Anda di halaman 1dari 58

PEDOMAN PENGELOLAAN VAKSIN

1.4. PENGERTIAN

Pedoman Penge/olaan Vaksin 1


Beberapa istilah yang ada dalam pedoman ini mempunyai
pengertian sbb:

a. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap Penyakit
yang Dapat Dicegah DenganImunisasi (PD31) sehingga
bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau sakit ringan.

b. Vaksinadalah suatu produk biologi yang terbuat dari


kuman, komponen kuman yang telah dilemahkan,
dimatikan atau rekayasa genetika dan berguna untuk
merangsang kekebalan tubuh secara aktif.

c. Jenis-jenis vaksin yang dipakai dalam program imunisasi di


Indonesia adalah: BCG, Polio,Campak,Hepatitis B,DPT-
HB,
DTdanTT

d. Cold box adalah yang digunakan untuk menyimpan dan


membawa vaksin.

2 Pedoman Pengelolaan Vaksin


e. FIFO a rtiny a y a ng da hu Iu m a s uk ha rus
dikeluarkan/digunakan lebih dahulu, FEFO artinya
yang dahulu expired harus dikeluarkan/digunakan
lebihdahulu

f. Freeze sensitive vaccine : vaksin yang peka pada


paparan beku ( rusak karena pembekuan) yaitu
vaksin DPTHB,
TT,DT, Hepatitis B,DPT-HB

g. Heat Sensitive vaccine :vaksin yang peka terhadap


paparan panas (lebih cepat rusak bila disimpan diatas
8° C) yaitu polio,campak dan BCG.

h. Heat Stable: istilah terhadap vaksin yang tahan pada


suhu kamar, yaitu vaksin-vaksinhepatitis B,Tr

i. Kotak dingin cair : digunakan untuk menggantikan


istilah istilah water pack, chilled water pack atau cool
pack. Kotak pendingindibuatdilemari es (refrigerator)

j. Kotak es beku: digunakan untuk menggantikan istilah


cold pack.Kotak beku dibuatdi freezer

k. Lemari es: tempat yang digunakan untuk menyimpan


vaksin dengan suhu +2s/d s0c

I. Rantai vaksin: digunakan untuk mengganti istilah cold


chain,yaitu prosedur yang digunakan untuk menjaga
vaksin pada suhu dinginyang telah ditetapkan

m.WM ( Vaccine Vial Monitor) adalah alat pemantau


paparan suhu panas, untuk memantau suhu vaksin
dalam perjalanan maupun selama penyimpanan
BAB II
PENGGOLONGAN DAN JENIS VAKSIN

2.1. PENGGOLONGAN VAKSIN

1. Penggolongan berdasarkan asal antigen {Immunization


Essential)

a. Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan (live


attenuated)
a. Virus :Polio (OPV), Campak, Yellow Fever
b. Bakteri :BCG

b. Berasal dari bibit penyakityang dimatikan (inactivated)


a. Seluruh partikel diambil:
a) Virus IPV (injectable/Inactivated Polio
Vaccine = Po Iio injeksi),
Rabies
b) Bakteri :Pertusis
b. Sebagian partikel diambil :
a) Murni :Meningococal
b) Gabungan :Hib (Haemofilus nfluenza type B)
c. Rekombinan (rekayasa genetika) :Hepatitis B

2. Penggolongan bei;dasarkan sensitivitas terhadap suhu

a. Vaksin sensistif beku (Freeze Sensitive=FS), yaitu


golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin
dibawah 0°C (beku) seperti:

a. Hepatitis B
b. DPT
c. DPT-HB
d. DT
e. TT

Pedoman Pengelolaan Vaksin 5


b. Vaksin sensistif panas (Heat Sensitive=HS), yaitu
golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan
panas yang berlebihan yaitu :
a. BCG
b. Polio
c. Campak

2.2JENISVAKS1N

Vaksin yang beredar di ndonesia cukup banyak jenisnya,


yang digunakan secara individu oleh dokter atau bidan
dalam imunisasi. Namun sampai saat ini yang baru
dimasukkan ke dalam program imunisasi baru beberapa jenis
vaksin. Namun demikian selain vaksin program imunisasi
masih ada vaksin lain yang juga dapat digunakan oleh
program lain di Depkes yang perlu dipantau untuk
keamanan penyimpanan vaksin. Berikut ini akan diuraikan
vaksin program imunisasi dan vaksin di luar program
yang disimpan di penyimpanan vaksin di tingkat
propinsi/kabupaten maupun puskesmas.

2.2.1. Vaksin-vaksinyang digunakan pada Program


munisasisaat ini:

1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Vaksin BCG adalah vaksin bentuk kering yang mengandung


mycobacteriuim bovis yang sudah dilemahkan dari strain Paris
no.1173.P2 (Vademecum Bio Farma Jan 2002).
Vaksin BCG digunakan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap tuberkulosa

Kemasan
Kemasan dalam ampul, beku kering, 1box berisi 10 ampul
vaksin.
Setiap 1ampul vaksin dengan 4 ml pelarut Na Cl 0,9% =
80
dosis, namun efektivitas pemakaian di lapangan 2 -3 dosis.
Komposisi
Setelah dilarutkan dengan 4 ml pelarut, tiap ml vaksin
mengandung : basil BCG hidup 0,375 mg, Natrium Glutamat
1,875 mgdan Natrium Klorida 9 mg,

2. Vaksin DPT

Vaksin jerap DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin


yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan
serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi dan teradsorbsi
kedalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Potensi vaksin per dosis
tunggal sedikitnya 4 U pertusis, 30 IU difteri dan 60 IU
tetanus. (Vademecum Bio Farma Jan 2002).
Vaksin DPTHB digunakan untuk memberikan kekebalan secara
simultan terhadap difteri,tetanus dan batuk rejan

Kemasan
• Kemasan dalam vial.
• 1box vaksin terdiri dari 10 vial.
• 1vial berisi 10 dosis.
• Vaksin berbentuk cairan.

Komposisi
Setiap ml mengandung : toksoid difteri yang dimurnikan 40
Lf, toksoid tetanus yang.dimurnikan 15 Lf, B,
pertusis yang diinaktivasi 24 Ou, alumunium fosfat 3
mg.,thimerosal 0,1mg.

• Di unit pelayanan statis, vaksin DPTHB yang telah


dibuka boleh digunakan selama 4 minggu,dengan
ketentuan :

vaksin belum·kadaluwarsa
vaksin disimpan dalam suhu 2°C s/d
8°C tidak pernah terendam air
sterilitasnya terjaga
WM masihdalam kondisi A dan B
Pedoman Penge/ o/aan Vaksin 7
3. VaksinTT
Vaksin jerap TT (Tetanus Toksoid) adalah vaksin yang
mengadung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan
teradsorbsi kedalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Satu dosis 0,5
ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40IU. Dipergunakan
untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil,juga
untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Vademecum Bio
Farma Jan 2002).

Kemasan
• 1box vaksinterdiridari 10 vial.
• 1vial berisi 10dosis.
• VaksinTT adalah vaksin yang berbentuk cairan.

Komposisi
Setiap ml mengandung :Toksoid tetanus yang dimurnikan 20
Lf, alumunium fosfat 3 mg,thimerosal 0,1mg.

4. Vaksin OT
Vaksin jerap DT (Difter Tetanus) adalah vaksin yang
mengadung toxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan
dan teradsorbsi kedalam 3 mg/ml alumunium fosfat.. Potensi
komponen vaksin per dosis tunggal sedikitnya 30 U
untuk.potensi toksoid difteri dan 40 IU untuk potensi
toksoidtetanus. (Vademecum Bio Farma Jan 2002).
Vaksin DT digunakan untuk memberikan kekebalan simultan
terhadap difteri dan tetanus

Kemasan
• 1box vaksinterdiri dari 10 vial.
• 1vial berisi 10 dosis.
• Vaksin DT adalahvaksinyang berbentuk cairan.
Komposisi
Setiap ml mengandung :Toksoid difteri yang dimurnikan 40
Lf, toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf,alumunium fosfat
3 mg, dan thimerosal 0,1 mg.

5. Vaksin Polio{Oral Polio Vaccine = OPV)

Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang


terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3.(Strain
Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan
ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. (Vademecum Bio
Farma Jan 2002).
Vaksin Polio digunakan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap poliomyelitis

Kemasan
• 1box vaksinterdiri dari 10 vial.
• 1vial berisi 10dosis.
• Vaksin polio adalah vaksinyang berbentuk cairan.
• Setiap vaksin polio disertai 1buah penetes (dropper)
terbuat dari bahan plastik.

Komposisi
Setiap dosis (2 tetes = 0,1 ml) mengandung virus polio tidak
kurang dari :

Tipe 1: 106·°CCID
5 50
Tipe 2 : 1Q5·°CCID
5 50
Tipe 3 : 1Q• CCID
50

6. Vaksin Campak

Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang


dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang
dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih
dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg erythromycin.
Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus
dilarutkan dengan aquabidest
Pedoman Pengelolaan Vaksin 9
steril. (Vademecum Bio Farma Jan 2002).
Vaksin campak digunakan untuk memberikan kekebalan
secara aktif terhadap penyakit campak

Kemasan
• 1box vaksinterdiridari 10vial.
• 1vial berisi10dosis.
• 1box pelarut berisi 10 ampul 5 ml.
• Vaksin ini berbentuk beku kering.

Komposisi
Tiap dosis vaksinyang sudah dilarutkan
mengandung : Viruscampak 1.000CC D50
Kanamycin sulfat s 100 mcg
Erithromycin s 30 mcg

7. Vaksin Hepatitis B

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang


telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal
dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorpha) menggunakan DNA rekombinan. Vaksin ini
merupakan suspensi berwarria putih yang· diproduksi ·dari
jarinan ·sel·ragi yang mengandung gen HbsAg yang
dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses
fisiko kima seperti ultrasentrifuse, kromatografi kolom, dari
perlakuan dengan formaldehid. (Vademecum Bio Farma Jan
2002).
Vaksin Hepatitis B digunakan untuk memberikan kekebalan
aktif
terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, tapi
tidak dapat mencegah infeksi virus.lain seperti vitus hepatitis
A atau C yang diketahui dapat menginfeksi hati.

Kemasan

• Vaksin hepatitis B adalah vaksinyang berbentuk cairan.


• Vaksin hepatitis Bterdiri dari 2 kemasan :
Kemasan dalam Prefill njection Device (PIO)
Kemasandalamvial
• 1box vaksin hepatitis B PIDterdiridari 100 HB P D.
• 1boxvaksin hepatitis Bvial terdiridari10vial@ 5 dosis.

Komposisi
Setiap 0,5 ml vaksin mengandung HbsAg 10 mcg yang
teradsorbsi pada alumunium hidroksida 0,25 ·mg.
Selulruh formulasi mengandung thimerosal 0,01 w/v%
sebagai pengawet.

8. Vaksin DPT-HB

Vaksin mengandung DPT-HB berupa toxoid difteri dan


toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang
inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit
vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat
non infectios. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin
DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg yang
diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel
ragi.(Vademecum Bio Farma Jan 2002).
Vaksin DPT/HB digunakan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit difteri,tetanus,pertusis dan hepatitis B

Kemasan

• 1boxvaksin DPT-H 8- Bvial terdiridari 10viaI@ 5 dosis
• Warna vaksin putihkeruh seperti vaksin DPT

2.2.2. Vaksin lain diluar ProgramImunisasi yang ada di


Propinsi/Kabupaten/Kota

1. VaksinMeningokokus
Vaksin ini diberikan kepada semua calon jemaah haji yang
akan berangkat beribadah ke Mekkah.
Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subcutan pada
lengan atas.
Pedoman Pengelo/aan Vaksin 11
Vaksin ini merupakan vaksin beku kering dengan pelarut
menempel pada vial.

2. Japanese Enchephalitis (JE)


Dosis pemberian adalah 0,5 ml sebanyak 3 kali, diberikan
secara subcutan pada lengan atas.

3. Haemofilus nfluenzae (Hib)


Dosis pemberian adalah 0,5 ml sebanyak 2-3 kali tergantung
produsen vaksin, diberikan intramusculer pada paha tengah
luar untuk bayi dan lengan atas luar untuk anak-anak yang
lebih tua.

4. Vaksin Anti Rabies (VAR)/ Serum Anti Rabies (SAR)


Diberikan jika terkena virus rabies lewat gigitan atau
cakaran hewan penderita rabies atau Iuka yang terkena
air liur hewan p e n d e r it a ra b ies . P e m be r ia n
d e ng a n c a ra intramuskular/intradermal.
Ada 2 tipe VAR:
-NlV(Nerve tissue vaccine)
-Non nervevaccine
BAB III
PENGELOLAAN VAKSIN

Pengelolaan vaksin meliputi kegiatan perencanaan,


pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian, penggunaan,
pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi. Vaksin
hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya
tepat jumlah dan jenis obat, penyimpanan, waktu
pendistribusian, dan penggunaan obat serta terjamin mutunya di
unit pelayanan kesehatan.

Dalam pelaksanaan program imunisasi,pengadaan vaksin


yang dikelola ditingkat pusat, provinsi,kab/kota perlu
dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun
manfaatnya bagi kelancaran pelaksanaan program imunisasi.

PE RA N DA N FU NGSI SETIAP TING KATA N


DALAM PENG E LO LAA N VA KSI N

PUSAT PROPIN KAB/KO UPK KETERANG


PERENCANA + + + +
PENGADAAN +
PENDISTRIBUS + ' + + +
IAN
PENERIMAAN & + + + +
PENYIMPANA
PENCATATAN + + + +
&
MONITORING + + +
BIAYA + + + +
OPERASIONAL

Pedoman Penge/o/aan Vaksin 13


3.1 PERENCANAA N KEBUTU H A N VAKSIN PROG RA M
IMUNISASI

Perencanaan vaksin adalah suatu proses kegiatan untuk


menentukan jumlah dan jenis vaksin dalam memenuhi
kebutuhan program imunisasi. Perencanaan kebutuhan vaksin
dilakukan dengan- menerapkan prinsip •berjenjang dari
kabupaten/kota ke Provinsi dan selanjutnya ke pusat

Menentukan kebutuhan vaksin merupakan tantangan


yang harus dihadapi oleh pengelola obat dan pengelola
program di Provinsi/Kabupaten/Kota . Dengan koordinasi
dan proses perencanaan untuk pengadaan vaksin secara
terpadu maka diharap.kan vaksin yang direncanakan dapat
tepat jumlah serta tepat waktu dan tersedia padasaat
dibutuhkan.

Proses perencanaan vaksin:

• Menentukanjumlahsasaran imunisasi

Menentukan jumlah sasaran merupakan suatu unsur yang


paling penting· dalam mer:encanakan -k.ebutuhan v.aksin .yakni
berdasarkan pada jumlah penduduk, pertambahan penduduk
serta angka kelahiran dari Pusat Data dan nformasi DepKes
RI., unit terkecil dan hasil sensus •adalah Desa, angka ini
menjadi pegangan setiap wilayah administratif untuk melakukan
proyeksi berdasarkan angka cakupan.

Jumlah sasaran yang dihitung a.I:

Jumlah Sasaran Bayi

Menghitung jumlah sasaran bayi berdasarkan besarnya


angka presentasi kelahiran bayidarijumlah penduduk
masing-masing wilayah atau dapat berdasarkan besarnya
jumlah sasaran bayi tahun laluyang diproyeksikan untuktahun
ini
a. Nasional CBR (Crude Birth Rate) Nasional x Jumlah
Penduduk Nasional
b.Propinsi CBR Propinsi x Jumlah penduduk Propinsi
c. CBR Propinsi x Jumlah penduduk
kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota d CBR Propinsi x Jumlah penduduk
Kecamatan
Kecamatan Pendataan sasaran per Desa

e. Desa ATAU.

Kabupaten/ Kola : Jml BayiKab/Kota tahun lalu x Jumlah Bayi Propinsitahun ini Jml Bayi Propinsitahun lalu

Kecamatan: Jml Bayi Kecamatan tahun lalux Jumlah Bayi Kab/Kota tahun ini
JmlBayi Kab/Kota tahun lalu

Desa: Jml Bayi Desa tahun lalu xJumlah BayiKee tahun ini
Jml BayiKecamatan tahun lalu

),"lumlah Sasaran Anak Sekolah Tingkat Dasar Kelas 1


Menghitung jumlah sasaran anak sekolah tingkat dasar
kelas 1 berdasarkan data untuk sasaran imunisasi DT
berdasarkan Kantor Diknas setempat

)," lumlah Sasaran Anak Sekolah Tingkat dasar Kelas 2 dan 3


Menghitung jumlah sasaran untuk semua anak sekolah
tingkat dasar kelas 2 dan 3 untuksasaran imunisasi TT
berdasarkan data dari Kantor Diknas setempat
Jumlah Sasaran wanita Usia
Subur(WUS), termasuk ibu hamil
Menghitung jumlah WUS berdasarkan perkiraan besarnya
WUS pada penduduk

Jumlah sasaran WU$ = 21,9 % x Jumlah Penduduk

· Menentukan Target Cakupan

Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar


cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang
direncanakan untuk mengetahui kebutuhan vaksin yang
sebenarnya. Penetapan target cakupan berdasarkan tingkat
pencapaiandi masing-masing wilayah kerja maksimal 100%.

· Menghitung ndek Pemakaian Vaksin ( P)

Menghitung indek pemakaian vaksin berdasarkan jumlah


cakupan imunisasi yang dicapai secara absolute dan berapa
banyak vaksin yang digunakan. Dari pencatatan stock
vaksin setiap bulan diperolehjumlah ampul/vial vaksinyang
digunakan. Untuk mengetahui berapa rata-rata jumlah dosis
diberikan untuk setiap ampulfvial,yang disebut indeks
pemakaian vaksin (IP) dapat dengan mudah dihitung :

IP tahun Jumlah suntikan(cakupan) yang


dicapai tahun lalu
lalu =
Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu

Jenis Vaksin 5. Hepatitis B


1.BCG 6.DT
2.DPT 7.TT
3.Polio 8. DPT-HB
4. Campak
16 Pedoman Pengelolaan
D /kemasan 20/Ampul
o 10/Vi
s al
i 10/Vi
s al
10/via
e l
f 1/kemasan
e 10/via
k l
t 10/vi
i al
f 10/vi
al

• Menghitung kebutuhan vaksin

a. Menghitung kebutuhan vaksinyang di perlukan

I) BCG (ampul)

Sasaran x target
Vaksin yang diperlukan rP BC'G tahun lalu

2) DPTHB ( vial )

(Sas x target D I ) + (Sas x target D2 ) (Sas x target D3 )


Vaksin IP DPTHB Tahun lalu

Pedoman Pengelolaan Vaksin


17
3) POLIO (vial)
4) Hepatitis B (PID)
Buah = (sas x target HB I ) + (sasx HH2 ) + (sas x HB3 )

5) Campak (vial)

Sasaran x Target
IP Campak tahun lalu
Vaksin

6) Tetanus Toxoid (IT)


Kebutuhan vaksi n TT m cliputi1T ibu ham ii, anak sekolal1, n·WUS
(CTI ih + TT2 ih) + (TT SD) + (TT WUS)
Vial
IPT Tahun lalu

7) Depteri Tetanus (OT)

(sasaran x target)
IP OT Tahun lalu
Vaksin

8) DPTHB-HB (DH)

( sas x target OHi ) + ( sas x target DH2) +( sas x target DH3)


IP DI I Tahun lalu
Vaksin

b. Menghitung kebutuhan alatsuntik dansafety box

Selain menghitung kebutuhan vaksin juga perlu menghitung


kebutuhan alat suntik dan safety box.Untuk menjamin
ketersediaan vaksin, alat suntik dan safety box secara
bersamaan dan cukup untuk pelayanan imunisasi maka
perencanaan yang tepat sangat diperlukan. Dalam
menghitung kebutuhan alat suntik berdasarkan jumlah
cakupan yang akan dicapai tahun ini dan jumlah dosis
pemberian imunisasi.
1. Menghitung kebutuhan Alat Suntik

a. Menghitung Kebutuhan Alat Suntik 0,05 ml


Kebutuhan alat suntik 0,05 ml untuk imunisasi
BCG

• BCG = sasaran

b. Menghitung Kebutuhan Alat Suntik0,5 ml


Kebutuhan alat suntik 0,5 ml untuk imunisasi DPT-
HB, Campak, TT, DT dan DPT- HB

• DPT = sasaran x 3
• Campak = sasaran
• TT ibu hamii = sasaran x 2
• TT SD = sasaran
• TTWUS = sasaran x 5
• DT = sasaran
• DPT-HB = sasaran x 3
• Campak SD = sasaran

c. Menghitung kebutuhan alat Suntik S ml (oplos)

Alat suntik 5 ml digunakan untuk melarutkan vaksin


BCG dan Campak .

Kebutuhan alat suntiknya sama dengan jumlah vaksin
yang dibutuhkan
Alat suntik 5 ml = jml keb.Vaksin BCG + jml keb vaksin
campak (bayi dan anak sekolah

2. Menghitung Kebutuhansafety Box

Safety box adalah kotak tempat pembuangan limbah


medis tajam dengan tujuan untuk keamanan bagi
petugas, sasaran dan masyarakat. Ada dua jenis safety
box yaitu ukuran 5 liter dan 0,25 liter, safety box ukuran
5 liter dapat menampung 100 alat suntik atau 300
uniject
HB digunakan saat pelayanan di puskesmas dan
posyandu, safety box 0,25 liter dapat menampung 10
uniject jenis ini digunakan oleh bidan didesa atau
pustu untuk pelayanan pemberian imunisasi dosis
pertama antara 0-7 hari di rumah/Polindes

SB 5 liter = Jml alat suntik BCG + DPT + Campak + TT + DPT - HB


J OO

SB 0,25 liter = J ml alat suntik Hepatitis B 0 -7 hari


10

3.2 PENGADAAN VAKSIN


Tujuan dari pengadaan vaksin adalah membangun persediaan
untuk memenuhi kebutuhan vaksin dalam periode tertentu baik
dalam jumlah, jenis, mutu/khasiat, aman, ekonomis dan tepat
waktu.
Proses pengadaan vaksin yang dilakukan oleh Depkes RI
maupun Dinkes Propinsi dan Kab/Kota. dilaksananakan sesuai
dengan Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
dengan segala perubahan dlln peraturan pendukung lainnya.
Pengadaan vaksin harus sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan oleh DepKes RI. Untuk pengadaan vaksin sumber
dana lain penyerahan dilakukan di gudang vaksin Depkes RI.
Kemasan vaksin (cold box dan kotak vaksin) diberi label
"VAKSIN MILIK DEPKES RI", serta dilengkapi dengan brosur
yang berisi tentang spesifikasi masing-masing vaksin, meliputi
isi kandungan, nomor batch, kadaluarsa, serta informasi lain
yang diperlukan.

20 Pedoman Penge/o/aan Vaksin


3.3 DISTRIBUSI
Vaksin alokasi provinsi didistribusikan langsung dari produsen
ke provinsi sesuai alokasi yang tertera dalam kontrak. Vaksin
alokasi pusat diserahkan ke gudang vaksin Depkes RI.
Pendistribusian vaksin alokasi provinsi (terutama BCG)
dilakukan secara bertahap (minimal tiga kali pengiriman)
dengan interval waktu dan jumlah yang seimbang dengan
memperhatikan tanggal kadaluarsa dan kemampuan
penyerapan. Khusus vaksin DT bisa dilakukan dalam sekali
pengiriman. Setiap melakukan pengiriman vaksin ke Provinsi
produsen wajib melaporkan ke Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekkes, Ditjen Binfar dan Alkes. Pengiriman vaksin ke
Provinsi berdasarkan permintaan resmi dari Dinas Kesehatan
Provinsi yang ditujukan kepada Ditjen P2PL,Direktorat
SepimKesma dengan tembusan ke Ditjen Binfar & Alkes,
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
Permintaan pengiriman vaksin harus mempertimbangkan
tingkat stok maksimum kebutuhan dan kapasitas tempat
enyimpanan provinsi.
Setiap penginman vaksin menggunakan cold box yang berisi
kotak dingin cair (cool pack) untuk vaksin TI, DT, Hepatitis B,
dan DTP-HB, kotak beku (cold pack) untuk vaksin BCG dan
Campak, serta dry ice untuk vaksin Polio. Pelarut dan penetes
dikemas tanpa menggunakan pendingin. Pengepakan vaksin
yang sensitif pembekuan (DT, TI, Hep.B dan DPT-HB) dilengkapi
dengan indikator pembekuan, vaksin BCG disertai dengan
indikator paparan panas .
Setiap pengiriman harus disertai laporan kedatangan vaksin
VAR (Vaccine Arrival Report), copy CoR (Certificate of
Release) untuk setiap batch serta SP (Surat Pengantar) untuk
vaksin alokasi provinsi / SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)
untuk vaksinalokasi
pusat.
Distribusi dari Dinkes Provinsi dilakukan atas dasar permintaan
resmi dari Dinas Kesehatan kabupaten / Kota, dengan
mempertimbangkan stok maksimum kebutuhan dan daya
tampung penyimpanan vaksin di Kabupaten / Kota.
Distribusi bisa dilakukan dengan cara dikirimkan oleh provinsi
atau diambil oleh kabupaten / kota.
Distribusi dari Kabupaten /Kata ke Puskesmas dilakukan
atas dasar permintaan resmi dari puskesmas dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO). Setiap distribusi vaksin harus
mempertimbangkan stok maksimum kebutuhan dan daya
tampung penyimpanan vaksin. Distribusi bisa dilakukan
dengan cara dikirimkan oleh Kabupaten
/ Kota atau diambil oleh Puskesmas .

