Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bahan pakan merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang

kehidupan ternak.Ternak dapat tumbuh dengan optimal apabila pemberian pakan

yang tepat, Namun di Indonesia banyak peternak memberi pakan yang tidak

sesuai pada ternak sehingga pertumbuhan ternak kurang optimal.Identifikasi

bahan pakan sangat perlu dilakukan karena dapat mengetahui kandungan dan

pemberian pakan yang tepat bagi ternak.Bahan pakan memiliki beberapa

klasifikasi seperti bahan pakan menurut Internasional, kelaziman, asal, dan zat

gizi. Bahan pakan secara international terdiri 8 sumber, meliputi hijauan kering,

pasture, silase, sumber energy, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin

dan zat aditif.

Pengujian kualitas bahan pakan merupakan metode yang dilakukan untuk

mencegah kesalahan dalam pemberian pakan pada ternak. Pengujian bahan pakan

penting dilakukan untuk mendeteksi adanya campuran bahan lain yang akan

menurunkan kualitas bahan pakan utama. Pengujian dapat dilakukan dengan

beberapa metode, seperti uji kontaminan atau daya apung, uji genggam dan uji

berat jenis.Bahan pakan yang baik memiliki bau dan rasa sesuai aslinya, bebas

kutu dan insekta serta bebas dari pemalsuan, seperti penambahan sekam pada

bekatul yang menurukan kualitas bahan pakan.

Gross energy merupakan keseluruhan energy yang terkandung dalam

bahan pakan atau ransum.Gross energy atau energy kotor ini masih terdapat
2

kandungan nutrient yang tidak dapat dicerna baik dari bahan pakan protein

maupun hewani.Energy dalam pakan sangat penting untuk aktivitas ternak dan

dapat digunakan untuk memproduksi panas tubuh.Tingginya karbohidrat

menentukan besaran gross energy ang dihasilkan pada bahan pakan atau

ransum.Gross energy dalam bahan pakan dapat diketahui melalui alat

bombkalorimeter. Bombkalorimeter akan membakar secara sempurna dengan

oksigen yang akan menghasilkan sejumlah panas yang diproduksi.

Praktikum dengan materi identifikasi bahan pakan bertujuan untuk

mengetahui kandungan nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan dan macam

bahan pakan menurut sumbernya dan manfaatnya adalah memberi informasi dan

dapat menggunakan bahan pakan yang tepat dalam penyusunan ransum.Praktikum

dengan materi pengujian bahan pakan bertujuan untuk mengetahui bahan pakan

asli atau tidak dengan melalui uji kontaminan, genggam dan berat jenis serta

manfaatnya adalah mahasiswa dapat membedakan antara bahan pakan asli dengan

subalan.Praktikum dengan materi pengukuran gross energy bertujuan untuk

mengetahui kandungan gross energy dalam bahan pakan dan praktikan mampu

melakukan pengukuran gross energy menggunakan bomb kalorimeter dan

manfaat dari praktikum ini adalah dapat melakukan pengukuran gross energy dan

dapat mengetahui nilai gross energy bahan pakan yang diuji.


3
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Identifikasi Bahan Pakan secara Internasional

Identifikasi merupakan proses menempatkan individu atau objek dalam

kelompok tertentu (Wahyudiet al. 2008). Identifikasi bahan pakan secara

internasional meliputi hijauan kering, pasture, silase, sumber energi, sumber

protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan aditif (Pujaningsih, 2007).

2.1.1. Hijauan Kering

Hijauan kering adalah semua jenis jerami tanaman dan hijauan segar yang

telah dipotong dan dikeringkan agar pakan dapat lebih tahan lama jika disimpan

(Fikar dan Ruhyadi, 2012). Jenis-jenis tanaman yang termasuk dalam hijauan

kering diantaranya limbah pertanian, seperti jerami padi, hay pucuk tebu, dan

jerami jagung (Yulianto dan Saparinto, 2010).Hijauan kering merupakan hijauan

yang diawetkan dengan cara dikeringkan dan mengandung serat kasar yang

umumnya lebih dari 18 % (Dewantara, 2013).

2.1.2. Hijauan Segar

Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak

dalam keadaan segar tanpa melalui proses teknologi, baik yang dipotong terlebih

dahulu atau yang langsung dimakan ternak (Fikar dan Ruhyadi, 2012). Contoh
5

hijauan segar antara lain rumput, leguminosa, dan tanaman-tanaman lainnya

(Pujaningsih, 2007). Hijauan segar merupakan bahan pakan yang langsung

dicampur dalam pakan ternak dalam keadaan masih segar, dimana hijauan segar

mengandung kadar air kurang lebih 90 % (Widodo, 2002).

2.1.3. Silase

Silase merupakan bahan pakan yang diawetkan dengan cara aerob ataupun

anaerob dalam proses fermentasi, dimana karbohidrat bahan pakan akan dirombak

menjadi asam karbonat, air, alkohol, asam organik oleh aktivitas enzim dan

bakteri dan hasil silase masih dalam keadaan segar dan mempunyai gizi cukup

tinggi (Widodo, 2002). Bahan pakan yang dapat diproses menjadi silase adalah

salah satunya bahan pakan hijauan seperti padi, jagung, rumput gajah, setaria,

rumput raja, lamtoro dan gamal (Rahmansyah et al., 2013). Kadar air dan pH

merupakan alat ukur untuk menentukan baik ada gagalnya proses fermentasi

bahan pakan dan yang mempengaruhi hasil silase adalah bakteri asam laktat dan

kandungan nutrisi bahan pakan (Mugiawatiet al., 2013).

2.1.5. Sumber Energi

Bahan pakan sumber energy adalah bahan pakan yang memiliki

kandungan protein kurang dari 20 % dan serat kasar kurang dari 18 % serta

kandungan energinya yang tinggi, dan contoh bahan pakan sumber energy dapat

berasal dari biji-bijian, limbah penggilingan, buah-buahan dan akar-akaran serta

umbi-umbian (Widodo, 2002). Besar kecilnya kandungan energy dala suatu


6

bahan pakan dapat dipengaruhi oleh karbohidrat, serat kasar dan BETN yang akan

mempengaruhi energi dalam pakan (Hidayat, 2009).

2.1.5. Sumber Protein

Bahan Pakan Sumber Protein merupakan bahan pakan yang mempunyai

kandungan protein lebih dari 20% didalamnya.Bahan pakan sumber protein baik

didapatkan dari tanaman pakan maupun limbah hasil produksi hewani (Setyo et.

al, 2013).Protein dalam pakan dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah yang banyak

karena dibutuhkan untuk pertumbuhan untuk regenerasi jaringan

ternak.Banyaknya protein dalam ransum mempengaruhi penampilan tubuh dari

ternak (Santa, 2013). Bahan Pakan Sumber Protein yang berasal dari hewani dapat

berupa tepung meat bone meal (MBM) dan tepung bulu sedangkan bahan pakan

sumber protein dari tanaman dapa berupa bungkil kedelai, CGM, dan bungkil

kelapa (Tamalludin, 2014).

2.1.6. Sumber Vitamin

Bahan Pakan Sumber Vitamin merupakan bahan pakan yang mengandung

beberapa jenis vitamin didalamnya dalam jumlah sedikit. Vitamin dibutuhkan oleh

ternak dalam jumlah sedikit untuk memperbaiki sel maupun jaringan yang rusak

dan juga sebagai koenzim atau regulator metabolisme (Rahayu et. al, 2011).

Vitamin terbagi menjadi 2 jenis yaitu vitamin larut dalam air dan vitamin larut

dalam lemak.Vitamin larut dalam air yaitu A, D, E dan K sedangkan vitamin larut

dalam lemak yaitu B dan C (Sudarmono, 2007).Bahan pakan sumber vitamin


7

salah satunya adalah vita chick, dimana vita chick merupakan suplemen

penambah vitamin yang digunakan untuk ternak ayam untuk memperkuat daya

imunitas ternak ayam (Raharji et al, 2015).

2.1.7. Sumber Mineral

Bahan Pakan dapat dikatakan sebagai sumber mineral apabila dalam

bahan pakan mengandung mineral lebih dari 20% yang diperlukan oleh ternak

(Subekti, 2009). Mineral yang terkandung didalam pakan digunakan untuk proses

fisiologis ternak dan juga untuk aktivitas hormon dalam tubuh (Darmono, 2007).

Mineral yang terkandung dalam bahan pakan berupa mineral Zn, Se, Ca dan P

(Jaelani, 2007).Tepung batu sebagai sumber mineral mengandung Ca, Besi (Fe),

Fosfor (P) dan Magnesium (Mg) (Khalil dan Anwar, 2007). Kalsium karbonat

(CaCo3) mengandung kalsium 40,4%, 12% karbon dan oksigen sebesar 47,96%

(Delvita et al., 2015).

2.1.8. Zat Aditif

Feed additive merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan oleh

ternak yang berfungsi sebagai pakan pelengkap yang bukan termasuk bahan pakan

(Faisal dan Agusnar, 2006). Pemakaian zat aditif dalam pakan bertujuan untuk

meningkatkan nilai gizi ransum dan meningkatkan nilai nutrisi khususnya pada

bahan pakan dengan kualitas yang rendah (Polii et al., 2015). Tepung binahong

mengandung PK 19,09%, LK 3,38% dan energi 2192 kkal/kg yang berpotensi

sebagai feedadditive sebagai ransum tambahan (Muiz, 2016). Tepung binahong


8

mengandung zat anti nutrisi berupa saponin, tanin dan flavonoid (Rizal, 2006).

Saponin berfungsi dalam proses pencernaan yang dapat meningkatkan

permeabelitas dinding sel sehingga dapat meningkatkan penyerapan zat pakan

(Hasiib et al.,2015).

2.2 Pengujian Kualitas Bahan Pakan

Pengujian kualitas bahan pakan dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas

bahan pakan.Kontaminan yang biasa digunakan kedalam bahan pakan biasanya

mengandung campuran antara bahan pakan mengandung nutrient seperti dedak

padi dengan bahan pakan yang tidak mengandung nutrient ataupun mengandung

sedikit nutrient seperti tepung batu bata, serbuk gergaji, sekam, bonggol dan

ampok jagung (Agus, 2007).Tujuan dari pencampuran jenis-jenis bahan pakan

tersebut adalah untuk dapat menyerupai pakan asli.Penaambahan bahan subalan

dalam pakan menyebabkan terjadinya perbedaan yang meliputi perbedaan warna

pakan, bentuk pakan serta tekstur serta berat jenis dari pakan (Retnani et al.

2014).Bahan pakan yang tidak mengandung subalan atau bahan pakan asli tidak

mengalami penurunan kandungan nutrient dari pakan yang ditandai dengan warna

yang menyerupai warna asli, bau yang khas, berat jenis yang sesuai standar dan

bentuk serta tekstur yang menyerupai aslinya (Tangendjadja, 2007).

2.2.1 Kontaminan Bahan Pakan

Kontaminan yang biasa digunakan kedalam bahan pakan biasanya

mengandung campuran antara bahan pakan mengandung nutrient seperti dedak


9

padi dengan bahan pakan yang tidak mengandung nutrient ataupun mengandung

sedikit nutrient seperti tepung batu bata, serbuk gergaji, sekam, bonggol dan

ampok jagung (Agus, 2007).Tujuan dari pencampuran jenis-jenis bahan pakan

tersebut adalah untuk dapat menyerupai pakan asli. Penaambahan bahan subalan

dalam pakan menyebabkan terjadinya perbedaan yang meliputi perbedaan warna

pakan, bentuk pakan serta tekstur dari pakan (Retnani et al. 2014) .Bahan pakan

yang tidak mengandung subalan atau bahan pakan asli tidak mengalami

penurunan kandungan nutrient dari pakan yang ditandai dengan warna yang

menyerupai warna asli, bau yang khas dan bentuk serta tekstur yang menyerupai

aslinya (Tangendjadja, 2007).

