Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PROTOZOOLOGI”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Mikrobiologi dan Parasitologi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB IIPEMBAHASAN..........................................................................................5
2.1 Pengantar Protozoologi.............................................................................5
2.2 Infeksi Amoeba.........................................................................................6
2.3 Infeksi Flagelata........................................................................................9
2.4 Infeksi Ciliate..........................................................................................12
2.5 Infeksi Sporozoa......................................................................................15
BAB IIIPENUTUP................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................20
3.2 Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protozoologi merupakan cabang ilmu Parasitologi Kedokteran yang
mempelajari tentang protozoa parasit, mekanisme infeksi, serta pencegahan
dan pengendalian infeksinya.Contoh penyakit parasit yang disebabkan oleh
protozoa antara lain malaria, penyakit tidur (African trypanosomiasis),
penyakit Chagas (American trypanosomiasis), disentri ameba, coccidiosis,
leishmaniasis, dan toxoplasmosis.

Protozoa merupakan organisme eukariotik uniselular yang memiliki peran


penting dalam ekosistem.Protozoa yang bersifat parasit pada manusia dapat
digolongkan ke dalam kelompok ameba, flagellata, dan sporozoa. Ketiga
kelompok protozoa tersebut memiliki morfologi dan karakteristik yang
berbeda satu sama lain, sehingga identifikasi spesies berdasarkan morfologi
dan karakteristik merupakan hal yang penting dalam diagnosis penyakit akibat
protozoa parasit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep pengantar protozoologi?
2. Bagaimana infeksi amoeba dalam protozoologi?
3. Bagaimana infeksi flagelata dalam protozoologi?
4. Bagaimana infeksi ciliate dalam protozoologi?
5. Bagaimana infeksi sporozoa dalam protozoologi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui gambarankonsep pengantar protozoologi
2. Mengetahui bagaimana infeksi amoeba dalam protozoologi
3. Mengetahuibagaimanainfeksi flagelata dalam protozoologi
4. Mengetahuibagaimanainfeksi ciliate dalam protozoologi
5. Mengetahuibagaimanainfeksi sporozoa dalam protozoologi

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Protozoologi

Kata protozoa berasal dari proto yang artinya pertama dan zoon yang
berarti hewan, secara harfiah protozoa dapat diartikan sebagai hewan
pertama.Protozoa merupakan hewan bersel satu yang hidup secara berkoloni
maupun hidup sendiri.Tiap protozoa merupakan kesatuan lengkap yang
sanggup melakukan fungsi kehidupan sedangkan pada jasad yang lebih besar
dilakukan oleh sel khusus.Sebagian besar protozoa hidup di alam bebas
namun beberapa jenis protozoa hidup sebagai parasit pada binatang dan
manusia.

Protozoa umumnya memiliki dua stadium yakni stadium vegetatif


(stadium trofozoit) dan stadium kista yang tidak aktif.Parasit dapat berubah
dari stadium aktif (trofozoit) ke stadium tidak aktif (kista) yang kehilangan
daya motilitas dan membungkus dirinya sendiri dalam dinding kuat. Pada
stadium kista parasit protozoa kehilangan kekuatannya untuk tumbuh dan
berkembang biak. Kista merupakan stadium bertahan dan merupakan stadium
infektif bagi host manusia. Protozoa terdiri dari satu atau lebih inti dan
sitoplasma. Inti diperlukan untuk mempertahankan hidup dan
bereproduksi.Inti terdiri dari selaput inti (membran inti) yang meliputi
retikulum halus (serabut inti), cairan inti, kariosom (karyasoma, endosoma,
nekleous) dan butir kromatin.Pada protozoa usus dapat dibedakan empat
macam inti, yaitu inti entamaeba, inti endoklimaks, inti iodameba, dan inti
dientameba.

