Anda di halaman 1dari 13

CONTOH ANTIBODI MONOKLONAL (Trastuzumab, Pertuzumab, dan

Nimotuzumab)

MAKALAH

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali

Disusun oleh :
SINDY YOLANDA
NPM 5219026

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI


PROGRAM ALIH JENJANG
DIV AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
GARUT
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya
penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Contoh Antibodi
Monoklonal (Trastuzumab, Pertuzumab, Dan Nimotuzumab)” dengan efektif dan
efisien. Sholawat beserta salam tidak lupa penulis limpah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Imunologi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada:

1. Ibu Suyarta Efrida selaku dosen mata kuliah Imunologi


2. Rekan-rekan sekelas

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca
bagi pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bandung, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................7
2.1 Air Minum...........................................................................................7
2.2 Depot Air Minum................................................................................12
2.3 Penyakit Yang dapat Ditularkan Melalui Air.......................................14
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................33
3.1 Kesimpulan ......................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................57
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Antibodi adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari
pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon dari
antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut.
Sebagaimana telah diketahui bahwa antibodi dapat digunakan untuk
mendeteksi keberadaan antigen di dalam tubuh. Walaupun imunologi khususnya
imunokimia telah cukup maju, antibodi yang digunakan untuk mengenali suatu
antigen masih dibuat dengan cara yang konvensional, yaitu mengimunisasi hewan
percobaan, mengambil darahnya dan mengisolasi antibodi dalam serum sehingga
menghasilkan antibodi poliklonal. Apabila dibutuhkan antibodi dalam jumlah besar
maka binatang percobaan yang dibutuhkan juga sangat besar jumlahnya.
Namun jumlah antibodi yang dapat diproduksi melalui binatang untuk
memenuhi kebutuhan antibodi yang spesifik untuk tujuan diagnostik masih dirasakan
sangat kurang. Idealnya antibodi spesifik dapat dibuat secara in vitro, sehingga
dapat diproduksi antibodi dalam jumlah besar tanpa terkontaminasi dengan antibodi
lain yang tidak dikehendaki. Dalam antibodi poliklonal jumlah antibodi yang spesifik
sanagt sedikit, sangat heterogen karena dapat mengikat macam-macam epitop dan
sangat sulit menghilangkan antibodi lain yang tidak diinginkan.
Pada tahun 1975, Kohler dan Milstein memperkenalkan cara baru untuk
membuat antibodi dengan mengimuniasasi percobaan, kemudian sel limfositnya
difusikan dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid dapat dibiakkan terus menerus
(immortal) dan membuat antibodi yang homogen yang diproduksi oleh satu klon sel
hibrid. Antibodi yang homogen ini disebut dengan antibodi monoklonal yang
mempunyai sifat lebih spesifik dibandingkan dengan antibodi poliklonal karena
hanya dapat mengikat 1 epitop antigen dan dapat dibuat dalam jumlah tak terbatas.
Terobosan Georges Kohler, Cesar Milstein dan Niels Jerne, yang mendapat hadiah
Nobel pada tahun 1985 berkat hasil penemuannya tentang antibodi monoklonal,