Hal-hal yang perludiperhatikan dalam pendistribusian vaksin:

• Pendistribusian vaksin harus memperhatikan kondisi


WM, tanggal kadaluarsa (FEFO) dan urutan masuk
vaksin (FIFO).
• Setiap distribusi vaksin menggunakan cold box yang
berisi kotak dingin cair (cool pack) untuk vaksinTI, DT,
Hepatitis B PID dan DTP/HB, serta kotak beku (cold
pack) untuk vaksin BCG, Campak dan Polio.
• Apabi la pendistribusian vaksin dalam jumlah kecil,
dimana vaksin sensitif beku dicampur dengan sensitif
panas maka digunakan cold box yang berisi kotak
dingincair (cool pack).
• Pengepakan vaksin sensitif beku harus dilengkapi
dengan indikator pembekuan.

3.4 PENERIMAAN VAKSIN

1) Penerimaan vaksin di provinsi.

Penerimaan vaksin dilakukan oleh panitia penerima


vaksin yang terdiri dari pengelola obat dan program
yang dituangkan dalam bentuk SK kepala dinas.

a) Jumlah dan jenis vaksin yang diterima harus sesuai


dengan yang tercantum dalam faktur penerima
barang atau surat bukti barang keluar (SBBK).
b) VAR (Vaccine Arrival report) harus diisi secara
lengkap dan ditandatangani oleh penerima vaksin
pada saat menerima vaksin serta dikirimkan kembali
ke produsen selambat-lambatnya 1(satu) hari kerja.

22 Pedoman Penge/olaan Vaksin


c) Dalam setiap penerimaan vaksin harus dibuat berita
acara yang ditandatangani oleh panitia penerima
vaksin

Pedoman Pengelolaan Vaksin 23


dan diketahui oleh pejabatyang berwenang.
d) Serita Acara Penerimaan Vaksinharus memuat :

•• Jenis dan Jumlah vaksin yang dinyatakan dalam


satuan ampul,vial atau dosis
•• Kondisi WM .
•• Kondisi indikator pembekuan.
•• Kondisi indikator paparan panas.

Catatan :Kondisi vaksinyang bisa diterima adalah:

•• Kondisi WM A.
•• ndikator pembekuan- masih menunjukkan tanda
rumput (./)
•• ndikator paparan paaas yang menyertai vaksin
SCG pada jendela S, C dan D masih berwarna
putih.
•• Tanggal kadaluarsa

e) Apabila pada saat penerimaan vaksin diketahui


kondisi WM pada kondisi C atau D atau kondisi
indikator paparan panas pada jendela S,C dan D
biru maka dilakukan tindakan sebagai berikut :

•• Vaksin disimpan pada tempat dan suhu yang


sesuai dengan ketentuan.
•• Panitia tidai< perlu membuat Serita Acara
penerimaan.
•• Panitia secepatnya melaporkan ke Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi yang diteruskan kepada
produsen vaksin paling lambat 3 (tiga) hari kerja
dengan tembusan·kepada Ditjen·Sinfar & Alkes,
dan Ditjen P2PL Ditjen Sinfar & Alkes,dan Ditjen
P2PL.
•• Laporan tersebut diperiksa kebenarannya oleh
pihak terkait.
•• Apabila benar maka produsen akan mengganti
dengan vaksin baru sesuai dengan ketentuan
paling lambat 14 hari kalender.
1) Penerimaan vaksin di kabupaten/kota dan puskesmas.

a) Jumlah dan jenis yang diterima harus sesuai dengan


yang tercantum dalam SBBK dan dinyatakan dalam
satuan ampul,vial atau dosis
b) WM saat diterima pada kondisi A atau B .
c) Apabila menggunakan indikator pembekuan,
kondisinya masih menunjukan tanda rumput ( -./ ).
d) Khusus vaksin BCG, indikator paparan panas
menunjukkan jendela C dan D masih putih.
e) Penerimaan vaksin di kabupaten/kota dilakukan oleh
pengelola obat dan pengelola program imunisasi,
diketahui kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
atau pejabat yang ditunjuk.
f) Penerimaan vaksin di Puskesmas dilakukan oleh
pengelola obat dan Korim (Koordinator munisasi),
diketahui Kepala Puskesmas.

3.5 PENYIMPANAN VAKSIN

Tujuan penyimpanan vaksin adalah agar mutu dapat


dipertahankan/ tidak kehilangan potensi, aman/tidak hilang,
dan terhindar dari kerusakan fisik. Sarana dan prasarana
yang harus disediakan dalam penyimpanan vaksin :

- Cool room
- Freezer
- Lemari es
- Cool Box
- Cool Pack
- Vaccine carrier
- Generator

Untuk menyimpan vaksin dibutuhkan peralatan rantai vaksin.


Yang dimaksud dengan peralatan rantai vaksin adalah seluruh
peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai
dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah
ditetapkan, dari mulai vaksin diproduksi di pabrik pembuat
vaksin sampai dengan pemberian vaksinasi pada sasaranIbu

24 Pedoman Pengelolaan
Vaksin
dan Anak. Fungsi dari peralatan rantai vaksin adalah untuk
menyimpan/membawa vaksin pada suhu yang telah ditetapkan
sehingga potensi vaksin dapat terjamin samapai masa
kadaluarsanya.

Jenis peralatan rantai vaksin berbeda pada setiap tingkatan


administratif sesuai dengan fungsi dan kapasitas vaksin yang
dikelola. Skema berikut ini menggambarkan jenis dan fungsi
peralatan mulai dari pabriksampai kepada sasaran.

Kab/Kota ---- Puskesmas Cold Box/Vaccine Carrier


Puskesmas ---- Sasaran Vaccine carrier
Kab/Kota :Freezer/lemari Es
Skema Rantai Vaksin Program lmunisasi

i •I
_Cold Box .

Cold Box

Cold Box/ Vaccine


carrier

. _Vaccln_e Carrier _ _.j -

Ibu dan Anak

Jenis Peralatan rantaivaksin:

• Lemari es dan freezer


Lemaries adalah tempat menyimpan vaksin BCG, DPT-
HB,TI, DT, Hepatitis B, campak dan DPT-HB, pada suhu
yang ditentukan +2°C s/d +8°C dapat juga difungsikan
untuk membuat kotak dingincair (cool pack)
Freezer adalah untuk menyimpan vaksinpolio pada suhu
yang ditentukan antara -15°C s/d -25°C atau membuat kotak
es beku (cold pack).
26 Pedoman Penge/o/aan Vaksin
• Bagian yang sangat penting dari lemari es/freezer adalah
termostat.

• Termostat berfungsi untuk mengatur suhu bagian dalam


pada lemari es atau freezer.

• Bentuk buka keatas (Termostat banyak sekali tipe dan


modelnya, namun hanya 2 sistem cara kerjanya.

Bentuk pintu lemari es/freezer

1) Bentuk buka dari depan (front opening)

Lemari es/freezer dengan bentuk pintu buka dari


depan banyak digunakan dalam rumah tangga atau
pertokoan, seperti : untuk menyimpan makanan,
minuman, buah buahan yang sifat penyimpanannya
sangat terbatas. Bentuk initidak dianjurkan untuk
penyimpanan vaksin.

2) Bentuk buka dari atas (top opening)

Bentuk top opening pada umumnya adalah freezer


yang biasanya digunakan untuk menyiimpan bahan
makanan, ice cream, daging atau lemari es untuk
penyimpanan vaksin. Salah satu bentuk lemari es top
opening adalah!LR ( ce Lined Refrigerator) yaitu :
freezer yang dimodifikasi menjadi lemari es dengan
suhu bagian dalam +2°C s/d
+8°C,hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan
volume penyimpanan vaksin pada lemari es. Modifikasi
dilakukan dengan meletakan kotak dingin cair (cool
pack) pada sekeliling bagian dalam freezer sebagai
penahan dingin dan diberi pembatas berupa
alumunium atau multiplex atau acrylic plastic.

Pedoman Pengelo/aan Vaksin 27


Perbedaan antara bentuk pintu buka depan dan bentuk pintu buka
ke atas.

Bentuk buka dari depan Bentuk buka dari atas


a. Suhu tidak stabil. a. Suhu lebih stabil.
Pada saat pintu lemari Pada saat pintu lemari es
dibuka kedepan maka dibuka keatas maka suhu
dingin dari atas akan dingin dari atas akan turun
kebawah dan keluar. kebawah dan tertampung.
b. Bila listrik padam relatif b. Bila listrik padam relatif
dapat bertahan lama. suhu dapat bertahan lama.
c. Jumlah vaksin yang c. Jumlah vaksin yang dapat
ditampung sedikit. ditampung lebih banyak.
d.Susunan vaksinmenjadi d. Penyusunan vaksin agak
dan vaksin terlihat jelas sulit karena
sampingdepan. ·· - vaksinbertumpuk daR

• Alat pembawa vaksin

Cold box adalah suatu alat untuk menyimpan


sementara dan membawa vaksin. Pada umumnya
memiliki volume kotor 40 liter dan 70 liter. Kotak'
dingin (cold box) ada 2 macam : Alat ini terbuat dari
plastik/kardus dengan insulasi poliuretan

Vaccine carier/ thermos adalah alat untuk


mengirim/membawa vaksindari puskesmas ke
posyandu atau tempat pelayanan imunisasi lainnya
yang dapat mempertahankan suhu +2°C s/d +8°C.

• Alatuntuk mempertahankan suhu

Kontak dingin beku (cold pack) adalah wadah plastik


berbentuk segi empat yang diisi dengan air yang
dibekukan dalam freezer dengan suhu -15°( s/d
-25°( selama minimal 24jam.(warna putih)
Kotak dingin cair (cool pack) adalah wadah plastik
berbentuk segi empat yang diisi dengan air kemudian
didinginkan dalam lemari es dengan suhu +2°C s/d +8°C
selama minimal 24jam. (Warna biru/merah)

Perawatan lemari es dan freezer

a. Harian
• Periksa suhu lemari es/freezer 2 kali sehari setiap pagi
dan sore kemudian catat suhu pada grafik suhu;
• Hindarkan seringnya buka-tutup pada lemari es/freezer
dibatasi 2 x hari;
• Bila suhu lemari es sudah stabil antara +2°C s/d +8°C,
posisi termostattidak perludirubah-rubah;
• Bila suhu freezer sudah stabil antara -15°C s/d -25°C,
posisi termostat tidak perludirubah-rubah;

b. Mingguan
• Bersihkan bagian luar lemari es/freezer untuk
menghindari karat (korosif);
• Periksa kontak listrik pada stop kontak, upayakan
jangan kendor;

c. Bulanan
• Bersihkan bagian luar dan dalam lemari es/freezer;
• Bersihkan kare seal pintu dan periksa
kerapatannya dengan selembar kertas. Bila perlu
beribedak atau talk;
• Periksa engsel pintu lemari es, bila perlu beri pelumas;
• Pada lemari es perhatikan timbulnya bunga es pada
dindingyang telah dilapisi oleh lempeng alumunium
atau acrylic atau multiplex, bila pada bagian dinding
telah timbul bunga es segera lakukan pencairan;
• Pada freezer perhatikan tebal bunga es pada dinding
evaporator, bila ketebalan sudah mencapai 2-3 cm
lakukan pencairan bunga es (de-frost)

Pedoman Pengelolaan Vaksin 29


Pencairan bunga es pada lemari es/freezer
• Pada Lemari es (ILR) langkah yang harus dilakukan :

• Pindahkan vaksin kedalam kotak vaksin atau


lemari esyang lain;

• Cabut kontak listrik lemari es yang menempel


pada stop kontak (Jangan mematikan lemari
es dengan memutar termostat);

• Selama pencairan bunga es pintu lemari es harus


terbuka;

• Biarkan posisitersebut selama 24jam;

• Setelah 24 jam bersihkan embun/air yang


menempel pada dinding bagian dalam lemari es;

• Hidupkan kembali lemari es ( LR) dengan


memasukkan kontak listrik pada stop kontak,
tunggu sampai suhu mencapai +8°C atau
sampai suhu lemari es kembalistabil;

• Setelah itu isikembalidengan vaksin;

• Pada Freezer

• Pindahkan vaksin kealam kotak vaksin


atau freezer yang lain;

• Cabut kontak listrikfreezer yang menempel pada


stop kontak (Jangan mematikan freezer dengan
memutar termostat);

• Selama pencairan bunga es pintu freezer harus


terbuka;

• Biarkan posisi tersebut selama 24jam;

• Setelah 24 jam bersihkan embun/air yang


menempel pada dinding bagian dalam freezer;
• Hidupkan kembali freezer dengan
memasukkan kontak listrik pada stop kontak,
tunggu sampai suhu mencapai -15°C atau
sampai suhu freezer kembali stabil.

Catatan :

• Pergunakan satu stop kontak listrikuntuk satu freezer.

• Pergunakan satu stop kontak listrik untuk satu lemari es.

Hal -hal yang harus diperhatikan dalam


proses penyimpanan vaksin:

1) Penyimpanan vaksin di provinsi, kabupaten/kota dan


puskesmas diatur sebagai berikut :
a) Cold Room/ Lemari Es (suhu + 2 s/d + 8 C) untuk
vaksin IT, DT, Hepatitis B PID, DTP-HB,Campak dan
BCG .
b) Di provinsi dan kab/kota vaksin Polio disimpan
dalam freezer suhu -15 s/d - 25 C.
c) Di Puskesmas semua vaksin disimpan pada suhu + 2
s/d + 8°C.
d) Pelarut dan dropper (pipet) disimpan pada suhu
kamar terlindung dari sinar matahari langsung.

2) Vaksin disusun dalam lemari es / freezer tidak terlalu


rapat sehingga ada sirkul si udara, dan berdasarkan
prinsip FEFO.

3) Di dalam Lemari Es dan Freezer harus selalu tersedia


termometer yang diletakkan di sela-sela kotakvaksin.

4) Petugas harus selalu mencatat suhu lemari es dan


freezer, memeriksa kondisi WM dan indikator
pembekuan 2 kali dalam sehari pagi dan sore dan
mencatat pada grafik suhu. Untuk cold room dan
freeze room pencatatan suhu dilakukan dengan
menggunakan termograf.

32 Pedoman Penge/o/aan Vaksin


Masa Simpan Vaksin

Tabel berikut menggambarkan hubungan antara suhu


penyimpanan dengan umur

vaksin :

JENIS ·SUHU • UMUR


- VAKSIN
BCG PENYIMPANAN
+2·c std VAKSIN
1tahun
+s•c
1tahun
- DPT-HB +2•c std +s 2 tahun
- HEPATITIS B c
+2°C s/d +8°C 26 bulan
- TT +2°C s/d +s 2 tahun .
- OT 2 tahun
+2 c std +s c
- POLIO +2°C s/d +8°C 6
bulan
-15°C s/d
- CAMPAK +2 c std +s c 2
tahun
-15°C s/d
- DPT-HB +2•c std 2
- Pelarut BCG +s•c tahun
Suhu Kamar . 5
- Pelarut Suhu Kamar tahun
5
Campak tahun
PERLAKUAN TERHADAP VAKSIN PADA KEADAAN TERTENTU

Penanganan vaksin bila listrik padam

1. Untuk tingkat Propinsidan Kab/kota

a. Jangan membuka pintu lemari es / freezer yang


berisi vaksin.
b. Periksa suhu pada thermometer, 0 pastikan suhu
lemari es diantara + 2°c s/d +s c dan suhu
freezer diantara
- l.5°C s/d- 25°C.
c. Hidupkan generator bila ada,
d. Bila tidak ada generator , siapkan kotak dingin
cair/bekusecukupnya.
e. Apabila suhu lemari es sudah mendekati + S°C
masukkan. kotak dingin cair ke dalam lemari es
.yang berisi DPT-HB,TT, HD,DPT, Campak & BCG.
f. Apabila suhu freezer sudah mendekati - 15°C
masukkan kotak dingin beku kedalam freezer
yang berisi vaksin polio.
g. 11ndakan ini hanya berlaku selama 2 x 24jam
h. selanjutnya setelah 2 x 24 jam selamatkan vaksin
dengan mengirim ke Kabupaten/Kota terdekat
(untuk vaksin di tingkat Provinsi), ke ·Puskesmas
terdekat (untuk tingkat kab/kota) yang
membutuhkan/ dapat menampung.
i. Carilah informasi berapa lama aliran listrik kembali
normal

2. 11ngkat Puskesmas dan Pustu

a. Menggunakan lemari es kompresi dengan listrik 24


jam
• Periksa suhu thermometer di lemari es, 0
pastikan masih berada pada suhu +2°c s/d +s c
• Upayakan jangan membuka lemari es selama
aliran listrik padam.

34 Pedoman Penge/ olaan


Vaksin
• Lemari es yang diisi cool pack pada saat listrik
padam maka akan berfungsi menahan dingin
• Hidupkan generator
b. Menggunakan lemari es absorpasi dengan listrik 24jam

• Periksa suhu pada termomete di lemari es,pastikan


masihberada pada +2°C s/d +8°C.
• Upayakan janganmembuka lemari es selama listrik
padam.
• Bila menggunakan Lemaries type RCW 42 EK
atau RCW 50 EK pada saat listrik padam maka
akan berfungsi sebagai cold box.
• Siapkan pengoperasian dengan menggunakan
nyala api minyak tanah, pastikan tangki lemari es
berisiminyak tanah dengan cukup
• Cabut steker lemari es yang menempel pada stop
kontak listrik
•Ikuti petunjuk tata cara mengoperasikan lemari es
dengan menggunakan minyak tanah

3.6 PENGGUNAAN / PEMAKAIAN VAKSIN

Pemakaian vaksin harus memperhatikan kondisi WM dan


kadaluarsa.
Vaksin yang sudah dipakai di pelayanan statis atau di dalam
gedung (RS,Puskesmas, BKIA, Praktek swasta) dapat digunakan
kembalidengan ketentuan sebagaiberikut:

a. Vaksin tidak melewati masa kadaluarsa


b. Vaksintetap disimpan pada suhu +2°C s.d +8 °C
c. Sterilitasvaksindapat terjamin
d. Vial vaksintidak pernah terendam dalam air
e. WM masihmenunjukkan kondisi A atau B
f. Jangka waktu maksimal pemakain vaksin yang sudah
dibuka
VAKSIN MASA
POLIO PEMAKAIAN
2 Minaau
TT 4 Minaau
OT 4 Minaau
OPT-HB 4 Minoou
BC 3 Jam
G
Campak 6 Jam

Jika masih ada sisa vaksin dari komponen lapangan


(posyandu,sekolah) maka:
a. Yang belum dibuka dibuka harus segera dipakai
pada pelayanan berikutnya
b. Yang sudah dibuka harus dibuang.

3.7 PENGHAPUSAN DAN PEMUSNAHANVAKSI N

Sebelum vaksin dimusnahkan terlebih dahulu dilakukan


penghapusan secara administrasi. Kriteria vaksin yang
dihapuskan adalah vaksintelah rusak, serta vaksin kadaluarsa.

1) Vaksin rusak adalah vaksin yang belum melewati


kadaluarsanya tetapi sudah tidak dapat dipergunakan
lagi karena terjadi kerusakan yang ditandai dengan:
•• WM-nya berubah menjadi C dan D.
•• Vaksin peka pembekuan yang pernah mengalami
pembekuan •

2) Vaksin kadaluarsa adalah vaksin yang belum terpakai


tetapi sudah lewat waktu kadaluarsa.

Prosedur Penghapusan vaksin

1) Buat berita acara penghapusan yang ditandatangani


oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan yang
berlaku.
2) Penghapusan dan pemusnahan dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Pedoman Pengelo/aan Vaksin 35


ALATPEMANTAU SUHU VAKSIN

Adalah suatu alat yang berfungsi untuk memantau keadaan


serta kondisi vaksin selama penyimpanan maupun
pengiriman terhadap paparan suhu (panas atau dingin)
sehingga vaksin dapat diketahui masihmempunyai potensi
yang baikatau tidak.

A.Indikator paparan suhu panas

Contoh indikator paparan suhu panas adalah WM dan VCCM.

a) WM (vaccine vial monitor)

Perhatikan wama segi empat yang


terletak di tengah lingkaran.
Vaksin dengan WM seperti gambar di
samping dapat digunakan sepanjang
masih belum
kadaluarsa.

Berbagai kondisi WM serta tindakan penggunaanya.

l
Segi cmpat lcbih tcrang dari lingkaran.
Gunakan vaksin bila belum kkedaluarsa.

Scgi cmpat berubah gelap tapi lebih terang dan lingkaran.


Gunakan vaksin lebih dahulu bila belum kedaluarsa. -

Batas uatuk tidak digunakan lagi: Segi empal beiwama sama dengan lingkaran.
JANGAN GUNAKAN VAKSrN
Melewati Batas Buang
Segi empat lebih gelap dari lingkaran.
JANGAN GUNAKAN VAKSlN
D
b) VCCM (Vaccine Cold Chain Monitor):

Bilajendela A Biru,berartivaksin
yang dipantau
telah terpapar pada suhu 12 °C
dalam waktu 3
··_..{""' hari atau 21 °C dalam 2 hari.
Untuk Polio hanya dapat
l digunakan sampai 3 bulan.
+- f + Bila jendela A,B Biru, berarti vaksin
yang
f ------- - ,..,.. dipantau telah terpapar pada suhu 12
-= - -°Cdalam
==--
- 3M
hari. Untuk --:-1 -c-
waktu 8 hari atau 21 °c dalam 6
Q Polio harus dites sebelum digunakan,
Vaksin
;. ;,;;..t,,;;;=-.......:;:...i....= ..,--=-- campak hanya dapat
digunakan sampai 3
bulan. Vaksin DPTHB,BCG, TT, OT
dan Hept B
,.._ .... dapat digunakanseperti biasa.
... ..
r... Bila jendela A, B, C Biru, berarti
vaksin yang dipantau telah terpapar
pada suhu 12 °Cdalam
waktu 14 hariatau 21 °C dalam 11
hari. Untuk

SUPP
LIER
f0URN
l5Sl
UH
,. __ Polio dan Campak harus dites
sebelum
Bila jendela A,B,C dan digunakan.
D semua PUTIH berarti
vaksin yang dipantau
dalam keadaan baik,
semua Vaksin dapat
Pedoman Penge/o/aan Vaksin 37
digunakan, vaksin Vaksin TT, DT dan Hep.
DPTHB, BCG hanya dapat B dapat digunakanseperti biasa.
digunakan
sampai 3 bulan. Bila jende la A, B, C, D Biru,berarti
vaksin yang

B. Indikator paparan suhu dingin

Freeze-tag adalah indikatopaparan suhu dingin. Apabila terpapar


pada suhu 0°C selama 60 menit, maka tanda (..J ) akan berubah
menjadi tanda (X). Freeze tag ditempatkan pada penyimpanan
vaksin yang peka terhadap pembekuan.Apabila pada freeze tag
didapatkan tanda (X), maka harus dilakukan shake test pada
vaksin DT,TI,Hep.B dan DPTHB/HB.