Sitoplasma terdiri dari endoplasma bagian dalam dan ektoplasma bagian


luar yang tipis.Endoplasma mengandung inti yang mengurus gizi sel dan
reproduksi.Endoplasma berisi vakuol makanan, makanan cadangan, benda
asing, vakuol kontraktil dan benda kromatoid.Ektoplasma berfungsi sebagai
alat gerak, mengambil makanan, ekekresi, respirasi dan bertahan diri.Alat
pergerakan merupakan bagian yang menonjol atau memanjang berupa

5
pseusopodium (kaki palsu), flagel (bulu cambuk), bulu getar (cilium), dan
membran bergelombang.
Reproduksi pada protozoa berlangsung secara seksual dan aseksual:
1. Reproduksi seksual  bergabungnya dua sel, yaitu syngami yang
permanen atau tidak permanen. Dibentuk sel kelamin, yaitu
makrogametosit dan mikrogametosit yang setelah belah reduksi
menjadi makrogamet dan mikrogamet. Setelah terjadi pembuahan
terbentuk zigot. Inti zigot membelah menjadi banyak membentuk
sporozoit. Proses ini disebut dengan sporogoni.
2. Reproduksi aseksual
a. Belah pasang  parasit membelah menjadi dua parasit yang sama
bentuknya. Misalnya ameba, mastigopora, ciliata.
b. Skizogoni  inti membelah menjadi banyak dan masing – masing
inti diliputi oleh protoplasma sehingga membentuk merozoit.
c. Beberapa spesien berkembang biak pada stadium kista. Inti
membelah sehingg wakti ekskistasi tiap kista dapat mengeluarkan
beberapa trofozoit baru.
3. Perkembangan aseksual dan seksual bergantian dapat terjadi pada
sporozoa.

2.2 Infeksi Amoeba

Amoeba termasuk dalam kelas Rhizopoda filum Protozoa. Manusia


merupakan host enam spesies amoeba yang hidup dalam rongga usus besar,
yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni,
Jodamoeba butschlii, Dientamoeba fragilis, Endolimax nana, dan satu spesies
amoeba yang hidup di dalam mulut, yaitu Entamoeba gingivalis. Semua
amoeba ini tidak patogen, hidup sebagai komensal pada manusia, kecuali
Entamoeba histolytica.
2.2.1 Entamoeba histolytica.
Parasit ini pertama kali ditemukan oleh Losch (1875) dari tinja
disentri seorang penderita di Leningrad, Rusia. Pada autopsi Losch

6
menemukan E.histolytica stadium trofozoit, tetapi tidak mengetahui
kasusal antara parasit dengan kelainan ulkus tersebu. Quinche dan
Roos menemukan E.histolytica stadium kista, sedangkan Scahaudinn
(1903) memberi nama spesies Entamoeba histolytica dan
membedakan amuba tersebut dengan yang hidup di usus besar
Entamoeba coli. Walker dan Sellards pada 10 tahun kemudian di
Filipina membuktikan engan eksperimen, bahwa E.histolytica
merupakan penyebab kolitis amebik dan E.coli merupakan patasit
komensial dalam usus besar. Untuk membuktikan E.histolytica
sebagai penyebab diare digunakn teknik diagnosis dengan mendeteksi
antigen atau DNA/RNA parasit .

2.2.2 Morfologi dan Daur Hidup


E.histolytica memiliki dua satdium, yakni stadium trofozoit dan kista.
Saat kista matang tertelan, kista akan tiba di lambung dengan utuh
karena dinding kista tahan terhadap asam. Saat di usus halus, dinding
kista akan dicernakan maka keluarlah stadium trofozoit yang masuk
ke usus besar. Satu kista mengandung 4 inti, dan akan tebentuk 8
trofozoit. Stadium trofozoit bersifat patogen dan menginvansi jaringan
usus beasr.Dengan aliran darah menyebar ke jaringan hati, paru, otak,
kulit dan vagina. Hal ini karena sifat dari E.histolytica yang merusak
jaringan. Stadium trofozoit berkembanng secara belah
pasang.Entmoeba hostolytica tidak selalu menyebabkan
gejala.Stadium torfozoit dapat ditemukan pada tinja yang
kosistensinya lembek atau cair, sedangka stadium kista biasanya
ditemukan pada tinja padat.