telah membawa perubahan besar dalam produksi antibodi secara in vitro.
Antibodi monoklonal dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis
sel, yaitu sel limfosit b yang memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma)
yang dapat hidup dan membelah terus menerus. Hasil fusi antara sel limfosit B
dengan sel kanker secara in vitro ini disebut dengan hibridoma.
Apabila sel hibridoma dibiakkan dalam kultur sel, sel yang secara genetik
mempunyai sifat yang identik akan memproduksi antibodi sesuai dengan antibodi
yang diproduksi oleh sel aslinya, yaitu sel limfosit B. Hal penting yang harus
diperhatikan adalah proses pemilihan sel klon yang identik yang dapat mensekresi
antibodi yang spesifik. Karena antibodi yang diproduksi berasal dari sel hibridoma
tunggal (mono-klon), maka antibodi yang diproduksi disebut dengan antibodi
monoklonal.
Sel hibridoma mempunyai kemampuan untuk tumbuh  secara tidak terbatas
dalam kultur sel, sehingga mampu memproduksi  antibodi homogen yang spesifik
(monoklonal) dalam jumlah yang hampir terbatas.
Antibodi monoklonal merupakan senyawa yang homogen, sangat spesifik
dan dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat besar sehingga sangat
menguntungkan jika digunakan sebagai alat diagnostik. Beberapa jenis kit antibodi
monoklonal telah tersedia di pasaran untuk medeteksi bakteri patogen dan virus,
serta untuk uji kehamilan. 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antibodi Monoklonal
Salah satu hasil Teknik hybridoma yaitu antibody monoclonal. Antibody
adalah antibody sejenis yang diproduksi oleh sel plasma klon sel – sel positif sejenis.
Antibody ini dibuat oleh sel – sel hybridoma (hasil fusi dua berbeda ; penghasil sel
positif limpa dan sel myeloma) yang dikultur. Bertindak sebagai antigen yang akan
menghasilkan antibody adalah limpa. Fungsi antara lain diagnosis penyakit dan
kehamilan. Antibody monklonal adalah zat yang diproduksi sel gabungan tipe
tunggal yang memiliki kekhususan tambahan yang dapat mengenali dan mengikat
antigen yag spesifik.
Antibodi monoklonal dibuat dengan dari sel hibrid yang mempunyai sifat lebih
baik dari antibodi poliklonal karena hanya mengikat 1 epitop serta dapat dibuat
dalam jumlah tak terbatas. Terobosan teknik hibridoma yang menghasilkan antibodi
monoklonal terhadap antigen, membuka era baru cara identifikasi dan memurnikan
suatu molekul pada berbagai disiplin ilmu, juga membuka cakrawala dalam prosedur
diagnostik dan pengobatan dan pencegahan alternatif pada keganasan dan
berbagai macam penyakit lain.
Sel tertentu yang membuat immunoglobulin untuk dilepaskan ke dalam
sirkulasi disebut sel plasma. Sel-sel itu menetap pada sumsum tulang bersama
dengan prekusor sel darah. Satu individu sel plasma membelah dan menghasilkan
satu jalur sel keturunan atau disebut juga klon, sel-sel yang dihasilkan tersebut
melanjutkan sintesis antibodi yang sama dan spesifik terhadap satu antigen.
Pada teknologi antibodi monklonal, sel tumor yang dapat mereplikasi tanpa
henti digabungkan dengan sel mamalia yang memproduksi antibodi. Hasil
penggabungan sel ini adalah hibridoma, yang akan terus memproduksi antibodi.
Antibodi monoklonal mengenali setiap determinan yang antigen (bagian dari
makromolekul yang dikenali oleh sistem kekepalan tubuh / epitope). Mereka
menyerang molekul targetnya dan mereka bisa memilahantara epitope yang sama.
Selain sangat spesifik, mereka memberikan landasan untuk perlindungan melawan
patogen.

