Salah satu program prioritas pemerintah adalah mewujudkan sumber daya
manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing tinggi. Program ini sebagai salah satu tempat upaya pemerintah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), perkembangan dunia kerja yang telah memasuki era revolusi industri 4.0, dan pada tahun 2030 Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi, yang ditandai dengan menurunya rasio perbandingan antara jumlah penduduk dan nonproduktif (usia kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas) terhadap jumlah penduduk produktif (usia 15-64 tahun). Dalam menyambut bonus demografi tersebut, perlu dipersiapkan manusia- manusia hebat yang selama kurang lebih 10 tahun ke depan akan menentukan keberhasilan dalam memanfaatkan celah kesempatan (window of opportunity) dari bonus demografi tersebut. Fenomena ini akan menjadi peluang bagi bangsa Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Anak- anak yang kini di usia belasan tahun itu harus kita persiapkan sebaik mungkin agar saat waktunya tiba dapat berperan aktif dan berkarya untuk bangsa pada tahun 2020 hingga 2035. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari 1rofes pendidikan yang diterapkan di negara tersebut. Salah satu 1rofes pendidikan yang ada di Indonesia adalah pendidikan kejuruan atau vokasi, yang meliputi: pendidikan menengah kejuruan (SMK/MAK), politeknik, pendidikan vokasi,dan balai latihan kerja. Pendidikan Menengah Kejuruanmemiliki peran untuk mempersiapkan siswa agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) dan juga mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia kerja. Penddikan dan pelatihan vokasi pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi perlu membekali lulusannya dengan berbagai kecakapan yang lebih umum,yaitu kecakapan hidup dan berkarier, kecakapan dalam belajar dan berinovasi, serta kecakapan memanfaatkan informasi, media,dan teknologi. Kecakapan hidup dan berkarier (life and career skills) memiliki komponen, yakni (1) fleksibilitas dan adaptabilitas , (2) memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri sendiri, (3) interaksi social dan antar-budaya, (4) produktivitas dan akuntabilitas mengelola proyek dan menghasilkan produk, dan (5) kepemimpinan dan tanggung jawab. Selanjutnya, kecakapan dalam belajar dan berinovasi (learning and inovation skills) memiliki komponen (1) berpikir kritis dan mengatasi masalah, (2) kecakapan berkomunikasi dan berkolaborasi, dan (3) kreativitas dan inovasi. Sementara itu, kecakapan media informasi dan teknologi (information media and technology skills) memiliki komponen (1) literasi imformasi, (2) literasi media, dan (3) literasi TIK. Pembekalan kecakapan semacam ini dikemas dengan istilah Keterampilan Abad XXI (21st Century Skills).