Anda di halaman 1dari 2

Tugas Psikoterapi Islam 3

Nama : Alfiano Syahrazad


Nim : 12306183024
Kelas : BKI V-A
Kasus
JW bekerja sebagai Psikolog yang membantu biro psikologi yang mendapatkan proyek kerja
sama untuk melakukan psikotes di berbagai perusahaan atau lembaga pendidikan. Salah satu
kakak angkatannya yang bernama IS memiliki biro psikologi yang masih berbentuk CV, dan
mendapatkan proyek dari perusahaan tertentu untuk melakukan psikotes dalam bentul massal.
Ia meminta JW untuk membantunya, dan JW menerimanya berdasarkan sistem kepercayaan,
tanpa menandatangani surat kontrak perjanjian seperti kebiasaan yang terjadi saat itu.
Namun, setelah beberapa lama JW tidak mendapatkan honor yang dijanjikan meskipun telah
berusaha menagih honornya pada IS dan bahkan juga menghubungi staf HR di perusahaan
tersebut, yang juga adik kelasnya, untuk mencari kepastian, meskipun pihak perusahaan telah
membayar penuh pada IS, honor JW tak kunjung dibayar oleh IS, bahkan JW merasa IS
menghindari dirinya dan seolah-olah menghilang di telan bumi. Dalam salah satu diskusi
tentang kode etik di milis psikologi, JW kemudian mengemukakan kasusnya dengan
menyebutkan nama lengkap IS dan perusahaan IS tanpa menyamarkannya untuk mencari
solusi.
JW tidak berani membuat laporan resmi kepada pihak Majelis Psikologi maupun aparat
hukum karena posisinya lemah, dengan tidak adanya surat kontrak tertulis.

Analisis:

Kasus diatas sudah melanggar kode etik psikologi pada Bab VIII tentang biaya layanan
psikologi, Pasal 34 rujukan dan biaya (Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membagi
imbalan, pembayaran). Dimana seharusnya JW mendapat imbalan dari apa yang sudah ia
lakukan. Tindakan IS dalam kasus di atas sudah jelas sangat tidak menghargai kerja keras
JW, padahal JW sudah berusaha membantunya untuk melakukan psikotes. Honor yang
dijanjikan IS hanya tinggal janji, meskipun JW telah menagihnya tapi tetap saja ia tidak
mendapatkan hak yag memang semestinya ia dapatkan, kecuali jika pada awal pelaksaan
psikotes IS memang tidak menjanjikan apapun pada JW. Namun, meskipun demikian sebagai
sesama profesi yaitu Psikolog IS memang sudah semestinya untuk membagi honor pada JW
yang sudah diatur sebelumnya. Dikarenakan JW hanya berdasar kepercayaan semata hingga
ia tidak memikirkan penandatanganan kontrak terhadap IS, maka masalah pembagian honor
yang biasanya tercantum di dalam kontrak yang seharusnya mereka sepakati sebelumnya
ternyata tidak dibuat dan antara mereka tidak terjadi tanda tangan hitam, sehingga JW tidak
bisa melaporkan tindakan IS pada Majelis Psikologi untuk dijadikan bukti hukum yang kuat.
Dalam hal ini JW juga menyalangi kode etik psikologi karena telah mengabaikan kontrak
perjanjian sebagai bukti persetujuan bahwa ia telah menerima kerja sama dengan IS untuk
melakukan psikotes.

Anda mungkin juga menyukai