Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RESUME

MATA KULIAH PENGEMBANGAN INDUSTRI AKUAKKULTUR

HENDRA

O 271 18 059

JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
HUBUNGAN TIMBAL BALIK EKOSISTEM DALAM AKUAKULTUR

Ekosistem merupakan suatu proses terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara
mahluk hidup dengan lingkungannya. Jadi kita tahu bahwa ada komponen biotik (hidup) dan
juga komponen abiotik (tidak hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen
ini tentunya saling mempengaruhi. Interaksi antara makhluk hidup, dan tidak hidup ini akan
membentuk suatu kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki fungsinya
masing-masing, dan selama tidak ada fungsi yang terganggu maka keseimbangan dari ekosistem
ini akan terus terjaga.

Pentingnya menjaga kelestarian ekosistem agar dapat memberikan input positif bagi kehidupan
disekitarnya terutama bagi kehidupan manusia. Budidaya merupakan salah satu kegiatan yang
memanfaatkan manipulasi ekosistem dalam suatu lingkungan terkontrol yang disesuaikan
dengan habitat asli biota yang dipelihara. Banyak komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu mata pencarian, contohnya
adalah budidaya kerapu, budidaya kepiting, budidaya tiram, dan lain-lain.

Lingkungan sangat berpengaruh karena memegang peranan penting dalam menciptakan


kenyamanan hidup organisme di perairan. Mempelajari ekologi perairan menjadi sangat penting
dalam dunia perikanan ekologi memegang peranan dalam menentukan massa depan perikanan.
Dalam ekologi perairan dibahas mengenai ekosistem perairan yang merupakan habitat dimana
biota perairan hidup sekaligus berinteraksi dengan lingkungan abiotik dan biotiknya. Setiap biota
perairan memiliki interaksi yang saling berbeda dan terkait satu sama lainnya. Interaksi ini
membentuk suatu kehidupan yang terus berlangsung dalam perairan. Beberapa interaksi
termasuk positif dan banyak juga interaksi yang negativ. Namun semua interaksi yang terjadi
menciptakan suatu keseimbangan lingkungan yang berkelanjutan. Jika ekosistem ini mampu
dipelajari oleh manusia dengan baik dan mampu dikelola dengan baik maka kelangsungan hidup
biota perairan juga akan baik.

Ekologi juga sangat penting dalam budidaya perikanan. Beberapa parameter ekologis sangat
menentukan jenis ikan apa yang dapat dibudidayakan, karena ikan memiliki kebutuhan ekologis
yang berbeda-beda. Parameter tersebut dapat berupa parameter kimia, fisik, dan biologi. Jika
parameter parameter mampu dipahami dengan baik dan dapat diaplikasikan pada budidaya
perikanan maka tentunya juga akan menghasilkan hasil yang baik pula.

Ekologi akuakultur telah didefinisikan sebagai model alternatif akuakultur dalam pengembangan
yang membawa aspek teknis dari prinsip-prinsip ekologi dan ekosistem berfikir untuk budidaya.
Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem harus
dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang. Perubahan terhadap salah satu komponen
akan mempengaruhi komponen lainnya. Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri
sendiri seperti halnya komponen penyusunnya yaitu organisem dan populasi. Tetapi kemampuan
ini ada batasnya. Apabila batas kemampuan tersebut terlampau, ekosistem akan terganggu.
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu bantuk gangguan ekosistem akibat terlampauinya
batas tersebut. Pokok dalam ekologi di perikanan adalah mempelajari bagaimana fungsi
organisme di alam

DAMPAK AKUAKULTUR YANG BERKELANJUTAN TERHADAP EKOSISTEM

Pertama, konversi lahan (Land Conversion). Pengembangan kawasan akuakultur tidak boleh
mengorbankan kawasan penyangga, kawasan konservasi, dan kawasan-kawasan lainnya yang
bersifat vital sebagai penopang ekosistem secara keseluruhan. Maraknya alih fungsi lahan
pertambakan secara tak terkendali, pada kenyataannya telah mendegradasi struktur, komposisi
dan fungsi ekosistem yang ada. Kondisi ini pada akhirnya juga menjadi boomerang bagi aktivitas
akuakultur dan menyisakan masalah berkepanjangan hingga saat ini. Merebaknya hama dan
penyakit pada ikan dan udang merupakan bagian mata rantai sebagai akibat terabaikannya aspek
ekologis yang membangun sebuah ekosistem tersebut. Oleh karena itu, sebagai bentuk tanggung
jawab para pelaku usaha budidaya seharusnya menyediakan kompensasi jasa lingkungan.