2.2.3 Patogenesis
Stadium tropozoit memasuki mukosa usus besar yang utuh (invasif)
dan mengeluarkan enzim hemolisin yang dapat menghancurkan
jaringan (lisis).Kemudian memasuki submukosa dengan menembus
lapisan muskularis mukosa, bersarang di submukosa dan membuat

7
kerusakan yang lebih luas.Dengan aliran darah, stadium tropozoit
dapat tersebar ke hati, paru, dan otak.Stadium tropozoit ditemukan
dalam jumlah besar di dasar dan dinding ulkus.Dengan peristaltik
usus, stadium tropozoit ini dikeluarkan bersama isi ulkus ke rongga
usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat atau
dikeluarkan bersama tinja.Tinja ini disebut tinja disentri yaitu tinja
yang bercampur lendir dan darah.

2.2.4 Diagnosis
1) Pemeriksaan mikroskopik  sebaikanya dilakukan sebanyak
minimal 3x dalam 1 minggu, baik untuk penderita kasus akut
ataupun kronik. Hal yang dapat emengaruhi hasil dari pemeriksaan
mikroskopik ini ialah keterlambatan waktu pemeriksaan, jumla
tinja tidak mencukupi, wadah tinja terkontaminasi air atau urin,
penggunaan antibiotik, frekuensi pemeriksaan, dan tinja tidak
diberi pengawet.
2) Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi  pemeriksaan
antibodi akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis
pada kelompok yang tidak tinggal diderah endemis. 75-80%
penderita menujukkan hasil postif terhadap uji serologi antibodi
terhadap E.histolytica. uji standar pada serologi biasanya IHA,
ELISA merupakan alternatif.
3) Deteksi antigen  antigen amuba dapat dideteksi dalam tinja,
serum, cairan asbes dan air liur penderita dan dilakukan dengan
teknik ELISA. Deteksi ini merupakan teknik yang praktis, senstif
dan spesifik dalam mendoagnosis ambiasis internalis.
4) Polymerase chain reaction (PCR)  sensivitas dn dan spesifitas
sebanding dengan deteksi antigen, namun waktu yang diperlukan
lebih lama , teknik yang digunakan juga lebih sulit serta lebih
mahal.

2.2.5 Pemeriksaan Laboratorium

8
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan E. histolytica bentuk
tropozoit dan kista dalam tinja, pemeriksaan darah menunjukkan adanya
leukositosis.Bila amoeba tidak ditemukan, pemeriksaan tinja perlu
dilakukan 3 hari berturut-turut.Pemeriksaan serologi darah perlu
dilakukan untuk menunjang diagnosis.Proktoskopi dapat digunakan untuk
melihat luka yang terdapat di rektum dan untuk melihat kelainan di
sigmoid digunakan sigmoidoskopi.

2.2.6 Pencegahan
Pengenalan tindakan sanitasi yang adekuat dan penyuluhan tentang
rute penularan:
- Peningkatan kebersihan perorangan, antara lain mencuci tangan
sampai bersih dengan sabun dan air hangat setelah buang air besar,
mencuci anus, dan sebelum makan;
- Air yang dimasak sampai mendidih sebelum diminum;
- Mencuci sayuran dengan asam asetat dan vinegar minimal 15
menit sebelum konsumsi salad;
- Mencuci sayuran atau memasaknya sampai matang sebelum
dimakan;
- Buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia
untuk pupuk;
- Menutup dengan baik makanan yang dihidangkan, membuang
sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat
(Gandahusada Srisasi, 2000 ).

