BAB I
PENDAHULUAN
yang tepat, Namun di Indonesia banyak peternak memberi pakan yang tidak
bahan pakan sangat perlu dilakukan karena dapat mengetahui kandungan dan
klasifikasi seperti bahan pakan menurut Internasional, kelaziman, asal, dan zat
gizi. Bahan pakan secara international terdiri 8 sumber, meliputi hijauan kering,
pasture, silase, sumber energy, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin
mencegah kesalahan dalam pemberian pakan pada ternak. Pengujian bahan pakan
penting dilakukan untuk mendeteksi adanya campuran bahan lain yang akan
beberapa metode, seperti uji kontaminan atau daya apung, uji genggam dan uji
berat jenis.Bahan pakan yang baik memiliki bau dan rasa sesuai aslinya, bebas
kutu dan insekta serta bebas dari pemalsuan, seperti penambahan sekam pada
bahan pakan atau ransum.Gross energy atau energy kotor ini masih terdapat
2
kandungan nutrient yang tidak dapat dicerna baik dari bahan pakan protein
maupun hewani.Energy dalam pakan sangat penting untuk aktivitas ternak dan
menentukan besaran gross energy ang dihasilkan pada bahan pakan atau
mengetahui kandungan nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan dan macam
bahan pakan menurut sumbernya dan manfaatnya adalah memberi informasi dan
dengan materi pengujian bahan pakan bertujuan untuk mengetahui bahan pakan
asli atau tidak dengan melalui uji kontaminan, genggam dan berat jenis serta
manfaatnya adalah mahasiswa dapat membedakan antara bahan pakan asli dengan
mengetahui kandungan gross energy dalam bahan pakan dan praktikan mampu
manfaat dari praktikum ini adalah dapat melakukan pengukuran gross energy dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hijauan kering adalah semua jenis jerami tanaman dan hijauan segar yang
telah dipotong dan dikeringkan agar pakan dapat lebih tahan lama jika disimpan
(Fikar dan Ruhyadi, 2012). Jenis-jenis tanaman yang termasuk dalam hijauan
kering diantaranya limbah pertanian, seperti jerami padi, hay pucuk tebu, dan
yang diawetkan dengan cara dikeringkan dan mengandung serat kasar yang
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak
dalam keadaan segar tanpa melalui proses teknologi, baik yang dipotong terlebih
dahulu atau yang langsung dimakan ternak (Fikar dan Ruhyadi, 2012). Contoh
5
dicampur dalam pakan ternak dalam keadaan masih segar, dimana hijauan segar
2.1.3. Silase
Silase merupakan bahan pakan yang diawetkan dengan cara aerob ataupun
anaerob dalam proses fermentasi, dimana karbohidrat bahan pakan akan dirombak
menjadi asam karbonat, air, alkohol, asam organik oleh aktivitas enzim dan
bakteri dan hasil silase masih dalam keadaan segar dan mempunyai gizi cukup
tinggi (Widodo, 2002). Bahan pakan yang dapat diproses menjadi silase adalah
salah satunya bahan pakan hijauan seperti padi, jagung, rumput gajah, setaria,
rumput raja, lamtoro dan gamal (Rahmansyah et al., 2013). Kadar air dan pH
merupakan alat ukur untuk menentukan baik ada gagalnya proses fermentasi
bahan pakan dan yang mempengaruhi hasil silase adalah bakteri asam laktat dan
kandungan protein kurang dari 20 % dan serat kasar kurang dari 18 % serta
kandungan energinya yang tinggi, dan contoh bahan pakan sumber energy dapat
bahan pakan dapat dipengaruhi oleh karbohidrat, serat kasar dan BETN yang akan
kandungan protein lebih dari 20% didalamnya.Bahan pakan sumber protein baik
didapatkan dari tanaman pakan maupun limbah hasil produksi hewani (Setyo et.
al, 2013).Protein dalam pakan dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah yang banyak
ternak (Santa, 2013). Bahan Pakan Sumber Protein yang berasal dari hewani dapat
berupa tepung meat bone meal (MBM) dan tepung bulu sedangkan bahan pakan
sumber protein dari tanaman dapa berupa bungkil kedelai, CGM, dan bungkil
beberapa jenis vitamin didalamnya dalam jumlah sedikit. Vitamin dibutuhkan oleh
ternak dalam jumlah sedikit untuk memperbaiki sel maupun jaringan yang rusak
dan juga sebagai koenzim atau regulator metabolisme (Rahayu et. al, 2011).
Vitamin terbagi menjadi 2 jenis yaitu vitamin larut dalam air dan vitamin larut
dalam lemak.Vitamin larut dalam air yaitu A, D, E dan K sedangkan vitamin larut
salah satunya adalah vita chick, dimana vita chick merupakan suplemen
penambah vitamin yang digunakan untuk ternak ayam untuk memperkuat daya
bahan pakan mengandung mineral lebih dari 20% yang diperlukan oleh ternak
(Subekti, 2009). Mineral yang terkandung didalam pakan digunakan untuk proses
fisiologis ternak dan juga untuk aktivitas hormon dalam tubuh (Darmono, 2007).
Mineral yang terkandung dalam bahan pakan berupa mineral Zn, Se, Ca dan P
(Jaelani, 2007).Tepung batu sebagai sumber mineral mengandung Ca, Besi (Fe),
Fosfor (P) dan Magnesium (Mg) (Khalil dan Anwar, 2007). Kalsium karbonat
(CaCo3) mengandung kalsium 40,4%, 12% karbon dan oksigen sebesar 47,96%
ternak yang berfungsi sebagai pakan pelengkap yang bukan termasuk bahan pakan
(Faisal dan Agusnar, 2006). Pemakaian zat aditif dalam pakan bertujuan untuk
meningkatkan nilai gizi ransum dan meningkatkan nilai nutrisi khususnya pada
bahan pakan dengan kualitas yang rendah (Polii et al., 2015). Tepung binahong
mengandung zat anti nutrisi berupa saponin, tanin dan flavonoid (Rizal, 2006).
