Anda di halaman 1dari 35

Materi Pengantar Sosiologi

SOSIOLOGI
I. Sejarah Singkat Perkembangan Teori Sosiologi.
 Sosiologi di bentuk oleh setting sosialnya, yang tidak hanya berasal dari kondisi
sosialnya tetapi juga lingkungan sosialnya sebagai basis masalah pokoknya.
Kondisi sosial terpenting abad 19 dan awal abad 20 yang sangat signifikan dalam
perkembangan teori sosiologinya.
 Berdasarkan sejarah, sosiologi muncul setelah terjadi ancaman terhadap dunia,
yaitu terjadi perubahan secara mendasar dan berjangka panjang di Eropah
seperti : ‘ Industri, Urbanisasi, dan Rasionalisasi ‘.
 Revolusi politik dan revolusi industri yang melanda Eropah terutama di abad 19
dan awal abad 20 merupakan faktor langsung yang memunculkan teori sosiologi.
Revolusi industri merupakan puncak transformasi di dunia barat dari corak
sistem pertanian menjadi sistem industri, berakibat :
1. Banyak orang meninggalkan usaha pertanian dan beralih ke pekerjaan
industri.
2. Banyak pabrik didirikan dan berkembang pesat berkat kemajuan teknologi.
3. Birokrasi ekonomi berskala besar muncul untuk memberikan pelayanan yang
dibutuhkan industri, yaitu Sistem Ekonomi Kapitalis.
4. Harapan utama sistem ekonomi kapitalis adalah sebuah pasar bebas tempat
memperjualbelikan berbagai produk industri.
5. Dalam sistem ekonomi kapitalis hanya segelintir orang mendapat keuntungan
sangat besar sementara sebagian besar lainnya bekerja membanting tulang
dalamkerja yang panjang menerima upah yang rendah.

 Dari situasi seperti itulah muncul reaksi menentang sistem industri dan
kapitalisme, yang selanjutnya diikuti oleh ledakan gerakan buruh dan berbagai
gerakan radikal lain yang bertujuan menghancurkan sistem kapitalis.
 Revolusi industri, kapitalisme dan reaksi pertentangan tersebut menimbulkan
pergolakan dahsyat dalam masyarakatBarat. Pergolakan ini pula yang sangat
mempengaruhi para sosiolog.

Talcott Parsons, Tokoh Sosiologi masa kini mengatakan :


 Masalah yang akan dipecahkan sosiologi berkaitan erat dengan masalah
dihadapi Thomas Hobbes (pemikir Inggris Th. 1588-1679). Pada masa
tersebut Eropa dilanda perang berkepanjangan, Hobbes mengkhawatirkan
kondisi ini akan membuat umat manusia punah.
 Hobbes mengajukan pertanyaan sangat terkenal: ‘How and why is society
possible ? (Mengapa dan bagaimana masyarakat dimungkinkan).
 Pertanyaan ini mendorong para ahli sosiologi untuk mengkaji masyarakat,
dikenal dengan istilah : “ The Problem of Order” (masalah keteraturan).

Menurut Berger, pertanyaan yang diajukan para ahli sosiologi :


 Apa yang dilakukan manusia,
 Bagaimana hubungan antara manusia,
Materi Pengantar Sosiologi

 Bagaimana hubungan antar manusia membentuk institusi,


 Ide kolektif apa yang menggerakkan manusia dan institusi.
 Para ahli sosiologi membedakan antara perintis awal yang hidup abad ke 18 dan
19, dan para tokoh sosiologi masa kini yang hidup di abad ke 20.

 Menurut Doyle Paul Johnson, dalam buku Teori Sosiologi Klasik dan Modern :
 Tokoh Sosiologi Klasik (Classical Founders), ialah :
“ Auguste Comte, Karl Marx, Emile Durkheim, Max Weber, & George
Simmel”.
 Penganut perspektif masa kini (Contemporary Perspectives), ialah :
“ George Herbert Mead, George C.Homas, Erving Goffman, Jhon Thibaut &
Harold H.Kelley, Petter M.Blau, Talcott Parsons, Robert K.Merton, C.Wright
Mills, Ralf Dahrendorf, Lewis A.Coser, Randal Collins, dan lain-lain”.

 Pada awal perkembangannya sosiologi di dominasi oleh para ahli teori secara
individual (Sosiologi Klasik), kemudian mengalami pergeseran ke aliran-aliran
Teori Sosiologi (Sosiologi Modern)  Perspektif Sosiologi.

 Perbedaan kajian Teori Sosiologi Klasik dan Mordern :


 Teori Sosiologi Klasik :
Memperlihatkan sesuatu pergeseran dari tingkat budaya  ke tingkat struk-
tur sosial  ke tingkat antar pribadi.
 Teori Sosiologi Modern :
Ada pergeseran dari tingkat hubungan sosial antar pribadi yang bersifat mikro
 ketingkat struktur institusional berskala besar yang bersifat makro

 Pemikiran para perintis awal dan para tokoh sosiologi masa kini, ada
kesinambungan atau benang merah. Oleh karena sebagian besar konsep dan teori
sosiologi masa kini berakar pada sumbangan pikiran tokoh klasik.
 Misal : Tokoh masa kini seperti Mills, Dahrendorf, Coser , Collins,
dipengaruhi pemikiran Karl Marx yang hidup abad 18 dengan teori
konfliknya.

II. Perspektif dalam Sosiologi.


 Untuk menelaah sesuatu harus dimulai dengan membuat beberapa asumsi
tentang sifat-sifat yang akan dipelajari.
 Misal : Newton mengembangkan hukum gaya berat setelah mengamati , bahwa
apel selalu jatuh kebawah tidak pernah keatas.
 Seperangkat asumsi kerja disebut :
‘ Suatu perspektif, suatu pendekatan, kadang-kadang juga disebut paradigma’.
 Paradigma :
Pandangan mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan
yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (Dicipline).
(Kuhn, Masterman, dan Friedrichs).
Materi Pengantar Sosiologi

III. Perspektif-Perspektif yang Dipakai dalam Sosiologi.


1. Perspektif Evolusionis.
 Perspektif teoritis yang paling awal dalam sosiologi.
 Perspektif ini mengumpamakan masyarakat dengan organisme hidup, yang
secara bertahap tumbuh dan berkembang.

 Inspirator : Charles Darwin (1809-1882), membuktikan bahwa variasi dan


diferensiasi besar si alam flora dan fauna merupakan hasil suatu proses yang
amat lama. Proses ini bercirikan 4 hal :
a. Struggle for Life  Hidup di bumi ditandai persaingan yang kejam,
b. Survival of the Fittest  Pihak yang kuat yang sanggup bertahan,
c. Natural Selection  Alam yang mengadakan seleksi,
d. Progress  Melangkah maju.
 Kelemahan teori evolusi terletak dalam menyamakan sosiologi dan biologi
 Kehidupan sosial di reduksi pada hukum-hukum yang menguasai semesta alam
 Tempat dan peran khusus pikiran bebas tidak diakuinya
 Ahli Sosiologi Klasik yang mendasari teori ini : HerbertSpecer (1820-1903) dari
Inggris :
 Menganut ideologi materialistis tentang masyarakat ;
‘ Kehidupan sosial dikembalikan kepada materi, materi dikekang oleh hu-kum
penggabungan dan penggadaan’.
 Misal : Individu – individu bergabung menjadi  Keluarga; keluarga-
keluarga  Kelompok; kelompok-kelompok  Desa; desa-desa
 Kota ; kota-kota  Negara; menjadi macam-macam assosiasi.

 Prinsip Evolusi = Hukum Penggabungan Materi.

 AUGUSTE COMTE (1798-1857).


 Ciri Manusia, yaitu : akal dan budi  sebagai prinsip evolusi.
 Akal dan Budi manusia dikekang suatu hukum / daya gerak evolusioner dari
dalam diri secara bertahap.
 Dimana umat manusia mula-mula berpikir konkrit dan partikular, kemudian
berpikir abstrak dan umum, akhirnya positif dan empiris.
 Teori Sosiologi atau Hukum Tiga Tahap :
1. Tahap Teologis, yang menjadi karakteristik dunia sebelum era 1300.
Sistem gagasan utamanya menekankan pada keyakinan bahwa kekuatan
adikodrati, tokoh agama, dan keteladanan kemanusiaan menjadi dasar
segala sesuatu. Dunia sosial dan alam fisik dipandang sebagai ciptaan
Tuhan.
2. Tahap Metafisik, terjadi kira-kira antara 1300-1800. Bahwa kekuatan
abstraklah yang menerangkan segala sesuatu, bukan dewa-dewa personal.
3. Tahap Positivistik, pada tahun 1800. Ditandai keyakinan terhadap ilmu
sains (science), menghentikan penelitian terhadap penyebab absolut
Materi Pengantar Sosiologi

(Tuhan atau Alam), memusatkan perhatian terhadap alam fisik dan dunia
sosial guna mengetahui hukum-hukum yang mengetahuinya. IPTEK
mempunyai wewenang dan berkuasa.