Fzeeze- tag Fzeeze-tag


dengan dengan
indikator indikator
vaksin vaksin
dalam dalam
kondisi kondisi
BAIK BURUK

38 Pedoman Pengelolaan Vaksin


3.7 PENCATATAN / PELAPORAN

Pencatatan dan pelaporan merupakan rangkaian kegiatan dalam


rangka penatausahaan vaksin secara tertib baik sejak diterima,
disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan di unit
pelayanan
Pelaporan dinamika logistik vaksin di setiap tingkatan
dilakukan oleh instalasi farmasi/pengelola obat
Pelaporan

• Laporan penerimaan, pengeluaran dan stock vaksin agar


disatukan dengan laporan hasil munisasi sebagaimana
contoh terlampir.
• Puskesmas melapor ke dinas kesehatan kabupaten/kota
paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
• Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melapor kepada Dinas
Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
• Dinas Kesehatan Provinsi melapor kepada Direktur
Sepim - Kesma dan Direktur Bina Obat Publik dan
Perbekkes paling lambat tanggal 20 pada bulan
berikutnya.
3.3 MONITORING

a. Monitoring dilakukan dengan cara supervisi suportif


menggunakan eek list dan pelaporan pemakaianvaksin.
b. Pencatatan vaksin yang harus ada di Provinsi,Kabupaten/Kota
dan Puskesmas adalah :

•• Buku Stok Vaksin digunakan untuk mencatat jenis,jumlah,


nomor batch,masa kadaluarsa vaksin,keluar masuk
vaksin, dan kondisi indikator paparan suhu.
•• Batch card (kartu Stelling) digunakan untuk mencatat stok
vaksinsesuai jenis dan nomor batch

c. Pelaporan pemakaian vaksin secara berjenjang dikirim


bersama dengan laporan cakupan.
BAB IV
PENUTUP

Buku pedoman penyusunan vaksinini disusun agar


pengelolaan vaksin baik di kabupaten/kota, Propinsi maupun
Pusat menjadi lebih terarah dan dapat dijadikc;1n dasar untul<
meny_amakan gerak dan langkah dalam memberdayakan nstitusi
pengelola vaksin, sehingga dapat menjamin ketersediaan vaksin
yang bermutu di setiap daerah dan tujuan program imunisasi
untuk melindungi masyarakat Indonesia dari berbagai penyakit
yang dapat dicegah dengan
imunisasi dapat terwujudkan.

Keberhasilan pengelolaan vaksin sangat tergantung pada


peran serta dan koordinasi semua pihak yang terkait mulai
<dari tingkat Pusat,Provinsi,sampai Kabupaten/Kota

Penyediaan buku pedoman ini merupakan salah satu


sumbangsih Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Depkes RI dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan
vaksindi setiap daerah

Semoga pedoman ini dapat digunakan untuk membantu


pelaksanaan pengelolaan vaksin oleh pengelola program/
pengelola obat.

Pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan, masukan


serta koreksi sangat kami harapkan untuk perbaikan pedoman
pengelolaan vaksindimasa yang akan datang.
LAMPIRAN . Spesifkasi vaksin

SPESIFIKASI
VAKSIN BCG
KERING

1. Vaksin BCG kering adalah yang mengandung kuman hidup


dari biakan Bacillus Calmette & Guerin nstitut Pasteur Paris
No. 1173. P2 dan atau Microbakterium Bevis, Danish Strain
1331
2. Setelah dilarutkan, tiap ml mengandung :

Bacillus Calmette & M1crobakterium Bovis, Danish


Guerin lnstitut Strain 1331
Pasteur
Basil BCGParis No.
hidup 0.375 CFU (colony Forming Units)
Natrium glutama 1,875 Natrium glutamate 3,75 mg
mg
Natrium klorida 9 mg Magnesium sulfa! 125 mg
D1olassium fosfal 125 mg
L-asparagia monohidral 1 mg
Ferri ammonium sitrat 12,5 mg
Gliserol 85 % 18,4 mg
Asam sitrat monohidrat 0.5 mg

3. Sesudah dilarutkan vaksin ini harus segera dipakai,vaksin


yang sudah dilarutkan dapat bertahan dalam waktu 3 - 4
jam
4. Penyimpanan vaksin pada Suhu + 2 ° C s/d + 8 ° C.
5. Terhindar dari sinar matahari langsung maupun tidak
langsung.
6. Kadaluarsa vaksin minimal 7 bulan ,pada saat diterima
Pusat / Provinsi.
7. Kemasan vaksin 1dus berisi 10 ampul / vial
8. Kemasan pelarut 1dus berisi 10ampul / vial
9. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch,
kadaluarsa dan di dalam dus dilengkapi dengan
brosur/leaflet yang berisi antara lain cara pemakaian, kontra
indikasi.
10. Telah terdaftar di Badan POM dan mempunyai nomor
registrasi 11.Telah memenuhi standar WHO ( World Health
40 Pedoman Penge/o/aan Vaksin
Organization)
12. Setiap batch dilengkapi dengan CoR (Certificate of Release)
yang ikut dilampirkan saat pengiriman ke pusat / provinsi

Pedoman Pengelolaan Vaksin 43


SPESIFIKASI
VAKSIN DT {Difteri Tetanus)

1. Tiap mlvaksin mengandung :

• 1.1 Toksoida difteri yang dimurnikan 40 If.


• 1.2 Toksoida Tetanus yang dimurnikan 15 If.
• 1.3 Aluminium fosfat (sebagai 3
adsorban) mg.
• 1.4 Thimerosal (sebagai 0 . 1
proservatif) mg.

2. Penyimpanan vaksin pada suhu + 2°C s/d + 8 °C.


3. Kadaluarsa vaksin minimal 13 bulan pada saat diterima di pusat
/ provinsi.
4. Kemasan vaksin 1vial berisi 5 ml atau 10 dosis.
5. ·Kemasan setiap 1dus berisi 10vial.
6. Setiap vial ditempelkan satu buah WM (Vaccine Vial Monitor)
7. Setiap dus vaksin dilengkal)idengan brosur penggunaan WM.
8. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch,
kadaluarsa dan di dalam dus dilengkapi dengan
brosur/leaflet yang berisi antara lain cara pemakaian, kontra
indikasi, petunjuk pemakaian WM dalam bahasa
ndonesia.
9. Telah terdaftar di Badan POM dan mempunyai nomor registrasi
10. Telah memenuhi standar WHO (World Health
Organization). 11. Setiap batch dilengkapi dengan CoR
(Certificate of Release)
yang ikut dilampirkansaat pengiriman ke provinsi
12. Setiap pengiriman vaksin ke provinsi dilengkapi dengan
formulir VAR (Vaccine Arrival Report) dan indikator
pembekuan.
SPESIFIKASI
VAKSIN TT (Tetanus Toksoid)

1. Tiap ml vaksin mengandung :·

• 1.1 Toksoida Tetanus yang dimurnikan 2,0. Lf.


• 1.2 Aluminiumfosfat (sebagai adsorban ) 3,0 mg.
• 1.3 Thimerosal (sebagai preservatif ) 0.1 mg.

2. Penyimpanan vaksin- pada suhu + 22 C s/d + 8°C.


3. Kadaluarsa vaksin minimal 13 bulan pada saat diterima di
pusat/ provinsi.
4. Kemasan vaksin 1vial berisi 5 mlatau 10dosis.
5. Setiap vial ditempelkan satu buah WM (VaccineVial Monitor)
6. Setiap dus vaksin dilengkapi dengan brosur penggunaan
WM.
7. Kemasan setiap 1dus berisi 10vial.
8. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch,
kadaluarsa dan di dalam dus dilengkapi dengan
brosur/leaflet yang berisi antara lain cara pemctkaian,
kontra indikasi, petunjuk pemakaian WM dalam bahasa
ndonesia.
9. Setiap dus dan vial vaksin harus dicantumkan, nomor
batch, kadaluarsa, cara pemakaian dan kontra indikasi
dalam bahasa
Indonesia.
10. Telah terdaftar di Sadan POM dan mempunyai nomor
registrasi 11. Telah memenuhi standar WHO (World Health
Organization).
12. Setiap batch dilengkapi dengan CoR (Certificate of
Release) yang ikut dilampirkan saat pengkiman ke

42 Pedoman Pengelolaan Vaksin


provinsi
13. Setiap pengiriman vaksjn ke provinsi dilengkapi dengan
formulir VAR (Vaccine Arrival Report) dan indikator
pembekuan.