(Hasiib et al.,2015).
padi dengan bahan pakan yang tidak mengandung nutrient ataupun mengandung
sedikit nutrient seperti tepung batu bata, serbuk gergaji, sekam, bonggol dan
pakan, bentuk pakan serta tekstur serta berat jenis dari pakan (Retnani et al.
2014).Bahan pakan yang tidak mengandung subalan atau bahan pakan asli tidak
mengalami penurunan kandungan nutrient dari pakan yang ditandai dengan warna
yang menyerupai warna asli, bau yang khas, berat jenis yang sesuai standar dan
padi dengan bahan pakan yang tidak mengandung nutrient ataupun mengandung
sedikit nutrient seperti tepung batu bata, serbuk gergaji, sekam, bonggol dan
tersebut adalah untuk dapat menyerupai pakan asli. Penaambahan bahan subalan
pakan, bentuk pakan serta tekstur dari pakan (Retnani et al. 2014) .Bahan pakan
yang tidak mengandung subalan atau bahan pakan asli tidak mengalami
penurunan kandungan nutrient dari pakan yang ditandai dengan warna yang
menyerupai warna asli, bau yang khas dan bentuk serta tekstur yang menyerupai
Penambahan zat lain seperti sekam dapat menurunkan nilai berat jenis dari
suatu bahan pakan (Yaman, 2010). Berat jenis bahan pakan dapat dipengaruhi
oleh kandungan nutrisi dan penyebaran zat atau substansi campuran sehingga
berat jenis dari bahan pakan tersebut dapat menandakan kualitas bahan pakan
(Jaelani, 2007). Berat jenis pada tepung ikan berkisar antara 0,25 – 0,5 gr/ml
Gross energy merupakan energy kotor atau bruto yang jumlah panas
dilepaskan akibat zat yang mengalami oksidasi sempurna menjadi CO 2 dan H2O
energy dalam bahan pakan tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh ternak karena
kandungan nutrisi dalam bahan pakan tidak semuanya dapat dicerna dan masih
ada dalam feses (energy feses) (Purbowati et al,, 2008). Gross energy dapat
bernilai rendah ataupun ataupun tinggi dapat disebabkan kandungan nutrisi dalam
bahan akan seperti serat kasar, lemak dan keseimbangan nutrisi dalam bahan
pakan (Bahri dan Rusdi, 2008). Bahan pakan meat bone meal (MBM) merupakan
bahan pakan sumber protein yang baik untuk ternak yang memiliki kandungan
gross energi dalam MBM sebesar 3134 – 4704 kal/gr/BK (Castilho et al., 2015).
Sapi yang diberi pakan meat bone meal memiliki resiko terkena penyakit sapi gila
karena pakan dengan daging yang mengandung penyakit sai gila dapat
menyebabkan penyakit sapi gila pada ternak sehat (Bahri et al., 2005).
11
BAB III
11.00 – 13.00 WIB, Jumat 4 November 2016 pukul 07.00 – 09.00 WIB dan Senin
Kualitas Bahan Pakan dilaksanakan pada hari Kamis, 10 November 2016 pukul
dilaksanalan pada hari Kamis, 17 November 2016 pukul 14.00 – 17.00 WIB, di
3.1. Materi
rumput raja, klobot jagung, rumput lapang, rumput raja, tebon jagung, jerami
padi, daun mimba, lamtoro, centro, gamal, kulit kopi, wheat bran, tumpi, janggel
jagung, Corn Gluten Feed (CGF), dedak padi, pollard, millet merah, jagung,
limbah roti, kerak pati, sorgum, kulit kacang asin, bekatul, makroni, ampok
jagung, jewawut, onggok, bungkil kopra, bungkil klentheng, pelet hipro, tepung
ikan, bungkil sawit, DDGS (Destiller Dried Green with Soluble), MBM (Meat
Bone Meal), bungkil kedelai, bungkil kapuk, tepung batu, CaCo3, tepung tulang
12
ikan, garam, biji batu, Vitmin-R, molses, Fe 2O3, vitachicks, daun kelor, tepung
bahan.bahan yang digunakan adalah bekatul asli dan palsu, tepung ikan asli dan
palsu, bungkil kedelai asli dan palsu, jagung asli dan palsu dan air mineral. Alat
yang digunakan dalam prakikum adalah gelas ukur 100 ml dan 200 ml, timbangan
yang digunakan adalah MBM (Meat Bone Meal), sodim karbonat, aquades dan
metil red. Alat yang digunakan dalam praktikum adalah bombkalorimeter, peleret,
3.2. Metode
pakan tersebut.