2.2.2 Uji Berat Jenis

Penambahan zat lain seperti sekam dapat menurunkan nilai berat jenis dari

suatu bahan pakan (Yaman, 2010). Berat jenis bahan pakan dapat dipengaruhi

oleh kandungan nutrisi dan penyebaran zat atau substansi campuran sehingga

berat jenis dari bahan pakan tersebut dapat menandakan kualitas bahan pakan

(Jaelani, 2007). Berat jenis pada tepung ikan berkisar antara 0,25 – 0,5 gr/ml

(Huda et al., 2012).

2.2.3 Gross Energi

Gross energy merupakan energy kotor atau bruto yang jumlah panas

dilepaskan akibat zat yang mengalami oksidasi sempurna menjadi CO 2 dan H2O

dalam bombkalorimeter dengan tekanan 25 – 30 atmosfer (Pratama, 2008). Gross


10

energy dalam bahan pakan tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh ternak karena

kandungan nutrisi dalam bahan pakan tidak semuanya dapat dicerna dan masih

ada dalam feses (energy feses) (Purbowati et al,, 2008). Gross energy dapat

bernilai rendah ataupun ataupun tinggi dapat disebabkan kandungan nutrisi dalam

bahan akan seperti serat kasar, lemak dan keseimbangan nutrisi dalam bahan

pakan (Bahri dan Rusdi, 2008). Bahan pakan meat bone meal (MBM) merupakan

bahan pakan sumber protein yang baik untuk ternak yang memiliki kandungan

gross energi dalam MBM sebesar 3134 – 4704 kal/gr/BK (Castilho et al., 2015).

Sapi yang diberi pakan meat bone meal memiliki resiko terkena penyakit sapi gila

karena pakan dengan daging yang mengandung penyakit sai gila dapat

menyebabkan penyakit sapi gila pada ternak sehat (Bahri et al., 2005).
11

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dengan materi

Identifikasi Bahan Pakan dilaksanakan pada Kamis, 3 November 2016 pukul

11.00 – 13.00 WIB, Jumat 4 November 2016 pukul 07.00 – 09.00 WIB dan Senin

7 November 2016 pukul 13.00 – 15.00 WIB.Praktikum dengan materi Pengujian

Kualitas Bahan Pakan dilaksanakan pada hari Kamis, 10 November 2016 pukul

11.00 – 13.00 WIB.Praktikum dengan materi Pengukuran Gross Energi

dilaksanalan pada hari Kamis, 17 November 2016 pukul 14.00 – 17.00 WIB, di

Lboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian

Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Materi yang digunakan dalam identifikasi bahan pakan adalah rumput

rumput raja, klobot jagung, rumput lapang, rumput raja, tebon jagung, jerami

padi, daun mimba, lamtoro, centro, gamal, kulit kopi, wheat bran, tumpi, janggel

jagung, Corn Gluten Feed (CGF), dedak padi, pollard, millet merah, jagung,

limbah roti, kerak pati, sorgum, kulit kacang asin, bekatul, makroni, ampok

jagung, jewawut, onggok, bungkil kopra, bungkil klentheng, pelet hipro, tepung

ikan, bungkil sawit, DDGS (Destiller Dried Green with Soluble), MBM (Meat

Bone Meal), bungkil kedelai, bungkil kapuk, tepung batu, CaCo3, tepung tulang
12

ikan, garam, biji batu, Vitmin-R, molses, Fe 2O3, vitachicks, daun kelor, tepung

umbi dahlia, urea dan tepung binahong.

Materi praktikum pengujian kualitas bahan pakan meliputi alat dan

bahan.bahan yang digunakan adalah bekatul asli dan palsu, tepung ikan asli dan

palsu, bungkil kedelai asli dan palsu, jagung asli dan palsu dan air mineral. Alat

yang digunakan dalam prakikum adalah gelas ukur 100 ml dan 200 ml, timbangan

analitik dan kuas.

Materi praktikum pengukuran Gross Energy meliputi alat dan bahan.Bahan

yang digunakan adalah MBM (Meat Bone Meal), sodim karbonat, aquades dan

metil red. Alat yang digunakan dalam praktikum adalah bombkalorimeter, peleret,

loop pipet dan timbangan analitik.

3.2. Metode

Metode yang digunakan dalam identifikasi bahan pakan adalah dengan

mengamati bahan pakan secara organoleptik dan kemudian mengelompokkan

bahan pakan tersebut secara internasional, kelaziman dan juga mencatat

kandungan nutrisi maupun kandungan antinutrisi yang terkandung dalam bahan

pakan tersebut.

Metode yang digunakan pada pengujian kualitas bahan pakan adalah

dengan secara organoleptik, uji genggam, uji kontaminan dan berat jenis.Uji

organoleptic dengan melakukan pengamatan keadaan bahan pakan, meliputi

warna dan tekstur. Pengujian bahan pakan pada uji genggam dengan cara

menggenggam bahan pakan kemudian mengamati bahan pakan menggumpal atau


13

tidak. Uji kontaminan dengan melakukan uji apung dengan cara menuangkan

bahan pakan pada gelas ukur yang telah berisi air dan kemudian diamati bahan

yang mengapung dan bahan yang tenggelam di air. Uji berat jenis dengan cara

menimbang terlebih dahulu gelas beker menggunakan timbangan, memasukkan

sampel kedalam gelas beker sampai penuh hingga tidak terdapat rongga udara

pada gelas beker. Gelas beker yang telah terisi sampel kemudian menimbang

kembali. Berat jenis dapat diperoleh dengan menggunakan perhitungan

melaluirumus :

(berat sampel + wadah ) – berat wadah


Berat Jenis (gr/l) =
volume wadah

Metode yang dilakukan dalam perhitungan Gross Energi (GE) yaitu

dilakukan dengan menghitung total energi yang terkandung dalam MBM (Meat

Bone Meal). Menimbang sampel menggunakan timbangan kemudian sampel

dimasukkan kedalam peleret.Sampel yang telah dipeleret kemudian menimbang

kembali.Memotong kawat nikelin sepanjang 10 cm kemudian memasang dalam

bombhead bommbkalorimeter.Mengisi bombhead dengan aquades sebanyak 1 ml

dan oksigen dengan tekanan 25 atm dan mengisi oval bucket dengan aquades

sebanyak 2 liter dengan suhu 26 0C. Memasukkan bombhead kedalam oval bucket

dan ditutup, kemudian menyalakan motor pengaduk dan setiap 1 menit selama 5

menit suhu yang nampak pada termometer dan mencatat suhunya, setelah 5 menit

tombol pembakar ditekan dan setiap 15 detik mengamati suhu dan mencatat suhu

hingga suhu konstan. Setiap kenaikan satu menit selama 5 menit setelah suhu

konstan suhu dicatat kemudian motor pengaduk dimatikan. Mengeluarkan

bombhead dari oval bucket dan mengeluarkan gas yang berada di dalam oval
14

bucked, kemudian menuangkan air yang berada dalam bombhead kedalam beker

glass yang kemudian menitrasi dengan menggunakan sodium karbonat.

Banyaknya sodium karbonat yang digunakan dalam untuk mengubah warna

merah menjadi kuning dicatat. Perhitungan kalori dapat menggunakan rumus

sebagai berikut :

(t – w) – e1 – e2
Kalori =
m
Keterangan :
t = tc – ta - r1 (b – a) – r2(c – b)
w = ketetapan standart benzoat 2465,57 kal/0C
e1 = cm kawat terbakar x 2,3 kal
e2 = ml titrasi sodium carbonat x 1 kal
15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Bahan Pakan

Identifikasi merupakan proses mengamati suatau objek dmana pada

identifikasi bahan pakan merupakan suatu pengamatan terhadap bentuk,

kandungan nutrisi yang akan dipisahkan menurut karakteristiknya. Menurut

Wahyudi et al. (2008) menyatakan bahwa identifikasi merupakan proses

menenmpatkan idividu atau objek dalam kelompok tertentu.Bahan pakan dapat

diklasifikasikan menurut standar Internasional, seperti hay, pasture, silase dan

sumber energy. Menurut Pujaningsih (2007) menyatakan bahwa identifikasi bahan

pakan secara internasional meliputi hijauan kering, pasture, silase, sumber energi,

sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan aditif.

4.1.1. Hijauan Kering

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil hijauan

kering, sebagai berikut :

Tabel 1. Bahan Pakan Hijauan Kering


Bahan Kandungan Secara Anti-
No Organoleptik Kelaziman
Pakan Nutrisi (%) Internasional nutrisi
1. Rumput Bentuk : Panjang KA : 28 Hijauan Lazim -
raja Tekstur : Keras PK : 12,6 kering
Warna:Coklat muda LK : 5
Bau : Khas SK : 39,08
TDN: 67,05
Ca : 0,03
16

2 Klobot Bentuk :Potongan KA : 35


jagung Tekstur : Kasar PK : 3,5
Warna :Kekuningan LK : 1,2
Hijauan
Bau : Khas SK : 32,86 Lazim -
kering
TDN : 42
Ca : 0,05

3 Tebon Bentuk : Potongan KA :


jagung Tekstur : Kasar PK :
Warna : Hijau LK :
Hijauan
Bau : Khas SK : Lazim -
kering
Energi :
Ca :

4 Rumput Bentuk : Serabut KA: 22


lapang Tekstur : Kasar PK : 4,6
Warna : Hijautua LK : 1,4
Hijauan
Bau : Khas SK : 32,8 Lazim -
kering
TDN : 42
Ca : 0,05

5 Jerami Bentuk :potongan KA: 68,13


padi Tekstur : Kasar PK : 5,21
Warna : Kekunigan LK : 1,17 Hijauan
Lazim -
Bau : Khas SK : 26,77 kering
TDN : 52
Ca :
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil bahwa beberapa bahan pakan yang

termasuk dalam hijauan kering anatara lain tebon jagung, rumput lapang, rumput

raja, klobot jagung, dan jerami padi. Bahan pakan hijauan kering merupakan

hijauan yang telah diproses dengan cara dikeringkan agar dapat disimpan dalam

jangka waktu lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Fikar dan Ruhyadi (2012)

yang menyatakan bahwa hijauan kering merupakanhijauan yang telah dikeringkan

agar dapat disimpan lebih lama.Menurut pendapat Yulianto dan Saparinto (2010)

yang menyatakan bahwa jerami padi, jerami jagung, dan pucuk tebu merupakan

bahan pakan yang termasuk dalam hijauan kering.Bahan pakan hijau kering
17

memiliki kandungan serat lebih besar dari 18 %.Menurut Dewantara (2013)

menyatakan bahwa hijauan kering merupakan hijauan yang diawetkan dengan

cara dikeringkan dan mengandung serat kasar yang umumnya lebih dari 18 %

dengan kadar air 15 – 20 %.

Rumput raja memiliki ciri-ciri bentuk panjang, tekstur keras, warna coklat

muda, dan bau khas. Rumput raja memiliki kandungan KA 28%, PK 12,6%, LK

5%, SK 39,08%, Energi 67,05%, dan Ca 0,03%. Klobot jagung memiliki bentuk

potongan, tekstur kasar, berwarna kekuningan, dan memiliki bau yang khas.