2.3 Infeksi Flagelata


Flagelata atau mastighopora memiliki flagel (cambuk) dan terdiri dari:
- Flagelata traktus digestivus yang hidup di rongga usus dan mulut serta
flagelata traktus urogenital yang hidup dalam vagina, uretra dan prostat.
- Flagelata darah dan jaringan yang hidup dalam darah dan jaringan tubuh
(Leishmania dan trypanosoma)
Morfologi, Flagelata memiliki satu inti atau lebih, memilliki alat gerak yang
terdiri dari kinetoplas dan flagel.Kinetoplas terdiri dari blefaroplas, terkadang
ada benda parabasal.Flagel memiliki bagian yang bernama aksonema yang
terdapat pada badan parasit.Disamping badan parasit ada membran

9
bergelombang dengan kosta sebagai dasarnya.Perkembanganbiakan terjadi
secara belah pasang longitudinal.

2.3.1 Sejarah
Ditemukan oleh Antoni van Leeuwnhoek (1681), sebagai
mikroorganisme yang bergerak – gerak dalam tinja, dikenal pertama
kali dengan sebutan intestinalis yang diperkenalkan dan dibahas oleh
Lambl (1859). Nama Giardia lamblia diberikan pleh Stiles (1915)
untuk menghormati Prof.A.Giard dari Paris dan Doktor F.Lambl dari
Praha.

2.3.2 Hospes dan Nama Penyakit


Binatang yang secara alami dapat terinfeksi G.lamblia yakni serigala,
sapi, kucing, anjing dan beaver.Penyakit yang disebabkan oleh parasit
ini dinamakan giardiasis.

2.3.3 Distribusi Geografik


Parasit G.lamblia tersebar kosmopolitan dan sering ditemui di daerah
beriklim tropik dan subtropik, di Indonesia juga ada ditemukan parasit
ini.

2.3.4 Morfologi dan Daur Hidup


G.lamblia memiliki dua stadium, yakni stadium trofozoit dan stadium
kista. Stadium trofozoit memiliki bentruk simteris bilateral,
permukaan dorsal cembung dan pipih disebelah ventral, berukuran 12-
15 mikron, mempunyai sepasang inti terletak di bagian anterior,
bentuk oval kariosom ditengah, juga memiliki 4 pasang
flagel.Stadium kista berukuran 8-12 mikron, berbentuk oval, dinding
tipis dan kuat, sitoplasma berbulir halus. Kista yang baru terbentuk
memiliki 2 inti sedangkan yang matang memiliki 4 inti .

10
G.lamblia hidup daalm rongga usus kecil yakni pada bagia duodenum
dan proksimal yeyunum, terkadang disaluran dan kandung
empedu.Pembentukan kista atau yang disebut enkitasi terjadi dalam
perjalanan menuju kolon, jika tinja mulai padat sehingga stadium kista
dapat ditemukan dalam tinja yang padat. Stadium trofozoit biasanya
akan ditemukan dalam tinja cair atau lunak. Cara infeksi yakni dengan
menelan kista matang dapat terjadi secara tidak langsung melalui air
dan makanan yang telah terkontaminasi, maupun secara langsung
melalui fecal-oral.

2.3.5 Patologi dan Gejala Klinis


Penderita yang asimtomatik tidak ditemukan kelainan pada mukosa
duodenum dan yeyunum, sedangkan penderita yang simtomatik
ditemukan atrofi vili, hiperplasia kripta, kerusaksn sel epitel dan
infiltrasi sel plasma. Beberapa penelitian menunjukkan kemungkinan
tertutupny mukosa usus oleh obstruksi mekanik, sehingga
menghambat absorbsi lemak. Penelitian lain menyebutkan
kemungkinan ada hubungan infiltrasi limfosit sel epitel dengan
malabsorpsi. Laporan lain menujukkan ada kemungkinan peranan
bakteri dan jamur sebagai flora usu dalam infeksi serta gejala klinis
giardiasis, dikarenakan flora usus akan berkompetisi dengan
G.lamblia baik demi ruang gerak maupun nutrisi. Reaksi hospes
terhadap bakteri dapat menimbulkan resistensi dari infeksi
G.lambliai.Gejala klinis giardiasis bervariasi dan bisa berbeda anatara
satu penderita dengan penderita lain, karena bergantung kepada lama
infeksi, jumlah kista yang tertelan, faktor hospes dan parasit itu
sendiri. Masa inkubasi 9-15 hari, gejala akut dimulai dengan rasa
tidak enak diperut, mual, tidak nafsu makan, dapat disertai demam
ringan, diikuti diare cair yang busuk baunya, perut kembung sebab
terdapat gas didalamnya dan dapat terjadi kram perut. Gejala akut
berlangsung biasanya selama 3-4 hari, dapat sembuh secara spontan
atau dapat menjadi fase kronik berupa diare yang hilang timbul

