Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA DI DAERAH

TERTINGGAL DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN JATIROGO


KABUATEN TUBAN

Dosen Pengampu:
Riswanda .Ph.D

Diusulkan oleh:
Herfando Irfani (041292614)

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS ILMU SOSIAL HUKUM DAN POLITIK
ADMINISTRASI NEGARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan hidayah dan
karunianya sehingga tugas ini dapat tersusun dan terselesaikan. Tugas ini disusun
sebagai tugas mata kuliah Perencanaan Kota. Kami ucapkan terimakasi pula
kepada semua pihak yang telah membantu untuk melaksanakan tugas ini .
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna maka dari
itu saya berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas ini dan membantu penulis selama masa pengerjaan tugas ini.
Semoga proposal ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Tuban 2021
DAFTAR ISI
COVER ……………………………………………………………………. 1
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….4

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………...4


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………..5
1.3 Konsep dan Teori ……………………………………………………...5

BAB II TINJAUAN LITERATUR ………………………………………...6

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………... 9

BAB IV PENUTUP ……………………………………………………….. 10

4.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 12


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara berkembang yang berada di kawasan asia
tenggara. Sebagai negara berkembang Indonesia tak akan pernah lepas dengan
program-program pembangunan baik dalam skala local maupun skala
nasional. Pada hakikatnya tujuan pembangunan adalah mewujudkan
masyarakat yang mempunyai tingkat kesejahteraan sosial yang tinggi. Namun
dalam perjalanannya, berbagai kendalamasih sering dijumpai.
Menurut data BPS Indonesia, jika di lihat dari administratif
kabupaten/kota, data terkini pemerintah menyebutkan terdapat kabupaten/kota
yang memiliki daerah tertinggal. Padahal dilihat dari hasil pertemuan antara
berbagai kepala daerah dan aparatur desa, jumlah kabupaten/kota yang
memiliki desa tertinggal mencapai 200-300 kabupaten/kota. Sebanyak 32
desa dari 74.093 jumlah desa di Indonesia atau 52,79 persen. Salah satu
kendala yang mendominasi adalah rendahnya tingkat aksesbilitas ke daerah
pembangunan. Hal ini yang menjadi penyebab utama kesenjangan
pembangunan, baik antar golongan masyarakat maupun antar daerah yang
relative masih tinggi berusaha terus diturunkan. Berbagai program percepatan
yang diharapkan bisa mengurangi desa yang tertinggal kegiatan pembangunan
nyatanya masih dirasa kurang dampaknya. Salah satu contohnya adalah tarik-
menarik kewenangan dan masalah birokrasi yang terlalu oleh karena
pembangunan daerah tertinggal.
Dalam rangka melaksanakan pembangunan di daerah tertinggal diperlukan
data-data yang akurat, terperinci, aktual, akuntabel sehingga memudahkan
Lembaga dalam melakukan proses percepatan pembangunan di daerah
tertinggal. Indonesia sendiri tercatat ada 122 kabupaten!kota daerah tertinggal
yang menyebar di seluruh Indonesia. Didalam pengkategorian daerah
tertinggal terdapat beberapa masalah yang mempengaruhi percepatan
pembangunan antara lain letak geografis, sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, prasarana dan saran, serta daerah terisolasi, rawan konflik dan rawan
benbana. Pada
umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat pendidikan
yang rendah, pengetahuan kurang, dan keterampilan yang relative rendah serta
kelembagaan adat yang belum berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan proposal ini adalah :
a. Bagaimana kreteria penetaan daerah tertinggal?
b. Bagaimana pendidikan didaerah tertinggal?
c. Apa perencanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah di daerah
tertinggal?
1.3 Konsep dan Teori
Salah satu definisi yang sering di pergunakan dalam konteks
pembangunan adalah suatu Proses terus menerus yang melibatkan keputusan-
keputusan atau pilihan-pilihan penggunaan sumber daya yang ada dengan
sasaran untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa yang akan datang
(Coneyrs & Hills, 1984).
Banyak definisi secara umum mengandung esensi bahwa pembangunan
adalah proses untuk melakukan perubahan atau suatu proses perubahan yang
disengaja untuk mencapai perbaikan kehidupan dan penghidupan yang
berkesinambungan. Sebagai suatu kajian pembahasan tentang pembangunan
senantiasa dikaitkan dengan negara-negara dunia ketiga atau berkembang
sehingga melahirkan teori pembangunan atau (Develoment theorys) yang
berupaya menjelaskan persoalan pembangunan yang dihadapi oleh negara-
negara berkembang dalam berbagai dimensinya : ekonomi, sosial, dan politik;
serta bagaimana arah yang harus ditempuh untuk menjawabnya. Teori
pembangunan ini merupakan mainstream dan teori yang dominan mengenai
perubahan sosial.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya
pemikiran yang mengidentikkan pembangunan dan perkembangan,
pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi. Perbedaan antara
pembangunan dan perkembangan: pembangunan adalah suatu proses
perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana;
sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami
sebagai dampak adanya pembangunan.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Kreteria Penetaan Daerah Tertinggal


Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional ini
adalah wilayah administrasi Kabupaten. Hal ini sesuai dengan kewenangan
otonomi daerah yang secara penuh. Penetapan kriteria daerah tertinggal
dilakukan dengan menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan 6
kriteria dasar yaitu perekonomian masyarakat, sumberdaya
manusia, prasarana, infrastruktur, kemampuan keuangan lokal, aksesibilitas
dan karakteristik daerah, serta berdasarkan kabupaten yang berada di daerah
perbatasan antar negara dan gugusan pulau-pulau kecil, daerah rawan bencana,
dan daerah rawan konflik. Ke-6 kriteria ini diolah dengan menggunakan data
Potensi desa 2003 dan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002 dan data
keuangan kabupaten 2004 dari departemen keuangan. Berdasarkan pendekatan
tersebut, maka ditetapkan 199 kabupaten yang dikategorikan kabupaten
tertinggal.
Daerah tertinggal secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu
seringnya suatu daerah mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa
bumi, kekeringan dan banjir, dan dapat menyebabkan terganggunya kegiatan
pembangunan sosial dan ekonomi. Kebijakan Pembangunan Suatu daerah
menjadi tertinggal dapat disebabkan oleh beberapa kebijakan yang tidak
tepatseperti kurang memihak pada pembangunan daerah tertinggal, kesalahan 
pendekatan dan prioritas pembangunan, serta tidak dilibatkannya kelembagaan 
masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan.
Menurut Lucky H. Korah, sekretaris kementrian Negara PDT daerah
tertinggal mempunyai ciri yaitu tidak bisa berkembangnya individu,
masyarakat dan wilayahnya. Sedangkan menurut Sarwono kriteria sebuah
daerah tertinggal adalah berdasarkan kondisi sosial, budaya, ekonomi dan
wilayah (fungsi inter dan intra spasial) baik pada aspek lingkungan aspek
manusianya ,sumber daya manusia, prasarana infrastruktur,kemampuan
keuangan lokal (celah fiskal) aksesibilitas, dan karakteristik daerah. Saat ini
masih terdapat kabupaten yang masuk dalam daerah tertinggal, dan
diantaranya berada di wilayah perbatasan dengan pembagian sebagai berikut
kawasan timur Indonesia sebanyak kabupaten, kabupaten, Sumatra memiliki
kabupaten yang disinyalir sebagai daerah tertinggal, Pulau jawa -Bali
sebanyak 18 kabupaten.