Klobot jagung memiliki kandungan KA 35%, PK 3,5%, LK 1,2%, SK 32,8%,

Energi 42%, dan Ca 0,05%. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan et al. (2003)

yang menyatakan bahwa klobot jagung memiliki kandungan PK 3,4%, LK 2,5%,

SK 23,2%. Tebon jagung memilki bentuk potongan, bertekstur kasar, warna hijau

kekuningan dan memiliki bau khas jagung.Rumput lapang berbentuk serabut,

tekstur kasar, berwarna hijau tua, dan memiliki bau yang khas. Rumput lapang

memiliki kandungan KA 22%, PK 4,6%, LK 1,4%, SK 32,88%, Energi 42%, dan

Ca 0,05%. Jerami padi memiliki ciri berbentuk potongan, tekstur kasar, berwarna

kekuningan, dan memilki bau yang khas. Jerami padi memiliki kandungan KA

68,13%, PK 5,21%, LK 1,17%, SK 26,77%, Energi 52%. Hal ini sesuai dengan

pendapat Hariyadi (2013) yang menyatakan bahwa kandungan protein kasar

jerami padi antara 2-6% dan energi 40-48%.

Jerami padi bahan pakan yang mengandung antinutrisi yaitu asam fitat.Hal

ini sesuai dengan pendapat Bujung et al. (2015) yang menyatakan bahwa jerami

padi mengandung zat antinutrisi berupa asam fitat.Asam fitat dapat menyebabkan
18

kurangnya ketersediaan mineral dalam ransum ternak.Klobot jagung mengandung

zat antinutrisi yaitu tannin.Hal ini sesuai dengan pendapat Prasiddha et al. (2016)

yang menyatakan bahwa di dalam klobot jagung terdapat senyawa antinutrisi

yaitu tannin.Kandungan tannin yang terkandung dalam bahan pakan dapat

menghambat pertumbuhan enzim atau mikroorganisme dalam saluran pencernaan

rumen.

4.1.2. Hijauan Segar

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil hijauan segar,

sebagai berikut :

Tabel 2. Bahan Pakan Hijauan Segar


Bahan Kandungan Secara Anti-
No Organoleptik Kelaziman
Pakan Nutrisi (%) Internasional nutrisi
1 Centro Bentuk : Panjang KA : 80
Tekstur : Kasar PK : 4,9
Warna : Hijau LK : 0,7
Hijauan
Bau : Khas SK : 6,1 Lazim -
segar
TDN : 13
Ca : 0,02

2 Lamtoro Bentuk : Utuh KA : 72


Tekstur : Keras PK : 8
Warna : Hijau LK : 1,1
Hijauan
Bau : Khas SK : 4,1 Lazim Mimosin
segar
TDN : 23
Ca : 0,04

3 Gamal Bentuk : Utuh KA : 75


Tekstur : Kasar PK : 6,4
Warna : Hijau LK : 1
Hijauan
Bau : Khas SK : 3,3 Lazim Tannin
segar
TDN : 19
Ca : 0,15

4 Daun Bentuk : Utuh KA: 13,55 Hijauan Lazim -


Mimba Tekstur : Halus PK : 20,52 segar
19

Warna : Hijau LK : 1,05


Bau : Tidak berbau SK : 57,5
TDN : 55,85
Ca : 0,52
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.

Hijauan segar merupakan bahan pakan yang diberikan kepada ternak

dalam kondisi yang masih segar, hijauan segar meliputi centro, lamtoro, gamal

dan daun mimba. Hal ini sesuai dengan pendapat Fikar dan Ruhyadi (2012) yang

menyatakan bahwa hijauan segar diberikan kepada ternak dalam kondisi masih

segar dan tanpa diproses menggunakan teknologi. Hijauan segar mengandung

kadar air sekitar 90 %. Hal ini sesuai pendapat Widodo (2002) yang menyatakan

bahwa hijauan segar merupakan hijauan yang langsung dicampur dalam

pakandengan keadaan masih segar dan mengandung kadar air kurang lebih 90 %.

Centro memiliki ciri-ciri bentuk panjang, tekstur kasar, berwarna hijau,

dan tidak berbau.Centro merupakan salah satu bahan pakan yang lazim diberikan

pada ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansur dan Ariani (2013) yang

menyatakan bahwa centro termasuk dalam bahan pakan konvensional atau bahan

pakan yang lazim diberikan pada ternak Centro memiliki kandungan kadar air

80%, PK 4,9%, LK 0,7%, SK 6,1%, Energi 13% dan Ca 0,02%. Lamtoro

memiliki bentuk utuh, tekstur keras, berwarna hijau, dan memiliki bau khas daun.

Lamtoro memiliki kandungan KA 72%, PK 8%, LK 1,1%, SK 4,1%, Energi 23%,

dan Ca 0,04%. Lamtoro termasuk dalam bahan pakan konvensiaonal yang berarti

lazim digunakan sebagai pakan ternak.Hal ini sesuai dengan pendapat Indariyanti

dan Akbarillah et al. (2010) yang menyatakan bahwa lamtoro adalah salah satu

pakan yang lazim diberikan pada ternak.Gamal memiliki cirri berbentuk utuh,
20

tekstur kasar, berwarna hijau, dan bau khas daun. Gamal memiliki kandungan KA

75%, PK 6,4%, LK 1%, SK 3,3%, Energi 19%, dan Ca 0,15%. Daun mimba

memilikki bentuk utuh, tekstur halus, warna hijau, dan tidak berbau. Daun mimba

memiliki kandungan KA 13,55%, PK 20,52%, LK 1,05%, SK 57,5%, Energi

55,82%, dan Ca 0,52%.

Lamtoro memilki kandungan antinutrisi yaitu asam mimosin.Hal ini sesuai

dengan pendapat Sajimin (2006) yang menyatakan bahwa lamtoro mengandung

zat antinutrisi berupa mimosin.Daun gamal mengandung antinutrisi berupa

tannin.Hal ini sesuai dengan pendapat Jusuf et al. (2007) yang menyatakan bahwa

salah satu senyawa yng terkandung dalam daun gamal adalah tannin.Kandungan

tannin yang terdapat dalam bahan pakan dapat menyebabkan penghambat

pertumbuhan enzim atau mikroorganisme dalam saluran pencernaan bagian

rumen.

4.1.3. Silase

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil silase, sebagai

berikut :

Tabel 3. Silase
Kandungan
No Bahan Pakan Organoleptik Kelaziman Antinutrisi
Nutrisi
1. Rumput Bentuk : potongan KA : 13.52
Gajah Tekstur : kasar PK : 15.11
Warna : hijau LK : 0.41
Bau : khas SK : 45.28 Lazim -
TDN : 81
Ca : 0.62
P : 0.74
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.
21

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa yang

termasuk silase adalah silase rumput gajah, dimana silase merupakan bahan pakan

yang diawetkan dengan proses fermentasi baik secara anaerob ataupun aerob

menggunakan bantuan mikroba yang akan menghasilkan bahan pakan yang

memiliki pH asam. Menurut Widodo (2002) menyatakan bahwa silase merupakan

bahan pakan yang diawetkan dengan cara aerob ataupun anaerob dalam proses

fermentasi, dimana karbohidrat bahan pakan akan dirombak menjadi asam

karbonat, air, alkohol, asam organik oleh aktivitas enzim dan bakteri.Hampir

semua bahan pakan hijauan dapat dibuat silase, seperti rumput gajah, rumput raja,

padi dan setaria.Menurut Rahmansyah et al. (2013) menyatakan bahwa bahan

pakan yang dapat diproses menjadi silase adalah salah satunya bahan pakan

hijauan seperti padi, jagung, rumput gajah, setaria, rumput raja, lamtoro dan

gamal.

Silase rumput gajah yang dipraktikumkan memiliki kandungan protein

15.11, lemak 0.41, serat kasar 45.28, TDN 81, Ca 0.62 dan P 0.74 dimana silase

rumput gajah ini lazim digunakan sebagai pakan ternak dan rumput gajah mudah

ditanam. Menurut pendapat Zailzar et al. (2011) menyatakan bahwa rumput raja,

rumput gajah, setaria dan rumput benggala merupakan bahan pakan yang lazim

digunakan sebagai pakan ternak baik diberikan secara langsung, dibuat hay

ataupun silase. Silase rumput gajah ini berguna untuk cadangan makanan saat

musim kemarau, dimana susah untuk mencari rumput. Menurut Wina (2005)

menyatakan bahwa silase merupakan proses yan berguna untuk mengawetkan

pakan untuk cadangan makanan saat musim panas ataupun dingin.


22

Rumput gajah memiliki kandungan zat anti nutrisi tannin, dimana bila di

konsumsi secara berlebihan akan bersifat toxin yang akan mengganggu kesehatan

ternak. Menurut Herdiawan et al. (2014) menyatakan bahwa bahan pakan hijauan

khususnya bagian daun rata-rata memiliki kandungan zat anti nutrisi yaitu

tannin.Fermentasi bahan pakan merupakan salah satu langkah untuk menurunkan

kandungan zat anti nutrisi dalam bahan pakan. Menurut Novianty (2014)

menyatakan bahwa fermentasi merupakan proses yang dapat meningkatkan zat

gizi dan menurunkan zat anti nutrisi dalam bahan pakan dan juga berguna untuk

pengawetan.

4.1.4. Sumber Energi

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sumber

energi, sebagai berikut :

Tabel 4. Sumber Energi


No Bahan Pakan Organoleptik Kandungan Kelaziman Anti
Nutrisi Nutrisi
1 Kerak pati Bentuk : butiran KA : 16.28 Tidak lazim Asam
Tekstur : kasar PK : 2.5 fitat
Warna : putih LK : 8.42
Bau : beras SK : 10.82 Tanin
E : 2200
Ca : 0.08
P : 0.1

2 Sorghum Bentuk : butiran KA :8.38 Lazim Tanin


Tekstur : halus PK : 7.48
Warna : putih LK : 2.59
Bau : - SK : 10.72
E : 2232
Ca : 0.04
P : 0.12
23

3 Onggok Bentuk : butiran KA : 13.9 Lazim Sianida


Tekstur : kasar PK : 7.4
Warna : coklat LK : 2.2
Bau : tengik SK : 9.42
E : 2500
Ca : 0.12
P : 0.1

4 Jewawut Bentuk : butiran KA : 12.05 Lazim Asam


Tekstur : halus PK : 8.5 fitat
Warna : kekuningan LK : 3.84
Bau : khas SK : 9.42
E: 2550
Ca : 0.08
P : 0.12

5 Kulit kacang Bentuk : serbuk KA : 12.3 Tidak lazim Asam


asin Tekstur : kasar PK : 5.77 oksalat
Warna : coklat LK : 2.51
Bau : asin SK :73.37 Asam
TDN : 31.7 fitat
Ca : 0.05
P : 0.6 Tanin

6 Bekatul Bentuk : bubuk KA : 10.99 Lazim Asam


Tekstur : halus PK : 11.15 fitat
Warna : keputihan LK : 2.22
Bau : harum SK : 10.62
E : 2350
Ca : 0.45
P : 0.85
7 Wheat bran Bentuk : bubuk KA : 10.43 Lazim Asam
gandum Tekstur : kasar PK : 16.41 fitat
Warna : coklat LK : 4
Bau : khas SK : 5.86
TDN : 78.85
Ca : 0.75
P : 0.6

8 Kulit kopi Bentuk : serbuk KA : 8.23 Tidak lazim Tanin


Tekstur : kasar PK : 11.17
Warna : coklat LK : 2.5
Bau : kopi SK : 21.74
TDN : 57.2
Ca : 0.65
24