Antibodi monoklonal sekarang telah digunakan untuk banyak masalah diagnostik


seperti mengidentifikasi agen infeksi, mengidentifikasi tumor, antigen dan antibodi
auto, mengukur protein dan level drug pada serum, mengenali darah dan
jaringan,mengidentifikasi sel spesifik yang terlibat dalam respon kekebalan dan
mengidentifikasi serta mengkuantifikasi hormon. Kemajuan sekarang telah
memungkinkan untuk memproduksi antibodi monoklonal manusia melalui rekayasa
genetika dalam jumlah yang besar untuk digunakan dalam terapi berbagai penyakit.

Antibodi monoklonal secara luas digunakan sebagai reagensia diagnostik


dan juga diaplikasikan untuk terapi.
2.2 Jenis – jenis Antibodi monoklonal
Jenis – jenis antibodi monoklonal, yaitu :
a.      Murine Monoclonal Antibodies
Antibodi ini murni didapat dari tikus dapat menyebabkan human anti mouse
antibodies (HAMA) nama akhirannya ″momab″ (ibritumomab).
b.      Chimaric Monoclonal Antibodies
Antibodi ini dibuat melalui teknik rekayasa genetika untuk menciptakan suatu mencit
atau tikus yang dapat memproduksi sel hibrid mencit-manusia. Bagian variabel dari
molekul antibodi, termasuk antigen binding site berasal dari mencit, sedangkan
bagian lainnya yaitu bagian yang konstan berasal dari manusia. Salah satu
contohnya antibodi monoklonal yang struktur molekulnya terdiri dari 67% manusia
adalah Rifuximab.
c.       Humanized Monoclonal Antibodies
Antibodi ini dibuat sedemikian rupa sehingga bagian protein yang berasal dari
mencit hanya terbatas pada antigen binding site saja. Sedangkan bagian yang lainya
yaitu bagian variabel dan bagian konstan berasal dari manusia. Antibodi monoklonal
yang struktur molekulnya terdiri dari 90% manusia diantaranya adalah
Alemtuzumab.
d.      Fully Human Monoclonal Antibodies
Antibodi ini merupakan antibodi yang paling ideal untuk menghindari terjadinya
respon imun karena protein antibodi yang disuntikkan ke dalam tubuh seluruhnya
merupakan protein yang berasal dari manusia.
Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk merancang pembentukan
antibodi ini adalah dengan teknik rekayasa genetika untuk menciptakan mencit
transgenik yang membawa gen yang berasal dari manusia. Sehingga mampu
memproduksi antibodi yang diinginkan .
Pendekatan lainnya adalah merekayasa suatu binatang transgenik yang
dapat mensekresikan antibodi manusia dalam air susu yang dikeluarkan oleh
binatang tersebut.
2.3 Kegunaan antibodi monoklonal
Kegunaan antibody monoclonal lainnya, yaitu :
1.      Untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin (HCG) dalam
urin wanita hamil.
2.      Untuk mengikat racun dan menonaktifkannya, contohnya racun tetanus
dan kelebihan obat digoxin dapat dinonaktifkan oleh antibodi ini.
3.      Mencegah penolakan jaringan terhadap sel hasil transplantasi jaringan
lain.
4.      Mengidentifikasi agen infeksi
5.      Mengidentifikasi tumor, antigen dan antibodi auto
6.      Mengukur protein dan level drug pada serum
7.      Mengenali darah dan jaringan
8.      Mengidentifikasi sel spesifik yang terlibat dalam respon kekebalan dan
mengidentifikasi.
2.4 Contoh antibodi Monoklonal 
Contoh antibody monoclonal yaitu :
1. Trastuzumab

Sumber : http://www.mdzol.com

Trastuzumab merupakan antibodi monoklonal yang menghambat reseptor HER2


(Human Epidermal growth factor Receptor pada kanker payudara. Reseptor
HER2 mampu untuk membentuk heterodimer. Bentuk heterodimer tersebut
merupakan hasil dari kombinasi antara reseptor HER2 dengan berbagai reseptor
lain dalam family HER, sehingga membentuk kompleks reseptor heterodimer.
(Brennan PJ et al.,2000).

Trastuzumab dikembangkan oleh perusahaan biotek Genentech dan


memperoleh persetujuan FDA pada bulan September 1998. Obat ini pertama kali
ditemukan oleh para ilmuwan termasuk Dr Axel Ullrich dan Dr H. Michael
Shepard. Di UCLA Jonsson Comprehensive Cancer Center.

Mekanisme Kerja :

Kerja Trastuzumab meliputi 3 hal, yaitu menghambat transmisi sinyal growth


factor menuju nukleus, keberadaan Trastuzumab menginduksi sel imun untuk
segera melakukan apoptosis pada sel kanker, dan memaksimalkan pengobatan
secara kemoterapi (Nahtaet al.,2003).
Trastuzumab dapat berikatan dengan HER2 protein pada bagian ekstraseluler
yang mengakibatkan HER2 protein menjadi inaktif sehingga pertumbuhan tidak
terkontrol dari sel payudara terhenti. Trastuzumab bekerja dengan cara
mengurangi sinyal yang dimediasi HER2 melalui PI3K (phosphatidylinositol 3-
kinase) dan MAPK (mitogen-activated protein kinase) (Kute et al., 2004).

