Anda di halaman 1dari 3

NOVEL

LUKISAN TERINDDAH

"Apa yang kamu lakukan?udah telat dateng,ngelawan sama pembina lagi "tegas Bagas

"Ma'af kak,,"kataku sambil menunduk,karna sadar akan kesalahnku

"Sekarang hukumanmu cari kayu bakar,saya kasih waktu sampe tar malem"ketunya

"Beneran ini kak,terus sya sendiri gitu ke hutan?"jawabku polos

"Emang yang kenak hukuman berapa orang?"tanya dia baliksembaari senyum miris

"Kan saya aja yang telat kak"

"Ya kalok gitu kamu sendirilah"ketusnya lagi tapi agak lebih meninggi lagi suaranya

Dasar ketua yang tak punya hati nurani,Bagas anata biasa ku panggil kak Bagas dia adalah ketua
osisiku,dia ganas seperti serigala,tegas,provektip,kata temen-temenku dia itu bagaikan malaikat tak
pernah senyum tapi sekalinya dia senyum bisa buat kita melayang layang di udara,bulsit,dia kan gak
punya hati mana pernah dia tersenyum kerjaanya cuman hukum dan hukum mungkin di dalam hidupnya
dia cuman tau yang namanya kesalahan saja sampai tak pernah melihat sisi baik orang kalok salah
teteplah salah di matanya.

"Dasar ketua osisi yang gak punya hati"Kata Rifki saatku telah beri tahu kalok aku kenak hukuman cari
kayu bakar sendiri

"Aku bantuin ya?masa kamu sendirian,lagian kayu bakar di tenda pak budi banyak kok,palingan dia gini
biaar kita makin takut sama dia aja"lanjutnya

"Gak usah Rif aku bisa,tar masalahnya makin panjang lagi kalok di tau sama kak Bagas,makaih ya
tawarannya"kataku sembari meninggalkan Rifki.

Nah kalok yang ini namanya Muhammad rifki,dia adalah sahabatku jangan heran dia ganteng
banget bagi kalngan kaum hawa,dia terkenal banget selain sebagai pemain basket terhandal dia juga
biasa di panggil penjinak para wanita,tapi entah kenapa dia tak pernah ingin berpacaran padahal tak
jarang dia ditembak wanita,bukan Rifki namanya klok dia yang nembak cewek,entah sejak kapan aku
mulai bersahabat dengannya,tapi setauku dia selalu menjagaku dari godaan para laki-laki buaya di
sekolah.

;) ;) ;)
Bodoh sekali kenapa harus kesasr begini,entah berapa kali aku keliling di satu tempat ini,kenapa
gak taruh penanda sih biar balknya gak serumit ini,malah kebayangnya sekarag,kini bener-bener larut
malam aku masih saja bergalut dengan kayu-kayu di tanganku,jangan bilang kalok di sini ada hewan
buas,gak lucu bangetkan mati dalam hutan,tambah lagi senter yangku bawa habis baterainya,sekarang
aku bener-bener pasrah,seketika air mataku jatuh,rasanya aku ingin teriak tapi balik lagi ke pemikiranku
yang awal gak mungkin kan bakal mati karna hewan buas di sini,entah apa yang harus ku lakukan
sekrang rasanya badanku mulai menggigil,

"ADEL......ADEL.....ADEL! terdenger suara teriakan di sebelah kiriku,namunaku rasnya tak bisa menjawab
karna pita suaraku memberat,ku coba membuka sura sekuat mungkin.