P : 0.8

9 Janggel jagung Bentuk : bongkahan KA : 23.39 Tidak lazim Asam


Tekstur : kasar PK : 5.62 fitat
Warna : kekuningan LK : 1.58
Bau : jagung SK : 25.25 Tannin
TDN : 53.07
Ca : 0.5
P : 0.75

10 Ampok jagung Bentuk : serbuk KA : 15.2 Tidak lazim Asam


Tekstur : kasar PK : 9.38 fitat
Warna : keputihan LK : 5.59
Bau : tengik SK : 0.58 Tannin
TDN : 82
Ca : 0.4
P : 0.6

11 Limbah roti Bentuk : butiran KA : 27.12 Tidak lazim -


Tekstur : kasar PK :5.24
Warna : kuning LK : 15.32
Bau : kue SK : 4.72
E : 3100
Ca : 0.1
P : 0.25

12 Biji jagung Bentuk : biji KA : 14.85 Lazim Asam


Tekstur : halus PK : 7.64 fitat
Warna : kuning LK : 8.09
Bau : jagung SK : 1.68 Tannin
E : 3200
Ca : 0.4
P : 0.6
13 Kulit kacang Bentuk : serbuk KA : 12.63 Tidak lazim Asam
Tekstur : kasar PK : 5.77 oksalat
Warna : coklat LK : 2.51
Bau : tanah SK : 73.37 Asam
TDN : 31.7 fitat
Ca : 0.05
P : 0.6 Tannin

14 Makaroni Bentuk : biji KA : 17.27 Tidak lazim -


Tekstur : kasar PK : 6.22
Warna : kuning LK : 18.41
Bau : khas SK : 4.66
25

E : 2200
Ca : 0.2
P : 0.14

15 Millet merah Bentuk : butiran KA : 11.2 Lazim Asam


Tekstur : halus PK : 10.94 fitat
Warna : merah LK : 3.84
Bau : khas SK : 8.41
E : 2300
Ca : 0.13
P : 0.42

16 Corn gluten Bentuk : bubuk KA : 17.18 Tidak lazim Asam


feed Tekstur : halus PK : 10.42 fitat
Warna : coklat LK : 4.82
Bau : khas SK : 12.94 Tanin
TDN : 80
Ca : 0.25
P : 0.3
17 Tumpi Bentuk : serbuk KA : 12.65 Tidak lazim Asam
Tekstur : halus PK : 8,67 fitat
Warna : kekuningan LK : 0.52
Bau : tengik SK : 21.97 Tanin
TDN : 48.47
Ca : 0.5
P : 0.6

18 Pollard Bentuk : serbuk KA : 10.56 Lazim Asam


Tekstur : halus PK : 16.29 fitat
Warna : kekuningan LK : 1.82
Bau : khas SK : 12.92
E : 2750
Ca : 0.15
P : 0.32

19 Dedak padi Bentuk : bubuk KA : 8.73 Lazim Asam


Tekstur : kasar PK : 9.96 fitat
Warna : kuning LK : 2.23
Bau : tengik SK : 18.51
E : 2200
Ca : 0.75
P : 1.1
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.
26

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa bahan pakan

sumber energi, meliput kerak pati, sorghum, onggok, jewawut, kulit kacang asin,

bekatul, wheat bran gandum, kulit kopi, janggel jagung, ampok jagung, limbah

roti, biji jagung, kulit kacang, makaroni, millet merah, corn gluten feed, tumpi,

pollard, dan dedak padi merupakan bahan pakan yang kandungan energinya tinggi

dan memiliki protein kasar kurang dari 20 %. Menurut Widodo (2002)

menyatakan bahwa bahan pakan sumber energy adalah bahan pakan yang

memiliki kandungan protein kurang dari 20 % dan serat kasar kurang dari 18 %

serta kandungan energinya yang tinggi. Bahan pakan sumber energy meliputi, biji

jagung, tumpi, sorghum, jewawut, bekatul, dedak padi, pollard, corn gluten feed.

Menurut Tangendjaja (2007) menyatakan bahwa bahan pakan sumber energy

berasal dari biji-bijian meliputi, sorghum, jagung, biji gandum dan selain itu

seperti gaplek dan pollard.

Bahan pakan yang lazim digunakan dan tidak lazim digunakan dalam

pemberian pakan ke ternak. Bahan pakan sumber energy yang lazim seperti,

pollard, dedak padi, bekatul, biji jagung, sorghum dan yang tidak lazim seperti,

limbah roti, macaroni, kulit kopi dan kerak pati. Pujaningsih (2011) menyatakan

bahwa bahan pakan terbagi menjadi dua yaitu konvensional dan non

konvensional, bahan pakan yang lazim seperti, bekatul, dedak padi, bungkil

kedelai, sorghum atau bahan pakan yang bersifat kontinyu dan non konvensional

seperti, urea, makaroni, limbah roti, isi rumen. Bahan pakan tidak lazim

digunakan karena beberapa factor seperti susah diperoleh dan harga yang mahal

karena tidak efisien untuk pembuatan ransum. Menurut Tangendjaja (2007)


27

menyatakan bahwa ransum dapat dicampur dengan bahan yang murah agar lebih

efisien dan hasil lebih baik, seperti dedak padi, polar gandum, tepung batu dan

bekatul.

Bahan pakan sumber energi biji-bijian rata-rata mengandung zat anti

nutrisi tannin yang cukup tinggi khususnya pada sorghum. Menurut Irawan dan

Sutrisna (2011) menyatakan bahwa bahan pakan biji-bijian seperti sorghum

memiliki kandungan zat anti nutrisi tannin yang tinggi yang akan mengganggu

fungsi asam amino dan protein, dimana sorghum perlu dibatasi pemberiannya

pada ternak. Kandungan energy dalam bahan pakan bergantung pada karbohirat

dalam pakan dan juga BETN. Menurut Hidayat (2009) menyatakan bahwa

karbohidrat dan BETN yang tinggi akan mempengaruhi energi dalam pakan

menjadi tinggi.Jumlah kandungan tanin yang diberikan kepada ternak terlalu

banyak dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ternak karena tanin

membentuk ikatan kompleks pada protein sehingga protein susah dicerna oleh

ternak.

4.1.5. Sumber Protein

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh bahan pakan

sumber protein yaitu sebagai berikut:

Tabel 5. Sumber Protein


N Bahan Uji Kandungan Secara Secara Anti-
o Pakan Organoleptik Nutrisi Internasional Kelaziman nutrisi
1 Bungkil Bentuk : Bubuk KA: 10,59 Sumber Lazim Anti
Kedelai Tekstur : kasar PK: 52,07 Protein Tripsin
Impor Warna : Putih LK:1,01
Bau : khas SK: 25,53
28

E : 2.800
Ca: 0,27
P : 0,68

2 Bungkil Bentuk :Bubuk KA: 15,57 Sumber Lazim Anti


Kedelai Tekstur : Kasar PK: 38,38 Protein Tripsin
Lokal Warna : Putih LK: 4,84
Kehijauan SK: 17,81
Bau : Khas TDN: 2.175
Ca: 0,27
P :0,68

3 Bungkil Bentuk : KA: 10,37 Sumber Tidak Gosipol


Kapuk Lempengan PK: 30,83 Protein Lazim
Tekstur : Kasar LK: 3,81
Warna : Hitam SK: 8,7
Bau :Khas TDN:
Ca:
P :

4 Tepung Bentuk : bubuk KA: 9 Sumber Lazim Saponin


Ikan Tekstur : halus PK: 53,67 Protein
Warna : Coklat LK: 4,73
Bau : Amis SK: 51
TDN: 2200
Ca:
P :

5 Bungkil Bentuk : KA: 10,67 Sumber Lazim Gosipol


Klenteng Lempengan PK: 30,83 Protein
Tekstur : Kasar LK: 3,81
Warna : Hijau SK: 8,7
Tua TDN:
Bau : Khas Ca:
P :

6 Bungkil Bentuk : KA: 13,55 Sumber Lazim Tanin,


Hipro Bongkahan PK: 25,73 Protein
Tekstur : Kasar LK: 5,83 Asam
Warna : Abu- SK: 8,92 Fitat
abu TDN: 2430
Bau :Khas Ca: Saponin
P :

7 Bungkil Bentuk : Bubuk KA: 9,44 Sumber Lazim Saponin


29

Kopra Tekstur : Halus PK: 27,6 Protein


Warna : Coklat LK: 4,9
Bau : Khas SK: 17,81
kelapa TDN:
Ca:
P :

8 MBM Bentuk : Bubuk KA : 10,38 Sumber Lazim -


(Meat Bone Tekstur : Halus PK : 45,92 Protein
Meal) Warna : Coklat LK : 6,76
Bau : Amis SK : 8,92
TDN : 2240
Ca :
P :

9 Bungkil Bentuk : Bubuk KA : 7,48 Sumber Lazim Saponin


Sawit Tekstur : Kasar PK : 24,11 Protein
Warna : Coklat LK : 11,9
Tua SK : 6,85
Bau : Khas TDN :
Sawit Ca :
P :

10 DDGS Bentuk : Bubuk KA : 10,38 Sumber Lazim -


Gandum Tekstur : Kasar PK : 30,2 Protein
Warna : Putih LK : 10,9
Bau : Khas SK : 8,8
TDN :
Ca :
Sumber: Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diketahui bahwa bahan

pakan sumber protein meliputi, bungkil kedelai, bungkil kapuk, tepung ikan,

bungkil klenteng, bungkil hipro, bungkil kopra, MBM, bungkil sawit dan DDGS

gandum.Bahan pakan dikatakan sumber protein jika bahan pakan tersebut

memiliki kandungn protein sebesar 20% didalamnya.Pernyataan ini sependapat

dengan pendapat Ridla (2014) yang menyatakan bahwa kandungan protein kasar

dalam bungkil kedelai sebesar 30 – 50 %. Pernyataan ini didukung oleh pendapat


30

Murtidjo (2007) yang menyatakan bahwa bahan pakan Meat and Bone Meal

memiliki kandungan protein 30% yang cukup bagi ternak.

Bahan pakan sumber protein berasal dari dua jenis yaitu sumber hewani

berupa tepung ikan dan MBM, dan sumber nabati berupa Bungkil Kedelai Lokal,

Bungkil Kedelai Impor, Bungkil Kapuk, Bungkil Klenteng, Bungkil Hipro,

Bungkil Kopra, Bungkil Sawit dan DDGS Gandum. Hal ini didukung oleh

pendapat Tamalludin (2014) bahwa bahan pakan sumber protein berasal dari sisa

hasil produksi hewani dan sisa hasil produksi nabati yaitu berupa MBM, tepung

bulu, bungkil kedelai, CGM, dan bungkil kelapa. Pernyataan ini didukung juga

oleh pendapat Wahyono et, al (2004) yang menyatakan bungkil kedelai, bungkil

kopra dan bungkil kelapa sawit dapat dijadikan sebagai bahan pakan sumber

protein nabati untuk ternak. Terdapat beberapa bahan pakan sumber protein lazim

untuk dikonsumsi seperti bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil klenteng, bungkil

hipro, bungkil kopra, MBM, bungkil sawit dan DDGS gandum dan juga beberapa

bahan pakan sumber protein tidak lazim untuk dikonsumsi seperti bungkil kapuk.

