Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN POSTER

Oleh:

Jesica Moudy, S.Ked. 04084821921155


Katheline Tamara Tamba, S.Ked. 04084821921167
Azhari Syarif Rizki, S.Ked. 04084881921003
Monica Chendrakasi Putri, S.Ked 04054822022144
M. Khoiruddin, S.Ked. 04054822022147

Pembimbing:
dr. Rismarini, Sp.A(K)
Dr. dr. Yudianita Kesuma, Sp.A(K), M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA


RSUP DR MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020
1. Latar Belakang
Pencegahan penyakit menular termasuk salah satu prioritas Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia sebagai komitmen mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu
menurunkan angka kematian anak. Pencegahan penyakit menular yang sangat cost effective ialah
imunisasi. Imunisasi melalui pemberian vaksin merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. 1 Imunisasi mencegah terjadinya
penyakit menular yang termasuk ke dalam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I), seperti difteri, pertussis, tetanus, tuberculosis (TBC), campak, poliomyelitis, hepatitis B,
hemofilus influenza tipe B (Hib), Human papilloma Virus (HPV), dan Hepatitis A.2
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2017, angka kematian akibat PD3I ini
diperkirakan mencapai 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya di Indonesia, misal oleh tetanus
(case fatality rate (CFR) 56%-100%), campak (incidence rate (IR) 5,77 per 100.000 penduduk),
dan difteri (CFR 4,61%). Oleh karena itu di Indonesia, setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan
mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis
DPT-HB-HiB, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis campak/MR. Sedangkan imunisasi lanjutan yang
masuk ke program imunisasi rutin yaitu 1 dosis DPT-HB-HiB, dan campak/MR kepada anak
usia 18-24 bulan. Hal ini dilakukan secara rutin dan terjadwal agar mempertahankan tingkat
kekebalan tetap tinggi sehingga memberi perlindungan optimal3
Pada Desember 2019, kasus pneumonia disebabkan oleh β-coronavirus yang baru
teridentifikasi muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus baru ini lalu disebut sebagai
novel coronavirus (2019-nCoV) pada tanggal 12 Januari 2020 oleh World Health Organization
(WHO). WHO resmi menamakan penyakit ini sebagai coronavirus disease 2019 (COVID-19).
Kelompok riset coronavirus dari komite internasional menamakan virus ini dengan SARS-CoV-
2.4 Penambahan kasus COVID-19 berlangsung cepat dan telah terjadi penyebaran luas. 5
Berdasarkan data Kemenkes hingga tanggal 3 Mei 2020, terdapat 3.435.894 kasus COVID-19
dengan 239.604 kematian (CFR 7%) di 214 negara terjangkit. Khususnya di Indonesia, terdapat
11.587 kasus dengan 864 kematian (CFR 7,5%). WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi
dunia melalui penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia
(KKMMD). Begitupun, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membuat keputusan
nomor 9 A tahun 2020, kemudian diperpanjang hingga 29 Mei 2020 melalui Keputusan nomor
13 A tahun 2020 sebagai Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat
Virus Corona di Indonesia.6
Berbagai penelitian menyatakan bahwa SARS-CoV-2 ditransmisikan melalui droplet-
droplet pernapasan (seperti saat batuk) tentu dalam jarak dekat. 7 Oleh karena itu, WHO
merekomendasikan physical distancing untuk menghentikan transmisi COVID-19 dengan
menjaga jarak antar individu dan membatasi aktivitas di luar rumah. 8 Atas rekomendasi ini dan
kasus yang terus bertambah, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun
2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan
COVID-19 dan Keputusan Presiden no 11 tahun 2020 yang menetapkan Status Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat, kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden No. 12 tahun 2020
tentang Penetapan Bencana non alam penyebaran COVID-19 sebagai Bencana Nasional.6
Di samping itu, pemerintah memiliki tanggung jawab dalam menjamin setiap warga negara
termasuk anak untuk memperoleh layanan kesehatan dasar berdasarkan Peraturan Pemerintahan
nomor 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Salah satu Pelayanan Kesehatan Balita di dalam
peraturan tersebut ialah imunisasi dasar dan lanjutan.6
Adanya penerapan PSBB dan tuntutan physical distancing saat ini tentu menimbulkan
masalah-masalah baru, salah satunya ialah kunjungan pelayanan kesehatan khususnya imunisasi
rutin pada anak menjadi terhambat dan jadwal imunisasi pun menjadi terlambat. Hal ini
berpotensi meningkatkan jumlah individu yang rentan akibat tidak diimunisasi dan
meningkatkan kemungkinan terjangkit PD3I. Wabah PD3I menyebabkan peningkatan angka
kesakitan dan kematian terutama pada bayi dan kelompok rentan lainnya. 9 Adanya potensi
wabah PD3I yang tinggi menjadi suatu alasan pentingnya keberlanjutan pelayanan imunisasi
dasar ini. Dengan ketentuan pelayanan imunisasi harus dilakukan dengan prosedur khusus dan di
tempat yang aman.10
Potensi muncul wabah baru akibat PD3I membuat petugas kesehatan harus lebih masif
dalam memberikan informasi dan himbauan kepada masyarakat mengenai strategi pelaksanaan
imunisasi dasar dan lanjutan pada masa pandemi ini. Salah satu pemberian informasi yang efektif
ialah melalui media poster. Poster merupakan media gambar yang menggabungkan unsur visual
seperti garis, gambar, dan kata-kata untuk menarik perhatian dan memberi pesan secara singkat.
Poster efektif digunakan sebagai media penyampaian informasi kesehatan karena tampilan
menarik dan informasi disampaikan secara singkat dan penggunaan bahasa yang sederhana. 11
Selain itu, penggunaan media poster cocok untuk mengedukasi masyarakat yang memiliki
tingkat literasi rendah.12
Maka dari itu, modul elektif pandemi COVID-19 yang diselenggarakan oleh Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya mewajibkan mahasiswa kedokteran tahap profesi untuk
membuat poster edukasi yang berhubungan dengan pandemi COVID-19. Adanya kebijakan
PSBB khususnya di Indonesia membuat pelayanan imunisasi dasar dan lanjutan menjadi terbatas
karena tuntutan physical distancing sehingga tim penulis memutuskan untuk membuat tentang
strategi melakukan imunisasi pada masa COVID-19. Sasaran poster edukasi ialah masyarakat
umum maupun petugas kesehatan.