2. Perspektif Interaksionisme Simbolik.


 Memusatkan perhatiaannya terhadap interaksi antara individu dan kelompok .
 Istilah ini berasal dari Herbert Blumer.
 Sosiologi  studi empiris tentang perilaku manusia yang berkelompok.
 Pada hakekatnya perilaku atau aksi itu selalu interaksi.
 Orang yang berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang mencakup :
‘ Tanda, isyarat, kata-kata secara tertulis / lisan’.
 Perhatiaannya dipusatkan pada :
‘ Arti atau makna apa yang ditemukan orang pada perilaku orang lain :
Bagaimana arti ini diturunkan; bagaimana orang lain menanggapinya’.
 Perspektif ini memberi sumbangan terhadap perkembangan kepribadian dan
berperilaku.

3. Perspektif Struktur Fungsionalisme.


 Suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisir, bekerja secara
teratur menurut seperangkat aturan dan nilai yang dianut masyarakat.
 Suatu sistem yang stabil cenderung kearah keseimbangan, kecenderungan
mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang.
 Misal : Sekolah berfungsi, mendidik anak-anak, mengambil tanggung ja-
wab orangtua murid pada waktu siang hari,dll.
 Adanya konsensus di masyarakat.

4. Perspektif Konflik.
 Perspektif ini didasarkan pada karya Karl Marx (1818-1883)
 Pertentangan dan eksploitasi kelas sebagai penggerak utama kekuatan-
kekuatan dalam sejarah..
 Melihat masyarakat berada dalam konflik terus menerus diantara kelompok dan
kelas.
 Masyarakat terikat bersama, karena kekuatan dari kelompok / kelas yang domi-
nan.
 Konsensus = Ciptaan kelompok / kelas yang dominan untuk memaksakan
nilai-nilai serta peraturan mereka terhadap semua orang.

SOSIOLOGI
Materi Pengantar Sosiologi

I. PENGERTIAN SOSIOLOGI.
 Pada abad ke-19, seorang ahli filsafat berbangsa Perancis “ Auguste Comte “
(Isidore Auguste Fracois Marie Xavier Comte)  menulis buku yang berisikan
pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Beliau memberi
nama pada ilmu yang baru tersebut adalah SOSIOLOGI (Tahun 1839).

 Istilah Sosiologi yang terdiri dari kata : “Socius” (bahasa Latin) dan “Logos”
(Bahasa Yunani).
- Socius : Teman / Kawan.
- Logos : Pengetahuan / Ilmu.
 Sosiologi artinya :
“ Pengetahuan/ Ilmu yang berbicara tentang manusia berteman atau
bermasyarakat”.

 Dengan sederhana dikatakan bahwa Sosiologi adalah Ilmu Masyarakat. Kata


‘Masyarakat’ dipakai dalam arti : “ Kehidupan bersama “ yang mempunyai
berbagai tingkatan :
 Dari kesatuan kecil seperti : Sepasang suami istri, 2 sahabat, keluarga
kelompok arisan.
 Sampai kesatuan lebih besar :
Organisasi perusahaan, partai politik, kampung, desa, kota, negara, kelompok-
kelompok negara ASEAN.

 Dimana saja orang hidup bersama dan saling mempengaruhi peri-lakunya, disana
ada ‘Masyarakat’ yang menjadi sasaran studi : SOSIOLOGI.

 Sosiologi adalah ilmu yang lahir dari observasi dan renungan ‘ilmiah’ manusia
atas kehidupan bersama.
 Dipakai kata ilmiah :
 Pemikiran ilmiah selalu hendak menerompong
sampai ke latar belakang dari gejala-gejala yang nampak dipermukaan, serta
memasalahkan penyebabnya (rangkaian sebab akibat).

 Menempatkan dalam suatu konteks lebih besar (dengan memakai konsep-


konsep / pengertian-pengertian umum yang abstrak) yang pada umumnya tidak
langsung diamati.

 Misalnya : Penanaman nilai-nilai keagamaan pada


anak pekerja seks komersial.
Hipotesis awal : Bahwa anak-anak pekerja seks minim mendapatkan penanaman
nilai-nilai keagamaan  hipotesis ini perlu dibuktikan dengan penelitian.

 Sosiologi secara ilmiah mempelajari kehidupan bersama manusia :


 Sorotannya diarahkan kepada baik struktur-strukturnya
(statika sosial) maupun proses-prosesnya (dinamika sosial  perubahan sosial).

 Kehidupan bersama (sosial) tidak bersifat acak-acakan


atau kacau balau tetapi “berstruktur”  ditunjang oleh : “ Peraturan-
peraturan, pola hiraki, dan lokasi tertentu “  mencirikan kehidupan
bersama.
Materi Pengantar Sosiologi

 Terdapat “Proses-proses sosial”  Tindakan-tindakan


orang yang secara sambung menyambung menuju pertahanan atau perubahan
status quo.

II. DEFINISI SOSIOLOGI.


1. Max Weber. (Jerman, 1864 – 1920).
 Sosiologi adalah Ilmu yang berhubungan dengan ‘Pemahaman
Interpretatif’ mengenai ‘Tindakan Sosial’. Penjelasan kausal : Mengenai arah
dan konsekuensi tindakan sosial itu.
 Interpretatif = Verstehen (istilah Jerman).
Berarti : “Memahami atau Mengerti”.

 Verstehen  sebagai metode (cara) mengumpulkan data/informasi


yang berhubungan dengan ‘tindakan sosial’.
 Sosiologi Weber disebut : Sosiologi Interpretatif.

2. George Simmel (1858 – 1918).


 Sosiologi : yang dipelajari adalah ‘Interaksi Sosial’
yang disebut dengan istilah “Sosiasi”.
 Penekanannya pada individu yang berinteraksi didalam
masyarakat. Langsung dapat kita amati orang yang sedang berinteraksi.
 Sistem Interaksi  Hasil atau produk dari individu yang berinteraksi.

3. Isidore Auguste Fracois Marie Xavier Comte. (Auguste Comte, 1789 – 1857)
seorang berbangsa Perancis.
 Sosiologi : Ilmu positif tentang masyarakat.
 Kata Sosiologi berasal dari Comte.
 Sering disebut sebagai Bapak Sosiologi.

4. Emile Durkheim (1858 – 1917)  Orang Perancis keturunan Yahudi.


 Meletakkan dasar sosiologi ilmiah positif.
 Sosiologi : Ilmu yang mempelajari ‘Fakta Sosial’ dan bukan fakta individu.
 Fakta sosial adalah :
• Setiap cara bertindak yang pasti atau tidak, yang umumnya
terdapat dalam suatu masyarakat tertentu  memiliki eksistensinya
sendiri.
• Didalam Fakta Sosial : kebiasaan, peraturan, norma (hukum),
dsb, sifatnya : eksternal, memaksa, dan berlaku umum.

1. Peter L.Berger.
 Sosiologi : Studi Ilmiah mengenai hubungan antara masyarakat dan
individu. Artinya, Sosiologi adalah Ilmu (science).
 Empat sifat Sosiologi itu suatu ilmu :

a. Sosiologi bersifat Empiris (tidak spekulatif),


didasarkan pada pengamatan dan penalaran.
Materi Pengantar Sosiologi

 Pengamatan :Berhubungan dengan panca indera manusia yang


dialaminya dalam kehidupan sosial.
 Penalaran : Berhubungan dengan akal budi manusia yang bersifat
‘Rasional’.
b. Sosiologi bersifat Teoritis.
 Ilmu Pengetahuan yang berusaha untuk
menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi.
 Abstraksi : merupakan kerangka dari unsur-
unsur yang tersusun secara logis  bertujuan menjelaskan hubungan
sebab akibat sehingga menjadi Teori.
c. Sosiologi Bersifat Kumulatif.
 Teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-
teori yang sudah ada kemudian disempurnakan, ditambah,
diperhalus, di perbaiki, dan lalu makin baik.
d. Sosiologi tidak Menilai (Non ethis).
 Yang dipersoalkan bukan buruk-baiknya fakta
tertentu. Sosiologi hanya mau menjelaskan perilaku sosialnya secara
analitis.

