Anda di halaman 1dari 7

Betapapun Nikmatnya Hidup, Anda Akan

Meninggalkannya
Khutbah Pertama:
ِ ‫ت أَ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬
ْ ‫ض َّل لَ هُ َو َم ْن ي‬
ْ‫ُض لِل‬ ِ ‫إِ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو َسيِّئَا‬
ُ‫ي لَه‬َ ‫ فَاَل هَا ِد‬.

ُ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬.

{ َّ ‫}يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬


َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬

‫أَ َّما بَ ْع ُد‬:

َ ‫ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َش َّر األُ ُموْ ِر ُمحْ َدثَاتُهَا‬
ٌ‫ضاَل لَة‬ ِ ‫ َو َخ ْي َر الهَ ْد‬،ِ‫ فَإ ِ َّن َخي َْر الكَاَل ِم كَاَل ُم هللا‬.
ُ ‫ي هَ ْد‬
َ ‫ي ُم َح َّم ٍد‬

Kaum muslimin rahimakumullah,

Pernahkah kita berfikir, berapa orang yang meninggal dunia di kota kita selama satu bulan?
Atau selama satu tahun? Atau bahkan setiap hari di seluruh penjuru bumi? Ketetapan Allah
terus berjalan. Ada yang lahir ke dunia dan sebagian lagi meninggalkannya. Suatu saat nanti,
pasti kita akan mendapatkan giliran. Ini sebuah realita kehidupan yang tidak bisa dipungkiri.
Namun sangat disayangkan, banyak orang lupa atau melupakan kematian.

Padahal dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak membicarakan tentang kematian
kepada para sahabat, sementara kondisi hati mereka hidup. Ini sangat berbeda dengan realita
sangat ini. Betapa banyak acara yang dibuat, upaya yang dirancang untuk mengalihkan
perhatian dari kematian. Padahal kita sangat membutuhkannya untuk menyadarkan kita dari
kelalaian dan melunakkan hati yang sudah mengeras! Kalau kita mau menjawab dengan
jujur, siapakah yang lebih butuh terhadap pembicaraan tentang kematian, kita ataukah para
shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Jawabnya, tentu kita.

Oleh karena itu, pembicaraan tentang kematian khotib angkat. Pembicaraan tentang sebuah
peristiwa yang amat mengerikan. Peristiwa yang memutuskan seluruh kesenangan dan
mengubur seluruh angan-angan. Kematian berarti berpisah dengan orang-orang yang dicintai.
Kematian memutus kesempatan beramal, dan mengantarkan ke gerbang hisab.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehati kita dengan nasehat yang
menyentuh. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ض يَّقَهَا‬ ِ ‫ق ِمنَ ْال َعي‬


َ َّ‫ َوالَ َذ َك َرهُ فِ ْي َس َع ٍة إِال‬, ‫ْش إِالَّ َو َّس َعهُ َعلَ ْي ِه‬ ِ ‫ فَإِنَّهُ لَ ْم يَ ْذ ُكرْ هُ أَ َح ٌد فِ ْي‬, َ‫ ْال َموْ ت‬: ‫ت‬
ٍ ‫ض ْي‬ ِ ‫أَ ْكثِرُوا ِذ ْك َر هَا ِذ ِم اللَّ َّذا‬
‫َعلَ ْي ِه‬

“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena kematian itu, jika
diingat oleh orang yang sedang dalam kesusahan hidup, maka akan bisa meringankan
kesusahannya. Dan jika diingat oleh orang yang sedang senang, maka akan bisa membatasi
kebahagiaannya itu.” (HR. Thabrani dan al-Hakim).

Ibadallah,

Mengingat kematian itu dapat menghidupkan hati. Orang yang benar-benar malu terhadap
Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan melalaikan kematian serta tidak akan meremehkan persiapan
menghadapi kematian. Sebagaimana disebutkan dalam hadits.