dengan secara organoleptik, uji genggam, uji kontaminan dan berat jenis.Uji
warna dan tekstur. Pengujian bahan pakan pada uji genggam dengan cara
tidak. Uji kontaminan dengan melakukan uji apung dengan cara menuangkan
bahan pakan pada gelas ukur yang telah berisi air dan kemudian diamati bahan
yang mengapung dan bahan yang tenggelam di air. Uji berat jenis dengan cara
sampel kedalam gelas beker sampai penuh hingga tidak terdapat rongga udara
pada gelas beker. Gelas beker yang telah terisi sampel kemudian menimbang
melaluirumus :
dilakukan dengan menghitung total energi yang terkandung dalam MBM (Meat
dan oksigen dengan tekanan 25 atm dan mengisi oval bucket dengan aquades
sebanyak 2 liter dengan suhu 26 0C. Memasukkan bombhead kedalam oval bucket
dan ditutup, kemudian menyalakan motor pengaduk dan setiap 1 menit selama 5
menit suhu yang nampak pada termometer dan mencatat suhunya, setelah 5 menit
tombol pembakar ditekan dan setiap 15 detik mengamati suhu dan mencatat suhu
hingga suhu konstan. Setiap kenaikan satu menit selama 5 menit setelah suhu
bombhead dari oval bucket dan mengeluarkan gas yang berada di dalam oval
14
bucked, kemudian menuangkan air yang berada dalam bombhead kedalam beker
sebagai berikut :
(t – w) – e1 – e2
Kalori =
m
Keterangan :
t = tc – ta - r1 (b – a) – r2(c – b)
w = ketetapan standart benzoat 2465,57 kal/0C
e1 = cm kawat terbakar x 2,3 kal
e2 = ml titrasi sodium carbonat x 1 kal
15
BAB IV
pakan secara internasional meliputi hijauan kering, pasture, silase, sumber energi,
termasuk dalam hijauan kering anatara lain tebon jagung, rumput lapang, rumput
raja, klobot jagung, dan jerami padi. Bahan pakan hijauan kering merupakan
hijauan yang telah diproses dengan cara dikeringkan agar dapat disimpan dalam
jangka waktu lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Fikar dan Ruhyadi (2012)
agar dapat disimpan lebih lama.Menurut pendapat Yulianto dan Saparinto (2010)
yang menyatakan bahwa jerami padi, jerami jagung, dan pucuk tebu merupakan
bahan pakan yang termasuk dalam hijauan kering.Bahan pakan hijau kering
17
cara dikeringkan dan mengandung serat kasar yang umumnya lebih dari 18 %
Rumput raja memiliki ciri-ciri bentuk panjang, tekstur keras, warna coklat
muda, dan bau khas. Rumput raja memiliki kandungan KA 28%, PK 12,6%, LK
5%, SK 39,08%, Energi 67,05%, dan Ca 0,03%. Klobot jagung memiliki bentuk
potongan, tekstur kasar, berwarna kekuningan, dan memiliki bau yang khas.
Energi 42%, dan Ca 0,05%. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan et al. (2003)
SK 23,2%. Tebon jagung memilki bentuk potongan, bertekstur kasar, warna hijau
tekstur kasar, berwarna hijau tua, dan memiliki bau yang khas. Rumput lapang
Ca 0,05%. Jerami padi memiliki ciri berbentuk potongan, tekstur kasar, berwarna
kekuningan, dan memilki bau yang khas. Jerami padi memiliki kandungan KA
68,13%, PK 5,21%, LK 1,17%, SK 26,77%, Energi 52%. Hal ini sesuai dengan
Jerami padi bahan pakan yang mengandung antinutrisi yaitu asam fitat.Hal
ini sesuai dengan pendapat Bujung et al. (2015) yang menyatakan bahwa jerami
padi mengandung zat antinutrisi berupa asam fitat.Asam fitat dapat menyebabkan
18
zat antinutrisi yaitu tannin.Hal ini sesuai dengan pendapat Prasiddha et al. (2016)
rumen.
sebagai berikut :
dalam kondisi yang masih segar, hijauan segar meliputi centro, lamtoro, gamal
dan daun mimba. Hal ini sesuai dengan pendapat Fikar dan Ruhyadi (2012) yang
menyatakan bahwa hijauan segar diberikan kepada ternak dalam kondisi masih
kadar air sekitar 90 %. Hal ini sesuai pendapat Widodo (2002) yang menyatakan
pakandengan keadaan masih segar dan mengandung kadar air kurang lebih 90 %.
dan tidak berbau.Centro merupakan salah satu bahan pakan yang lazim diberikan
pada ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansur dan Ariani (2013) yang
menyatakan bahwa centro termasuk dalam bahan pakan konvensional atau bahan
pakan yang lazim diberikan pada ternak Centro memiliki kandungan kadar air
memiliki bentuk utuh, tekstur keras, berwarna hijau, dan memiliki bau khas daun.
dan Ca 0,04%. Lamtoro termasuk dalam bahan pakan konvensiaonal yang berarti
lazim digunakan sebagai pakan ternak.Hal ini sesuai dengan pendapat Indariyanti
dan Akbarillah et al. (2010) yang menyatakan bahwa lamtoro adalah salah satu
pakan yang lazim diberikan pada ternak.Gamal memiliki cirri berbentuk utuh,
20
tekstur kasar, berwarna hijau, dan bau khas daun. Gamal memiliki kandungan KA
75%, PK 6,4%, LK 1%, SK 3,3%, Energi 19%, dan Ca 0,15%. Daun mimba
memilikki bentuk utuh, tekstur halus, warna hijau, dan tidak berbau. Daun mimba
tannin.Hal ini sesuai dengan pendapat Jusuf et al. (2007) yang menyatakan bahwa
salah satu senyawa yng terkandung dalam daun gamal adalah tannin.Kandungan
rumen.
4.1.3. Silase
berikut :
Tabel 3. Silase
Kandungan
No Bahan Pakan Organoleptik Kelaziman Antinutrisi
Nutrisi
1. Rumput Bentuk : potongan KA : 13.52
Gajah Tekstur : kasar PK : 15.11
Warna : hijau LK : 0.41
Bau : khas SK : 45.28 Lazim -
TDN : 81
Ca : 0.62
P : 0.74
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.
21
termasuk silase adalah silase rumput gajah, dimana silase merupakan bahan pakan
yang diawetkan dengan proses fermentasi baik secara anaerob ataupun aerob
bahan pakan yang diawetkan dengan cara aerob ataupun anaerob dalam proses
karbonat, air, alkohol, asam organik oleh aktivitas enzim dan bakteri.Hampir
semua bahan pakan hijauan dapat dibuat silase, seperti rumput gajah, rumput raja,
pakan yang dapat diproses menjadi silase adalah salah satunya bahan pakan
hijauan seperti padi, jagung, rumput gajah, setaria, rumput raja, lamtoro dan
gamal.