III. MASYARAKAT DAN INDIVIDU.


1. Apa itu Masyarakat ?
 Peter L.Berger, Masyarakat adalah :
“ Masyarakat suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas
sifatnya “.
 Keseluruhan Kompleks :
 Keseluruhan itu terdiri dari bagian-bagian yang
membentuk suatu kesatuan.
 Bagian-bagian itu adalah hubungan sosial.
• Misal : Hubungan antara anak dan orangtua, suami dan istri, pria
dan wanita, buruh dan majikan, dll.
 Keseluruhan dari hubungan-hubungan yang luas itu
disebut : MASYARAKAT.
 Hubungan-hubungan tersebut terjadi secara keteraturan 
berjalan menurut suatu sistem.
• Misal : Bawahan tunduk pada atasan ; anak menghormati
orangtua.
 Masyarakat  Menunjuk pada suatu sistem
interaksi.

2. Apa itu Individu ?


 Dalam Sosiologi “Individu” diartikan :
 Subjek yang melakukan sesuatu.
 Subjek yang mempunyai pikiran.
Materi Pengantar Sosiologi

 Subjek yang mempunyai kehendak.


 Subjek yang mempunyai kebebasan.
 Subjek yang memberi arti pada sesuatu.
 Yang mampu menilai tindakan dan hasil
tindakannya sendiri.
 Individu : Subjek yang Bertindak (Actor).
 Subjek menunjuk pada  Dunia Internal manusia.
Objek menunjuk pada  Dunia Eksternal, artinya ada diluar
individu.
 Dunia Eksternal disini adalah  Masyarakat.

3. Hubungan Individu dan Masyarakat.


 Masyarakat diciptakan oleh manusia (individu), individu dibentuk oleh
masyarakatnya.
 Kedua kenyataan subyektif dan obyektif saling menentukan, yang satu
tidak ada tanpa yang lain.
• Misal :
Anak yang baru lahir tidak menciptakan peraturan / kebiasaan di
masyarakat, bahkan diperkenalkan dan dibesarkan dengan kebiasaan-
kebiasaan tersebut. Sesudah ia meninggal, kebiasaan itu tetap ada.
 Individu memberikan arti terhadap bermacam-macam peraturan /
kebiasaan.
 Jika individu tidak memberi arti, peraturan-peraturan dan kebiasaan-
kebiasaan itu tidak berarti pula.

 Perbedaan pendekatan sosiologi ‘Masyarakat dan Individu’ :

DURKHEIM WEBER
TEKANANNYA : MASYARAKAT INDIVIDU
• Memaksa • Bebas
• Umum • Unik / Khusus
SIFAT-SIFATNYA :
• Eksternal / Objektif. • Internal / Subjektif
• Interpretatif

Daftar Pustaka :
1. Kamanto Sunarto, (2000), Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua), Jakarta, Lembaga Penerbit FE UI.
2. Karel J. Veeger (1997), Realitas Sosial, Jakarta, Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik dan PT
Gramedia Pustaka Utama.
3. Ritzer, George. (2005), Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Terjemahan
Alimandan), Jakarta, Rajawali.
Materi Pengantar Sosiologi

4. Soerjono Soekanto, (1999), Pengantar Sosiologi, (Cetakan 27), Jakarta, Raja Gratindo Persada
INDIVIDU DAN MASYARAKAT

I. PEMBENTUKAN MANUSIA MENJADI INDIVIDU OLEH


MASYARAKAT

A. HAKIKAT MANUSIA.
 Hakikat manusia dapat ditinjau dari berbagai aspek, namun pada dasar-nya
merupakan satu kesatuan dalam diri manusia, disebut “MONOPLURALIS “
artinya Jamak yang Satu.

 SKEMA HAKIKAT MANUSIA, SEBAGAI BERIKUT :


JIWA (Cipta, Rasa, &
SUSUNAN KODRAT karya)
RAGA (Fisik manusia)

MAKHLUK INDIVIDUAL
HAKIKAT SIFAT KODRAT
MANUSIA MAKHLUK SOSIAL

PRIBADI BERDIRI
KEDUDUKAN SENDIRI (Otonom)
KODRAT
MAKHLUK TUHAN

 Menurut ‘ Notonagoro ‘ , hakikat mausia bersifat Monopluralis. Hal-hal


yang mutlak dari manusia itu adalah bahwa manusia dapat dilihat dari susunan
kodratnya yang terdiri atas raga & jiwa. Dilihat dari sifat ko-dratnya manusia
merupakan makhluk individu yang harus hidup bersama ( makhluk perorangan
sekaligus makhluk sosial). Manusia mempunyai kedudukan kodrat sebagai
pribadi berdiri sendiri (otonom) & sebagai makhluk Tuhan.

B. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU.


 Individu berasal dari kata latin “ Individuum”, artinya yang tak terbagi :
 Menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas (sebagai manusia
perseorangan)
 Tidak dapat dipisahkan antara jiwa dan raganya
 Dalam Ilmu sosial, paham tentang Individu :
 Menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang
peranan dalam pergaulan hidup manusia.

 Karakter khas individu terbentuk dalam keluarga secara bertahap dan


mengkristalisasi melalui sentuhan-sentuhan interaksi, antara lain :
Materi Pengantar Sosiologi

1. Etika  Nilai-nilai tentang tata kelakuan, kesopanan, dll.


2. Estetika  Nilai-nilai tentang keindahan : Menolong / membantu
sesama manusia, cinta kasih, dll.
3. Moral Agama  Adanya kekuatan yang maha dasyat diluar diri
manusia yang disembah dan ditaati serta dipatuhi ajaran-ajaran-
Nya.

 Ada 3 (tiga) aspek yang melekat pada diri Individu dari hasil sentuhan interaksi :
1. Aspek Organik Jasmaniah  Raga / Fisik.
2. Aspek Psikis Rohaniah  Bahasa, adat istiadat, agama, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, dll.
3. Aspek sosial kebersamaan  Tidak bisa hidup sendiri, tergantung dengan
orang lain.

 Makna manusia menjadi individu :


 Apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku
masyarakat yang bersangkutan
 Individu dibebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebe-samaan
hidup.

 Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai si


individu adalah dirinya sendiri, disebut Proses Individualisasi / Aktualisasi
Diri.

 Individu dalam bertingkah laku menurut pola pribadi yang terbentuk dari
masyarakatnya, ada 3 (tiga) bentuk kemungkinan :
1. Menyimpan dari norma kolektif
2. Kehilangan individualitasnya/ takluk kepada norma kolektif
3. Mempengaruhi masyarakat seperti adanya tokoh pahlawan / pengacau.

C. TEORI PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN INDIVIDU.


 Teori yang mengkaji individu adalah “Psikoanalisa” dari Sigmund
Freud. Ia membedakan 3 (tiga) sistem dalam hidup psikhis manusia,
yaitu : ID, Ego, Super Ego. Istilah dalam psikoanalisa disebut 3
instansi yang menandai hidup psikhis.

 ID = Lapisan psikis yang paling dasar terdiri dari naluri-naluri


bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan-keinginan yang direpresi.
Pada ID yang berkuasa adalah prinsip kesenangan  yang tidak
mengenal waktu dan tidak mengenal hukum-hukum logika.

 Ego = Hasil diferensiasi dari ID karena kontak dengan dunia luar.


Aktivitasnya dapat sadar. Prasadar, dan tidak sadar.
Aktivitas sadar : persepsi lahiriah, persepsi batiniah, dan proses-
proses intelektual.
Materi Pengantar Sosiologi

Aktivitas Prasadar: Fungsi ingatan.


Aktivitas tidak sadar: dijalankan dengan mekanisme-mekanisme
pertahanan.
Tugas Ego = Mempertahankan kepribadiannya, adaptasi dengan
lingkungannya, mendamaikan konflik-konflik berbagai keinginanagar
selaras, mengawasi rengendalian super ego terhadap ID.
Fungsi Ego:
- Sebagai Fileter apa-apa yang masuk kesifat sadar dan apa-apa yang
akan dikerjakan.
- Sebagai penjamin kesatuan pribadi dan alat sintesa.
 Super Ego = Terbentuk hasil internalisasi  pembatinan norma-
norma atau nilai-nilai yang datang dari luar, diolah sedemikian rupa
sehingga terpancar dari dalam  membentuk suara / keinginan hati.