‫ال قُ ْلنَا يَا َر ُس و َل هَّللا ِ إِنَّا ن َْس تَحْ يِي‬ َ َ‫ق ْال َحيَا ِء ق‬َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ا ْستَحْ يُوا ِم ْن هَّللا ِ َح‬ َ ِ ‫ال قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َم ْسعُو ٍد ق‬
ْ ْ ْ ْ ْ
َ‫س َو َم ا َوعَى َوالبَطنَ َو َم ا َح َوى َولتَ ذ ُكرْ ال َم وْ ت‬ ْ َ
َ ‫ق ال َحيَا ِء أ ْن تَحْ فَ ظَ ال رَّأ‬ ْ ‫هَّللا‬
َّ ‫ك َولَ ِك َّن ااِل ْستِحْ يَا َء ِم ْن ِ َح‬ َ ‫َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ قَا َل لَي‬
َ ‫ْس َذا‬
‫ق ْال َحيَا ِء‬ َّ ‫ك فَقَ ْد ا ْستَحْ يَا ِم ْن هَّللا ِ َح‬ َ ‫َو ْالبِلَى َو َم ْن أَ َرا َد اآْل ِخ َرةَ تَ َر‬
َ ِ‫ك ِزينَةَ ال ُّد ْنيَا فَ َم ْن فَ َع َل َذل‬

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Hendaklah kamu benar-benar malu kepada Allah!”. Kami mengatakan,
“Wahai Rasulullah, al-hamdulillah kami malu (kepada Allah)”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Bukan begitu (sebagaimana yang kamu sangka-pen). Tetapi (yang
dimaksud) benar-benar malu kepada Allah adalah engkau menjaga kepala dan isinya,
menjaga perut dan apa yang berhubungan dengannya; dan hendaklah engkau mengingat
kematian dan kebinasaan. Dan barangsiapa menghendaki akhirat, dia meninggalkan
perhiasan dunia. Barangsiapa telah melakukan itu, berarti dia telah benar-benar malu kepada
Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membiarkan kesempatan berlalu begitu saja. Bila
ada kesempatan, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengingatkan para sahabatnya
tentang kematian dan berbagai rentetan persistiwa yang akan mengiringinya.

‫ير ْالقَ ْب ِر فَبَ َكى َحتَّى بَ َّل الثَّ َرى ثُ َّم قَ ا َل يَ ا‬ َ ِ ‫ع َْن ْالبَ َرا ِء قَا َل ُكنَّا َم َع َر ُس و ِل هَّللا‬
َ َ‫ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم فِي ِجنَ ا َز ٍة فَ َجل‬
ِ ِ‫س َعلَى َش ف‬
‫إِ ْخ َوانِي لِ ِم ْث ِل هَ َذا فَأ َ ِع ُّدوا‬

Dari al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pada (penguburan-red) suatu jenazah, lalu Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
duduk pada tepi kubur, kemudian beliau menangis sehingga tanah terbasahi, lalu beliau
bersabda: “Wahai saudara-saudaraku! Bersiap-siaplah untuk yang seperti ini.” (HR. Ibnu
Majah).

Dalam riwayat lain, al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu mengatakan.

، ُ‫ َعلَى قَ ْب ٍر يَحْ فِرُوْ نَ ه‬: ‫ َعاَل َم اجْ تَ َم َع َعلَ ْي ِه هَ ؤُاَل ِء؟ قِ ْي َل‬: ‫ص َر بِ َج َما َع ٍة فَقَا َل‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ ْذ ب‬ َ ِ‫بَ ْينَ َما نَحْ نُ َم َع َرسُوْ ِل هللا‬
ُ‫اس تَ ْقبَ ْلتُه‬
ْ َ‫ ف‬: ‫ال‬َ َ ‫ق‬ ، ‫ه‬
ِ ْ
‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫ا‬َ ‫ث‬ ‫ج‬َ
َ ِ‫ف‬ ‫ْر‬ ‫ب‬َ ‫ق‬ ْ
‫ال‬ ‫ى‬َ ‫ل‬ ‫إ‬
ِ َ‫ى‬ ‫ه‬َ ‫ت‬‫ن‬ْ ‫ا‬ ‫ى‬ َّ ‫ت‬‫ح‬ ‫ًا‬
‫ع‬ ‫ْر‬
‫س‬ ‫م‬
َ ِ ُ ِِ َ ‫ه‬ ‫ب‬‫ا‬ ‫ح‬ ْ‫ص‬ َ ‫أ‬ ْ‫ي‬ ‫د‬
َ ‫ي‬ َ‫ن‬ ْ
‫ي‬ ‫ب‬ ‫ر‬
َ َ َ َ َ َ َ ِ‫د‬
َ ‫ب‬ َ ‫ف‬ ‫م‬َّ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬ ْ
‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ُ ‫هللا‬ ‫ى‬ َّ‫صل‬ َ ِ‫ فَفَ ِز َع َرسُوْ ُل هللا‬: ‫قَا َل‬
َ ْ ْ ْ َ َ ْ َ ُ َّ
‫ أيْ إِخ َوانِي ! لِ ِمث ِل اليَوْ ِم فَأ ِع ُّدوْ ا‬:‫ى بَ َّل الث َرى ِم ْن ُد ُموْ ِع ِه ث َّم أقبَ َل َعل ْينَا قَا َل‬ ُ ْ َ
َّ ‫ فَبَ َكى َحت‬، ‫ِم ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه أِل نظ َر َما يَصْ نَ ُع‬

“Ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , tiba-tiba Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam melihat sekelompok orang, maka beliau bertanya, ‘Untuk apa mereka
berkumpul?’ Dikatakan kepada beliau, ‘Mereka berkumpul pada kuburan yang sedang
mereka gali’. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terperanjat, lalu bergegas mendahului para
sahabat sehingga sampai di kuburan, lalu beliau berlutut ke arah kuburan. Bara’ berkata,
‘Maka aku menghadap di depan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melihat apa yang
akan beliau lakukan’. Kemudian beliau menangis sehingga tanah menjadi basah karena air
mata beliau. Lalu Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap kepada kami dan
bersabda, “Wahai saudara-saudaraku! Bersiap-siaplah untuk yang sepertil hari ini!”
(Silsilatush Shahihah, no. 1751).

Demikian juga Salafus Shalih, mereka mengingat kematian dan mengingatkan orang lain
dengannya. Diriwayatkan bahwa Uwais al-Qarni rahimahullah berkata kepada penduduk
Kufah, “Wahai penduduk Kufah, sesungguhnya ketika kamu tidur, kamu berbantalkan
kematian. Oleh karena itu, jika kamu telah bangun, jadikanlah kematian itu selalu di
hadapanmu.”

Ibadallah,

Mengingat kematian itu memiliki pengaruh besar dalam menyadarkan jiwa dari kelalaian.
Kematian merupakan pelajaran terbesar. Seorang ahli zuhud ditanya, “Apakah pelajaran yang
paling berpengaruh?” Dia menjawab, “Melihat tempat orang-orang yang mati”. Ahli zuhud
yang lain mengatakan, “Orang yang tidak berhenti dari kemaksiatan dengan (nasehat)
Alquran dan kematian, seandainya gunung-gunung bertabrakkan di hadapannya, dia juga
tidak akan berhenti!”

Sungguh, ziarah kubur, menyaksikan jenazah, melihat orang sekarat, merenungkan sakaratul
maut, merenungkan wajah mayit setelah matinya, akan mengekang jiwa dari berbagai
kesenangannya serta akan mengusir kegembiraan hati.

Orang yang mempersiapkan diri menghadapi kematian, dia akan beramal dengan sungguh-
sungguh dan memperpendek angan-angan.

Al-Lubaidi berkata, “Aku melihat Abu Ishaq rahimahullah di waktu hidupnya, selalu
mengeluarkan secarik kertas dan membacanya. Ketika dia telah wafat, aku melihat kertas
tersebut, ternyata tertulis padanya ‘Perbaguslah amalanmu, sesungguhnya ajalmu telah
dekat!! Perbaguslah amalanmu, sesungguhnya ajalmu telah dekat!!!’.”

Saudara-saudaraku, sesungguhnya orang yang hidup dengan tetap mewaspadai akhir


kehidupan, dia akan menjalani kehidupan dengan terus mempersiapkan diri. Sehingga ketika
kematian menjelang, dia tidak menyesal atau kalau pun menyesal tapi tidak terlalu.

Oleh karena itu, diriwayatkan bahwa Syaqiq al-Balkhi rahimahullah berkata, “Bersiaplah!
Jika kematian mendatangimu, engkau tidak berteriak sekuat tenaga memohon kehidupan.
Namun permohonanmu tidak akan dikabulkan”.

Dengan nasehat ini aku ingin membangunkan hati dari tidurnya, menghentikan jiwa dari
bergelimang dalam kesesatan dan syahwatnya.