11
selama 2 tahun atau lebih. Penderita akan merasa lemah, sakit otot
berat, sakit kepala, malabsorbsi dan penurunan berat badan pada fase
kronik.

2.3.6 Diagnosis
Tidak semua diagnosis pada ditetapkan melalui pemeriksaan tinja,
disarankan melakukan pemeriksaan secara berturut – turut selama 3
hari tiap 2 hari sekali dalam 10 hari.Hal ini dikarenakan pengeluaran
stadium trofozoit dan kista G.lamblia terjadi secara periodik, sehingga
hasil negatif tidak dapat menjadi pegangan bahwa G.lamblia bukan
penyebab dari penyakit yang diderita.Pemeriksaan tinja adalah
pemeriksaan pertama sebelum pemeriksaan lain dilakukan. Penderita
yang akan diperiksa tidak boleh mengonsumsi obat tertentu seperti
antibiotik, kaolin, antasid, bismut subsalisilat, produk enema, dan
laksatif pada beberapa hari sebelum diperiksa, dikarenakan dapat
menyebabkan perubahan morfologi atau mengurangi jumlah parasit
sehingga parasit akan lebih sulit ditemukan. Pada infeksi ringan dapat
dilakukan pemeriksaan cairan yang berasal dari duodenum-jujunal
function untuk menemukan torofozoit, dapat dilakukan dengan
endoskopi atau enterotest. Cara pemeriksaan tambahan dan bukan
cara pengganti dari pemeriksaan tinja yakni dengan menelan kapsul
gelatin yang diikat dengan benang, kemudian mukus usus yang
menempel pada kapsul dapat diperiksa secara mikroskopik. Jika tidak
ditemukan dengan dua cara tersebut, dapat dilakukan dengan cara
bisopsi usus halus didaerah duodenum-jejunal function.

2.3.7 Pengobatan
Tinidazol dengan dosis tunggal 2 gr untuk orang dewasa dan 30-35
mg/kg untuk anak merupakan obat pilihan untuk penyakit giardiasis.
Selain itu juga dapat menggunakan obat metronidazol (3 x 250 mg
sehari untuk 7 hari bagi dewasa, 3x5 mg/kg selama 7 hari bagi anak –
anak), kuinakrin (memiliki efek samping lebih berat dari pada

12
metronidazol), furazolidin (obat dalam sediaan cairan, tetapi angka
kesembuhan lebih kecil dari pada metronidazol atau kuinakrin).

2.4 Infeksi Ciliate


2.4.1 Balantidium coli
Protozoa usus Balantidium coli adalah satu-satunya anggota
kelompok Ciliata yang patogen bagi manusia.Balantidiasis merupakan
penyakit yang disebabkan oleh Balantidium.coli yang mirip dengan
amoebiasis, menyebabkan proteolitik dan sitotoksik yang memediasi
invasi jaringan dan ulserasi usus.

2.4.2 Hospes dan Nama Penyakit


Babi, tikus dan beberapa kera yang hidup di daerah tropik merupakan
hospes dari parasit ini.Walaupun terkadang ditemukan pada manusia
dan dapat menimbulkan balantidosis atau disenri balantidium.