II. MASYARAKAT.
A. PENGERTIAN MASYARAKAT.
 Pengertian Masyarakat, adalah :
 Suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lainnya 
terbentuk “Kehidupan Sosial”.

 Soerjono Soekanto (1982),


 Kehidupan Sosial : Kehidupan bersama manusia atau
kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan.

 Pada dasarnya ditandai dengan :


1. Adanya manusia yang hidup bersama  minimal 2 orang atau lebih.
2. Manusia tersebut berhubungan (berinteraksi) dan hidup bersama dalam
waktu yang cukup lama akan terjadi adaptasi dan pengorganisasian
perilaku (didasari norma-norma/aturan, dan nilai-nilai),
3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan memiliki
Tujuan Bersama,
4. Terbentuklah suatu Sistem Kehidupan Bersama.

 SKEMA : KEHIDUPAN SOSIAL.

KEHIDUPAN INTERAKSI : PENGORGANISA- STRUKTUR


BERSAMA - ADAPTASI SIAN PERILAKU : SOSIAL
(SOSIAL) - SOSIALISASI - SISTEM SOSIAL
- SISTEM
BUDAYA

BENTUK MASYARAKAT :
Materi Pengantar Sosiologi

I. Menurut Antropologi Sosial, ada 2 tipe :


1. Masyarakat yang tidak kompleks dengan ciri-ciri :
 Belum mengenal pembagian kerja.
 Struktur dan aspek-aspek masyarakatnya masih dapat dipelajari sebagai kesa-
tuan.
 Misal : Dalam Bidang,
 Mata Pencaharian  Pertanian
 Kehidupan Sosialnya  Gotong Royong
2. Masyarakat yang kompleks, dengan ciri-ciri :
 Spesialisasi dalam bidang pekerjaan .
 Akibat adanya IPTEK yang masuk
 Suatu masyarakat yang sukar diselidiki  aspek –aspek masyarakatnya
tidak sebagai kesatuan.
 Misal : Dalam Bidang,
 Mata Pencaharian  Beraneka jenis pekerjaan
 Kehidupan sosial  Stratifikasi lebih tajam, golongan atas – bawah.

II. Menurut Sosiologi :


1. Tipe I : Disebut; Community, Persekutuan hidup, Paguyuban, Gemein-
schaft.
 Dasar-dasar Community :
a. Locality (Daerah Tempat Tinggal).
 Berasal dari kedaerahan yang sama  memperkuat solidaritas.
b. Community Sentiment (Perasaan Komunitas)
 Adanya perasaan yang sama  Faktornya empatinya kuat.
 Timbulnya perasaan senasib sepenanggungan.

2. Tipe II : Disebut ; Society, Gesselschaft, Patembayan.


 Merupakan masyarakat modern, tiap anggotanya bergerak untuk kepentingan
sendiri.
 Bertindak jika ada keuntungannya.
 Anggota masyarakatnya bersifat  Individualistis

 Masyarakat : Suatu Organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama


lain.
 Kebudayaan : Suatu sistem nilai dan norma yang terodganisir yang menjadi
pegangan bagi masyarakat tersebut.

KEBUDAYAAN
Materi Pengantar Sosiologi

 Kultur = Segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam
 Kebudayaan dari bahasa sansekerta : ‘Buddhayah’, bentuk jamak dari kata
Buddhi  budi dan akal (budi & daya)  Karsa (kehendak).

 Definisi Kebudayaan :
1. E.B.Taylor.
 Semua yang mencakup: pengetahuan, kepercayaan, keilmuan, hukum,
adat istiadat, dan kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.

2. Alvin L.Betrand.
 Sebagai semua cara hidup (ways of life) yang dipelajari dan diharapkan
sama-sama di ikuti oleh para anggota dari suatu kelompok masyarakat
tertentu

3. Selo Soemardjan & Soelaeman Soemardi.


 Semua hasil Karya, Rasa dan Cipta manusia / masyarakat

 SKEMA KEBUDAYAAN :

- RASA - Ideologi
(estetika) - Kesenian
- Ekspresi Membentuk
(dari jiwa) Cara Pandang
Hidup dari
KARSA - CIPTA - Filsafat suatu Kelom-
(Pikiran) - Ilmu Pengetahuan pok / Masyara-
kat tertentu.
- KARYA - Teknologi
(Hasil) - Material

 Fungsi Kebudayaan :
Mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertidak, berbuat,
menentukan sikap kalau mereka berhubungan dengan orang lain.
 Ada 3 (tiga) prinsip Kebudayaan :
1. Hasil usaha manusia  baik berupa material atau spiritual
2. Kebudayaan milik dan warisan sosial  adanya interaksi sosial
3. Enkulturasi : adanya proses pendidikan kepada generasi selanjutnya

 Hasil Budaya :
Membentuk ‘Pola Tingkah Laku’ dalam kehidupan manusia, akan
mempengaruhi :
 Cara Berpikir dan Gerak sosial seseorang / kelompok.
Materi Pengantar Sosiologi

 Ciri- ciri spesifik dari kebudayaan :


1. Komulatif,
Adanya unsur lama dan baru dalam pertumbuhan dan perkembangan
kebudayaan

2. Dinamis,
Adanya unsur-usur kebudayaan baru yang masuk ke unsur-unsur kebudayaan
lama, terjadi perubahan sosial.

3. Disfertif,
Adanya penolakan atau ketidakmenerimaan / ketidakmengertian terhadap
unsur-unsur kebudayaan baru.

 Dengan adanya unsur-unsur baru maka terjadi perubahan-perubahan sosial-


budaya yang dapat mengakibatkan ‘Cultural Lag’ atau ‘social lag’.

 Menurut ‘OGBURN’, Cultural Lag adalah :


 Proses perubahan sosial dimana terdapat unsur-unsur kebudayaan yang jauh
tertinggal perubahannya dibanding nsur-unsur yang lain.

 Cultural Survival :
 Adanya suatu cara tradisional yang tidak mengalami perubahan sejak dahulu
hingga sekarang.

 Nilai, Norma dan Sanksi, dalam James M. Henslin (2006) :


 Nilai (value), merupakan standar orang menentukan apa yang baik dan buruk,
indah dan jelek. Nilai mendasari preferensi kita, memandu pilihan kita, dan
mengidentifikasikan apa yang kita anggap berharga dalam hidup ini.
Mempelajari suatu kebudayaan berarti mempelajari nilai (value) orang, yaitu ide
mengenai kehidupan yang dikehendaki.

 Norma (norm), aturan perilaku yang berkembang dari nilai-nilai suatu


kelompok. Norma merupakan refleksi dari harapan-harapan cara yang benar
dari suatu nilai.

 Sanksi (sanction), merujuk reaksi yang diperoleh orang karena menaati atau
melanggar norma. Sanksi positif (positive sanction), menyatakan persetujuan
terhadap diikutinya suatu norma. Sanksi negatif (negative sanction), mencermin
kan ketidaksetujuan terhadap pelanggaran suatu norma. Sanksi positif bisa
berupa materi ( hadiah, piala, kenaikan gaji, dll), ataupun non materi
(senyuman, pelukan, tepukan, dll). Sanksi negatif bisa berupa materi (denda,
dll), atau non materi (kata-kata keras, gerak isyarat, kepalan tinju, di pecat, dll).
 Substansi Utama Kebudayaan :
1. Sistem Pengetahuan,
Materi Pengantar Sosiologi

Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan suatu akumulasi


perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami :
a. alam sekitar
b. Alam flora dan alam fauna didaerah tempat tinggal
c. Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya
d. Tubuh manusia
e. Sifat-sifat dan tingkah laku manusia
f. Ruang dan waktu
Pengalaman-pengalaman ini dapat diperoleh melalui pendidikan formal,
informal, & non formal.
2. Nilai,
Adalah sesuatu yang baik yang diinginkan, dicita-citakan, & dianggap penting
oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. C.Kluckhon,
mengemukakan orientasi nilai budaya manusia ada lima (5) : Hakikat Hidup
Manusia, Hakikat Karya Manusia, Hakikat Waktu Manusia, Hakikat Alam
Manusia, dan Hakikat Hubungan Antar Manusia.
3. Pandangan hidup,
Merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau
mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.

