kebendaan tersebut da-
jang yang membutuhkan penanganan yang
lam bidang pertanahan. Tanah sebagai salah
serius.
satu sumber daya agraria, mempunyai pera-
Permasalahan-permasaahan yang ter-
nan yang sangat penting dalam hidup dan ke-
kait dengan pengadaan tanah, berorientasi
hidupan manusia (Silviana, 2012:113), selain
pada terciptanya kepastian hukum tentang
untuk memenuhi kebutuhan aspek ekonomi,
letak dan luas tanah yang dibutuhkan, jenis
tanah juga memeilii aspek sosial, budaya dan
hak atas tanah yang ada di atas tanah obyek
lainnya (Nurdin, 2015:96). Tanah merupa-
pengadaan tanah, serta besarnya uang ganti
kan salah satu sumber daya alam yang sangat
kerugian. Persoalan-persoalan yang meng-
dekat dengan hak individu, dimana setiap
individu membutuhkan tanah tersebut guna ganggu pelaksanaan pengadaan tanah terse-
memenuhi kebutuhan pokok, baik memban- but, hendaknya tidak dibiarkan berlangsung
gun tempat berlindung, mengelola lahan un- terus tanpa ada penyelesaian. Akan tetapi
tuk mencari penghasilan dan lain sebagainya. harus dicari upaya pemecahan masalahnya,
(Ulya, 2016:504). sehingga tercipta ketenteraman di masyara-
Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha kat.
Esa bagi rakyat, bangsa dan Negara Indone- Berdasarkan uraian latar belakang dia-
sia, yang harus diusahakan, dimanfaatkan, tas, maka penulisan artikel ini memfokuskan
dan di-pergunakan untuk sebesar-besarnya pada permasalahan; Bagaimana kewenan-
kemakmuran rakyat. Saat ini tanah yang telah gan Pemerintah Daerah Dalam Pengadaan
dikuasai dan/atau dimiliki baik yang sudah tanah bagi pelaksanaan Pembangunan untuk
ada hak atas tanahnya maupun yang baru kepentingan umum. Selanjutnya dianalisis
berdasar perolehan tanah di beberapa tem- tentang pengadaan lahan untuk sarana dan
pat masih banyak dalam keadaan terlantar, prasarana kepentingan umum.
sehingga cita-cita luhur untuk meningkatkan
2. Metode Penelitian
kemakmuran rakyat tidak optimal (Supriyan-
to, 2010:51-52). Artikel ini didesain sebagai suatu pen-