Hal ini disebabkan karena selain anti nutrisi yang dikandungnya tinggi

keberadaannya juga bersaing dengan kebutuhan manusia. Hal ini didukung oleh

pernyataan Sucahya et al. (2015) yang menyatakan bahwa menurut kelazimannya

bahan pakan terbagi atas dua yaitu konvensional yaitu bahan pakan yang sering

digunakan karena ketersediaannya yang banyak dan mengandung nutrisi yang

banyak dan disukai oleh ternak sedangkan bahan pakan non konvensiaonal

merupakan bahan pakan yang jarang digunakan dalam ransum karena

ketersediaannya terbatas dan juga memiliki kandungan nutrisi yang lebih sedikit.
31

Beberapa bahan pakan sumber protein memiliki antinutrisi yang

berbahaya jika dikonsumsi ternak seperti bungkil kapuk dan bungkil klenteng

yang memiliki gosipol, bungkil kedelai yang memiliki anti tripsin, bungkil hipro

yang memiliki tannin, asam fitat dan saponin, dan tepung ikan, bungkil sawit dan

bungkil kopra yang memiliki saponin. Hal ini didukung oleh pendapat Sitompul

(2004) yang menyatakan bahwa bahan pakan sumber protein seperti kedelai

mempunyai anti nutrisi seperti anti tripsin yang dapat menghambat kerja enzim

tripsin untuk mensintesis protein menjadi partikel yang sederhana. Pendapat ini

diperkuat oleh pendapat Widjastuti (2012) yang menyatakan bahwa daun papaya

sebagai bahan pakan memiliki antinutrisi seperti tannin yang mempengaruhi asam

amino dan kegunaan dari protein dalam tubuh ternak.

4.1.6. Sumber Vitamin

Berdasarkan dari praktikum yang telah dilaksanakn diperoleh hasil bahan

pakan sumber vitamin sebagai berikut:

Tabel 6. Sumber Vitamin


Bahan Kandungan Secara Secara Anti-
No Uji Organoleptik
Pakan Nutrisi Internasional Kelaziman nutrisi
1 Vita Bentuk : Tepung KA : 0
Chick Tekstur : Kasar PK : 0
Warna : Orange LK : 0
Sumber
Bau : Khas SK : 0 Lazim -
Vitamin
TDN : 0
Ca : 0
P:0
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.
32

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan bahan pakan sumber

vitamin salah satunya adalah vita chick dan bahan pakan sumber vitamin tidak

memiliki kadar air, lemak kasar, protein kasar, serat kasar, energi, dan mineral

namun mempunyai berbagai macam vitamin seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12,

C, D3, dan vitamin E. Hal ini karena bahan pakan sumber vitamin merupakan

bahan pakan tambahan yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan vitamin

untuk ternak. Pendapat ini didukung oleh Cahyono (2011) yang menyatakan

bahwa vita chick merupakan bahan organik yang digunakan untuk ternak sebagai

tambahan anti body dan meningkatkan kekebalan tubuh ternak. Pernyataan ini

diperkuat oleh pendapat Raharji et, al (2015) yang menyatakan bahwa vita chick

merupakan suplemen penambah vitamin yang digunakan untuk ternak ayam untuk

memperkuat daya imunitas ternak ayam.

Diketahui bahwa vita chick merupakan bahan pakan sumber vitamin yang

ditambahkan pada makanan dan minuman ternak unggas sebagai pelengkap

nutrisi dalam bahan pakan.Hal ini sesuai dengan pendapat Wulandari (2014) yang

bahwa penggunaan Vita Chick pada ternak unggas biasanya dicampurkan kedalam

minum ternak karena sifatnya yang mudah larut dalam air sehingga kandungan

dalam vita chick dapat langsung terserap kedalam tubuh ternak.Vita Chick tidak

memiliki kandungan anti nutrisi didalamnya sehingga lazim untuk diberikan

kepada ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Raharjo et al. (2015) yang

menyatakan bahwa kebanyakan peternak menggunakan vita chick untuk ternak

unggas terutama ayam karena didalamnya tidak mengandung anti nutrisi yang

berbahaya bagi ternak sehingga aman untuk tubuh ternak unggas.


33

4.1.7. Sumber Mineral

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa bahan pakan sumber

mineral sebagai berikut :

Tabel 7. Bahan Pakan Sumber Mineral


Kandungan Secara Anti
Bahan
No Organoleptik Nutrisi Kelaziman Nutrisi
Pakan
(%)
1. Tepung Bentuk : Tepung KA : 7,2
Batu Tekstur : Lembut PK: 0
Warna : Putih LK: 0 Non Lazim -
Bau : Kapur SK : 0
E :0
Ca : 32

2. Bentuk : Tepung KA : 8
Tekstur : Lembut PK : 0
CaCO3 Warna : Putih LK : 0 Lazim -
Bau :Tidak SK : 0
E: 0
Ca : 25,5

3. Bentuk : Tepung KA : 4,48


Tepung Tekstur : Kasar PK : 25,6
Tulang Warna : Coklat LK : 5,4 Lazim -
Ikan Bau : Khas SK : 1,5
E :2100
Ca : 8,37

4. Garam Bentuk : Butiran KA :24,74


Tekstur : Kasar PK :0
Warna : Putih LK :0 Lazim -
Bau : Tidak berbau SK :0
E :0
Ca :0

5. Biji Batu Bentuk : Butiran KA :10,75


Tekstur : Kasar PK :0
Warna : Putih LK :0 Tidak -
Bau : tidak berbau SK :0 Lazim
34

E :0
Ca :30,42
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016

Hasil dari praktikum diperoleh bahwa bahan pakan yang termasuk

sumber mineral yaitu, tepung batu, CaCO 3, tepung tulang ikan, garam dan biji

batu. Bahan pakan dapat diklasifikasikan sebagai sumber mineral apabila

mengandung mineral yang diperlukan oleh tubuh ternak minimal sebesar 20%

baik mineral makro maupun mineral mikro. Hal ini sesuai dengan pendapat

Subekti (2009) bahwa sumber mineral berarti mengandung mineral paling sedikit

20%. Mineral diperlukan oleh tubuh sebagai pemercepat proses fisiologis dan

keseimbangan cairan dalam tubuh. Contoh mineral yang terkandung dalam pakan

adalah mineral Ca yang berfungsi sebagai peningkatan kesehatan tulang, zat besi

yang berfungsi dalam metabolisme tubuh dan Fosfor yang dapat mengoptimalkan

metabolisme tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmono (2007) bahwa

mineral berfungsi dalam proses fisiologis ternak dan juga untuk aktivitas hormon.

Bahan pakan yang tergolong dalam sumber mineral adalah Tepung Batu

dan CaCo3.Tepung Batu berbentuk seperti tepung dengan tekstur yang lembut dan

berwarna putih.Tepung Batu mengandung mineral Ca sebesar 32% yang berarti

tepung batu dapat dijadikan sebagai pakan sumber energi meskipun penggunaan

tepung batu sebagai bahan pakan tidak lazim untuk diberikan.Menurut Khalil dan

Anwar (2007) bahwa tepung batu dapat dijadikan sebagai pakan sumber mineral

karena tepung batu mengandung banyak mineral Ca, besi (Fe), Fosfor (P) dan

Magnesium (Mg). Bahan pakan lain yang sebagai sumber mineral adalah CaCo 3

dengan bentuk tepung dengan tekstr yang lembut dan berwarna putih. CaCo3
35

mengandung mineral berupa Kalsium (Ca) sebesar 25,5%. Penggunaan CaCo3

dalam masyarakat lazim digunakan untuk memenuhi kebutuhan mineral ternak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Delvita et al. (2015) bahwa CaCo3 mengandung

mineral Ca sebesar 40,4% 12% karbon dan oksigen sebesar 47,96%.

4.1.8. Zat Aditif

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa bahan tambahan (zat

aditif) sebagai berikut :

Tabel 8. Bahan Pakan Zat Aditif


Kandungan Secara Anti
No. Bahan Pakan Organoleptik Nutrisi Kelaziman Nutrisi
(%)
1. Vitmin-R Bentuk : Tepung KA : 0
Tekstur : Lembut PK : 0
Warna : Putih LK : 0 Lazim -
Bau : Tidak SK : 0
E :0
Ca : 267

2. Molases Bentuk : Cair KA : 49,77


Tekstur : Kental PK : 8,5
Warna : Coklat LK :0 Lazim -
Bau : Kecap SK :0
E : 63
Ca : 0,45

3. Daun Kelor Bentuk : Tepung KA : 11,98


Tekstur : Halus PK : 18,21
Warna : Hijau LK : 3,05 Tidak Tanin
Bau : Khas SK : 31,8 Lazim
E : 1870
Ca : 0,12

4. Tepung Umbi Bentuk : Butiran KA :


Dahlia Tekstur : Lembut PK :
Warna : Coklat LK : Tidak Tanin
36

Bau : Coklat SK : Lazim


E :
Ca :

5. Tepung Bentuk : Tepung KA :10,58


Binahong Tekstur : Agak PK : 22,4
Kasar LK : 2,4 Tidak Saponin
Warna : Hijau SK : 36,52 Lazim Tanin
Bau : Khas E : 1950
Ca : 0,62

6. Tepung Daun Bentuk : Tepung KA : 0,56


Bawang Merah Tekstur : Kasar PK : 8,05
Warna : Coklat LK : 1,35 Tidak Tanin
Bau : Khas SK : 42,5 Lazim
E : 1800
Ca : 0,42

7. Tepung Kulit KA : 9,2


Bawang Bentuk : Tepung PK : 8,28
Tekstur : Kasar LK : 0,55 Tidak Tanin
Warna : Coklat SK : 42,5 Lazim
Bau : Khas E : 2100
Ca : 0,38

8. Urea Bentuk : Butiran KA :


Tekstur : Kasar PK :
Warna : Pink LK : Tidak -
Bau : tidak SK : Lazim
E :
Ca :
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.

Hasil dari praktikum diperoleh diketahui zat aditif meliputi, vitmin R,

molasses, daun kelor, tepung umbi dahlia, tepung binahong, tepung daun bawang

merah, tepung kulit bawang merah dan urea, dmimana zat aditif merupakan zat

tambahan yang dicampurkan dalam suatu bahan pakan yang memiliki tujuan

tertentu. Nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan zat aditif digunakan untuk

melengkapi kandungan nutrisi yang kurang dalam bahan pakan. Hal ini sesuai
37

dengan pendapat Faisal dan Agusnar (2006) bahwa feedadditive merupakan bahan

pakan tambahan yang diberikan dalam pakan ternak yang berfungsi sebagai

pelengkap nutrisi pakan. Zat aditif berguna untuk meningkatkan nilai gizi ransum

dan meningkatkan nilai kualitas suatu bahan pakan. Zat aditif bertujuan untuk

menambahkan nutrisi dalam pakan yang rendah akan kandungan nutrisi. Hal ini

sesuai dengan pendapat Polii et al. (2015) bahwa zat aditif diberikan dalam pakan

berguna untuk meningkatkan nilai gizi dari bahan pakan yang diberikan untuk

ternak.

Zat aditif yang dapat digunakan sebagai bahan campuran pakan adalah

tepung Binahong.Tepung Binahong memiliki ciri berbentuk tepung dengan tekstur

agak kasar dan berwarna hijau. Kandungan nutrisi yang terdapat dalam Tepung

Binahong adalah PK sebesar 22,4%, LK 2,4%, SK 36,52%, Energi 1950 kkal/kg

dan mengandung mineral Ca sebesar 0,62 %. Menurut Muiz (2006) bahwa

tepung binahong mengandung PK sebesar 19,09%, LK 3,38% daan energi 2192

kkal/kg. Tepung binahong dapat dicampurkan dalam bahan pakan yang

kekurangan akan protein, karena tepung binahong mengandung protein kasar yang

cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Faisal dan Agusnar (2006) bahwa

tepung binahong dicampurkan dalam pakan dengan protein rendah.

Tepung Binahong selain mengandung kandungan nutrisi yang cukup baik,

tepung Binahong memiliki zat anti nutrisi yang terkandung didalamnya.Zat anti

nutrisi pada tepung binahong adalah saponin dan tanin.Menurut Rizal (2006)

kandungan zat antinutrisi pada tepung binahong berupa saponin, tanin dan

flavonoid. Saponin yang terkandung dalam tepung Binahong berperan dalam


38

proses pencernaan. Saponin dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel.

Dinding sel yang permeabilitas dapat membantu penyerapan zat pakan.Hal ini

sesuai dengan pendapat Hasiib et al. (2015) bahwa saponin dapat meningkatkan

penyerapan zat pakan karena ssaponin dapat menyebabkan dinding sel bersifat

permeabilitas.

4.2. Pengujian Kualitas Bahan Pakan

Berdasarkan hasil pengamatan pengujian kualitas bahan pakan terdiri dai

uji organoleptik, uji kontaminan, uji genggam dapat lilihat pada tabel 9. dan berat

jenis pada tabel 10.sebagai berikut :

Tabel 9.Uji Organoleptik, Uji Kontaminan, Uji Genggam


No Bahan Pakan Organoleptik Uji Kontaminan Uji Genggam
1. Bekatul Asli Bentuk : bubuk
Tekstur: halus
Warna : kuning pucat Banyak bulir beras yang
Menggumpal
Bau : harum tenggelam

2. Bekatul Bentuk : bubuk


Subalan Tekstur: kasar Sekam banyak
Warna : kuning orange Tidak
mengapung dan sedikit
Bau : tengik menggumpal
bulir beras

3. Tepung Ikan Bentuk : bubuk


Asli Tekstur: halus
Warna : coklat terang Tidak
Banyak yang mengapung
Bau : amis menggumpal

4. Tepung Ikan Bentuk : bubuk


Subalan Tekstur: halus Mengapung banyak tapi
Warna : coklat gelap menggumpal karena
Menggumpal
Bau : amis tercampur dengan urea
yang mencair
39

5. Bungkil Bentuk :butiran


Kedelai Asli Tekstur: kasar
Warna : coklat tua Kedelai yang mengapung
Menggumpal
Bau : amis banyak

6. Bungkil Bentuk: butiran


Kedelai Tekstur: halus Banyak yang tenggelam
Tidak
Subalan Warna : coklat terang karena tercampur serbuk
menggumpal
Bau : tengik gergaji

7. Jagung Asli Bentuk : butiran


Tekstur: kasar Butiran jagung banyak
Tidak
Warna : kuning terang yang tenggelam dan tumpi
menggumpal
Bau : tengik sedikit

8. Jagung Bentuk: butiran


Subalan Tekstur: kasar Banyak yang mengapung,
Menggumpal
Warna : coklat tua dan yang mengapung
sedikit
Bau : tengik adalah tumpi

Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.

Tabel 10. Uji Berat Jenis


No. Bahan Pakan Berat Jenis
1. Bekatul Asli 0.3824
2. Bekatul Subalan 0.36621
3. Tepung Ikan Asli 0.54279
4. Tepung Ikan Subalan 0.4872
5. Bungkil Kedelai Asli 0.70233
6. Bungkil Kedelai Subalan 0.53475
7. Jagung Asli 0.68027
8. Jagung Subalan 0.6121
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa pengujian

bahan pakan dapat berguna dalam mengetahui kualitas dan keaslian bahan pakan

yang digunaka, pengujian bahan pakan meliputi uji orgenoleptik dengan melihat

bentuk, warna, tekstur dan aroma bahan pakan, uji kontaminan dengan melihat

daya apung dan uji genggam dengan melihat bahan pakan setelah digenggam
40

menggumpal atau tidak serta uji berat jenis dimana pada praktikum pada bekatul

dan tepung jagung berat jenisnya dibawah standar, tepung ikan sesuai standard

dan bungkil kedelai diatas standar. Menurut Agus (2007) menyatakan bahwa

Pengujian kualitas bahan pakan dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan

pakan.dan kontaminan yang biasa digunakan kedalam bahan pakan biasanya

mengandung campuran antara bahan pakan mengandung nutrient seperti dedak

padi dengan bahan pakan yang tidak mengandung nutrient ataupun mengandung

sedikit nutrient. Pencampuran bahan pakan ini dapat mengurangi nilai nutrisi

dalam bahan pakan. menurut Tangendjaja (2007) menyatakan bahwa Bahan pakan

yang tidak mengandung subalan atau bahan pakan asli tidak mengalami

penurunan kandungan nutrient dari pakan yang ditandai dengan warna yang

menyerupai warna asli, bau yang khas, berat jenis yang sesuai standar dan bentuk

serta tekstur yang menyerupai aslinya.

4.2.1. Bekatul Asli dan Subalan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa

bekatul dengan kualitas yang baik atau bekatul asli mempunyai bentuk serbuk

dengan tekstur halus dan berwarna coklat muda, sedangkan bekatul subalan

memiliki tekstur yang lebih kasar serta warna yang lebih gelap dari warna bekatul

asli. Hal ini sesuai dengan pendapat Suci (2013) yang menyatakan bahwa bekatul

asli memiliki tekstur yang halus disebabkan karena bekatul mengalami beberapa

kali proses penggilingan. Bekatul asli menggumpal saat dilakukan uji genggam,

sedangkan bekatul subalan atau bekatul palsu akan pecah bila diuji genggam.
41

Pecahnya bekatul palsu saat dilakukan uji genggam disebabkan karena adanya

penambahan zat lain pada bekatul subalan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Bambang (2006) yang menyatakan bahwa uji genggam dapat digunakan sebagai

pengujian kualitas dari bekatul karena bekatul palsu dapat segera diketahui

dengan pecahnya bekatul saat digenggam yang disebabkan karena penambahan

zat atau substansi lain pada bekatul palsu tersebut. Bekatul asli tenggelam saat

dilakukan uji apung, sedangkan pada bekatul palsu terdapat zat atau substansi

yang mengapung dalam air yaitu sekam padi.Pemalsuan dari bekatul dapat

dilakukan dengan menambahkan sekam padi pada bekatul tersebut sehingga dapat

menyerupai bentuk aslinya.Hal ini sesuai dengan pendapat Agus (2007) yang

menyatakan bahwa pemalsuan bekatul dengan menambahkan sekam kedalam

bekatul dapat menurunkan kualitas bekatul.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa

berat jenis dari bekatul asli yaitu sebesar 0,38324 gr/ml sedangkan pada bekatul

palsu memiliki berat jenis sebesar 0,36621 gr/ml. Berat jenis dari bekatul yang

telah tergolong normal. Menurut pendapat Dewi dan Purwoko (2005) menyatakan

bahwa berat jenis bekatul berkisar antara 0,3382 sampai dengan 0,3957 gr/ml. Hal

ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan dari nilai berat jenis antara bekatul asli

dengan bekatul palsu. Penurunan berat jenis dari bekatul palsu menandakan

bahwa kualitas dari bekatul mengalami penurunan yang disebabkan karena

penambahan zat atau substansi lain kedalam bekatul. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa penambahan zat lain seperti

sekam atau dedak pada bekatul dapat menurunkan nilai berat jenis dari bekatul.
42

Jaelani (2007) menyatakan bahwa berat jenis dari bahan pakan dapat dipengaruhi

oleh kandungan nutrisi yang ada dalam pakan serta penyebaran dari zat atau

substansi campuran sehingga dapat menandakan kualitas bahan pakan.

4.1.2. Tepung Ikan Asli dan Subalan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa

tepung ikan asli memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan dengan tepung

ikan palsu, berbau khas ikan dan memiliki tekstur yang kasar, sedangkan tepung

ikan palsu memiliki warna yang lebih gelap, bau khas ikan yang tidak terlalu

tercium dan tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan tepung ikan asli. Hal

ini sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa tepung ikan

asli dibuat dari ikan utuh dan tidak mengalami penambahan bahan pakan jenis

apapun kedalamnya.Tepung ikan palsu menggumpal dan tenggelam saat

dilakukan uji apung. Tenggelamnya tepung ikan palsu saat dilakukan uji apung

disebabkan karena terdapat penambahan bahan pakan lain seperti urea dan tepung

batu bata kedalam tepung ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Huda et al. (2012)

yang menyatakan bahwa pemalsuan kadar protein dari tepung ikan dapat

dilakukan dengan menambahkan urea kedalam tepung ikan.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa

berat jenis dari tepung ikan asli adalah sebesar 0,54279 gr/ml sedangkan tepung

ikan palsu memiliki berat jenis sebesar 0,4872 gr/ml. Berat jenis dari tepung ikan

yang telah dihitung tergolong normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Latief

(2006) yang menyatakan bahwa berat jenis yang dimiliki tepung ikan rata-rata
43

adalah sebesar 0,25 – 0,5 gr/ml. Penurunan berat jenis dari tepung ikan palsu

disebabkan karena adanya penambahan substansi lain seperti urea, serbuk kayu

dan tepung bata bata kedalam tepung ikan, karena penambahan urea kedalam

tepung ikan dapat memalsukan kadar protein sehingga kadar protein dari tepung

ikan subalan dapat mendekati aslinya. Menurut Huda et al. (2012) yang

menyatakan bahwa penambahan substansi lain yang digunakan untuk

memalsukan tepung ikan dapat menurunkan nilai dari berat jenis pada tepung

ikan.

4.2.3. Bungkil Kedelai Asli dan Bungkil Kedelai Palsu

Hasil dari praktikum diperoleh bahwa Bungkil Kedelai asli berwarna

coklat tua dengan tekstur yang agak kasar dan terdapat butir-butir kecil,

sedangkan bekatul palsu berwarna coklat muda dan dengan tekstur yang lebih

halus.Hal ini sesuai dengan pendapat Pujiati (2010) bahwa bungkil kedelai

merupakan hasil sisa dari pembuatan minyak kedelai, bungkil kedelai dengan

kualitas yang baik masih terdapat butir-butir kecil pecahan kedelai dengan tekstur

yang kasar. Uji genggam pada bungkil kedelai menghasilkan bahwa bungkil

kedelai asli akan menggumpal sedangkan bungkil kedelai palsu akan ambyar

ketika dilakukan pengujian genggam karena pastikel-partikel pada bungkil kedelai

palsu tidak sama. Uji apung pada bungkil kedelai diperoleh bahwa bungkil kedelai

asli akan mengapung dikarenakan bungkil kedelai merupakan hasil samping

pembutan minyak kedelai sehingga berat jenis bungkil lebih kecil dibanding

dengan air sedangkan bungkil kedelai palsu akan tenggelam karena terdapat
44

kontaminan dari bahan lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Zakariah (2012)

bahwa bungkil kedelai dengan kualitas yang baik ditandai dengan mengapungnya

butir-butir kecil kedelai yang telah di ekstrak minyaknya.