2.2 Pendidikan Daerah Tertinggal


Daerah tertinggal merupakan daerah yang terisolir dari pembangunan yang
sedang berjalan. Tidak hanya secara fisik mereka tertinggal namun juga dari
cara berpikir masyarakatnya. Prinsip banyak anak banyak rejeki seakan telah
menjamur dalam kehidupan mereka. Pandangan masyarakat desa di daerah
tertinggal pun cenderung lebih berorientasi pada hal materiil, yaitu lebih
menyukai jika anak-anaknya bekerja membantu orang tua dari pada
harus belajar di sekolah. Mungkin hal inilah yang menyebabkan masyarakat
desa di daerah tertinggal sulit melepaskan anak-anak mereka untuk menuntut
ilmu di tempat yang jauh. Mereka lebih suka melihat anak-anak mereka di
rumah membantu orang tua di ladang, tambak atau sawah. Paradigma seperti
inilah yang telah ada dalam diri mereka sejak lama dan sulit untuk dirubah.
Bagi masyarakat pedalaman, yang berpencar pendidikan belum merupakan
prioritas karena anak-anak masih dipandang sebagai alat produksi bagi
keluarga, pandanagan perlu dirubah. Masyarakat disana berpikir bahwa
sekolah kurang berguna untuk wanita. Karena pada akhirnya wanita
akan kembali ke dapur dan hanya bekerja sebatas mengurus rumah, suami dan
anak-anak.

2.3 Perencanaan Pembangunan yang dilakukan Pemerintah di Daerah


Tertinggal
Sudah cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam
menhadai masalah ketertinggalan daerah selama ini.
Tentang perubahan strategi pembangunan daerah tertinggal. Ini merupakan
implementasi teknis dari undang-undang nomor 25 tahun 2005 tentang
sistem perencanaan pembangunan nasional. Kementrian PDT juga membuat
sasaran pembangunan daerah tertinggal yang terbagi dalam sasaran jangka
menengah dan sasaran jangka panjang. Kedua program kerja tersebut
mempunyai tujuan untuk mempercepat pertumbuhan daerah-daerah yang
tertinggal. Pemerintah dalam melakukan pembangunan di daerah yang
tertinggal disusun secara berkala, mulai yang pertama dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang ( RPJP) daerah, dengan jangka waktu 20 tahun
yang memuat visi, misi dana arah pembangunan daerah yang mengacu ada
RPJP Nasional. Yang kedua Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) daerah untuk jangka waktu 5 tahun, yang merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman
kepada (RPJP) daerah dengan memperhatikan RPJP Nasional. Yang ketiga
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), merupakan penjabaran dari
RPJM daerah untuk jangka waktu 1 tahun, yang memuat rancangan kerangka
ekonomi daerah, dengan mengacu pada rencana kerja pemerintah.
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini berada di Desa Sidomulyo Kecamatan Jatirogo


Kabupaten Tuban, penulis menggunakan metode pengamatan, wawancara dan
observasi. Dimana penulis mendatangi langsung Desa Sidomulyo Kecamatan
Jatirogo Kabupaten Tuban dan melakukan wawancara pada beberapa masyarakat
dan perangkat desa. Kemudian masyarakat dan perangkat desa menunjukkan
tentang apa yang penulis butuhkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang mudah atau takut
terhadap upaya pembaruan. Perubahan pembangunan dianggap para pengajar
sebagai sebuah malataka atau setidaknya menjadi beban yang cukup berat
untuk mereka. Pada daerah tertinggal pun pendidikan bukanya kebutuhan
nomor satu sebab para orang tua lebih mengajarkan anak- anaknya mencari
uang supaya bisa bertahan hidup karena mereka berpikir bahwa pendidikan
hanya membuang- membuang uang yang kelak tidak menjadi apa-apa. Sudah
cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi
masalah ketertinggalan daerah selama ini. Salah satunya yaitu pemerintah
mengeluarkan aturan tentang perubahan strategi pembangunan daerah
tertinggal. Perubahan paradigma pendekatan dalam perencanaan
pembangunan nasional yang telah dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk
menata kembali dan mengedepankan penyusunan perencanaan pembangunan
nasional secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap
perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

Kustiwan, Iwan. 2019. Perencanaan Kota. Tangerang Selatan : Universitas


Terbuka

Bakhrie, Rizal. 2016. Daerah Tertinggal


(https://id.scribd.com/document/332051499/Proposal-Zulfi-Daerah-Tertinggal )

Anda mungkin juga menyukai