15.11, lemak 0.41, serat kasar 45.28, TDN 81, Ca 0.62 dan P 0.74 dimana silase
rumput gajah ini lazim digunakan sebagai pakan ternak dan rumput gajah mudah
ditanam. Menurut pendapat Zailzar et al. (2011) menyatakan bahwa rumput raja,
rumput gajah, setaria dan rumput benggala merupakan bahan pakan yang lazim
digunakan sebagai pakan ternak baik diberikan secara langsung, dibuat hay
ataupun silase. Silase rumput gajah ini berguna untuk cadangan makanan saat
musim kemarau, dimana susah untuk mencari rumput. Menurut Wina (2005)
Rumput gajah memiliki kandungan zat anti nutrisi tannin, dimana bila di
konsumsi secara berlebihan akan bersifat toxin yang akan mengganggu kesehatan
ternak. Menurut Herdiawan et al. (2014) menyatakan bahwa bahan pakan hijauan
khususnya bagian daun rata-rata memiliki kandungan zat anti nutrisi yaitu
kandungan zat anti nutrisi dalam bahan pakan. Menurut Novianty (2014)
gizi dan menurunkan zat anti nutrisi dalam bahan pakan dan juga berguna untuk
pengawetan.
P : 0.8
E : 2200
Ca : 0.2
P : 0.14
sumber energi, meliput kerak pati, sorghum, onggok, jewawut, kulit kacang asin,
bekatul, wheat bran gandum, kulit kopi, janggel jagung, ampok jagung, limbah
roti, biji jagung, kulit kacang, makaroni, millet merah, corn gluten feed, tumpi,
pollard, dan dedak padi merupakan bahan pakan yang kandungan energinya tinggi
menyatakan bahwa bahan pakan sumber energy adalah bahan pakan yang
memiliki kandungan protein kurang dari 20 % dan serat kasar kurang dari 18 %
serta kandungan energinya yang tinggi. Bahan pakan sumber energy meliputi, biji
jagung, tumpi, sorghum, jewawut, bekatul, dedak padi, pollard, corn gluten feed.
berasal dari biji-bijian meliputi, sorghum, jagung, biji gandum dan selain itu
Bahan pakan yang lazim digunakan dan tidak lazim digunakan dalam
pemberian pakan ke ternak. Bahan pakan sumber energy yang lazim seperti,
pollard, dedak padi, bekatul, biji jagung, sorghum dan yang tidak lazim seperti,
limbah roti, macaroni, kulit kopi dan kerak pati. Pujaningsih (2011) menyatakan
bahwa bahan pakan terbagi menjadi dua yaitu konvensional dan non
konvensional, bahan pakan yang lazim seperti, bekatul, dedak padi, bungkil
kedelai, sorghum atau bahan pakan yang bersifat kontinyu dan non konvensional
seperti, urea, makaroni, limbah roti, isi rumen. Bahan pakan tidak lazim
digunakan karena beberapa factor seperti susah diperoleh dan harga yang mahal
menyatakan bahwa ransum dapat dicampur dengan bahan yang murah agar lebih
efisien dan hasil lebih baik, seperti dedak padi, polar gandum, tepung batu dan
bekatul.
nutrisi tannin yang cukup tinggi khususnya pada sorghum. Menurut Irawan dan
memiliki kandungan zat anti nutrisi tannin yang tinggi yang akan mengganggu
fungsi asam amino dan protein, dimana sorghum perlu dibatasi pemberiannya
pada ternak. Kandungan energy dalam bahan pakan bergantung pada karbohirat
dalam pakan dan juga BETN. Menurut Hidayat (2009) menyatakan bahwa
karbohidrat dan BETN yang tinggi akan mempengaruhi energi dalam pakan
membentuk ikatan kompleks pada protein sehingga protein susah dicerna oleh
ternak.
E : 2.800
Ca: 0,27
P : 0,68
pakan sumber protein meliputi, bungkil kedelai, bungkil kapuk, tepung ikan,
bungkil klenteng, bungkil hipro, bungkil kopra, MBM, bungkil sawit dan DDGS
dengan pendapat Ridla (2014) yang menyatakan bahwa kandungan protein kasar
Murtidjo (2007) yang menyatakan bahwa bahan pakan Meat and Bone Meal
Bahan pakan sumber protein berasal dari dua jenis yaitu sumber hewani
berupa tepung ikan dan MBM, dan sumber nabati berupa Bungkil Kedelai Lokal,
Bungkil Kopra, Bungkil Sawit dan DDGS Gandum. Hal ini didukung oleh
pendapat Tamalludin (2014) bahwa bahan pakan sumber protein berasal dari sisa
hasil produksi hewani dan sisa hasil produksi nabati yaitu berupa MBM, tepung
bulu, bungkil kedelai, CGM, dan bungkil kelapa. Pernyataan ini didukung juga
oleh pendapat Wahyono et, al (2004) yang menyatakan bungkil kedelai, bungkil
kopra dan bungkil kelapa sawit dapat dijadikan sebagai bahan pakan sumber
protein nabati untuk ternak. Terdapat beberapa bahan pakan sumber protein lazim
untuk dikonsumsi seperti bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil klenteng, bungkil
hipro, bungkil kopra, MBM, bungkil sawit dan DDGS gandum dan juga beberapa
bahan pakan sumber protein tidak lazim untuk dikonsumsi seperti bungkil kapuk.
Hal ini disebabkan karena selain anti nutrisi yang dikandungnya tinggi
keberadaannya juga bersaing dengan kebutuhan manusia. Hal ini didukung oleh
bahan pakan terbagi atas dua yaitu konvensional yaitu bahan pakan yang sering
banyak dan disukai oleh ternak sedangkan bahan pakan non konvensiaonal
ketersediaannya terbatas dan juga memiliki kandungan nutrisi yang lebih sedikit.