Kedua, daya dukung lingkungan secara umum diartikan sebagai kemampuan lingkungan dalam
menopang atau mendukung perikehidupan mahluk hidup. Dalam konteks akuakultur, maka daya
lingkungan merupakan kemampuan lingkungan dalam menopang kehidupan ikan secara
optimal. Sangat disayangkan manakala pelaku usaha budidaya karena termotivasi meraup hasil
produksi yang tinggi lantas melakukan budidaya tanpa memperhitungkan daya dukung
lingkungan yang ada.

Ketiga, potensi pollutan industri akuakultur di satu sisi berpotensi dalam menghasilkan limbah
pollutan. Pollutan tersebut berpotensi besar sebagai akibat dari akumulasi bahan organic.
Penggunaan pakan dan bahan organik lain yang tidak terkontrol (tidak efisien) disinyalir akan
mengakibatkan akumulasi bahan organik yang justru jika tidak ada penanganan yang efektif,
akan mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan (ekosistem). Budidaya yang
menerapkan Best Management Practices dan pengolahan serta pengendalian limbah buangan
harus menjadi fokus utama. Perangkat IPAL (Instalansi Pengolahan Limbah) yang efektif
menjadi syarat mutlak yang harus ada dalam aktivitas industri akuakultur. Dalam UU No 32
tahun 2009 tentang pengolahan dan pengendalian lingkungan hidup, usaha akuakultur menjadi
salah satu aktivitas yang diatur dan diwajibkan memiliki dokumen AMDAL atau UKL-UPL,
berdasarkan kriteria tingkatan teknologi dan kapasitas usaha.

Keempat, Keanekaragaman hayati (Biodiversity). Dalam pembahasan IBSAP (Indonesia


Biodiversity Strategy and action plan). Biodiversity salah satunya melalui peran domestikasi dan
pengembangan bioteknologi akuakultur

Kelima, isu lingkungan telah memasuki ranah lalu lintas perdagangan global saat ini khususnya
yang berbasis sumberdaya alam. Beragam standar dan persyaratan ekspor yang berkaitan dengan
sertifikasi produk telah banyak dikeluarkan baik bersifat privat standar maupun publik standar.
Fenomena ini walaupun terasa memberatkan tapi harus diakui bahwa kesemuannya
membuktikan adanya sebuah kesadaran masyarakat global terkait prinsip sustainable
development. Dalam konteks akuakultur, penerapan CBIB (cara budidaya ikan yang baik) harus
sudah menjadi keniscayaan bahkan mestinya kedepan masyarakat sudah mulai sadar bahwa
CBIB merupakan suatu kebutuhan. Implementasi Sistem Jaminan Mutu harus secara konsisten
diterapkan terhadap semua unit usaha akuakultur. Pemerintah sebagai regulator, sudah
seharusnya memberikan acuan bagi pengelolaan budidaya yang lebih bertanggungjawab dan
berkelanjutan, dengan membuat sebuah regulasi yang efektif. Kesimpulan dari semuanya adalah
bahwa dimensi lingkungan menjadi hal mendasar yang tidak boleh diabaikan dalam pengelolaan
akuakultur. Sebagai penutup, pemerintah sudah seharusnya melakukan konsensus untuk
membuat suatu acuan terkait indikator aspek multidimensi (ekologis, ekonomi, sosial,
infrastruktur, teknologi, kebijakan dan kelembagaan) untuk mengukur status keberlanjutan suatu
kawasan perikanan budidaya. Ini penting sebagai bahan acuan bagi stakeholders dalam
melakukan sebuah startegi pengelolaan budidaya yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai