Analisis:
Kasus diatas sudah melanggar kode etik psikologi pada Bab VIII tentang biaya layanan
psikologi, Pasal 34 rujukan dan biaya (Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membagi
imbalan, pembayaran). Dimana seharusnya JW mendapat imbalan dari apa yang sudah ia
lakukan. Tindakan IS dalam kasus di atas sudah jelas sangat tidak menghargai kerja keras
JW, padahal JW sudah berusaha membantunya untuk melakukan psikotes. Honor yang
dijanjikan IS hanya tinggal janji, meskipun JW telah menagihnya tapi tetap saja ia tidak
mendapatkan hak yag memang semestinya ia dapatkan, kecuali jika pada awal pelaksaan
psikotes IS memang tidak menjanjikan apapun pada JW. Namun, meskipun demikian sebagai
sesama profesi yaitu Psikolog IS memang sudah semestinya untuk membagi honor pada JW
yang sudah diatur sebelumnya. Dikarenakan JW hanya berdasar kepercayaan semata hingga
ia tidak memikirkan penandatanganan kontrak terhadap IS, maka masalah pembagian honor
yang biasanya tercantum di dalam kontrak yang seharusnya mereka sepakati sebelumnya
ternyata tidak dibuat dan antara mereka tidak terjadi tanda tangan hitam, sehingga JW tidak
bisa melaporkan tindakan IS pada Majelis Psikologi untuk dijadikan bukti hukum yang kuat.
Dalam hal ini JW juga menyalangi kode etik psikologi karena telah mengabaikan kontrak
perjanjian sebagai bukti persetujuan bahwa ia telah menerima kerja sama dengan IS untuk
melakukan psikotes.