31
berbahaya jika dikonsumsi ternak seperti bungkil kapuk dan bungkil klenteng
yang memiliki gosipol, bungkil kedelai yang memiliki anti tripsin, bungkil hipro
yang memiliki tannin, asam fitat dan saponin, dan tepung ikan, bungkil sawit dan
bungkil kopra yang memiliki saponin. Hal ini didukung oleh pendapat Sitompul
(2004) yang menyatakan bahwa bahan pakan sumber protein seperti kedelai
mempunyai anti nutrisi seperti anti tripsin yang dapat menghambat kerja enzim
tripsin untuk mensintesis protein menjadi partikel yang sederhana. Pendapat ini
diperkuat oleh pendapat Widjastuti (2012) yang menyatakan bahwa daun papaya
sebagai bahan pakan memiliki antinutrisi seperti tannin yang mempengaruhi asam
vitamin salah satunya adalah vita chick dan bahan pakan sumber vitamin tidak
memiliki kadar air, lemak kasar, protein kasar, serat kasar, energi, dan mineral
namun mempunyai berbagai macam vitamin seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12,
C, D3, dan vitamin E. Hal ini karena bahan pakan sumber vitamin merupakan
untuk ternak. Pendapat ini didukung oleh Cahyono (2011) yang menyatakan
bahwa vita chick merupakan bahan organik yang digunakan untuk ternak sebagai
tambahan anti body dan meningkatkan kekebalan tubuh ternak. Pernyataan ini
diperkuat oleh pendapat Raharji et, al (2015) yang menyatakan bahwa vita chick
merupakan suplemen penambah vitamin yang digunakan untuk ternak ayam untuk
Diketahui bahwa vita chick merupakan bahan pakan sumber vitamin yang
nutrisi dalam bahan pakan.Hal ini sesuai dengan pendapat Wulandari (2014) yang
bahwa penggunaan Vita Chick pada ternak unggas biasanya dicampurkan kedalam
minum ternak karena sifatnya yang mudah larut dalam air sehingga kandungan
dalam vita chick dapat langsung terserap kedalam tubuh ternak.Vita Chick tidak
kepada ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Raharjo et al. (2015) yang
unggas terutama ayam karena didalamnya tidak mengandung anti nutrisi yang
2. Bentuk : Tepung KA : 8
Tekstur : Lembut PK : 0
CaCO3 Warna : Putih LK : 0 Lazim -
Bau :Tidak SK : 0
E: 0
Ca : 25,5
E :0
Ca :30,42
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016
sumber mineral yaitu, tepung batu, CaCO 3, tepung tulang ikan, garam dan biji
mengandung mineral yang diperlukan oleh tubuh ternak minimal sebesar 20%
baik mineral makro maupun mineral mikro. Hal ini sesuai dengan pendapat
Subekti (2009) bahwa sumber mineral berarti mengandung mineral paling sedikit
20%. Mineral diperlukan oleh tubuh sebagai pemercepat proses fisiologis dan
keseimbangan cairan dalam tubuh. Contoh mineral yang terkandung dalam pakan
adalah mineral Ca yang berfungsi sebagai peningkatan kesehatan tulang, zat besi
yang berfungsi dalam metabolisme tubuh dan Fosfor yang dapat mengoptimalkan
metabolisme tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmono (2007) bahwa
mineral berfungsi dalam proses fisiologis ternak dan juga untuk aktivitas hormon.
Bahan pakan yang tergolong dalam sumber mineral adalah Tepung Batu
dan CaCo3.Tepung Batu berbentuk seperti tepung dengan tekstur yang lembut dan
tepung batu dapat dijadikan sebagai pakan sumber energi meskipun penggunaan
tepung batu sebagai bahan pakan tidak lazim untuk diberikan.Menurut Khalil dan
Anwar (2007) bahwa tepung batu dapat dijadikan sebagai pakan sumber mineral
karena tepung batu mengandung banyak mineral Ca, besi (Fe), Fosfor (P) dan
Magnesium (Mg). Bahan pakan lain yang sebagai sumber mineral adalah CaCo 3
dengan bentuk tepung dengan tekstr yang lembut dan berwarna putih. CaCo3
35
Hal ini sesuai dengan pendapat Delvita et al. (2015) bahwa CaCo3 mengandung
molasses, daun kelor, tepung umbi dahlia, tepung binahong, tepung daun bawang
merah, tepung kulit bawang merah dan urea, dmimana zat aditif merupakan zat
tambahan yang dicampurkan dalam suatu bahan pakan yang memiliki tujuan
tertentu. Nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan zat aditif digunakan untuk
melengkapi kandungan nutrisi yang kurang dalam bahan pakan. Hal ini sesuai
37
dengan pendapat Faisal dan Agusnar (2006) bahwa feedadditive merupakan bahan
pakan tambahan yang diberikan dalam pakan ternak yang berfungsi sebagai
pelengkap nutrisi pakan. Zat aditif berguna untuk meningkatkan nilai gizi ransum
dan meningkatkan nilai kualitas suatu bahan pakan. Zat aditif bertujuan untuk
menambahkan nutrisi dalam pakan yang rendah akan kandungan nutrisi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Polii et al. (2015) bahwa zat aditif diberikan dalam pakan
berguna untuk meningkatkan nilai gizi dari bahan pakan yang diberikan untuk
ternak.
Zat aditif yang dapat digunakan sebagai bahan campuran pakan adalah
agak kasar dan berwarna hijau. Kandungan nutrisi yang terdapat dalam Tepung
kekurangan akan protein, karena tepung binahong mengandung protein kasar yang
cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Faisal dan Agusnar (2006) bahwa
tepung Binahong memiliki zat anti nutrisi yang terkandung didalamnya.Zat anti
nutrisi pada tepung binahong adalah saponin dan tanin.Menurut Rizal (2006)
kandungan zat antinutrisi pada tepung binahong berupa saponin, tanin dan
Dinding sel yang permeabilitas dapat membantu penyerapan zat pakan.Hal ini
sesuai dengan pendapat Hasiib et al. (2015) bahwa saponin dapat meningkatkan
penyerapan zat pakan karena ssaponin dapat menyebabkan dinding sel bersifat
permeabilitas.
uji organoleptik, uji kontaminan, uji genggam dapat lilihat pada tabel 9. dan berat
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.