Dengan nasehat ini aku ingin orang yang shalih bertambah keshalihannya dan orang yang
lalai segera bangun sebelum menyesal atau sebelum kematiannya.

Kalian telah melihat kehidupan ini berlalu dengan cepat, namun kebanyakan orang tidak
menyadarinya. Ada yang lahir sementara yang lain meninggal. Rahim mengeluarkan bayinya,
sementara bumi menelan mayit.
Saudara-saudaraku, kehidupan di dunia ini terbatas waktunya. Dia pasti akan berakhir.
Orang-orang shalih akan mati, begitu juga orang-orang jahat. Orang-orang bertaqwa akan
meninggal, begitu juga yang bergelimang dosa.

Para pahlawan dan mujahid, para penakut dan orang yang lari meninggalkan medan jihad,
semua akan mati. Orang-orang mulia yang hidup untuk akhirat dan orang-orang tamak yang
hidupnya hanya untuk kesenangan dunia, semuanta tak akan luput dari kematian.

Orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi atau hidup hanya untuk syahwat kemaluan dan
perut, semuanya pasti dicabut nyawanya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

ٍ َ‫ُكلُّ َم ْن َعلَ ْيهَا ف‬


‫ان‬

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (QS. ar-Rahman/55: 26).

ِ ْ‫س َذائِقَةُ ْال َمو‬


‫ت‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran/3:185).

Semua makhluk yang bernyawa akan mengalami kematian. Ia merupakan hakekat, namun
kita selalu berusaha lari darinya. Kematian merupakan hakekat, yang bisa menjungkalkan.

 Keangkuhan orang-orang yang bersombong


 Penentangan orang-orang yang menyimpang
 Kezhaliman para thagut yang mengangkat dirinya sebagai tuhan yang harus ditaati.

Kematian merupakan hakekat yang akan dialami oleh semua yang bernyawa, bahkan para
Nabi dan Rasul. Allah berfirman.

َ‫ت فَهُ ُم ْالخَالِ ُدون‬


َّ ‫َو َما َج َع ْلنَا لِبَ َش ٍر ِم ْن قَ ْبلِكَ ْال ُخ ْل َد ۖ أَفَإ ِ ْن ِم‬

“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad);
Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (QS. al-Anbiya’/21:34).

Kematian merupakan realita yang terdengar sepanjang zaman dan di setiap tempat. Dia
terdengar di telinga, masuk ke pemikiran semua orang yang berakal dan mengetuk hati semua
orang yang hidup. Dia membisikan bahwa semua orang akan mati, kecuali Dzat yang
memiliki kemuliaan dan keperkasaan.

ُ‫ك إِاَّل َوجْ هَه‬


ٌ ِ‫ُكلُّ َش ْي ٍء هَال‬

“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (QS. Al-Qashshash/28:88).

َ ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ ه َُو ال َغفُوْ ُر‬،‫أَقُوْ ُل َما تَ ْس َمعُوْ نَ َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬
‫الر ِح ْي ُم‬

Khutbah Kedua:
ُ‫ َوأَ ْش هَ ُد أَ ْن اَل ِإلَ هَ إِاَّل هللا‬،‫صي ثَنَا ًء َعلَ ْي ِه هُ َو َك َم ا أَ ْثنَى َعلَى نَ ْف ِس ِه‬ ِ ْ‫ اَل أُح‬، َ‫ َوأُ ْثنِي َعلَ ْي ِه ثَنَا َء ال َّذا ِك ِر ْين‬، َ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َح ْم َد ال َّشا ِك ِر ْين‬
َ‫صحْ بِ ِه أَجْ َم ِع ْين‬ َ ‫ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬.
َ ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ؛‬،ُ‫ك لَه‬
َ ‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َو‬

‫أَ َّما بَ ْع ُد‬:

‫ اِتَّقُوْ ا هللاَ تَ َعالَى‬:ِ‫أَيُّهَا ال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ ِعبَا َد هللا‬،

Ibadallah,

Kematian merupakan realita yang mungkin dihindari. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

ِ ‫قُلْ إِ َّن ْال َموْ تَ الَّ ِذي تَفِرُّ ونَ ِم ْنهُ فَإِنَّهُ ُماَل قِي ُك ْم ۖ ثُ َّم تُ َر ُّدونَ إِلَ ٰى عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
َ‫ب َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan”. (QS. al-Jum’ah/62: 8).