4. Kepercayaan,
Suatu rangkaian keyakinan dari kelompok masyarakat tertentu mengenai alam
gaib (diluar logika). Kepercayaan disini bukan hanya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, lebih luas lagi misalnya percaya terhadap roh nenek moyang
(animisme), dan kepercayaan terhadap benda yang memiliki ke-kuatan gaib
(dinamisme)

5. Persepsi,
Adalah suatu pemikiran seseorang yang digunakan untuk memahami kejadian
atau gejala dalam kehidupan.

6. Etos Kebudayaan,
Watak khas suatu kebudayaan yang tampak dari luar atau dapat dilihat oleh
orang luar / asing. Contoh: Kebudayaan Batak dipandang masyarakat Jawa
sebagai masyarakat yang agersif, kasar, tegas, konsekwen, dan lugas.
Kebudayaan Jawa dipandang masyarakat Batak sebagai masyarakat yang
memancarkan keselarasan, kesuraman, ketenangan yang berlebihan, feodal,
serta diskriminasi terhadap tingkatan sosial.

 Bentuk-bentuk kebudayaan :
 Kebudayaan Materi :
Segala sesuatu yang telah diciptakan dan digunakan oleh manusia dan mempunyai
bentuk yang dapat dilihat dan diraba. Contoh : pakaian, batik, mobil, televisi, dll.
 Kebudayaan Non Materi :
Materi Pengantar Sosiologi

Semua buah karya manusia yang dia gunakan untuk menjelaskan serta
dijadikan pedoman bagi tindakan-tindakannya. Ada 2 kategori kebudayaan
non-materi :

 Norma-norma.
- Standar-standar tingkah laku yang terdapat didalam semua masyarakat.
Misal : Cara berpakaian, bertingkah laku, dll.

 Institusi-institusi.
- Kumpulan dari norma-norma yang telah diciptakan untuk dapat
melaksanakan suatu fungsi dari masyarakat.
Misal : Institusi keluarga, terdiri dari norma-norma Agama, norma tata
kelakuan, norma adat istiadat, dll.

 Kebudayaan dalam bentuk aktivitas serta tindakan berpola dari manusia


dalam masyarakat.
 Bentuk tersebut dinamakan ‘sisem sosial’, karena menyangkut tindakan
dan kelakuan dari manusia itu sendiri. Misal : dalam bentuk perilaku dan
bahasa.

 Subkultur dan Kontra kultur, dalam Henslin (2006).


 Subkultur (subculture),
Setiap subkultur mempunyai nilai dan normanya sendiri yang dimiliki bersama
para anggota, yang memberikan mereka suatu identitas bersama. Setiap
subkultur mempunyai istilah-istilah khusus yang menunjukkan sudut
kehidupan kelompok yang di gunakan para anggotanya untuk berkomunikasi
satu dengan yang lain. Nilai dan norma kebanyakan subkultur membaur
dengan masyarakat utama
 Kontrakultur (contraculture),
Apabila nilai dan norma kelompok sangat berbeda dengan kebudayaan
dominan. Misalnya; kelompok pemuja setan, dll.

 Unsur-Unsur Kebudayaan :
Dalam sistem kebudayaan terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan
yang lainnya, antara lain :

a. Menurut Bronislaw Malinowski :


 Sisten norma yang memungkinkan kerjasama
antara para anggota masyarakat dalam menguasai alam sekelilingnya.
 Organisasi ekonomi.
 Alat-alat dan lembaga pendidikan.
 Organisasi kekuatan.

b. Menurut Melville J.Herkovits :


Materi Pengantar Sosiologi

 Alat-alat teknologi.
 Sistem Ekonomi.
 Keluarga.
 Kekuasaan Politik.

 Penyebab Perubahan Kebudayaan :


 Akulturasi :
Adanya perpaduan unsur kebudayaan baru yang masuk kedalam unsur
kebudayaan lama, hasilnya unsur kebudayaan baru lebih dominan, namun tidak
meninggalkan kepribadian unsur kebudayaan lain.

 Asimilasi :
Adanya perpaduan dua unsur kebudayaan yang kemudian melahirkan
kebudayaan baru.

 Difusi :
Penyebaran unsur kebudayaan baru kedalam suatu masyarakat.

 Problematika kebudayaan antara lain :


1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup sistem
kepercayaan.
2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut
pandang.
3. Hambatan budaya berkaitan dengan psikologi atau kejiwaan
4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
6. Sikap etnosentrisme.
Adalah sikap yang membangga-banggakan suku bangsa sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain, yang dapat menimbulkan
konflik sara, agama, dll.
7. Perkembangan IPTEK sebagai hasil budaya yang dislahgunakan.

HUBUNGAN ANTARA INDIVIDU, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN

MASYARAKAT KEBUDAYAAN

INDIVIDU & PERILAKUNYA

KEPRIBADIAN
(IDENTITAS)
Materi Pengantar Sosiologi

 Masyarakat  menunjuk pada sejumlah manusia.


 Kebudayaan  menunjuk pada pola-pola perilaku yang khas dari masyarakat
tersebut.
 Masyarakat dan Kebudayaan :
 Merupakan perwujudan atau abstraksi ‘perilaku manusia’.
 Kepribadian mewujudkan perilaku manusia.
 Kepribadian  Organisasi sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui,
berpikir dan merasakan secara khusus apabila dia berhubungan dengan orang
lain / menanggapi suatu keadaan.
 Kepribadian  abstraksi individu dan kelakuannya.

 Bagaimana pembentukan kepribadian manusia ?


 Budaya adalah dasar terbentuknya kepribadian manusia.
 Budaya  dapat membentuk identitas seseorang, identitas suatu masyara-
kat, dan identitas suatu bangsa.

INTERAKSI SOSIAL
Materi Pengantar Sosiologi

III. PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL.


 Interaksi sosial  suatu konsep yang abstrak  bisa dirasakan dan dilihat pada
setiap kejadian-kejadian yang terjadi dalam masyarakat.

 Interaksi sosial merupakan ‘naluri manusia’ yang sejak lahir membutuhkan


pergaulan dengan sesamanya disebut  “ Gregoriousness ”.

 Secara harfiah Interaksi berarti :


 Aksi (action) = tindakan
 Inter = yang berbalas-balasan

 Inti dari Interaksi adalah :


- Hubungan timbal balik
- Proses saling pengaruh mempengaruhi.

 Interaksi sosial  Proses dimana orang-orang yang berkomunikasi saling


pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan.

 Hakikat Hidup Bermasyarakat :


 Terdiri dari relasi-relasi yang mempertemukan mereka dalam usaha-usaha
bersama.
 Usaha-usaha bersama dalam bidang :
- Perkawinan  untuk membentuk keluarga.
- Perekonomian  untuk mencari nafkah.
- Pendidikan  untuk meningkatkan kualitas diri seseorang.
- Rekreasi  untuk mencari kesenangan diri.
- Keagamaan :  untuk memahami & mendalami nilai-nilai agama (seba-
gai pedoman hidup.
 Menimbulkan rasa ikatan yang kuat pada agama tertentu.
 Menumbuhkan rasa toleransi antar umat beragama.

 Usaha-usaha bersama tersebut diatas adalah hubungan-hubungan sosial yang


bersifat tetap (permanen)
 Hubungan sosial yang bersifat sementara, misalnya : mengadakan pesta,
bertamu, berdemonstrasi, tawar menawar, dsb.

 George Simmel (1858 – 1918) dari Jerman.


Interaksi sosial adalah Tidak hanya sebatas hubungan-hubungan sosial yang dinamis
saja tetapi ada ‘proses saling pengaruh mempengaruhi’ dalam berinteraksi
tersebut.
Materi Pengantar Sosiologi

II. PERSPEKTIF INTERAKSIONISME (INTERACTIONIST PERSPEC-


TIVE).
 Ada beberapa pendekatan untuk mempelajari interaksi sosial, yaitu :
1. Interaksionisme simbolik (symbolic interactionism).
 Dalam mempelajari interaksi sosial  menggunakan pendekatan “ Interak-
sionisme Simbolik”  bersumber pada pemikiran George Herbert Mead.
 Pendekatan Interaksionisme Simbolik sasarannya adalah ‘Interaksi Sosial’. Kata
‘Simbol’ artinya  Penggunaan simbol-simbol dalam interaksi.
 Menurut “ Leslie White”, Definisi Simbol adalah :
= simbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya
oleh mereka yang mempergunakannya.
 Nilai atau makna  Hanya dapat ditangkap melalui cara non sensoris dengan
cara simbolik.
• Non Sensoris : Tidak melalui panca indera tetapi melalui proses berfikir
(interpretasi).
 Misalnya : Arti / makna lambang ‘ + ‘, bisa berarti :
- Lambang untuk / kaitan dengan kesehatan (P3K)
- Penjumlahan  dalam penghitungan.
- Arus listrik positif  dalam elektronik.
 Menurut Herbert Blumer, pokok pikiran interaksionisme simbolik ada 3
(merupakan 3 terminologi kunci dalam memahami kehidupan sosial) :
1. Individual.
• Manusia bertindak (act)  terhadap sesuatu (thing)  atas dasar
makna (meaning).
2. Interaksi.
• Makna atau nilai yang dipunyai muncul dari interaksi sosial antara
seseorang dengan sesamanya (historis)
3. Interpretasi (proses berpikir).
• Proses penafsiran yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang
dijumpai.
• Makna / nilai yang muncul dari interaksi tidak begitu saja diterima
seseorang tetapi harus ditafsirkan dulu.
 Contoh :
- Penghormatan terhadap orang meninggal bagi masyarakat Indonesia pada
umumnya ditandai dengan bendera warna kuning. Bagi etrnis Tionghoa
(Cina) ditandai dengan bendera warna putih.
- Penganut agama Hindu di India, tidak bisa memakan daging sapi karena
mereka sangat mensucikan terhadap seekor sapi.

 Menurut teori Interaksionisme Simbolik  Proses Kehidupan Bermasya-rakat


dapat digambarkan sebagai berikut :
Materi Pengantar Sosiologi

• Individu / unit-unit tindakan yang terdiri atas sekumpulan orang tertentu,


saling menyesuaikan / mencocokkan tindakan mereka satu dengan yang
lainnya  melalui proses interpretasi.

 Interpretasi = Proses Penafsiran  Proses berpikir manusia dipengaruhi :


1. Intra subjektif  Bagaimana caranya manusia mengartikan
kehidupan sosialnya, melalui Mind (pikiran) :
- Sebagai salah satu cara bertindak yang berlangsung didalam diri sendiri
interaksi individu dengan diri sendiri.
- Suatu percakapan dalam batin  menanggapi, mengulas, mem-
bandingkan.

2. Inter subjektif  Bagaimana caranya manusia membentuk kehidupan


sosialnya yang nyata, melalui self (diri) :
- Konsep diri / identitas seseorang
- Mengenal diri ‘Siapakah aku?’ : misal; seorang mahasiswa, guru,
perawat, beragama Islam, beragama kristen, dsb.

 Skema : Interaksi Sosial  Individu / Kelompok.

Role Taking
(pengambilan
peran )
Manusia Mengamati proses sosial : Interpretasi
Melalui Interaksi
Role Making
( pembuatan
peran )

Mengambil kesimpulan dari :


Intra subjektif & Inter subjektif

 Posisi kunci dalam Teori Interaksionisme Simbolik :


• Penggunaan simbol-simbol.
• Interpretasi  Penengah antara stimulus dan respon.
• Verstehen  Saling memahami dari tindakan masing-masing.

2. Defenisi ‘Situasi’  dari W.I. Thomas (1968).


 Konsep definisi Situasi :
- Bahwa tindakan seseorang selalu didahului suatu tahap penilaian dan
pertimbangan
- Rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakan  definisi
untuk penafsiran situasi.
Materi Pengantar Sosiologi

- Misal : “Assalamu’alaikum wr.wb.”  akan diberi makna jika di ucapkan


kepada sesama muslim.

 Ada dua (2) macam definisi situasi :


- Definisi situasi yang dibuat secara spontan oleh individu.
- Definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat  hukum positif.

3. Aturan yang Mengatur Interaksi.


 Menurut David A.Krap & W.C.Yoels (1979), ada 3 jenis aturan :
“Aturan mengenai Ruang ; Aturan mengenai waktu ; dan mengenai gerak dan
sikap tubuh”.

 Aturan Mengenai Ruang.


Menurut Edward T.Hall  dalam buku ‘The Hidden Dimention’ (1982).
 Dalam situasi sosial orang cenderung menggunakan 4 macam jarak :

1. Jarak Intim ( Intimate Distance ),


• Berkisar antara 0 – 18 inchi ( 0 – 45 cm )  misal; orang yang sedang
bertanding gulat, dll.
2. Jarak Pribadi (Personal Distance).
• Berkisar antara 18 inchi – 4 kaki ( 45 cm – 1,22 m)  orang yang
bersalaman, senam bersama, dll.
3. Jarak Sosial ( Social Distance ).
• 4 – 22 kaki ( 1,22 m – 3,66 m)  berinteraksi tanpa menyentuh.
4. Jarak Publik ( Public Distance ).
• > 12 kaki / 3,66 m  orang-orang yang sedang orasi / pidato.

 Mengenai Waktu.
• Bagi seseorang yang kebudayaannya memberi arti penting pada aturan
mengenai ketepatan waktu  keterlambatan dianggap suatu penghi-naan
tidak mempunyai rasa tanggung jawab (E.T.Hall, 1981 : 9)

 Mengenai Gerak dan Sikap tubuh.


• Komunikasi non verbal : Bahasa Tubuh  Kinesics.
• Seperti : memincangkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat bahu,
membungkukan badan, anggukan kepala, mengancungkan tinju,
dll.
• Menyaatakan berbagai perasaan : tidak senang; kagum; cinta; cemooh,
hormat; menantang; setuju, dll.
• Dijadikan petunjuk untuk medefinisikan situasi.
Materi Pengantar Sosiologi

SKEMA : PROSES / INTERAKSI SOSIAL.

Cooperation  Koperasi (bentuk kerjasama)


Asosiatif Accommodation Penyesuaian Diri
(penggabungan) Assilmilation  Asimilasi ( Pemesraan )
Proses /
Interaksi
Sosial
Competition  Persaingan
Disosiatif Contravention  Kontravensi
(Perpecahan) Conflict  Pertentangan ;
- Konflik Antar Individu
- Konflik Antar Kelompok
- Konflik Individu dengan
Kelompok

 INTERAKSI SOSIAL.
 Pengertian Interaksi Sosial :
• Menurut H. Booner :
Hubungan antara 2 individu / lebih, dimana kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau
sebaliknya.
• Menurut Gillin & Gillin :
Hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok
orang, dan orang perorangan dengan kelompok.

 Faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial :


1. Faktor Imitasi,
Imitasi dapat membawa seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah yang
berlaku.
2. Faktor Sugesti,
Pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain,
diterima tanpa adanya daya kritik. Sugesti dibagi 2 :
Autosugesti : Sugesti terhadap dirinya sendiri (datang dari dirinya sendiri)
Heterosugesti : Sugesti yang datang dari orang lain.
3. Faktor Identifikasi,
Dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan rang lain, baik se-cara lahiriah
maupun batiniah.
4. Faktor Simpati,
Materi Pengantar Sosiologi

Perasaan tertarik kepada seseorang, timbulnya karena berdasarkan penilaian


perasaan. Misalnya; seseorang merasa tertarik pada orang lain dengan
sendirinya karena keseluruhan cara-cara tingkah laku.
 Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial :
1. Adanya Kontak sosial,
Kontak tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh saja, dapat juga
mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa harus terjadi kontak fisik.
Misal; orang berbicara melalui telepon, berkirim surat, dan sebagainya.

2 Adanya Komunikasi,
Proses menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain sehingga terjadi
pengertian bersama. Ada dua pihak yang terlibat, pihak yang menyampaikan
pesan disebut ‘Komunikator’, dan pihak penerima pesan disebut ‘
Komunikan’.

 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial :


 Menurut Gillin & Gillin ada 2 macam proses sosial yang timbul sebagai
akibat adanya interaksi sosial, yaitu :

a. Proses Assosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu ; Akomo-dasi,


Asimilasi, dan Akulturasi.
b. Proses Dissosiatif, meliputi : Persaingan, Kontravensi, dan Pertenta-ngan /
Pertikaian.

I. Bentuk Interaksi Assosiatif.


 Kerjasama (Cooperation).
 Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompok-nya
dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga
bentuk kerja sama yaitu :
 Bargaining,
Pelaksaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi / lebih.

 Cooperation,
Proses penerimaan unsure-unsur baru dalam kepemimpinan atau pe-laksanaan
politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari
terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.

 Coalition,
Kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang
sama.

 Akomodasi (Accomodation).
 Istilah akomodasi menunjuk pada suatu keadaan, digunakan dalam dua arti,
yaitu :
Materi Pengantar Sosiologi

 Suatu kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang


perorangan dan kelompok manusia.
 Sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di
dalam masyarakat.

 Bentuk-bentuk dari akomodasi, antara lain :


 Coercion,
Proses akomodasi yang dilaksanakan karena adanya paksaan.

 Compromise,
Dimana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya agar
tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
 Arbitration,
Suatu cara mencapai kompromi, apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup
untuk mencapainya sendiri.
 Mediation,
Diundang pihak ketiga yang netral dalam perselisihan yang ada.

 Conciliation,
Usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih bagi
tercapainya suatu persetujuan bersama.
 Tolerantion,
Bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formil bentuknya.

 Stelemate,
Suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang
seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
 Adjudication,
Perselisihan perkara atau sengketa di pengadilan.

II. Bentuk Interaksi Disosiatif.


 Persaingan (Competition).
Bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing
untuk mendapat keuntungan dengan cara menarik perhatian atau mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan.
 Kontravensi (Contravention).
Ditandai oleh adanya ketidak pastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka
yang disembunyikan dan kebencian terhadap kepribadian orang, tetapi gejala-
gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
 Pertentangan (Conflict).
Bentuk interaksi individu / kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuan
dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan.

 Pertentangan memiliki bentuk-bentuk, yaitu :


a. Pertentangan Pribadi, antar individu
Materi Pengantar Sosiologi

b. Pertentangan rasional, timbul karena perbedaan ras


c. Pertentangan kelas sosial, karena perbedaan kepentingan antara kelas sosial
d. Pertentangan Politik, terjadi diantara partai-partai politik untuk memperoleh
kekuasaan Negara.

SOSIALISASI
Materi Pengantar Sosiologi

 Proses Penyesuaian diri = Proses Sosialisasi


 Proses Penyesuaian diri dapat dilaksanakan dengan cara proses sosialisasi.

I. Proses Penyesuaian Diri.

 Konsep penyesuaian diri  berasal dari Biologi, merupakan konsep dasar da-
lam  Teori Evolusi Darwin  istilah yang digunakan = ADAPTASI
 Menurut teori ini :
 Hanya organisasi yang paling berhasil menyesuaikan diri terhadap lingku-
ngan fisiknya sajalah yang dapat tetap hidup.
 Dalam ilmu sosial (khususnya Psikhologi), Proses Penyesuaian diri disebut :
 ADJUSTMENT

 Proses penyesuaian diri itu merupakan reaksi terhadap ‘Tuntutan-tuntutan’ terha-


dap dirinya dari masyarakat.

 Tuntutan-tuntutan dapat digolongkan menjadi tuntutan ‘internal dan eksternal’:


 Tuntutan Internal,
 Tuntutan berupa dorongan / kebutuhan yang timbul dari dalam, baik bersi-
fat fisik maupun sosial.
Misalnya : Kebutuhan makan, minum, penghargaan sosial, biologis, per-
sahabatan, cinta kasih.
 Tuntutan Eksternal,
 Tuntutan dari luar individu, baik bersifat fisik maupun sosial.
Misal : keadaan iklim, lingkungan alam, individu lain dalam masyarakat.

 Menurut ‘J.Piaget’  ada 2 tipe Proses Penyesuaian Diri, yaitu :


1. Proses Akomodasi,
 Dalam rangka penyesuaian diri itu individu mengubah atau menahan im-
puls-impuls (keinginan hati) dalam dirinya  impuls yang menye-
suaikan diri dengan tuntutan.
Misal : Meskipun dalam keadaan lapar ketika sedang didalam ruang
rapat maka individu menekan rasa lapar.

2. Proses Asimilasi,
 Individu mengubah tuntutan atau kondisi-kondisi lingkungannya berda-
sarkan impulsnya.
Misal : Untuk mengubah tanah pertanian yang tandus menjadi subur
orang menggunakan pupuk.

 Melalui proses akomidasi dan asimilasi itu individu mengatasi konflik tuntu-
tan-tuntutan, baik tuntutan internal maupun eksternal, baik tuntutan fisik mau-
pun tuntutan sosial terhadap dirinya.
Materi Pengantar Sosiologi

II. Definisi Sosialisasi Menurut Para Ahli.

1. Hendro Puspito,  Sosiologi Sistematika


 Seperangkat kegiatan masyarakat, didalamnya individu belajar dan diajar
me-mahirkan diri dalam peran sosial sesuai dengan bakatnya.

2. Thomas Ford Hould,


 Proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standart yang
terdapat dalam kebudayaannya.

3. George Hebert Mead,


 Individu mengadopsi kebiasaan, sikap, dan ide-ide oranglain dan
menyusun -nya kembali sebagai suatu sistem dalam diri pribadinya.

4. Karel J.Veeger,
 Seorang anggota masyarakat tidak hanya digembleng dan dicetak oleh ma-
syarakat, tetapi ia juga membangun dunianya sendiri,
 Artinya; Dimana ia berpikir dan berkemauan serta bertanggung jawab sen-
diri,  Proses Kedewasaan dan Pemantangan Diri.

III. Proses Sosialisasi seorang Individu.

 Tujuan Sosialisasi  untuk seorang manusia :


1. Pengendalian diri atau penguasaan diri,
2. Memberikan nilai-nilai ang berlaku dalam masyarakat, mengenai perbuatan
mana yang patut dilakukan dan mana yang tidak patut,
3. Memberikan pengetahuan serta ketrampilan-ketrampilan yang dapat
dijadikan bekal dalam perjalanan hidupnya.
4. Mempelajari berbagai macam peranan-peranan sosial di masyarakatnya.

 Sosialisasi dapat dibedakan atas :

1. Sosialisasi Primer,
 Proses belajar pertama kali diterima individu,
 Keluarga  dari sejak lahir  membentuk sikap dasar.
2. Sosialisasi Sekunder,
 Proses belajar individu dari masyarakat : Tetangga, sekolah, kelompok
bergaul, dll.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi  F.G.Robbins.


1. Sifat Dasar,
Materi Pengantar Sosiologi

 Terbentuk pada saat pembuahan bertemunya sel jantan dan sel betina 
potensi-potensi yang diwarisi oleh ayah dan ibunya.
2. Lingkungan Prenatal,
 Lingkungan dalam kandungan ibu  sel telor yang dibuahi  ber-
kembang sebagai embrio dan fetus dalam lingkungan prenatal. Di lingku-
ngan prenatal mendapat pengaruh-pengaruh tiiidak langsung dari ibu, an-
tara lain :
a. Beberapa jenis penyakit : Diabetes, Siphilis, dll.
b. Gangguan endokrin  keterbelakangan perkembangan anak.
c. Struktur tubuh ibu (daerah panggul).
d. Shock pada kelahiran ; luka saat kelahiran ; lemah pikiran.
3. Perbedaan Individual,
 Meliputi perbedaan : Ciri-ciri fisik, fisiologik, mental dan emosional, dan
ciri-ciri personal dan sosial.
4. Lingkungan,
 Kondisi-kondisi disekitar individu. Lingkungan dapat dikategorikan :
1. Lingkungan alam; keadaan tanah, iklim, flora dan fauna.
2. Lingkungan kebudayaan; cara hidup kelompok masyarakatnya.
3. Lingkungan manusia; memberi stimulasi.
 Perkembangan sosial manusia mempunyai 2 aspek :
i. Proses Sosialisasi,
 Proses belajar sosial sepanjang hidup ( Life Long Process )
ii. Proses Pembentukkan Kesetiaan Sosial (Formation of Social Loyalities).

A. Proses Sosialisasi,
 Ada 2 dasar proses sosialisasi manusia, yaitu :
1. Sifat tergantung manusia kepada manusia lain, semenjak lahir sampai 
ajal datang.
2. Sifat adaptabilitas dan intelegensi manusia.