bahan pakan dapat berguna dalam mengetahui kualitas dan keaslian bahan pakan
yang digunaka, pengujian bahan pakan meliputi uji orgenoleptik dengan melihat
bentuk, warna, tekstur dan aroma bahan pakan, uji kontaminan dengan melihat
daya apung dan uji genggam dengan melihat bahan pakan setelah digenggam
40
menggumpal atau tidak serta uji berat jenis dimana pada praktikum pada bekatul
dan tepung jagung berat jenisnya dibawah standar, tepung ikan sesuai standard
dan bungkil kedelai diatas standar. Menurut Agus (2007) menyatakan bahwa
Pengujian kualitas bahan pakan dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan
padi dengan bahan pakan yang tidak mengandung nutrient ataupun mengandung
sedikit nutrient. Pencampuran bahan pakan ini dapat mengurangi nilai nutrisi
dalam bahan pakan. menurut Tangendjaja (2007) menyatakan bahwa Bahan pakan
yang tidak mengandung subalan atau bahan pakan asli tidak mengalami
penurunan kandungan nutrient dari pakan yang ditandai dengan warna yang
menyerupai warna asli, bau yang khas, berat jenis yang sesuai standar dan bentuk
bekatul dengan kualitas yang baik atau bekatul asli mempunyai bentuk serbuk
dengan tekstur halus dan berwarna coklat muda, sedangkan bekatul subalan
memiliki tekstur yang lebih kasar serta warna yang lebih gelap dari warna bekatul
asli. Hal ini sesuai dengan pendapat Suci (2013) yang menyatakan bahwa bekatul
asli memiliki tekstur yang halus disebabkan karena bekatul mengalami beberapa
kali proses penggilingan. Bekatul asli menggumpal saat dilakukan uji genggam,
sedangkan bekatul subalan atau bekatul palsu akan pecah bila diuji genggam.
41
Pecahnya bekatul palsu saat dilakukan uji genggam disebabkan karena adanya
penambahan zat lain pada bekatul subalan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bambang (2006) yang menyatakan bahwa uji genggam dapat digunakan sebagai
pengujian kualitas dari bekatul karena bekatul palsu dapat segera diketahui
zat atau substansi lain pada bekatul palsu tersebut. Bekatul asli tenggelam saat
dilakukan uji apung, sedangkan pada bekatul palsu terdapat zat atau substansi
yang mengapung dalam air yaitu sekam padi.Pemalsuan dari bekatul dapat
dilakukan dengan menambahkan sekam padi pada bekatul tersebut sehingga dapat
menyerupai bentuk aslinya.Hal ini sesuai dengan pendapat Agus (2007) yang
berat jenis dari bekatul asli yaitu sebesar 0,38324 gr/ml sedangkan pada bekatul
palsu memiliki berat jenis sebesar 0,36621 gr/ml. Berat jenis dari bekatul yang
telah tergolong normal. Menurut pendapat Dewi dan Purwoko (2005) menyatakan
bahwa berat jenis bekatul berkisar antara 0,3382 sampai dengan 0,3957 gr/ml. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan dari nilai berat jenis antara bekatul asli
dengan bekatul palsu. Penurunan berat jenis dari bekatul palsu menandakan
penambahan zat atau substansi lain kedalam bekatul. Hal ini sesuai dengan
pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa penambahan zat lain seperti
sekam atau dedak pada bekatul dapat menurunkan nilai berat jenis dari bekatul.
42
Jaelani (2007) menyatakan bahwa berat jenis dari bahan pakan dapat dipengaruhi
oleh kandungan nutrisi yang ada dalam pakan serta penyebaran dari zat atau
tepung ikan asli memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan dengan tepung
ikan palsu, berbau khas ikan dan memiliki tekstur yang kasar, sedangkan tepung
ikan palsu memiliki warna yang lebih gelap, bau khas ikan yang tidak terlalu
tercium dan tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan tepung ikan asli. Hal
ini sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa tepung ikan
asli dibuat dari ikan utuh dan tidak mengalami penambahan bahan pakan jenis
dilakukan uji apung. Tenggelamnya tepung ikan palsu saat dilakukan uji apung
disebabkan karena terdapat penambahan bahan pakan lain seperti urea dan tepung
batu bata kedalam tepung ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Huda et al. (2012)
yang menyatakan bahwa pemalsuan kadar protein dari tepung ikan dapat
berat jenis dari tepung ikan asli adalah sebesar 0,54279 gr/ml sedangkan tepung
ikan palsu memiliki berat jenis sebesar 0,4872 gr/ml. Berat jenis dari tepung ikan
yang telah dihitung tergolong normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Latief
(2006) yang menyatakan bahwa berat jenis yang dimiliki tepung ikan rata-rata
43
adalah sebesar 0,25 – 0,5 gr/ml. Penurunan berat jenis dari tepung ikan palsu
disebabkan karena adanya penambahan substansi lain seperti urea, serbuk kayu
dan tepung bata bata kedalam tepung ikan, karena penambahan urea kedalam
tepung ikan dapat memalsukan kadar protein sehingga kadar protein dari tepung
ikan subalan dapat mendekati aslinya. Menurut Huda et al. (2012) yang
memalsukan tepung ikan dapat menurunkan nilai dari berat jenis pada tepung
ikan.