2.4.3 Distibusi Geografik, Morfologi dan Daur Hidup


Parasit ini ditemukan diseluruh dunia yang beriklim subtropik dan
trpik, namun frekuensinya rendah, juda terdapat di Indonesia.Jarang
ditemukan pada manusia.Balantidium coli merupakan protozoa
terbesar pada manusia, hidup diselaput lendir usus besar terutama
daerah sekum, punya dua stadium yakni stadium vegetatif dan
kista.Satdium vegetatif berbentuk lonjong, berukuran 60-70 mikron,
bagian anterior terdapat sitostom berfungsi sebagai mulut.Diseluruh
tubuh terdapat bulu getar yang tersusun dalam baris longitudinal,
fungsi dari bulu getar untuk bergerak dan mengambil makanan.
Sadium vegetatif juga merupakan stadium yang berguna untuk
berkembang biak dengan cara belah pasang transversal.

Stadium kista berukuran kira – kira 60 mikron, lonjong, berdinding


tebal, hanya memiliki makronukleus , kista hanya berfungsi untuk
bertahan. Kista ini dapat bertahan dalam tinja 1-2 hari pada suhu

13
kamar, berbentuk infektif, jika tertelan terjadi ekskistasi di usus halus.
Dari satu kista akan keluar satu sadium vegetatif yang segera
berkembang dan membentuk koloni di selaput lendir usus besar.

2.4.4 Patalogi dan Gejala Klinis


Penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli hampis sama dengan
yang disebabkan Entamoeba histolytica. Penderita yang
imunokompeten biasanya akan asimtomatik tetapi ada penderita
dengan imunokompromais dapat menjadi lebih berat dan
menimbulkan kematian. Balantidium coli menghasilkan enzim
hialuronidase yang memudahkan bagi parasit untuk menginvasi
mukosa usus.Penyakit menjadi akut dengan adanya ulkus yang merata
pada mukosa usus dan dapat berakiba fatal jika ulkus menjadi
gangren. Biasanya diikuti denga sindrom disentri.penyakit dapat
menjadi menahun dengan diare ayng diselingi konstipasi, kakeksia,
tidak nafsu makan dan muntah.

2.4.5 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara menemukan trofozit dalam
tinja encer atau kista dalam tinja dan atau trofozoit ditemukan melalui
sigmoidoskpi. Jika perlu dapat dilakukan
colonoscopy.Bronchoalveolar lavage (BAL) dilakukan terhadap
penderita komplikasi paru.

2.4.6 Pengobatan
Obat plihan untuk balantidiasis adalah tetrasiklin,
metronidazol.Pengobatan pada hewan dilakukan dengan metronidazol
dan albendazol.

2.4.7 Prognosis dan Epidemiologi


Penderita dengan infeksi ringan dan menahun dapat sembuh dengan
melakukan pengobatan, sedangkan pada penderita yang lemah maka
Balantidium coli dapat berakibat fatal.Parasit ini ditemukan sebanyak
60-90% pada babi yang diplihara. Penularan dari satu babi ke babi

14
lain sangat mudah terjadi, sesekali dapat menular ke menusia
(zoonosis). Pada manusia penularan terjadi dari tangan ke mulut lewat
makanan yang terkontaminasi. Saat tangaan terkontaminasi dari tinja
babi yang mengandung kista dan kista tersebut tertelan, maka akan
terjadi infeksi. Kitsa tidak dapat mati dengan klorinasi air
minum.Menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri sendiri
dapat memengaruhi penulara dari parasit ini.

2.5 Infeksi Sporozoa


2.5.1 Plasmodium sp.
Plasmodium sp. termasuk golongan protozoa family plasmodiidae,
dan order Coccidiidae. Melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk
Anopheles spp. Plasmodium menyebabkan penyakit malaria.
Ada empat spesies utama Plasmodium, yaitu:
a. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana benigna/malaria
vivax.
b. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tertiana maligna
(ganas), dan dapat menyebabkan serebral malaria.
c. Plasmodium malariae, penyebab malaria kuartana/malaria
malariae.
d. Plasmodium ovale, penyebab malaria tertiana benigna/malaria
ovale. Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan
Pasifik Barat.