Ya, kematian itu pasti akan menemui kamu…di mana saja kamu berada, kamu akan mati,

Wahai orang-orang kuat …

Wahai orang-orang kuat, nan muda usia …

Wahai orang-orang cerdas dan jenius …

Wahai pemimpin, pembesar …

Wahai orang fakir dan rakyat jelata …

Semua orang yang menangis (karena kematian orang yang dicintai), dia juga akan membuat
orang lain menangis (ketika dia mati) …

Semua pembawa berita kematian, dia juga akan diberitakan kematiannya…

Semua harta simpanan akan binasa …

Semua yang disebut-sebut akan dilupakan …

Tidak ada yang kekal selain Allah.

Jika ada orang yang merasa tinggi, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih tinggi.

Ketahuilah, semoga Allah menjagamu, orang yang hidup pasti akan mati … dan orang yang
mati akan hilang (dari kehidupan) … dan semua yang akan datang pasti akan tiba waktunya

ٍ ‫َم ْن َكانَ يَرْ جُو لِقَا َء هَّللا ِ فَإ ِ َّن أَ َج َل هَّللا ِ آَل‬
‫ت‬
‫‪“Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang‬‬
‫‪dijanjikan) Allah itu, pasti datang.” (QS. Al-Ankabut/29: 5).‬‬

‫… ‪Wahai saudaraku, kehidupanmu yang hakiki akan mulai setelah kematianmu‬‬


‫‪Persiapkanlah segala sesuatu untuk bekal menjalani kehidupanmu yang sebenarnya. Amal‬‬
‫‪kebaikan, itulah bekal menghadap Allah ‘Azza wa Jalla.‬‬

‫ُص لُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‬‫ال‪ ﴿ :‬إِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي َ‬
‫ك فِي ِكتَابِ ِه فَقَ َ‬‫صلُّوْ ا َو َسلِّ ُموْ ا ‪َ -‬رعَا ُك ُم هللاُ‪َ -‬علَى ُم َح َّم ِد ْب ِن َع ْب ِد هللاِ َك َما أَ َم َر ُك ُم هللاُ بِ َذلِ َ‬
‫َو َ‬
‫ص لى‬‫َّ‬ ‫ص الةً َ‬ ‫ي َ‬ ‫صلى َعلَ َّ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬
‫صلى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم‪َ (( :‬م ْن َ‬ ‫َّ‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما ﴾ [األحزاب‪َ ، ]٥٦:‬وقَا َل َ‬ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َ‬
‫‪ .‬هَّللا ُ َعلَ ْي ِه بِهَا َع ْشرًا))‬

‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ ،‬وبَ ِ‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى إ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم إِنَّ َ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫َ‬ ‫أْل‬‫َ‬
‫َّاش ِد ْينَ ا ئِ َّم ِة ال َم ْه ِديِ ْينَ ؛‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ض اللهُ َّم َع ِن الخلف ا ِء الر ِ‬ ‫َّ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ ،‬وارْ َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َركتَ َعلى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم إِن َ‬
‫الص َحابَ ِة أَجْ َم ِع ْينَ ‪َ ،‬و َع ِن‬ ‫ض اللَّهُ َّم َع ِن َّ‬ ‫ق‪َ ،‬وع ُْث َم انَ ِذيْ النُ وْ َري ِْن‪َ ،‬وأَبِ ْي ال َح َس نَ ْي ِن َعلِي‪َ ،‬وارْ َ‬ ‫ْق‪َ ،‬و ُع َم َر الفَ ارُوْ ِ‬ ‫أَبِ ْي بَ ْك ٍر ال ِ‬
‫ص ِّدي ِ‬
‫‪ .‬التَّابِ ِع ْينَ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَوْ ِم ال ِّد ْينَ ‪َ ،‬و َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َمنِّكَ َو َك َر ِم َ‬
‫ك َوإِحْ َسانِكَ يَا أَ ْك َر َم األَ ْك َر ِم ْينَ‬