coklat tua dengan tekstur yang agak kasar dan terdapat butir-butir kecil,
sedangkan bekatul palsu berwarna coklat muda dan dengan tekstur yang lebih
halus.Hal ini sesuai dengan pendapat Pujiati (2010) bahwa bungkil kedelai
merupakan hasil sisa dari pembuatan minyak kedelai, bungkil kedelai dengan
kualitas yang baik masih terdapat butir-butir kecil pecahan kedelai dengan tekstur
yang kasar. Uji genggam pada bungkil kedelai menghasilkan bahwa bungkil
kedelai asli akan menggumpal sedangkan bungkil kedelai palsu akan ambyar
palsu tidak sama. Uji apung pada bungkil kedelai diperoleh bahwa bungkil kedelai
pembutan minyak kedelai sehingga berat jenis bungkil lebih kecil dibanding
dengan air sedangkan bungkil kedelai palsu akan tenggelam karena terdapat
44
kontaminan dari bahan lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Zakariah (2012)
bahwa bungkil kedelai dengan kualitas yang baik ditandai dengan mengapungnya
dan dapat meminimalkan pemalsuan bahan pakan. Uji berat jenis bungkil kedelai
asli sebesar 0,70232 gr/ml sedangkan bungkil kedelai palsu sebesar 0,53475
gram/ml. Menurut Zakariah (2012) bahwa berat jenis bungkil kedelai dengan
kualitas yang baik sebesar 0,680 gr/ml. Uji berat jenis bungkil kedelai asli yang
dilakukan tergolong normal sedangkan pada pengujian bungkil kedelai palsu nilai
berat jenis dibawah nilai normal. Rendahnya berat jenis bungkil kedelai palsu
pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yatno (2011) bahwa semakin tinggi berat
jenis maka semakin tinggi pula nilai kerapatan suatu bahan pakan yang
asli memiliki warna kuning oranya, bertekstur kasar, berbentuk serbuk, berbau
khas dan tidak menggumpal saat digenggam sedangkan jagung palsu memiliki
warna kuning oranye tua, bertekstur kasar, memiliki bau yang khas, dan terlihat
ada bagian yang menggumpal dan saat pengujian daya apung jagung asli akan
terlihat tenggelam sedangkan jagung palsu hanya beberapa bagian yang tenggelam
45
dan terdapat beberapa bagian yang mengapung diatas air. Hal ini dikarenakan
bahwa jagung asli tidak dicampur oleh bahan lain sedangkan jagung palsu
dicampur oleh bahan lain seperti janggel jagung, tumpi, dan sekam. Pernyataan ini
didukung oleh pendapat Rahmah (2014) yang menyatakan bahwa jagung asli
dengan kualitas yang baik saat diuji apung akan terlihat tenggelam sedangkan
jagung kualitas yang buruk dan tercampur oleh bahan yang lain akan terlihat
banyak yang mengapung. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Windi (2013)
yang menyatakan bahwa jagung asli ketika diuji genggam akan terlepas dan jika
Diketahui bahwa jagung asli memiliki Berat Jenis 0,68027 lebih besar
dibandingkan jagung palsu yang memiliki berat jenis 0,6121. Semakin besar berat
jenis jagung maka semakin bagus kualitas jagung yang digunakan sedangkan
jagung dengan berat jenis yang lebih rendah menandakan bahwa jagung tersebut
Makfoeld (2006) yang menyatakan bahwa jagung dengan kualitas yang baik akan
berwarna kuning keemasan dan memiliki berat jenis 0,98 gr/ml. Pernyataan ini
penampilan jagung yang buruk akan mempengaruhi berat jenis jagung tersebut.
Berdasarkan tabel 10 diperoleh hasil bahwa gross energy atau energy kotor
merupakan keseluruhan energy dalam bahan pakan atau ransum dan hasil ini
diperoleh dari perhitungan, dimana data yang diperoleh berasal dari pengamatan
energy merupakan energy kotor atau bruto yang jumlah panas dilepaskan akibat
pada MBM atau meat bone meal diperoleh hasil 3506.752 kal/gr/BK, dimana
hasil ini berada pada nilai standar yaitu 3134 – 4706 kal/gr/BK. Menurut pendapat
terkandung dalam MBM atau meat bone meal adalah berkisar 3134 – 4704
kal/gr/BK. Hasil gross energipada MBM dapat tinggi atau rendah karena gross
energy dapat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi didalam bahan pakan. Menurut
pendapat Bahri dan Rusdi (2008) menyatakan bahwa gross energi dapat bernilai
rendah ataupun ataupun tinggi dapat disebabkan kandungan nutrisi dalam bahan
akan seperti serat kasar, lemak dan keseimbangan nutrisi dalam bahan pakan.
47
BAB V
5.1. Simpulan
pakan akan mengurangi kandungan nilai nutrisi pada bahan pakan utama yang
dicampur dan nilai berat jenisnya akan berbeda dari bahan pakan asli.Uji
kontaminan bahan pakan bekatul subalan dicampur dengan sekam padi, jagung
subalan dengan tumpi, sekam dan bungkil kedelai subalan dicampur dengan
serbuk gergaji serta tepung ikan dicampur dengan urea, tepung batu.Berat jenis
pakan bekatul dan tepung ikan sesuai standar, bungkil kedelai diatas standar dan
jagung dibawah standar. Kandungan gross energy meat bone meal sesuai standar
dan dapat tinggi atau rendah bergantung pada kandungan nutrisi seperti
5.2. Saran
akan mengurangi ciri khas dari bahan pakan yang diamati, serta saat pengujian
kualitas bahan pakan, semua lab menggunakan bahan pakan yang berasal dari 1
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S. dan Rusdi. 2008. Evauasi energi metabolis pakan lokal pada ayam
petelur. J. Agroland. 15(1) : 75 – 78.
Darmono. 2007. Penyaku defisiensi mineral pada ternak ruminansia dan upaya
pencegahannya. J. Litbang Pertanian. 26(3) : 104 – 108.
Dewi, C. dan T. Purwoko. 2005. Produksi gula reduksi oleh Rhizopus oryzae dari
substrat bekatul. J. Bioteknologi. 2(1): 21-26.
49
Delvita, H., D. Djamas dan Ramli. 2015. Pengaruh variasi temperatur kalsinasi
terhadap karakteristik Kalsium Karbona (CaCo3) dalam cangkang Keong
Sawah (Pila ampullacea) yang terdapat di Kabupaten Pasaman. J. Pillar
of Physics. 6(1) : 17 – 24.
Fikar, S., dan D. Ruhyadi. 2012. Penggemukan sapi. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Hasiib, E. A., Riyanti dan M. Hartono. 2015. Pengaruh pemberian ekstrak daun
Binahong (Andredera cordifolia)(Ten.) dalam air minum terhadap
performa broiler. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(1) : 14 – 22.
Herdiawan, I., L. Abdullah dan D. Sopandi. 2014. Status nutrisi hijauan pakan
indigofera zollingeriana dan interval pemangkasan. JITV.19(2) : 91 – 103.
Huda, C., Salni dan Milki. 2012. Penampilan aktivitas antibakteri dari bakteri
yang berasosiasi dengan karang lunak Saccophyron sp. J. Maspari. 4(1) :
69 – 76.
Irawan, S., dan N. Sutrisna. 2011. Prosek pengembangan sorgum di jawa barat
mendukung diversifikasi pangan. J. Agroekonomi. 29(2) : 99 – 113.
Jusuf, L., A. M. Mulyati., dan A. H. Sanaba. 2007. Pengaruh dosis pupuk organic
padat daun gamal terhadap tanaman sawi. Jurnal Agrisistem. 3(2): 80-89.
Khalil dan S. Anwar. 2007. Studi komposisi mineral tepung batu bukit Kamang
sebagai bahan baku pakan sumber mineral. J. Media Peternakan. 30(1) :
18 – 25.
Latief, F. 2006. Karakteristik sifat fisik tepung ikan serta tepung daging dan
tulang.Institut Pertanian Bogor. Skripsi Sarjana Peternakan.
Mugiawati, R. E., Suwarno dan N. Hidayat. 2013. Kadar air dan pH silase rumput
gajah pada hari ke – 21 dengan penambahan jenis additive dan bakteri
asam laktat. J. Ilmiah Peternakan. 1(1) : 201 – 207.
Pratama, J. A. 2008. Nilai energy metabolis ransum ayam broiler periode finisher
yang disuplementasi dengan DL-metianin. Fakultas Peternakan. Institute
Pertanian Bogor. [ Skripsi ]
Pujiati, A. 2010.Pengaruh menir kedelai, tepung ikan dan bungkil kelapa sawit
terproteksi terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik dan protein
kasar ransum sapi PO berfistula. Universitas Sebelas Maret, Surakarta
(Skripsi Sarjana Peternakan)
Rahayu, I., T. Sudaryani, dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rahmah, A., Izzati, M., & Parman, S. (2014).Pengaruh pupuk organik cair
berbahan dasar limbah sawi putih (Brassica chinensis L.) terhadap
pertumbuhan tanaman jagung manis. J.Anatomi Fisiologi. 22(1) : 65-71.
Sajimin. 2006. Pemanfaatan tanaman Lamtoro tahan hama kutu loncat untuk
produksi hijauan pakan ternak. J. Animal Production. 8(2): 143-151.
Santa. 2013. Seri Life Skill: Beternak Kalkun. Musi Perkasa Utama. Jakarta.
Sitompul, S. 2004. Analisis asam amino dalam tepung ikan dan bungkil kedelai.J.
Buletin Teknik Pertanian, 9(1), 33-37.
Yatno. 2011. Fraksinasi dan sifat fisiko-kinia bungkil inti sawit. J. Agrinak. 1 (1) :
11 – 16.
Yulianto, P., dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif.
Penebar Swadaya, Depok.
Zailzar, L., Sujono, Suyatno dan A. Yani. 2011. Peningkatan kualitas dan
ketersediaan pakan untuk mengatasi kesulitan di musim kemarau pada
kelompok peternak sapi perah. J. Dedikasi. 8(5) : 15 – 28.
54
LAMPIRAN
( BW+BS ) -BW
Bekatul Asli :
100
( 102.506 ) -64.182
:
100
38.324
:
100
: 0.3824
Bekatul Subalan :
( BW+BS ) -BW
100
( 100.806 ) -64.185
:
100
36.621
:
100
55
: 0.36621
( BW+BS ) -BW
Tepung Ikan Asli :
100
Lampiran 1. Perhitungan Berat Jenis (lanjutan)
( 118.462 ) -64.183
:
100
54.279
:
100
: 0.54279
( BW+BS ) -BW
Tepung Ikan Subalan :
100
( 112.304 ) -64.184
:
100
48.720
:
100
: 0.48720
( BW+BS ) -BW
Bungkil Kedelai Asli :
100
( 134.417 ) -64.184
:
100
70.233
:
100
: 0.70233
( BW+BS ) -BW
Bungkil Kedelai Subalan :
100
56
( 117.661 ) -64.186
:
100
53.475
:
100
: 0.53475
( BW+BS ) -BW
Jagung Asli :
100
( 132.212 ) -64.185
:
100
68.027
:
100
: 0.68027
Jagung Subalan :
( BW+BS ) -BW
100
:
( 123.395 ) -64.185
100
61.210
:
100
: 0.6121
57
58
Diketahui :
( t.w ) -e1-e2
Kalor =
m
e2 = titrasi x 1
= 1.1 x 1
= 1.1 kal
( Ta-Tawal )
r1 =
5
( 27.14-27.06 )
=
5
= 0.016 oC/menit
( Takhir - Tc )
r2 =
5
( 28.78 - 28.62 )
=
5
= 0.032 oC/menit
tb = ta + 60 % (tc - ta)
= 27.14 + 60 % ( 28.62 – 27.14)
= 27.14 + 0.888
= 28.028
( Tc-Suhu bawah )
b = menit 1 + ( menit 2 – menit 1 )
( Suhu atas-Suhu bawah )
( 28.62-27.94 )
= 6.00 + ( 6.15 – 6.00)
( 28.12-27.94 )
0.68
= 6.00 + 0.15
0.18
= 6.00 + 0.567
60
= 6.567
61
= 1.381 oC
Maka,
( t.w ) -e1-e2
Kalori =
m
( 3404.952 ) -11.25
=
1.0395
3393.702
=
1.0395
= 3264.744 kal/gr
100
= xkadar GE
BK
100
= x 3264.744
93.0988
= 3506.752 kal/BK/gr