2.5.2 Patogenesis
Gejala klinis yang muncul pada infeksi malaria disebabkan secara
tunggal oleh bentuk aseksual Plasmodium yang bersirkulasi di dalam
darah. Parasit ini menginvasi serta menghancurkan sel darah merah,
menetap di organ penting dan jaringan tubuh, menghambat sirkulasi
mikro, serta melepaskan toksin yang akan menginduksi pelepasan
sitokin yang bersifat proinflammatory sehingga terjadi rigor malaria
yang klasik (Roe & Pasvol, 2009).

15
Patologi malaria berhubungan dengan anemia, pelepasan sitokin, dan
pada kasus Plasmodium falciparum, kerusakan organ multipel yang
disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi. Parasitemia Plasmodium
falciparum adalah lebih parah karena ia memparasitisasi eritrosit
berbagai usia. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya
menginfeksi retikulosit dan eritrosit muda sedangkan Plasmodium
malariae hanya menyerang pada eritrosit yang lebih tua.

2.5.3 Siklus Hidup


Plasmodium sp. sebagai penyebab penyakit malaria memiliki siklus
hidup seksual (sporogoni) berlangsung pada nyamuk Anopheles, dan
siklus aseksual yang berlangsung pada manusia.

2.5.4 Siklus aseksual


Siklus aseksual dimulai ketika nyamuk Anopheles betina menusuk
(menggigit) manusia dan memasukkan stadium infektif sporozoit
yang terdapat pada air liurnya ke dalam darah manusia.Melalui aliran
darah sporozoit dapat memasuki hati dan menginfeksi sel hati. Disini
selama 5-16 hari sporozoit mengalami reproduksi aseksual disebut
sebagai proses skizogoni atau proses memperbanyak diri, yang akan
menghasilkan kurang lebih 10.000-30.000 merozoit, yang kemudian
akan dikeluarkan dari sel hati dan selanjutnya menginfeksi eritrosit.
Sewaktu merozoit dilepaskan dari hepatosit masuk ke dalam sirkulasi
darah, dimulailah proses skizogoni eritrositik atau reproduksi aseksual
dalam sel darah merah (eritrosit). Merozoit P. vivax dan P. ovale akan
menginfeksi eritrosit tua, dan P. falciparum akan menginfeksi semua
stadium eritrosit hingga dapat menginfeksi sampai 10-40% eritrosit.
Setelah pembentukan merozoit selesai, eritrosit akan pecah dan
melepaskan merozoit ke dalam plasma dan selanjutnya akan
menyerang eritrosit lain dan memulai proses baru. Setiap siklus
skizogoni eritrositik akan berlangsung selama 48 jam pada
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, maupun pada Plasmodium
falciparum dan 72 jam pada Plasmodium malariae. Beberapa merozoit

16
yang menginvasi eritrosit berdeferensiasi menjadi bentuk seksual
parasit yaitu gametosit yang berkembang terutama pada malam hari.
Gametosit akan tertelan bersama darah yang dihisap nyamuk yang
menggigit penderita, selanjutnya dimulai siklus
sporogoni/gametogonium pada nyamuk.

2.5.5 Siklus seksual


Di mulai gametosit matang di dalam darah penderita yang terhisap
oleh nyamuk, akan mengalami proses pematangan di dalam usus
nyamuk untuk menjadi gamet (gametogenesis), gamet jantan
(mikrogamet), dan gamet betina (makrogamet). Dalam beberapa menit
mikrogamet akan membuahi makrogamet (fertilisasi) dalam waktu 3
jam setelah nyamuk menghisap darah terbentuk ookinet. Selanjutnya
ookista akan pecah dan melepaskan sporozoit ke dalam sirkulasi darah
nyamuk, dan bergerak menuju kelenjar ludah nyamuk kemudian akan
ditransmisi kepada manusia lainnya melalui tusukan/gigitan nyamuk
yang terinfeksi ini. Siklus perkembangan Plasmodium dalam nyamuk
berkisar 7-20 hari dan akhirnya berkembang menjadi sporozoit yang
bersifat infektif dan nyamuk Anopheles yang terinfeksi ini akan
bersifat infektif sepanjang hidupnya.