166
Pandecta. Volume 12. Nomor 2. December 2017

elitian hukum normatif yang meneliti bahan- gara Indonesia dapat menguasai tanah seca-
bahan hukum yang berkaitan dengan isu dan ra aman dan mantap. Setiap manusia pasti
pengaturan hukum mengenai kewenangan menginginkan adanya perlindungan dan ja-
pemerintah daarah dalam pengadaan tanah minan kepastian hukum. Apapun akan di-
bagi pelaksanaan pembangunan untuk ke- lakukan oleh setiap manusia atau warga ne-
pentingan umum. Penelitian hukum normatif gara untuk mendapatkan perlindungan dan
ini juga akan dipadukan dan diperkaya den- jaminan kepastian hukum dalam setiap sendi
gan metode penelitian yang telah mulai lazim kehidupannya. Tidak terkecuali dalam hal
digunakan dalam berbagai penelitian. Dalam kepemilikan akan tanah. Kepemilikan tanah
penelitian hukum normatif dikenal beberapa merupakan sebuah hak asasi manusia yang
metode pendekatan (Marzuki, 2008:93-95). dilindungi oleh hukum internasional maupun
Pendekatan peraturan perundang-undangan hukum nasional. Dalam hukum internasional,
(statute approach) dilakukan dengan mene- perlindungan hukum hak milik diatur dalam
laah instrumen-instrumen hukum nasional, DUHAM (Deklarasi Umum Hak Asasi Ma-
regional, dan internasional yang mengatur nusia) Pasal 17.1, Pasal 17.2, Pasal 25.1, dan
tentang isu Pengadaan tanah pemerintah Pasal 30. Sedangkan dalam hukum nasional,
daerah. Pendekatan analisis/konsep (analyti- perlindungan hukum hak milik ini diatur da-
cal or conceptual approach) (Ibrahim, 2006) lamUndang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal
selanjutnya akan digunakan dalam rangka 28 H Ayat (4), dan Undang-Undang Nomor
memperdalam pemahaman mengenai as- 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
pek hukum kewenangan pemerintah daerah (Arvita, 2016:21-22).
dalam pengadaan tanah untuk kepentingan Kebijakan pertanahan di Indonesia se-
umum. benarnya sudah lama diformulasikan dalam
Undang Undang No 5 Tahun 1960 tentang
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria atau
yang lebih dikenal dengan sebutan UUPA
Kewenangan Pemerintah Daerah dalam (Undang Undang Pokok Agraria) yang me-
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pem- landaskan diri pada pasal 33 ayat (3) Undang
bangunan untuk Kepentingan Umum Undang Dasar 1945 (Supriyatno, 2008:221).
Tanah sangat dibutuhkan dalam pem- Ruang lingkup agraria dalam UUPA, yaitu
bangunan baik pembangunan untuk ke- meliputi bumi, air, ruang angkasa dan keka-
pentingan umum maupun swasta. Saat ini, yaan alam yang terkandung didalamnya. Ru-
pembangunan terus meningkat sedangkan ang lingkup bumi meliputi permukaan bumi
luas tanah selalu tetap. Dalam melaksanakan (tanah) tubuh bumi, dan ruang yang ada
pembangunan terutama untuk kepentingan dibawah permukaan air. Dengan demikian,
umum, sering sekali menggunakan tanah tanah merupakan bagian kecil dari agraria
yang berasal dari masyarakat. Tanah masyara- (Santoso, 2013:99). Dalam konteks ini, ne-
kat tersebut dapat digunakan untuk keperlu- gara diberikan wewenang untuk melakukan
an pembangunan melalui proses pengadaan pengaturan, serta menyelenggarakan perun-
tanah untuk kepentingan umum (Pamuncak, tukan, penggunaan dan pemeliharaan terha-
2016:3). dap sumberdaya alam dengan tujuan untuk
Kebutuhan akan tanah terus meningkat memberikan kesejahteraan kepada masyara-
seiring dengan meningkatnya kegiatan pem- kat (Alting, 2013:266).
bangunan, yang membawa konsekuensi se- Muhamad Bakri menyatakan bahwa
makin mahalnya atau semakin tingginya nilai menurut sifat dan pada dasarnya, kewenan-
tanah dan meningkatnya persaingan untuk gan negara yang bersumber pada hak men-
mendapatkan tanah (Santoso, 2015:215). guasai tanah oleh negara berada ditangan
Hal tersebut sangat sejalan dengan kebutu- pemerintah pusat. Daerah-daeah swatanta
han akan adanya perlindungan hukum dan (sekarang Pemerintah Daerah), baru mem-
jaminan kepastian hukum dalam bidang punyai wewenang tersebut apabila ada pe-
pertanahan berarti bahwa setiap warga ne- limpahan (pendelegasian) wewenang pelak-

167
Hardianto Djanggih dan Salle , Aspek Hukum Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk...

sanaan hak menguasai tanah oleh negara negara federal. Akan tetapi menurut politik
dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah hukum yang dianut Indonesia, bahwa eksis-
Daerah (Santoso, 2012:276). Aplikasi dan tensi pemerintah daerah merupakan perpan-
implemetasi terhadap ketentuan hukum yang jangan tangan dari pemerintah pusat.
tersurat dalam Pasal 2 ayat (2) juncto Pasal 6 Mendasari postulat-postulat tersebut,
UUPA, teramat penting untuk disikapi oleh sehingga pemerintah mengundangkan Un-
Pemerintah (Pusat dan Daerah). Penyikapan dang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004
terhadap fenomena dimaksud, terutama da- tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
lam kaitannya dengan ketersediaan bidang- Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No-
bidang tanah tertentu sebagai akibat semakin mor 125; Tambahan Lembaran Negara Re-
meningkatnya program pemerintah di bidang publik Indonesia Nomor 4437). Kemudian
pembangunan untuk kepentingan umum. diamandemen) dengan lahirnya UU. Nomor
Aparatur pemerintah tidak hanya ter- 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
fokus pada aparat pemerintah pusat semata, Pemerintah Pengganti Undang-undang No-
tetapi juga termasuk aparat pemerintah da- mor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Un-
erah. Peran dan fungsi pemerintah daerah dang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
dalam rangka pengadaan tanah, harus meru- Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-un-
juk pada norma hukum sebagaimana dimak- dang.
sud dalam rumusan Pasal 18, 18-A dan 18-B UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang pe-
UUD 1945. Oleh karena itu, maka eksisten- rubahan kedua UU. Nomor 32 Tahun 2004
si negara atau pemerintah disini hendaknya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
mengakui dan menghormati keberadaan 2012 Nomor 59; Tambahan Lembaran Nega-
pemerintahalwaan daerah beserta fungsi- ra Republik Indonesia Nomor4844). Norma
fungsinya yang telah diatur di dalam berbagai hukum yang termuat di dalam UU. Nomor
regulasi. Sedang fungsi pemerintah daerah, 12 Tahun 2008, menjadi acuan bagi setiap
yakni pelayanan, pemberdayaan dan pem- aparat pemerintah daerah berkenaan dengan
bangunan (Ndraha, 2003:75). program pengadaan tanah.
Mendasari konsep pemerintahan da- Mernurut norma hukum yang termuat
erah dimaksud, sehingga wajar dan patut di dalam rumusan Pasal 2 ayat (1) UU. No-
apabila pemerintah daerah diberi wewenang mor 12 Tahun 2012, secara tegas dipernyata-
untuk mengatur dan mengurus sendiri uru- kan bahwa Negara Kesatuan Republik Indo-
san pemerintahannya sesuai dengan prinsip- nesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
prinsip otonomi daerah yang lebih mene- daerah provinsi itu dibagi atas daerah-daerah
kankan pada penerapan asas desentralisasi kabupaten dan kota yang masing-masing
sesuai dengan kemampuan daerah onotom mempunyai pemerintahan daerah. Semen-
yang menyelenggarakan program pengadaan tara yang dimaksud dengan pemerintahan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan daerah menurut UU. Nomor 12 Tahun 2012,
umum. yakni pemerintah daerah provinsi dan peme-
Berkenaan dengan penerapan sistem rintah daerah kabupaten/kota.
pemerintahan daerah menurut UUD Tahun Pemerintahan daerah inilah yang se-
1945, sehingga Rudolf Kjellen menyikapi cara normatif berhak serta berwenang men-
asas desentraliasasi, sebagai salah satu pe- gatur dan mengurus sendiri urusan peme-
nataan pemerintahaan daerah dalam negara rintahan daerahnya menurut prinsip-prinsip
kesatuan (Lubis, 1983:87). Sementara men- otonomi daerah, terutama dalam hal penga-
genai penerapan konsep normatif tentang daan tanah bagi pelaksanaan pembangunan
pemerintahan daerah, seyogyanyalah bersi- untuk kepentingan umum. Namun demikian,
nergi dengan karakteristik negara kesatuan. kewenangan yang diberikan kepada setiap
Hal ini penting dimaklumi, karena menurut pemerintah daerah, aplikasinya harus bersi-
teori hukum bahwa konsep negara kesatuan nergi dengan program pemerintah pusat. Jika
tidak menghendaki adanya negara di atas ne- demikian, eksistensi pemerintah daerah ti-
gara seperti yang dipraktekkan pada negara- dak dapat dilepaskan dari pemerintah pusat.

168
Pandecta. Volume 12. Nomor 2. December 2017

Konsep hukum yang demikian, dimaksudkan daerah, baik bagi pemerintah daerah provin-
agar pembangunan yang dilaksanakan benar- si maupun terhadap pemerintah daerah ka-
benar untuk kepentingan rakyat, dan bukan bupaten/kota.
untuk kepentingan politik dari oknum peja- Berkenaan dengan hal tersebut, peny-
bat pemerintah daerah yang bersangkutan. elenggaraan tugas-tugas pelayanan di bidang
Sehubungan dengan hal tersebut, se- pertanahan menjadi urusan yang bersifat
hingga wajar apabila keberadaan pemerintah wajib bagi setiap pemerintahan daerah. Pe-
daerah dalam menyelenggarakan program laksanaan tugas pelayanan di bidang perta-
pengadaan tanah benar-benar harus sesuai nahan sebagai urusan pemerintahan yang
dengan kemampuan otonomi daerahnya. bersifat wajib, tidak boleh dilakukan secara
Hal ini penting dimaklumi, karena wujud dari serta merta. Akan tetapi, harus sesuai dengan
otonomi daerah merupakan pencerminan prinsip-prinsip rechtsstaat dan secara konsti-
kemandirian dari setiap pemerintah daerah. tusional keabsahannya haruslah didasarkan
Sementara keberadaan otonomi pada peraturan perundang-undangan yang
daerah menurut George Montagu Harris berlaku.
(Tanpa Tahun:2), sebagai: Hasil perpaduan kedua norma konsti-
tusional di atas, menjadi acuan lahirnya UU.
The term local government may have one of Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
two meanings. It may signify; (1) the govern- Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Ne-
ment of all part of a country by means of lo- gara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
cal agents appointed and responsible only to 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
the central government. This is part of a cent- Indonesia Nomor 2043), lebih dikenal den-
ralized only to the may be called “local state gan Undang-undang Pokok Agraria disingkat
government”. (2) government by local bodies, UUPA, sekaligus sebagai hukum tanah nasio-
freely elected which while subjected to the nal dan merupakan bagian integral dan tidak
supremacy to nationalgevernment, are endo- terpisahkan dari hukum agraria Indonesia.
wed in some respect with power, discretion Selanjutnya di dalam rumusan Pasal 2
and responsibility, which they can exercise wi- ayat (2) UUPA, secara tegas dan transparan
tout control over their decision by thehigher telah memberikan wewenang pengaturan
authority. The extent of power, discretion and kepada negara di bidang pertanahan. Kewe-
responsibility which the local bodies possess is nangan negara atas tanah dimaksud, semata-
a matter of degree, which varies considerab- mata untuk :
ly in many countries. This is called, in many a. Mengatur dan menyelenggarakan
countries “communalautonomy or in other lo- peruntukan, penggunaan, persediaan dan
cal self government”. pemeliharaan bumi, air dan ruang angka;
b. Menentukan dan mengatur hubungan-
Bertolak dari penjelasan di atas, maka hubungan hukum antara orang-orang
yang dimaksud dengan urusan pemerintahan dengan bumi, air dan ruang angkasa;
daerah provinsi dan kabupaten/kota dapat c. Menentukan dan mengatur hubungan-
diklasifikasi atas urusan yang bersifat wajib hubungan hukum antara orang-orang
dan urusan yang bersifat pilihan. Kedua jenis dan perbuatan-perbuatan hukum yang
urusan pemerintahan tersebut, bersesuaian mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
dengan norma hukum yang termuat di dalam Mengenai hak menguasai negara atas
rumusan Pasal 13 dan 14 UU Nomor 12Ta- tanah, oleh H.S.R. Nur (1989:73-83) meng-
hun 2012. Salah satu urusan pemerintahan kategorikan sebagai Dasar Baru dari pada
(pemerintah pusat) yang telah dilimpahkan Hukum Agraria di Indonesia, dalam rangka
kepada pemerintah daerah, yakni pelayanan pemenuhan kebutuhan masyarakat, negara
publik di bidang pertanahan. Pelimpahan dan dunia, sebagai berikut :
kewenangan pemerintahan menjadi urusan a. Pergolakan dunia tentang soal milik privat
yang bersifat wajib bagi setiap pemerintahan dan milik kolektif, dapat dipecahkan
dengan menggunakan hak ini karena

169
Hardianto Djanggih dan Salle , Aspek Hukum Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk...

negaka akan tidak memihak kepada salah Terlebih lagi sekiranya dipertautkan dengan
satu golongan. persoalan vertilitas penduduk yang semakin
b. Hak negara sesuai dengan tugasnya, adalah meningkat, tentu setiap orang membutuhkan
membuat planning. Hak menguasai ini tanah untuk mendukung aktivitas keseharian
memungkinkan negara untuk membuat dalam memenuhi tuntutan hidup keluarga
planning sebaik-baiknya. dan rumah tangga.
c. Tujuan Negara Republik Indonesia Isu yang demikian ini, dapat mem-
(kebahagiaan, kesejahteraan dan pengaruhi masyarakat pemilik atau peme-
perdamaian) dapat dicapai dengan hak gang hak atas tanah untuk tidak melepaskan
menguasai tanah oleh negara. bidang-bidang tanahnya kepada instansi
Hak menguasai tanah dari negara, pemerintah yang membutuhkan tanah yang
berarti negara (pemerintah) bukan pemilik bersangkutan. Kalau pemilik atau pemegang
tanah. Akan tetapi pemerintah berhak men- hak atas tanah bersedia melepaskan tanah-
gatur peruntukan, penggunaan, persediaan nya, tentu dengan harga ganti kerugian yang
dan pemeliharaan tanah, mengatur hubun- relatif cukup mahal agar tidak jadi diambil
gan hukum antara orang dengan tanah, serta atau dibayar oleh instansi yang membutuh-
mengatur perbuatan-perbuatan hukum ter- kan tanah.
hadap tanah dengan tetap memperhatikan Dengan demikian, maka persoalan
fungsi sosial hak atas tanah sebagaimana di- hukum yang dihadapi pemerintah sekarang,
maksud Pasal 6 UUPA. yakni; tanah untuk pemenuhan keperluan
Melalui prinsip dan arah pembaharu- manusia tidak cukup tersedia. Sehingga per-
an agraria serta perubahan paradigma pen- lu ada solusi berupa kebijakan pemerintah
gelolaan pemerintah desentralistik melalui untuk melakukan rekayasa sosial terhadap
pemberian otonomi yang bertanggungjawab fungsi hukum. Perekayasaan sosial dimaksud,
kepada daerah, dikeluarkanlah Keppres No- bertujuan untuk memberdayakan hukum,
mor 34 Tahun 2003 dimana sebagian kewe- baik hukum sebagai a tool of social enginee-
nangan pemerintah dibidang pertanahan di- ring maupun hukum sebagai a tool of social
laksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota. control.
(Alting, 2011:88). Berkenaan dengan dengan kedua fung-
si hukum (a tool of social control dan a tool of
Pengadaan Lahan untuk Pembangunan social engineering) dalam rangka pengadaan
Sarana dan Prasarana Kepentingan Umum tanah, lebih menarik jika dikaitkan dengan
Pelaksanaan program pembangunan sifat-sifat dasar dari setiap bidang tanah. Me-
yang dilakukan oleh instansi pemerintah, se- nurut sosiologis hukum dan antropologis hu-
cara ex officio memerlukan lahan atau tanah kum, bahwa setiap bidang tanah mempunyai
sebagai lokasi tempat merealisasikan fisik tiga sifat dasar (Pasamai, 2010:78), sebagai
untuk pembangunan sarana dan prasarana berikut :
kepentingan umum. Sedang makna dari ke- 1. Sifat penyabar; artinya tanah tidak akan
pentingan umum dimaksud, tidak berpotensi pernah mengeluh sekalipun di atasnya
menjadikan rakyat sengsara tetapi bertujuan diletakkan suatu beban yang relatif berat.
untuk meningkatkan kemakmuran dan kese- Betapa berat bangunan yang dibangun
jahteraan rakyat. di atas tanah, seperti gedung-gedung
Sehubungan dengan hal tersebut, pencakar langit, real estate dan rumah
pembangunan fisik yang dilakukan oleh susun, pabrik-pabrik dan berbagai jenis
instansi pemerintah, senantiasa membutuh- bangunan lainnya. Bahkan tanah yang
kan lahan atau tanah guna dijadikan sebagai dijadikan objek bisnispun, tidak akan
lokasi dan/atau tempat mendirikan berbagai pernah berkeberatan. Kesemua ini
jenis bangunan. Namun ada issu sentral yang disebabkan karena adanya sifat penyabar
berkembang di tengah-tengah masyarakat, yang dimiliki tanah, sehingga tanah tetap
bahwa kebutuhan tanah semakin mening- sabar menerima perlakuan manusia,
kat sementara luas tanah tidak bertambah. sekalipun diberikan beban yang relatif

170
Pandecta. Volume 12. Nomor 2. December 2017

berat di atasnya, namun tanah tidak ini mempunyai keterkaitan yang sangat erat
pernah mengeluh sedikitpun. dengan masalah pengadaan tanah bagi pe-
2. Sifat konsisten; artinya tanah tidak pernah laksanaan pembangunan untuk kepentingan
berspikulasi menghadapi realita, sehingga umum, terutama yang diselenggarakan oleh
tidak mungkin akan tumbuh pohon durian pemerintah daerah.
bilamana yang ditanam adalah langsat.
Akan tetapi pada tanah tetap melekat 4. Simpulan
sifat konsisten, yakni apabila kelapa yang Pemerintahan daerah secara normatif
ditanam maka yang akan tumbuh adalah berhak serta berwenang mengatur dan men-
pohon kelapa, apabila mangga yang gurus sendiri urusan pemerintahan daerah-
ditaman maka yang akan tumbuh adalah nya menurut prinsip-prinsip otonomi daerah,
pohon mangga. Sifat konsistensi yang terutama dalam hal pengadaan tanah bagi
dimiliki setiap jengkal tanah, baik tanah pelaksanaan pembangunan untuk kepentin-
yang ada di pegunungan/perbukitan gan umum. Kewenangan yang diberikan ke-
maupu tanah yang ada di daratan atau
pada setiap pemerintah daerah, aplikasinya
di pesisir pantai. Apabila tanah-tanah
harus bersinergi dengan program pemerintah
dimaksud, dijadikan objek bisnis maka
pusat. Jika demikian, eksistensi pemerintah
sifat konsistensi tetap mengikuti dalam
daerah tidak dapat dilepaskan dari peme-
rangka penetapan harga dasar jual beli
rintah pusat. Konsep hukum yang demikian,
(bisnis) tanah.
dimaksudkan agar pembangunan yang di-
3. Sifat kerahasiaan; artinya tanah pandai
laksanakan benar-benar untuk kepentingan
menyembunyikan rahasia. Oleh karena
rakyat, dan bukan untuk kepentingan politik
itu kalau ada bangkai yang sudah
dari oknum pejabat pemerintah daerah yang
berbau dan ditanam dalam tanah maka
bersangkutan.
bangkai yang sudah ditanam itu tidak
akan mengeluarkan aroma busuk dan Daftar Pustaka
menyengat yang tidak sedap dihirup
oleh hidung. Sifat kerahasiaan ini tetap Alting, Husen, 2011. Penguasaan Tanah Masyarakat
setia melekat pada tanah yang dijadikan Hukum Adat (Suatu Kajian Terhadap Masayara-
objek bisnis, sehingga harga jual beli yang kat Hukum Adat Ternate), Jurnal Dinamika Hu-
sebenarnya atas sebidang tanah hanya kum, 11 (1):84-95.
diketahui secara pasti oleh pelaku bisnis Alting, Husen, 2013. Konflik Penguasaa Tanah Di Malu-
(penjual dan pembeli). Sedang angka- ku Utara: Rakyat Versus Penguasa dan Pengusa-
angka besarnya harga jual beli tanah ha, Jurnal Dinamika Hukum 13 (2): 266-282.
yang biasa tertera dalam Akta Jual Beli Arvita, Rani, 2016. Kedudukan Badan Pertanahan Na-
(AJB), hanyalah sekedar kelengkapan sional dalam Menghadapi Problematik Putusan
administrasi pertanahan yang disyaratkan Non-Executable PTUN Tentang Pembatalan
Badan Pertanahan Nasional (BPN). Sertifikat Hak Atas Tanah, Jurnal Media Hukum
Berkenaan dengan posisi strategis se- 23 (1): 20-36
tiap bidang tanah dalam kaitannya dengan Burkens, C.M. 1990. Beginselen van de Democratische
penyelenggaraan program pengadaan tanah Rechtssaat, W.E.J, Tjeenk Willink Zwolle.
dimaksud, sehingga aplikasi dan implemen- Dayanto, 2013. Rekonstruksi Paradigma Pembagunan
tasinya, harus tetap memperhatikan prinsip Negara Hukum Indonesia Berbasis Pancasila.
penghormatan terhadap hak-hak atas tanah Jurnal Dinamika Hukum, 13 (3): 498-509.
sebagaimana dimaksud dalam rumusan Pasal Djanggih, Hardianto, dan Ahmad, Kamri, 2017. The Ef-
4 ayat (1) dan Pasal 16 ayat (1) UUPA. Ada- fectiveness of Indonesian National Police Func-
pun wujud penyelenggaraan program penga- tion on Banggai Regency Police Investigation
daan tanah, tertuju pada pelaksanaan prinsip (Investigation Case Study Year 2008-2016). Ju-
penghormatan terhadap hak-hak atas tanah rnal Dinamika Hukum 17.2: 152-157.
dari setiap pemilik atau yang menguasai George Montagu Harris, Tanpa Tahun, Comparative Lo-
bidang-bidang tanah tertentu. Fenomena cal Covernment; dikutip oleh M. Arifandi Saleh

171
Hardianto Djanggih dan Salle , Aspek Hukum Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk...

,Pemerintahan,Daerah di Amerika Serikat, Mim- Ulayat Untuk Investasi Di Sumatera Barat Pada
eografi. Norma dan Implementasi, Jurnal Media Hu-
Ibrahim, Jhony. 2006. Metodologi Penelitian Hukum, kum, 22 (1): 95:109.
Malang: Prenada Pamuncak, Aristya Windiana, 2016. Perbandingan
Khakim, Lutfi Zaini, 2014. Model Revitalisasi Lahan Ganti Rugi dan Mekanisme Peralihan Hak
Dampak Pertambangan Pasir Besi (Perspektif Menurut Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun
Implementasi Perda Kabupaten Cilacap Nomor 2006 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
17 Tahun 2010). Pandecta Research Law Journal 2012, Jurnal Law and Justice, 1 (1): 1-8.
9 (1): 113-119. Santoso, Urip, 2013. Kewenangan Pemerintah Daerah
Kristian, Dikson, dkk, 2014. Kewenangan Pemerintah Dalam Penguasaan Atas Tanah, Jurnal Dinamika
Daerah Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pelak- Hukum, 13 (1): 283-292.
sanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Santoso, Urip, 2012. Eksistensi Hak Pengelolaan Dalam
Umum, Jurnal Kertha Negara 1 (1): 74-79.
Hukum Tanah Nasional, Jurnal Mimbar Hukum
Kusumadara, Afifah, 2013. Perkembangan Hak Negara
24 (2): 275:375.
Atas Tanah, Jurnal Media Hukum 20 (3): 262-
Santoso, Urip, 2015. Perolehan Hak Atas Tanah Yang
276.
Berasal Dari Reklamasi Pantai, Jurnal Mimbar
Lubis, M Solly, 1983. Perkembangan Garis Politik Dan
Hukum, 27 (2): 28:42.
Perundang-undangan Pemerintahan Daerah,
Silviana, Ana, 2012. Kajian Tentang Kesadaran Hukum
Bandung: Alumni.
Masyarakat dalam Melaksanakan Pendaftaran
Marzuki, P.M. 2008. Penelitian Hukum, Cet. 4. Jakarta:
Tanah, Pandecta: Research Law Journal 7 (1):
Kencana Prenada Media Group
Mamulai, Muslim, dkk. (2017). Strength of Evidence of 112-122.
Electronic Media (Teleconference) In The Crim- Supriyanto, 2008. Implementasi Kebijakan Pertana-
inal Justice System. VRIJSPRAAK: International han Nasional, Jurnal Dinamika Hukum 8 (3):
Journal of Law, 1(1), 1-20. 221:231.
Ndraha, Taliziduhu, 2003. Kybernology (Ilmu Pemerin- Supriyanto, 2010. Kriteria Tanah Terlantar Dalam Per-
tahan Baru), Jakarta: Rineka Cipta. aturan Perundangan Indonesia, Jurnal Dinamika
Nur, H.S.R 1990. Beberapa Masalah Agraria, Editor. Hukum,.10 (1): 51-59.
Ujung Pandang: Lembaga Penerbitan Universi- Syamsuddin Pasamai, 2010. Hukum Agraria dan Hu-
tas Hasanuddin. kum Tanah Indonesia, Umitoha Makassar:
Nurdin, Zefrizal, 2015. Dilema Pemanfaatan Tanah Ukhuwah Grafika.

172

Anda mungkin juga menyukai