Anda di halaman 1dari 1

PENANGGULANGAN PEMERINTAH TERHADAP GELANDANGAN

DAN PENGEMIS (GEPENG)

Apa yang kamu ketahui tentang gepeng? Gepeng adalah akronim dari kata
gelandangan dan pengemis. Meskipun hampir sama, ternyata gelandangan dan
pengemis itu berbeda, lho. Ditinjau dari definisinya, gelandangan adalah orang
yang hidup secara berpindah-pindah (nomaden) dan tidak memiliki tempat
tinggal, tapi memiliki pekerjaan. Sedangkan pengemis adalah orang yang minta-
minta dan mengharapkan belas kasihan orang lain, namun kebanyakan masih
memiliki tempat tinggal.
Seorang gelandangan biasanya bekerja serabutan sebagai kuli angkat,
tukang parkir, pemulung, atau pesuruh lainnya. Mereka selalu mondar-mandir di
suatu tempat dengan memakai baju yang lusuh serta penampilan yang dekil.
Berbeda dengan pengemis, pengemis bekerja dengan cara meminta-minta di
tempat-tempat ramai seperti di area rambu lalu lintas, pasar, terminal, alun-alun,
bahkan masuk ke dalam lingkungan pendidikan terbuka atau area kampus.
Biasanya mereka berpenampilan lusuh, membawa anak, pura-pura cacat, pura-
pura terlihat lemah, memakai baju koko dan kotak amal, dan cara-cara lain yang
dapat menarik simpati seseorang. Tak jarang pengemis meminta dengan cara
memaksa dan memaki-maki jika seseorang tidak mau memberikan uangnya.
Karena hal itu, gepeng dianggap mengganggu keamanan, ketertiban, keindahan
dan kesejahteraan masyarakat. Padahal mereka layak mendapatkan hak-hak dasar
sebagai warga Negara Indonesia pada umumnya.
Menurut sebuah penelitian, lahirnya gepeng disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi, adanya rasa
malas bekerja, cacat fisik maupun psikis dan usia tua. Faktor eksternal meliputi,
faktor sosial, kultural, pendidikan, ekonomi, lingkungan dan geografis. Selain itu
urbanisasi juga menyumbang peningkatan populasi gepeng. Perantau yang gagal
dan tidak memiliki dana untuk bertahan hidup akan terpaksa hidup dengan cara
menggelandang.

Anda mungkin juga menyukai