"YA A....K...U.... D...I... S.I.NI..."teriaku sembnari mengankat selayer yg telah terikat di kepalaku.sehingga
membuat goyangan seperti penanda bahwa aku di sana karna cuman cara ini yang terlintas dalam
pikiranku,tanpa adanya penerang setidaknya ada pergerakan di sekitar,

Kilawan cahaya memancar tepat di mataku membuatku tak bisa melihat pemilik cahaya
itu,"alhamdulillah"batinku,perlahan lahan cahaya itu mendekat hingga aku tetap menatapnya sampai
pada titik terdekat "kak Bagas"ulang batinku lagi,tanpa melontarkan kata-katanya iya langsung
menyelimutiku dengan jaket hitamnya yang kini bener-bener melekat di badanku

"Ayok pulang"katanya sembari menarik pergelangan tanganmku,hangat sekali,namun apa yg ku


rasakan,tangannya dingin dan seperti ada air yg berguliran di pergelangan tanganku,sepontan ku
menarikl senter yang iya bawa tanpa mempedulikannya,

"luka"batinku,sembari melepaskan genggamanya di pergelanganku ku menahannya tuk tak berkata


apapun ku menatapnya sekilas lalu kembali ke telapak tangannya,tanpa pikir panjang aku langsung
menarik kain bandu kesayanganku di lenganku yg singaja aku teruh,

"kamu mau ngapain,ayok balik kamu udah buat kami gelisah tau gak?"sembari menarik
tangannya,namun gagal karnna pergerakannya lambat

"Kak Bagas bisa diem gak sih,tuk malem ini aja setidaknya kak gak sia-sia temuin Adel,ini juga buat
kebaikan kak"teriakku histeris entah dari mana dan kapan suaraku bisa keluar lagi,rasanya aku yang
bersalah atas semua ini,ya apaboleh buat dia terdiam namun mata tajamnya masih saja tersirat
kepadaku,jujur saja selama ini aku tak berani menatapnya apalagi membentaknya karna aku adalah
salah satu sisawa yang takut padanya,entah apa tanggapannya setelah ini aku tak pedduli lagi karna
yangku pikirkan adalah darahnya taknan berhenti sebelum di balut,dia hanya menatapku tajam meski
aku balut dengan kain banduku yang kecil itu.

Hening entah apa yang akanku katakan padanya aku takut karna beberapa menit lalu telah
membentaknya rasa bersalahku semakin menjadi-jadi di dalam hatiku.

"Adel?"tegurnya
aku bingung harus apa,ma'af kah atau diam saja,aku tak menjawab aku hanya bisa menunduk saat iya
menghadapku.

"Makasih ya,dan ma'af telah menghukumu sekeras ini?"bagai tersamber petir,dia minta ma'af dan
terimakasih,aku menoleh ke arahnya dan takbisa berkata apa-apa aku hanya mencoba membuat seulas
senyum,dia juga membalas senyuman itu,rasanya ini bener-bener luar dari dugaanku,apakah ini mimpi?
aku rasanya terperangah melihat dia senyum setulue itu rasanya tek mungkin serigala bisa tersenyum
dia hanya bisa mengaung saja membuet di sekelilingnya takut dan patuh kepadanya,

"ADELLLLLLLLLLL"panggilan yg beriringen ke arahku,ku coba mencari sumber suara.

"MITA,RISKA RIRIN,INTAN"teriaku balik sembari mencoba melirik kak Bagas memastikan kalokn kalok
aku bakal balik,dia sekali lagi tersenyum melihat kehebohanku,karna merasa malu tanpa berkata apa-
apa lagi aku langsung berlari ke temen-temen yang telah menungguku di depan tenda biru muda itu,

"Del kamu gak kenapa-napakan?"kata intan sembari memeluku

"gak apa-apa cuman agak merasa takut aja tadi"jujurku

"ya udah ayok kita masuk istirahat!"sahut mita sembari meninggalkan kami,kami hanya mengikuti
perkataannya,

"Tau gak Del! kak Bagas jatuh pas cariin kamu?"kata riska si biang rempong

"Iya Del terus ya tangannya luka deh kayaknya,eh bukannya di balut malah dia suruh kami balik katanya
gak baik yang cewek keluar biar yang laki aja katanya,terus ni"

"udah ceritanya tar kita di marahin kak bagas lagi,waktunya istirahat besok pagi ceritanya"potong Mita
sebellum ririn cerianya gak selesai-selesai karna memeng si kembar adalah biang rempong hidupnya kak
Bagas.

Anda mungkin juga menyukai