Pengujian berat jenis bungkil kedelai berfungsi untuk menguji kualitas

dan dapat meminimalkan pemalsuan bahan pakan. Uji berat jenis bungkil kedelai

asli sebesar 0,70232 gr/ml sedangkan bungkil kedelai palsu sebesar 0,53475

gram/ml. Menurut Zakariah (2012) bahwa berat jenis bungkil kedelai dengan

kualitas yang baik sebesar 0,680 gr/ml. Uji berat jenis bungkil kedelai asli yang

dilakukan tergolong normal sedangkan pada pengujian bungkil kedelai palsu nilai

berat jenis dibawah nilai normal. Rendahnya berat jenis bungkil kedelai palsu

menandakan bahwa nilai kerapatan bungkil kedelai palsu rendah.Nilai kerapatan

bungkil kedelai palsu berpengaruh terhadap daya campur dan pencampuran

pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yatno (2011) bahwa semakin tinggi berat

jenis maka semakin tinggi pula nilai kerapatan suatu bahan pakan yang

menandakan bahwa tidak terkontaminan bahan-bahan yang lain.

2.2.4. Jagung Asli dan Subalan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan bahan pakan jagung

asli memiliki warna kuning oranya, bertekstur kasar, berbentuk serbuk, berbau

khas dan tidak menggumpal saat digenggam sedangkan jagung palsu memiliki

warna kuning oranye tua, bertekstur kasar, memiliki bau yang khas, dan terlihat

ada bagian yang menggumpal dan saat pengujian daya apung jagung asli akan

terlihat tenggelam sedangkan jagung palsu hanya beberapa bagian yang tenggelam
45

dan terdapat beberapa bagian yang mengapung diatas air. Hal ini dikarenakan

bahwa jagung asli tidak dicampur oleh bahan lain sedangkan jagung palsu

dicampur oleh bahan lain seperti janggel jagung, tumpi, dan sekam. Pernyataan ini

didukung oleh pendapat Rahmah (2014) yang menyatakan bahwa jagung asli

dengan kualitas yang baik saat diuji apung akan terlihat tenggelam sedangkan

jagung kualitas yang buruk dan tercampur oleh bahan yang lain akan terlihat

banyak yang mengapung. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Windi (2013)

yang menyatakan bahwa jagung asli ketika diuji genggam akan terlepas dan jika

diuji apung akan tenggelam.

Diketahui bahwa jagung asli memiliki Berat Jenis 0,68027 lebih besar

dibandingkan jagung palsu yang memiliki berat jenis 0,6121. Semakin besar berat

jenis jagung maka semakin bagus kualitas jagung yang digunakan sedangkan

jagung dengan berat jenis yang lebih rendah menandakan bahwa jagung tersebut

memiliki kualitas yang jelek dan memungkinkan bahwa jagung tersebut

terkontaminasi tumpi dan sekam. Pernyataan ini didukung oleh pendapat

Makfoeld (2006) yang menyatakan bahwa jagung dengan kualitas yang baik akan

berwarna kuning keemasan dan memiliki berat jenis 0,98 gr/ml. Pernyataan ini

juga didukung oleh pendapat Rukmana (2012) yang menyatakan bahwa

penampilan jagung yang buruk akan mempengaruhi berat jenis jagung tersebut.

4.3. Pengukuran Gross Energi

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil gross energy

bahan pakan meat bone meat (MBM) sebagai berikut :


46

Tabel 11. Gross Energi


Bahan Pakan Gross Energi (GE) Standar GE*
Meat Bone Meal 3506.752 kal/gr/BK 3134 – 4706 kal/gr/BK
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.

Keterangan : *Castilho et al., 2015.

Berdasarkan tabel 10 diperoleh hasil bahwa gross energy atau energy kotor

merupakan keseluruhan energy dalam bahan pakan atau ransum dan hasil ini

diperoleh dari perhitungan, dimana data yang diperoleh berasal dari pengamatan

pada bombkalorimeter pada tekanan 25 – 30 atm yang melepaskan jumlah panas

akibat oksidasi sempurna. Menurut Pratama (2008) menyatakan bahwa gross

energy merupakan energy kotor atau bruto yang jumlah panas dilepaskan akibat

zat yang mengalami oksidasi sempurna menjadi CO 2 dan H2O dalam

bombkalorimeter dengan tekanan 25 – 30 atm didalamnya. Pengujian gross energi

pada MBM atau meat bone meal diperoleh hasil 3506.752 kal/gr/BK, dimana

hasil ini berada pada nilai standar yaitu 3134 – 4706 kal/gr/BK. Menurut pendapat

Castilho et al. (2015) menyatakan bahwa kandungan gross energi yang

terkandung dalam MBM atau meat bone meal adalah berkisar 3134 – 4704

kal/gr/BK. Hasil gross energipada MBM dapat tinggi atau rendah karena gross

energy dapat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi didalam bahan pakan. Menurut

pendapat Bahri dan Rusdi (2008) menyatakan bahwa gross energi dapat bernilai

rendah ataupun ataupun tinggi dapat disebabkan kandungan nutrisi dalam bahan

akan seperti serat kasar, lemak dan keseimbangan nutrisi dalam bahan pakan.
47

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan praktikum dapat disimpulkan bahwa identifikasi bahan pakan

secara internasional dapat di bedakan menjadi 8 sumber. Pencampuran bahan

pakan akan mengurangi kandungan nilai nutrisi pada bahan pakan utama yang

dicampur dan nilai berat jenisnya akan berbeda dari bahan pakan asli.Uji

kontaminan bahan pakan bekatul subalan dicampur dengan sekam padi, jagung

subalan dengan tumpi, sekam dan bungkil kedelai subalan dicampur dengan

serbuk gergaji serta tepung ikan dicampur dengan urea, tepung batu.Berat jenis

pakan bekatul dan tepung ikan sesuai standar, bungkil kedelai diatas standar dan

jagung dibawah standar. Kandungan gross energy meat bone meal sesuai standar

dan dapat tinggi atau rendah bergantung pada kandungan nutrisi seperti

karbohidrat dan lemak.

5.2. Saran

Praktikum identifikasi memakai bahan yang masih baik kualitasnya karena

akan mengurangi ciri khas dari bahan pakan yang diamati, serta saat pengujian

kualitas bahan pakan, semua lab menggunakan bahan pakan yang berasal dari 1

tempat agar tidak terjadi perbedaan hasil pada masing-masing laboratorium.


48

DAFTAR PUSTAKA

Agus, A. 2007.Buku Ajar Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Universitas


Gajah Mada, Yogyakarta.

Akbarillah, T., Kususiyah., dan Hidayat. 2010. Pengaruh penggunaan daun


Indigofera segar sebagai suplemen pakan terhadap produksi dan warna
yolk itik. J. Sain Peternakan Indonesia.5(1): 27-33.

Bahri, S. dan Rusdi. 2008. Evauasi energi metabolis pakan lokal pada ayam
petelur. J. Agroland. 15(1) : 75 – 78.

Bahri, S., E. Masbulan dan A. Kusumaningsih. 2005. Proses praproduksi sebagai


factor penting dalam menghasilkan produk ternak yang aman untuk
manusia. J. Litbang Pertanian. 24(1) : 27 – 35.

Bambang, A. M. 2006. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Penerbit Kanisius,


Yogyakarta.

Bujung, J. R., U. Paputungan., dan A. Yelnetty. 2015. Performa sapi peranakan


ongole yang disuplementasi urea gula merah blok hasil fermentasi
campuran tinja ayam. J. LPPM Bidang Sains dan Teknologi. 2(1): 14-24.

Castilho, R. A., P.C. Pozza, N. T. G. Olivera, C. P. Sangali, C. N. Langer dan R. V.


Nunnes. 2015. Equation to predice to metabolizable energy of meat and
bone meal for growing pigs. J. Agrotec Lavras. 29(6) : 565 – 573.

Darmono. 2007. Penyaku defisiensi mineral pada ternak ruminansia dan upaya
pencegahannya. J. Litbang Pertanian. 26(3) : 104 – 108.

Dewantara, A. 2013.Analisis kinerja keuangan pabrik pakan ternak ruminansia. J.


Manajemen Agribisnis. 13(1): 33-44.

Dewi, C. dan T. Purwoko. 2005. Produksi gula reduksi oleh Rhizopus oryzae dari
substrat bekatul. J. Bioteknologi. 2(1): 21-26.
49

Delvita, H., D. Djamas dan Ramli. 2015. Pengaruh variasi temperatur kalsinasi
terhadap karakteristik Kalsium Karbona (CaCo3) dalam cangkang Keong
Sawah (Pila ampullacea) yang terdapat di Kabupaten Pasaman. J. Pillar
of Physics. 6(1) : 17 – 24.

Faisal, H. dan H. Agusnar.2006.Pengaruh penambahan kitin protein sebagai zat


aditif pada makanan ternak untuk meningkatkan pertumbuhan ayam
broiler. J. Sains Kimia. 10(2) : 67 – 72.

Fikar, S., dan D. Ruhyadi. 2012. Penggemukan sapi. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Gunawan., D. E. Wahyono., dan P. W. Prihandini. 2003. Strategi penyusunan


pakan murah sapi potong mendukung agribisnis. Lokakarya Sistem
Integrasi Kelapa Sawit-Sapi.

Hariyadi, W. Y., S. N. O. Suwandyastuti., dan M. Bata. 2013. Peningkatan kualitas


pakan kerbau ditinjau dari kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan
organic. J. Ilmiah Peternakan. 1(3): 768-773.

Hasiib, E. A., Riyanti dan M. Hartono. 2015. Pengaruh pemberian ekstrak daun
Binahong (Andredera cordifolia)(Ten.) dalam air minum terhadap
performa broiler. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(1) : 14 – 22.

Herdiawan, I., L. Abdullah dan D. Sopandi. 2014. Status nutrisi hijauan pakan
indigofera zollingeriana dan interval pemangkasan. JITV.19(2) : 91 – 103.

Hidayat, C. 2009. Peluang penggunaan kulit singkong sebagai pakan


unggas.Dalam : Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Balai Penelitian Ternak. Bogor. hal. 655 – 665.

Huda, C., Salni dan Milki. 2012. Penampilan aktivitas antibakteri dari bakteri
yang berasosiasi dengan karang lunak Saccophyron sp. J. Maspari. 4(1) :
69 – 76.

Irawan, S., dan N. Sutrisna. 2011. Prosek pengembangan sorgum di jawa barat
mendukung diversifikasi pangan. J. Agroekonomi. 29(2) : 99 – 113.

Jaelani, A. 2007.Optimalisasi fermentasi bungkil inti sawit (Elaeis guineensis


Jacq) oleh Kapang Tricodherma reesei. J. Ilmu Titik Ternak. 7(2) : 87
– 94.
50

Jaelani, A. 2007.Peningkatan kualitas bungkil inti sawit oleh kapang sebagai


pendegradasi polisarkarida mannan dan pengaruhnya terhadap
penampilan ayam pedaging.Institut Pertanian Bogor.Thesis Doktor Ilmu
Ternak.

Jusuf, L., A. M. Mulyati., dan A. H. Sanaba. 2007. Pengaruh dosis pupuk organic
padat daun gamal terhadap tanaman sawi. Jurnal Agrisistem. 3(2): 80-89.

Khalil dan S. Anwar. 2007. Studi komposisi mineral tepung batu bukit Kamang
sebagai bahan baku pakan sumber mineral. J. Media Peternakan. 30(1) :
18 – 25.

Latief, F. 2006. Karakteristik sifat fisik tepung ikan serta tepung daging dan
tulang.Institut Pertanian Bogor. Skripsi Sarjana Peternakan.

Makfoeld, D., D. W. Marseno. P. Hastuti, S. Anggrahini, S. Raharjo, S.


Sastrosuwignyo, Suhardi, S. Martoharsono, S. Hadiwiyoto, dan
Tranggono. 2006. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi.Cetakan ke
6.Kanisius.Yogyakarta.

Mansur, I., dan D. Ariani. 2013. Pertumbuhan bibit Samama (Anthocephalus


macrophyllus(Roxb.) havil) ditanam bersama tanaman penutup tanah. J.
Silvikultur Tropika. 4(3): 119-129.

Mugiawati, R. E., Suwarno dan N. Hidayat. 2013. Kadar air dan pH silase rumput
gajah pada hari ke – 21 dengan penambahan jenis additive dan bakteri
asam laktat. J. Ilmiah Peternakan. 1(1) : 201 – 207.

Muiz, A. 2016. Pengaruh penggunaan tepung daun Binahong (Andredera


cardifolia) (Ten) (Stennis) sebagai feed additive terhadap kualitas karkas
ayam pedaging. J. Agrisains. 17(1) : 54 – 61.

Novianty, N. 2014.Kandungan bahan kering bahan organik protein kasar ransum


berbahan jerami padi daun gamal dan urea mineral molases liquid dengan
perlakuan yang berbeda. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin.Makassar. (Skripsi)

Polii, P. F., K. Maaruf, Y. Kowel, H. Liwe dan Y. C. Raharjo. 2015. Pengaruh


penambaha zat aditif (enzim dan asam organik) dengan protein tinggi dan
51

rendah pada pakan berbasis dedak terhadap performan kelinci. J. Zootek.


35(2) : 280 – 288.

Prasiddha, I. J., R. A. Laeliocattleya., T. Estiasih., dan J. M. Maligan. 2016.


Potensi senyawa bioaktif rambut jagung untuk tabir surya alami: kajian
pustaka. J. Pangan dan Agroindustri. 4(1) : 40-45.

Pratama, J. A. 2008. Nilai energy metabolis ransum ayam broiler periode finisher
yang disuplementasi dengan DL-metianin. Fakultas Peternakan. Institute
Pertanian Bogor. [ Skripsi ]

Pujaningsih, R. I. 2011. Kodok Lembu. Kanisius, Yogyakarta.

Pujiati, A. 2010.Pengaruh menir kedelai, tepung ikan dan bungkil kelapa sawit
terproteksi terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik dan protein
kasar ransum sapi PO berfistula. Universitas Sebelas Maret, Surakarta
(Skripsi Sarjana Peternakan)

Raharjo, I. T., Mudawaroch, R. E., & Arifin, H. D. (2015).NilaipHdan


Keempukan Daging Ayam Broiler Pengaruh Penambahan Sari Kunyit
(Curcumadomestica Val.) dan jahe (Zingiberofficinale Rocs) pada air
minum.J. Surya Agritama.4(1) : 1 - 10.

Rahayu, I., T. Sudaryani, dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Rahmah, A., Izzati, M., & Parman, S. (2014).Pengaruh pupuk organik cair
berbahan dasar limbah sawi putih (Brassica chinensis L.) terhadap
pertumbuhan tanaman jagung manis. J.Anatomi Fisiologi. 22(1) : 65-71.

Rahmansyah, M., A. Sugiharto, A. Kanti dan I. M. Sudiana. 2013. Kesiagaan


pakan pada ternak sapi skala kecil sebagai strategi adaptasi terhadap
perubahan iklim melalui pemanfaatan biodiversitas flora local. J. Buletin
Peternakan. 37(2) : 95 – 106.

Retnani, Y., I. G. Permana, N. R. Kumalasari dan Taryati.2014. Teknik Membuat


Biskuit Bahan Pakan Ternak dari Limbah Pertanian. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Universitas Andalas Pres, Padang.


52

Rukmana , R. 2012. Usaha Tani Jagung. Cetakan ke 11. Kanisius Yogyakarta.

Sajimin. 2006. Pemanfaatan tanaman Lamtoro tahan hama kutu loncat untuk
produksi hijauan pakan ternak. J. Animal Production. 8(2): 143-151.

Santa. 2013. Seri Life Skill: Beternak Kalkun. Musi Perkasa Utama. Jakarta.

Setyono, D. J., M. Ulfah, dan S. Suharti. 2013. Sukses Meningkatkan Produksi


Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sitompul, S. 2004. Analisis asam amino dalam tepung ikan dan bungkil kedelai.J.
Buletin Teknik Pertanian, 9(1), 33-37.

Subekti, E. 2009.Ketahanan Pakan Ternak Indonesia. J. Mediagro. 5(2) : 63 – 71.

Sucahya, D. G. I., G. A. M. K. Dewi, dan N. W. Siti. (2015). Berat potong dan


offal external itik bali jantan yang diberi ransum nonkonvensional
berbiosuplementasi rumen sapi bali. J. Peternakan Tropika, 3(2) : 338-352.

Suci, D. M. 2013. Pakan Itik. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudarmono. 2007. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Cetakan ke


5.Kanisius.Yogyakarta.

Tamalludin, F. 2014. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Penebas Swadaya. Jakarta.


Tangendjaja, B. 2007.Inovasi teknologi pakan menuju kemandirian usaha ternak
unggas. J. Wartazoa. 17(1) : 12 – 20.

Wahyono, D. E., & Hardianto, R. 2004. Pemanfaatan sumberdaya pakan lokal


untuk pengembangan usaha sapi potong.Makalah disampaikan pada
Lokakarya Nasional Sapi.

Wahyudi,T., T. R. Panggaben., dan Pujiyanto. 2008. Panduan lengkap kakao.


Penebar Swadaya. Depok

Widodo, W. 2002.Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual.UMM, Malang.


53

Widjastuti, T. 2009. Pemanfaatan tepung Daun pepaya (Carica papaya.LL ess)


dalam Upaya Peningkatan Produksi dan Kualitas Telur Ayam Sentul.J.
AGROLAND.16(3) : 268 - 273.

Wina, E. 2005.Teknologi pemanfaatan mikroorganisme dalam pakan untuk


meningkatkan produktivitas ternak ruminansia di Indonesia. J. Wartazoa.
15(4) : 173 – 186.

Wulandari, A., T. Supriana dan Salmiah. 2014. Analisis Komparasi Usahatani


Ternak Ayam Potong Rakyat Dengan Ternak Ayam Potong Kemitraan
(Studi Kasus: Kec. Dolok Batu Nanggar dan Kec.Bandar Huluan
Kab.Simalungun).J. Social Economic Of Agriculture and
Agribusiness.2(4) : 1 - 12.

Yaman, A. 2010. Ayam Kampung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yatno. 2011. Fraksinasi dan sifat fisiko-kinia bungkil inti sawit. J. Agrinak. 1 (1) :
11 – 16.

Yulianto, P., dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif.
Penebar Swadaya, Depok.

Zakariah, M. A. 2012. Uji kontrol kualitas bahan pakan di Indonesia. Fakultas


Peternakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (Skripsi Sarjana
Peternakan)

Zailzar, L., Sujono, Suyatno dan A. Yani. 2011. Peningkatan kualitas dan
ketersediaan pakan untuk mengatasi kesulitan di musim kemarau pada
kelompok peternak sapi perah. J. Dedikasi. 8(5) : 15 – 28.
54

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Berat Jenis

Berat Wadah Berat Sampel dengan


Bahan pakan
(BW) Wadah (BS + BW)
Bekatul Asli 64.182 102.506
Bekatul Subalan 64.185 100.806
Tepung Ikan Asli 64.183 118.462
Tepung Ikan Subalan 64.184 112.904
Bungkil Kedelai Asli 64.184 134.417
Bungkil Kedelai Subalan 64.186 117.661
Jagung Asli 64.185 132.212
Jagung Subalan 64.185 123.395
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.

Perhitungan berat jenis :

( BW+BS ) -BW
Bekatul Asli :
100

( 102.506 ) -64.182
:
100

38.324
:
100

: 0.3824

Bekatul Subalan :
( BW+BS ) -BW
100
( 100.806 ) -64.185
:
100

36.621
:
100
55

: 0.36621

( BW+BS ) -BW
Tepung Ikan Asli :
100
Lampiran 1. Perhitungan Berat Jenis (lanjutan)

( 118.462 ) -64.183
:
100

54.279
:
100

: 0.54279

( BW+BS ) -BW
Tepung Ikan Subalan :
100

( 112.304 ) -64.184
:
100

48.720
:
100

: 0.48720

( BW+BS ) -BW
Bungkil Kedelai Asli :
100

( 134.417 ) -64.184
:
100

70.233
:
100

: 0.70233

( BW+BS ) -BW
Bungkil Kedelai Subalan :
100
56

( 117.661 ) -64.186
:
100

53.475
:
100

: 0.53475

Lampiran 1. Perhitungan Berat Jenis (lanjutan)

( BW+BS ) -BW
Jagung Asli :
100

( 132.212 ) -64.185
:
100

68.027
:
100

: 0.68027

Jagung Subalan :
( BW+BS ) -BW
100
:
( 123.395 ) -64.185
100
61.210
:
100

: 0.6121
57
58

Lampiran 2. Perhitungan Gross Energi

Tabel 12. Pengamatan Suhu


Keterangan Waktu Temperatur (oC)
Tawal 1.00 27.06
2.00 27.08
3.00 27.08
4.00 27.12
Ta 5.00 27.14
5.15 27.14
5.30 27.28
5.45 27.68
6.00 27.94
6.15 28.12
6.30 28.24
6.45 28.32
7.00 28.40
7.15 28.46
7.30 28.62
7.45 28.62
Tc 8.00 28.62
9.00 28.72
10.00 28.74
11.00 28.76
12.00 28.78
Takhir 13.00 28.78
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2016.

Diketahui :

Berat sampel : 1.0359 gr


Kawat terbakar : 4.5 cm
Titrasi : 1.1 ml
w : 2465.57 kal/oC
a : 5 menit
c : 7.30

( t.w ) -e1-e2
Kalor =
m

Perhitungan Gross Energi :


59

e1 = kawat terbakar x 2.3


= 4.5 x 2.3
= 10.35 kal

Lampiran 2. Pengamatan Suhu (lanjutan)

e2 = titrasi x 1
= 1.1 x 1
= 1.1 kal

( Ta-Tawal )
r1 =
5

( 27.14-27.06 )
=
5

= 0.016 oC/menit

( Takhir - Tc )
r2 =
5

( 28.78 - 28.62 )
=
5

= 0.032 oC/menit

tb = ta + 60 % (tc - ta)
= 27.14 + 60 % ( 28.62 – 27.14)
= 27.14 + 0.888
= 28.028

( Tc-Suhu bawah )
b = menit 1 + ( menit 2 – menit 1 )
( Suhu atas-Suhu bawah )

( 28.62-27.94 )
= 6.00 + ( 6.15 – 6.00)
( 28.12-27.94 )

0.68
= 6.00 + 0.15
0.18

= 6.00 + 0.567
60

= 6.567
61

Lampiran 2. Pengamatan Suhu (lanjutan)

t = tc – ta – r1( b-a )- r2(c-b)

= 28.62 - 27.14 – 0.016( 6.567 – 5 )- 0.032( 7.30 – 5 )

= 1.48 – 0.025 – 0.074

= 1.381 oC
Maka,

( t.w ) -e1-e2
Kalori =
m

( 1.381 x 2465.57 ) -10.15-1.1


=
1.0395

( 3404.952 ) -11.25
=
1.0395

3393.702
=
1.0395

= 3264.744 kal/gr

Konversi GE dalam 100 % BK :

100
= xkadar GE
BK

100
= x 3264.744
93.0988

= 3506.752 kal/BK/gr

Anda mungkin juga menyukai