Trastuzumab juga memiliki kemampuan untuk menginduksi respon imun melalui


mekanisme antibody-dependent cellular cytotoxicity (ADCC). Mekanisme ini
dapat menyebabkan peristiwa apoptosis sel kanker. Keunggulan mekanisme
seperti inilah yang diharapkan terjadi, karena selama ini obat kanker yang ada,
menstimulasi apoptosis tidak hanya pada sel yang terkena kanker namun juga
sel normal. (Clynes et al., 2000). 

2. Pertuzumab

Pertuzumab adalah antibodi monokonal yang sedang diteliti untuk kanker


payudara HER2 tahap awal dan tahap lanjut. Obat ini disebut“HER2 dimerisation
inhibitor” (HDI), penghambat pemasangan reseptor HER2 dengan reseptor lain. 

Kombinasi pertuzumab dan trastuzumab dipercaya dapat saling melengkapi.


Keduanya akan menempel pada reseptor HER2 tetapi pada bagian yang
berbeda. Dengan melakukan hal ini dihipotesakan bahwa kedua antibodi ini
secara kombinasi dapat secara lebih komprehensif menghambat jalur sinyal
HER2 dari pada jika digunakan masing-masing secara terpisah.
3. Nimotuzumab

Sumber : cienciadecuba.wordpress.com

Nimotuzumab merupakan antibodi monoklonal IgG1 dengan target Epidermal


Growth Factor Receptor (EGFR) yang teroptimisasi. Nimotuzumab diproduksi
oleh CIMAB S.A di Kuba.

EFGR adalah protein yang terikat pada Epidermal Growth Factor. Dalam


keadaan normal, ikatan ini EGFR dengan Epidermal Growth Factor akan
merangsang aktivitas enzim tirosin kinase dan kemudian mengaktifasi sejumlah
molekul dalam sel, sehingga akan mengendalikan pertumbuhan sel. EGFR
banyak ditemukan pada permukaan sel-sel kanker tertentu. Oleh sebab itu,
EGFR dianggap sebagai komponen yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan sel kanker atau tumor.

Mekanisme kerja nimotuzumab pada dasarnya sama dengan anti-EGFR lainnya,


dimana obat ini bekerja mengeblok ikatan antara EGFR dengan EGF (Epidermal
Growth Factor). Berbeda dengan antibodi anti-EGFR lainnya, sifat intrinsik dari
Nimotuzumab memerlukan ikatan yang bivalen untuk penempelan stabil pada
permukaan sel. 
BAB III

KESIMPULAN

1. Pengembangan teknik hibridoma dalam pembuatan antibodi monoklonal


pertama kali dikemukakan oleh Kohler dan Milstein pada tahun 1975. Hal
ini membuka wawasan baru dibidang kedokteran.
2. Antibodi monoklonal lebih spesifik untuk terapi kanker.
3. Trastuzumab dan pertuzumab merupakan antibodi monoklonal
kombinasi.
4. Nimotuzumab merupakan antibodi monoklonal murni.
5. Pertuzumab, trastuzumab, dan nimotuzumab adalah humanized
monoclonal Antibody
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Antibodi diakses 23 April 2014


Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Antibodi_monoklonal diakses 23 April 2014
Anonim. 2011. Cara Pembuatan Antibodi Monoklonal.
http://percikcahaya.blogspot.com/2011/03/antibodi-monoklonal-dan-cara.html. diakses
23 April 2014
Jenis Antibodi Monoklonal Untuk Kanker. http://catatankimia.com/catatan/jenis-antibodi-
monoklonal-untuk-kanker.html diakses 24 April 2014
Antibodi Monoklonal dan Aplikasinya Pada Terapi Target (Targeted Therapy) Kanker Paru
http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01-07/jurnal-7.html diakses 24 April 2014

Anda mungkin juga menyukai