Pedoman Pengelolaan Vaksin 43


SPESIFIKASI
VAKSIN HEPATITIS B ADS (PID)
REKOMBINAN

1. Vaksin Hepatitis B rekombinan mengandung antigen virus


Hepatitis B, HbsAg. yang tidak menginfeksi yang dihasilkan dari
sel ragi dengan teknologi rekayasa DNA.
2. Kemasan 1 ADS (PID) vaksin berisi 0,5ml atau 1dosis.
3. llap 0,5 ml mengandung 10,0 mcg HbsAg teradsorbsipada 0,25
mg aluminium hidroksida.
4. Seluruh formula·vaksin mengandung thimerosal 0,01w / v %
yang ditambahkan sebagai pengawet.
5. Penyimpanan vaksinpada suhu+ 2°C s/d +8°C.
6. Kadaluarsa vaksin minimal 13bulan pada saat diteri_ma di pusat
/ propinsi.
7. Setiap pouch Hepatitis B. ADS {P D) dilengkapidenganjarum uk.
no.25 Gx 5/8 "
8. Setiap pouch Hepatitis·s. ADS (P D) ditempelkan satti
buah·WM (Vaccine Vial Monitor)
9. Setiap dus vaksin dilengkpidengan brosur penggunaan WM.
10. Kemasan setiap 1dus berisi 100 buah.
11. Setiap dus vaksin harus dic.antumkan nomor batch, kadaluarsa
dan di dalam dus dilengkapi dengan brosur/leaflet yang berisi
antara lain cara pemakaian,kontra indikasi,petunjuk pemakaian
WM dalam bahasa ndonesia.
12. Tetah terdaftar di Badan POM dan mempunyai nomor registrasi
13. Telahmemenuhistandar WHO (World Health Organization).
14. Setiap batch dilengkapi dengan CoR (Certificate of Release)
yang ikutdilampirkan saat pengiriman ke provinsi
15. Setiap pengiriman vaksin ke provinsi dilengkapi dengan formulir
VAR (Vaccine Arrival Report) dan indikator pembekuan.
SPESIFIKASI
VAKSIN DTP -
Hepatitis B Vaksin
Kombinasi

Vaksin mengadung DTP berupa toxoid difteri dar, toxoid tetanus


yang dimurnikan dan pertusis (batuk rejam) yang diinaktivasi
serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus
yang mengandung HBsAg murni dan bersifat non-infectious.

1. Komponen Vaksin DTP - Hepatitis B :


• Toksoid difteri yang murni If.
20
• ToksoidTetanus yang murni 7,5 If.
• B. Pertusis yang diinaktivan 1 2
OU
• HbsAg 5
mcg
• Aluminiumfosfat sebagai adsorban. 1, 5
mg.
• Natrium 4, 5
chloride mg
• Methiolet. 0.05
mg.
2. Penyimpanan vaksin pada suhu + 2 °C s/d + 8
°C.
3. Kadaluarsa vaksin minimal 13 bulan pada saat diterima di
pusat / provinsi.
4. Kemasan vaksin 1vial berisi 2,5 ml atau 5 dosis.
5. Setiap vial ditempelkan satu buah WM (Vaccine Vial Monitor)
6. Setiap dus vaksin dilengkapi dengan brosur penggunaan WM.
7. Kemasan setiap 1dus berisi 10vial.
8. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch,
kadaluarsa dan di dalam dus dilengkapi dengan
44 Pedoman Pengelo/aan Vaksin
brosur/leaflet yang berisi

Pedoman Penge/olaan Vaksin 45


SPESIFIKASI
VAKSIN POLIO Trivalent

1. Tiap dosis ( 2 tetes) vaksin mengandung virus

Polio : 1.1 Virus polio yang dilemahkan :


5
• type 1 : 10 ·°CCID •
• type 2. : 10. s.o CCIDso·
• type 3. : 10. s.s CCID •
1.2 Eritromisin tidak lebih dari 2 mcg dan Kanamisin tidak lebih
dari 10mcg.

2. Kadaluarsa penyimpanan vaksin pada suhu + 2 °C s/d + 8 °


C. : 6 -12 bulan .
3. Kadaluarsa penyimpanan vaksin pada suhu - 15°C s/d - 25 °C :
2 tahun.
4. 0Bila vial vaksinsudah dibuka, penyimpanan pada + 2 °C s/d + 8
C. Potensi dapat bertahan minimalselama 7 hari.
5. Kadaluarsa vaksin minimal 13 bulan pada saat diterima di
pusat / propinsi.
6. Setiap vial dilengkapi dengan pipet/ droper ·
7. Kemasan vaksin 1vial berisi 1ml atau 10 do.
8. Setiap vial ditempelkan satu buah WM (Vaccine Vial Monitor)
9. Setiap dus vaksin dilengkapi dengan brosur penggunaan WM.
10. Kemasan setiap 1 dus berisi 10 vial.
11. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch,kadaluarsa
dan di dalam dus dilengkapi dengan brosur/leaflet yang berisi
antara lain cara pemakaian, kontra indikasi, petunjuk
pemakaian WM dalam bahasa Indonesia.
12. Telah terdaftar di Sadan POM dan mempunyai nomor
registrasi 13.Telah memenuhi standar WHO (World Health
Organization)
SPESIFIKASI
VAKSIN CAMPAK

1. Vaksin ini mengandung virus campak suku " CAM 70 "


yang masih hidup, tetapi sudah dilemahkan dan.
ditumbuhkan dalam biakanjaringanjaninayam, kemudian
dibeku-keringkan.
2. Setiap dosis vaksinyang sudah dilarutkan mengandung :

• Viruscampak tidak kurang 1000 CCID


dari 50
• Kanamysin sulfat < 100 mcg.
• Eritromisin < 30 mcg..

3. Penyimpanan Vaksin pada suhu + 2 ° C s/d + 8 ° C,lebih


baik disimpan pada suhu - 15°C s/d - 25°C.
4. Kadaluarsa vaksin minimal 13 bulan pada saat diterima di
pusat/ propinsi.
5. Vaksin campak yang sudah dilarutkan harus terlindung dari
sinar matahari dan hanya tahan sampai 6-8 Jam pada suhu
+ 2 °C s/d
+ 8°C
6. Kemasan vaksin, 1vial berisi 10dosisvaksincampak kering.
7. Setiap vial ditempelkan satu buah WM (Vaccine Vial
Monitor)
8. Setiap dus vaksin dilengkapi dengan brosur penggunaan
WM.
9. Kemasan pelarut, 1vial berisi 5 ml pelarut.
10. Kemasan vaksinsetiap 1dus
berisi10vial. 11. Kemasan pelarutsetiap
1dus berisi 10 vial.

46 Pedoman Penge/o/aan Vaksin


12. Telah terdaftar di Badan POM dan mempunyai nomor
registrasi 13. Telah memenuhi standar WHO ( World
Health Organization).
14. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch,
kadaluarsa dan di dalam dus dilengkapi dengan
brosur/leaflet yang berisi antara lain cara pemakaian, kontra
indikasi,petunjuk pemakaian
Merk Leman es
lYP' Grafik pencatatan suhu Lemari es Oiooe,asi an
Tgl I SinI
6 1 Thn ... ll ,L<·

I •15
•'4 I Lol<as,pene
•13 I
II I mpatan
•12
•11,
! I
II
• 10
•9
I
•B I
•7
I -
• e ., I
i I

•· •·
II

0 I I
i
I I
I
II
... , ... I

-...-•
I i II I
i I I
I - -·
I I
,_ .,..I
-J f I
-•rr, I -. -· ·- - I LII I - . - -- - - -· -· - -- .- -
I I I
, .-t.•
I I

g
. :
:I
: Q
C
l)
3Q
i
:
:
:
i
K
P a
r b
: u
> p
p a
m t Penanggung Jawab Catalan
s e
i n

Puskesmas .
i0
i Keterangan
i FW = Freeze watch ben
"
"Q tanda ? b1la freeze wateh
i dalam keadaan BAIK ben
:
: tanda X freeze watch pecah
:
i FT = Freeze Tag ben
tanda ? b1la freeze Tag
dalam keadaan BAIK, beri
s tanda X freeze Tag
· bertanda silang
WM = Periksa setiap hari kondisi WM pada vaks,n yang
' d1s1mpan, amb1' satu sampel dan vaksm yang d1slmpan tulislah
- kond1s1 WM ( Kond1s1 A. B. C atau D )
J
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, 2005, Panduan teknis


pengelolaan vaksin dan rantai dingin, Ditjen PP dan PL,
Jakarta
2. Departemen Kesehatan RI, 2005, Pedoman teknis
lrnunisasi Tingkat Puskesmas, Ditjen PP dan PL, Jakarta
3. Departemen Kesehatan RI, 2002, Pedoman Pengelolaan
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di kabupaten. Ditjen
Yanfar dan Alkes, Jakarta
4. Departemen Kesehatan RI, 2004, Pedoman Pengelolaan
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas Ditjen
Yanfar dan Alkes, Jakarta
5. Quick, JD, et,al., 1997, Managing Drug Supply,
Second Edition, Kumarin Press, West Hartford

48 Pedoman Penge/o/aan Vaksin

Anda mungkin juga menyukai