‫ص لِحْ‬ ‫اإل ْس اَل َم َوال ُم ْس لِ ُم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم آ ِمنَّا فِي أَوْ طَانِنَ ا‪َ ،‬وأَ ْ‬
‫اَللَّهُ َّم أَ ِع َّز ا ِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم أَ ِع َّز ا ِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم أَ ِع َّز ِ‬
‫ك يَا َربَّ ال َعالَ ِم ْينَ‬
‫ضا َ‬‫ك َواتَّقَاكَ َواتَّبَ َع ِر َ‬ ‫‪ .‬أَئِ َّمتَنَا َو ُواَل ةَ أُ ُموْ ِرنَا‪َ ،‬واجْ َعلْ ِواَل يَتَنَا فِ ْي َم ْن خَافَ َ‬

‫ك َوحُبَّ َم ْن يُ ِحبُّكَ َوال َع َم َل الَّ ِذيْ‬ ‫ت نُفُوْ َسنَا تَ ْق َواهَا‪َ ،‬و َز ِّكهَا أَ ْنتَ َخي َْر َم ْن َز َّكاهَا‪ ،‬أَ ْنتَ َولِيُّهَا َو َموْ اَل هَا‪ ،‬اَللَّهُ َّم إِنَّا ن َْس أَلُ َ‬
‫ك ُحبَّ َ‬ ‫اَللَّهُ َّم آ ِ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫ك يَا َذا ْال َجاَل ِل َوا ِإل ْك َر ِام‪َ ،‬ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ِ‬
‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫‪ .‬يُقَ ِربُ إِلَى ُحبِّ َ‬

‫ِعبَا َد هللاِ اُ ْذ ُكرُوْ ا هللاَ يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‪َ ،‬وا ْش ُكرُوْ هُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم‪َ { ،‬ولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ أَ ْكبَ ُر َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُونَ }‬

‫‪Khutbah Jumat: Khutbah Iblis yang‬‬


‫‪Membuat Semua Orang Menangis‬‬
‫)‪(Ustadz Diyaul Abror‬‬
‫‪Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :‬‬

‫ق َو َو َع ْدتُ ُك ْم فَأ َ ْخلَ ْفتُ ُك ْم‬


‫ال‪ :‬إِ َّن هللاَ َو َع َد ُك ْم َو ْع َد ْال َح ِّ‬ ‫إِ َذا َكانَ يَوْ ُم ْالقِيَا َم ِة ‪ ،‬قَا َم إِ ْبلِيْسُ خَ ِط ْيبًا َعلَى ِم ْنبَ ٍر ِم ْن ن ٍ‬
‫َار ‪ ،‬فَقَ َ‬

‫‪“Tatkala hari kiamat Iblis berdiri di atas sebuah mimbar dari api lalu berkhutbah seraya‬‬
‫‪berkata, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun‬‬
‫)‪telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya…” (Tafsiir At-Thobari 16/563‬‬

‫‪Al-Haafizh Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :‬‬


َ َ‫ بَ ْع َد َما ق‬،ُ‫ب بِ ِه إِ ْبلِيْسُ أَ ْتبَا َعه‬
،‫ وأس كن الك افرين ال دركات‬،‫ فَأدخل المؤم نين الجن ات‬،ُ‫ضى هللاُ بَ ْينَ ِعبَا َده‬ َ َ‫ي ُْخبِ ُر تَ َعالَى َع َّما خ‬
َ ‫ط‬
‫ وحسرة إلى حسرتهم‬،‫) وغَبنا إلى غبْنهم‬4( ‫حينئذ خطيبا ليزيدهم حزنا إلى حزنهم‬- ‫لعنه هللا‬- ‫فقام فيهم إبليس‬

“Allah mengabarkan tentang khutbah yang disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya,
yaitu setelah Allah memutuskan/menghisab para hambaNya, lalu Allah memasukan kaum
mukminin ke surga, dan Allah menempatkan orang-orang kafir ke dalam neraka jahannam.
Maka Iblispun tatkala itu berdiri dan berkhutbah kepada para pengikutnya agar semakin
menambah kesedihan di atas kesedihan mereka, kerugian di atas kerugian, serta penyesalan di
atas penyesalan….” (Tafsiir Al-Qur’an Al-‘Adziim 4/489)

Khutbah tersebut disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya pada saat yang sangat
menegangkan…tatkala mereka pertama kali dimasukkan ke dalam neraka jahannam…tatkala
mereka telah melihat api yang menyala-nyala yang siap membakar mereka…!!!

Anda mungkin juga menyukai