2. Tujuan
1. memberikan informasi mengenai pentingnya imunisasi kepada masyarakat, khususnya
pada masa COVID-19
2. memberikan informasi mengenai pelaksanaan imunisasi pada masa COVID-19
3. memberikan informasi mengenai perubahan jadwal imunisasi pada masa COVID-19
3. Ringkasan Poster

Penularan virus COVID-19 tak pandang usia, mulai dari usia renta sampai balita semua
bisa kena. Kasus penularan COVID-19 ke balita di Indonesia cukup sering terjadi. Namun bukan
berarti imunisasi di tengah pandemi virus Corona bukan sama sekali tak bisa dilakukan.
Imunisasi justru memegang peranan penting dalam pengendalian kasus penyakit menular
sehingga dapat mencegah munculnya wabah penyakit lain yang tidak kalah berbahaya.
Imunisasi saat pandemi tidak menimbulkan risiko kesehatan yang disebabkan oleh efek
infeksi coronavirus. Apabila dilakukan dalam prosedur medis yang tepat, imunisasi juga aman
untuk dilakukan.
Poster diatas bertujuan untuk mengedukasi masyarakat umum khususnya orang tua/wali
yang memiliki balita agar mereka mengetahui pentingnya tetap imunisasi dan pelaksanaan
imunisasi pada masa pandemi Covid-19.
Adapun hal-hal yang akan dimuat dalam poster, sebagai berikut:
1. Imunisasi dasar dan lanjutan tetap dilaksanakan
2. Pelaksanaan imunisasi berdasarkan jadwal yang telah disesuaikan dengan kondisi pandemi
COVID-19
3. Penundaan bisa sampai satu bulan, selanjutnya harus catch up imunisasi
4. Pelayanan imunisasi di fasilitas dengan membuat janji kedatangan.
5. Tenaga kesehatan, kader, anak, orang tua, ataupun pengasuh harus dalam keadaan sehat dan
tidak menunjukkan gejala yang mencurigakan. Skrining suhu tubuh dapat dilakukan.
6. Cuci tangan sebelum masuk dan setelah keluar dari fasilitas kesehatan. Pastikan kesediaan
fasilitas CTPS, handsanitizer, atau cairan desinfektan
7. Terapkan physical distancing dengan menjaga jarak 1-2 meter antar individu. Bila anak
sudah bisa berjalan, jaga anak agar tetap menerapkan physical distancing.
8. Segera pulang ke rumah, batasi kegiatan di luar rumah.
Dengan dibuatnya poster diatas, diharapkan masyarakat mengetahui hal-hal apa saja yang
perlu diperhatikan agar tetap waspada dalam mencegah Covid-19 di layanan kesehatan. Seperti
mencuci tangan, menggunakan masker, dan tetap menerapkan physical distancing.

Referensi:
1. Kemenkes. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19).
Germas. 2020;0–115.
2. Kemenkes. Panduan pelayanan kesehatan balita pada masa tanggap darurat COVID-19.
2020;1–30.

Anda mungkin juga menyukai