Pengawasan, pembatasan,
hambatan, dari masyarakat.
Proses Individu bersifat reseptif
Sosialisasi & kreatif terhadap indivi-
Individu du lain / masyarakatnya.
Bimbingan, dorongan, stimulasi,
Motivasi  dari masyarakat.

 Metode-metode yang dipergunakan orang dewasa / masyarakat dalam mem-


pengaruhi proses sosialisasi anak, ada 3 kategori :
1. Reward dan Punishment (Ganjaran dan Hukuman),
 Mengajarkan tingkah laku yang baik dan benar dengan memberi gan-
jaran/penghargaan atau hukuman.
Materi Pengantar Sosiologi

2. Didatic Teaching,
 Mengajarkan berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan  cera-
mah , penjelasan dan pemberian informasi  melalui pendidikan
formal dan non formal.
3. Pemberian Contoh (imitasi),
 Tingkah laku orang dewasa ditiru oleh anak (proses imitasi)  nilai-
nilai, sikap, keyakinan dan cita-cita.

 Proses belajar sosial  individu mempelajari bermacam-macam ‘Pera-


nan Sosial’.
 Peranan Sosial adalah :
 Tingkah laku yang diharapkan dari seseorang oleh kelompok atau kebu-
dayaannya  timbul harapan-harapan.
 Pola tingkah laku umum  pada posisi sosial yang sama orang lain ju-
ga melakukannya.
 Peranan sosial berkembang sesuai dengan :
 Perkembangan Individu Fisik, Biologis, dan
 Bertambahnya usia Psikologis

 Peranan Sosial  merupakan manifestasi kepribadian seseorang.


 Pribadi Sosial  pribadi yang mampu memainkan peranan-peranan sosial
dengan berhasil.
 Bagan : Perkembangan Peranan Sosial.

SAUDARA ANAK TEMAN BERMAIN


LAKI-LAKI

SAUDARA TEMAN
SISWA REMAJA PEKERJA
ANGGOTA LAKI-LAKI PACAR
KELOMPOK
AGAMA

SAUDARA TEMAN
SUAMI ORANG AYAH
PEKERJA DEWASA WARGA NEGARA
ANGGOTA LAKI-LAKI ANGGOTA PERKUM-
KELOMPOK PULAN
AGAMA

 Seorang individu banyak memiliki ‘peran’ sesuai dengan status yang dimiliki
dapat menimbulkan  konflik peran.

 Konflik antara harapan-harapan peran seorang individu dapat dibedakan menjadi


2 jenis :
Materi Pengantar Sosiologi

1. Konflik dalam peranan (intrarole conflict)


 Adanya bentrokan peranan-peranan sesorang yang diharapkan oleh 1
orang / lebih.
 Misal : Remaja laki-laki.
- Keluarga : Menuntut membantu orang tua di rumah
- Sekolah : Memuntut menyelesaikan ‘Pekerjaan Rumah’
- Organisasi : Dituntut aktif dalam berbagai kegiatan
2. Konflik antar peranan ( Inter Role Conflict),
 Dibedakan atas 2 macam :
A. Konflik antara tuntutan 2 orang / lebih mengenai peranan yang berbeda.
Misal : Peranan seorang laki-laki dewasa.
Adanya tuntutan : Pimpinan perusahaan akan prestasi kerja karya-
wan nya, dan tuntutan istri akan prestasi dalam keluarga.

B. Konflik antara harapan-harapan akan presatasi seseorang dalam 2 peranan


yang berbeda.
Misal : Harapan isteri terhadap suami.
- Dalam pekerjaan : agar dapat meningkatkan posisi jabatanya
dengan harapan mendapat materi yang lebih
- Prilaku dirumah : Menjaga keharmonisan, tanggung jawab
dengan keluarga, menjalankan fungsi sebagai kepala keluarga.

IV. Perkembangan Kesetiaan Sosial.


 Berjalan simultan dan saling berpengaruh terhadap proses sosialisasi.
 Pada saat si Individu mulai belajar peran sosial  dengan sendirinya dia akan
menunjukkan “ Kesetiaan pada Status “.

 Perkembangan kesetiaan sosial seorang individu, timbul karena 3 hal :


 Partisipasi sosial
 Komunikasi Individu-individu dalam kehidupan kelompok.
 Kerjasama
 Perkembangan kesetiaan sosial berlangsung secara kosentrik,
 Dari kelompok primer (keluarga, kelompok sebaya, sekolah) meluas ke
kelompok sekunder yang lebih luas (misal; kelompok pekerjaan, kelompok
agama, perkumpulan-perkumpulan, dan bangsa).

 Perkembangan sosial yang Wajar /Normal, akan membentuk  Kesetiaan


sosial yang ‘terbuka’ pada individu, artinya :
 Kesetiaan sosial pada suatu kelompok tidak menutup kesetiaan sosial terha-
dap kelompok-kelompok lain.

 Berkembang kesetiaan sosial bersifat terbuka pada seorang individu apabila :


Materi Pengantar Sosiologi

1. Pengalaman individu di kelompok primer yang kecil  maenimbulkan


perasaan senang dan penuh afeksi,
2. Tumbuh dasar-dasar rasional kesetiaan terhadap kelompok,
3. Kesetiaan kelompok kecil  Batu loncatan bagi kesetiaannya kepada
kelompok yang lebih besar.

 Media atau saran-saran sosialisasi adalah:


 Keluarga, teman sepermain, sekolah, lingkungan masyarakat, dan media
massa.

Timbul suatu pertanyaan:


“Dari ketiga sarana ini: Keluarga, sekolah dan kelompok bergaul, manakah
yang paling besar peranannya dalam proses sosialisasi bagi seorang anak?”

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Paul Allen Beck dapat digambarkan dengan
grafik dibawah ini:

 Grafik: Interaksi antara individu dengan sarana-sarana sosialisasi: keluarga,


kelompok bergaul dan sekolah.
SELAMA JAM TIDAK TIDUR
PROSENTASE INTERAKSI

Kelompok Bergaul
100%

Keluarga

80%

Sekolah
Keterangan:
 Individu pada masa awal kehidupannya, lebih banyak mengalami sosialisasi di
lingkungan
60% keluarganya.

0 10 20 30 40 50

Umur Individu
Materi Pengantar Sosiologi

 Dengan
20%bertambahnya umur, kelompok bergaul mulai dikenal dan dimasuki
dan peran keluarga sedikit demi sedikit mulai berkurang.
 Ketika sudah duduk di bangku sekolah, waktu untuk keluarga makin
berkurang. Dan dia harus membagi waktu antara keluarga, sekolah dan untuk
kelompok bergaulnya.
 Akhirnya, diantara ketiga sarana sosialisasi; Kelompok bergaullah yang lebih
banyak berperan dalam proses sosialisasi seorang individu.
Materi Pengantar Sosiologi

SKEMA: PROSES SOSIALISASI SEORANG INDIVIDU

Belajar Nilai dan Internalisasi Spesialisasi


Norma didalam (mendarah (terbentuk pola
masyarakat dagingnya nilai perilaku yang Hasil Sosialisasi
(Adopsi kebiasaan, dan norma yang diharapkan oleh (individu yang
sikap dan ide-ide) ada di masyarakat) masyarakat) beridentitas)

Proses Sosialisasi Tidak Proses Sosialisasi


Sempurna Sempurna

Keterangan:
1. Proses belajar individu sesuai nilai dan norma dengan cara mengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide di masyarakat.
2. Unsur-unsur yang diadopsi tersebut mendarah daging ke dalam jiwa dan tingkah laku individu untuk dipatuhi, ditaati dan diikuti. Bila proses
sosialisasi sempurna masuk ke tahap berikutnya.
3. seorang individu keberadaannya akan diakui dan diterima kemudian ia mendapat peran sosial dan berkiprah di masyarakatnya.
4. Hasil dari sosialisasi akan melahirkan seorang individu yang beridentitas di masyarakatnya dan terbentuk kemandirian serta kepribadian si
individu.
5. Jika proses sosialisasi tidak sempurna, maka akan terjadi penyimpangan nilai dan norma yang ada di masyarakat sehingga si individu tersebut
harus melakukan proses sosialisasi kembali (Re-Sosialisasi).
34
Materi Pengantar Sosiologi

6. Seorang individu akan mengalami proses sosialisasi sepanjang hidup di masyarakatnya.

35

Anda mungkin juga menyukai