2.5.6 Gejala Klinik


Gejala klinik malaria pada umumnya muncul 9-14 hari setelah gigitan
nyamuk Anopheles yang terinfeksi.Gejala klinis yang paling sering
ditemui pada malaria adalah demam.Demam yang bersifat intermiten,
menggigil yang tiba-tiba, keluar keringat dan delirium.Pada infeksi
awal, malaria bisa bermanifestasi sebagai malaise, sakit kepala, nyeri
otot atau pegal-pegal, muntah, atau diare.Pada pemeriksaan fisik
ditemukan anemia, pembesaran limpa (splenomegali) atau hati
(hepatomegali).

2.5.7 Diagnosis

17
Penting pada pemeriksaan ini adalah siklus eritrositik.Pada infeksi
falciparum memperberat dan menyerang otak dan menyebabkan
serebral malaria. Pewarnaan Giemsa pada sediaan darah tepi paparan
tebal dan paparan tipis merupakan gold standard untuk diagnose
malaria. Pemeriksaan diagnostik yang lain adalah analisa quantitative
buffy coat (QBC) untuk melihat parasit malaria dan rapid diagnostic
tests (RDT) untuk mendeteksi antigen spesifik (protein) yang
dihasilkan oleh parasit malaria dan berada dalam sirkulasi darah orang
yang terinfeksi. Polymerase chain reaction (PCR) sangat berguna
untuk menegakkan diagnosa malaria berdasarkan spesiesnya dan
mendeteksi infeksi walaupun pada kadar parasitemia yang rendah.

Pencegahan Malaria
Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi malaria
adalah:
 Menghindari atau mengurangi kontak/gigitan nyamuk Anopheles
(pemakaian kelambu, repelan, obat nyamuk, dan sebagainya).
 Membunuh nyamuk dewasa (dengan menggunakan berbagai
insektisida).
 Membunuh jentik (kegiatan anti larva) baik secara kimiawi
(larvisida) maupun secara biologis (ikan, tumbuhan, jamur,
bakteri).
 Mengurangi tempat perindukan (source reduction).
 Mengobati klien malaria.
 Penggunaan kemoprofilaksis bagi orang yang memasuki daerah
endemis malaria.

2.5.8 Toxoplasma gondii


Toxoplasma gondii menyebabkan toksoplasmosis.Host definitif
adalah kucing. Manusia dan mamalia lainnya bertindak sebagai host
intermediate. Toxoplasma gondii biasanya diperoleh melalui
konsumsi atau secara kongenital transmisi transplasenta dari ibu yang

18
terinfeksi ke janin yang dikandungnya.Setelah infeksi pada epitel
usus, organisme menyebar ke organ lain, terutama otak, paru-paru,
hati, dan mata.Sebagian besar infeksi primer pada orang dewasa
imunokompeten tidak menunjukkan gejala.Infeksi kongenital dapat
mengakibatkan aborsi, lahir mati, atau penyakit neonatal dengan
hidrocephalus, ensefalitis, chorioretinitis, dan
hepatosplenomegali.Demam, sakit kuning, dan kalsifikasi intrakranial
juga terlihat.Diagnosis infeksi akut dan bawaan, serta mendeteksi
antibodi digunakan teknik immunofluorescence.Pemeriksaan
mikroskopis preparat pewarnaan Giemsa menunjukkan trofozoit
berbentuk bulan sabit.Kista dapat dilihat dalam jaringan.Pengobatan
dengan kombinasi sulfadiazine dan pyrimethamine.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata protozoa berasal dari proto yang artinya pertama dan zoon
yang berarti hewan, secara harfiah protozoa dapat diartikan sebagai
hewan pertama.Protozoa merupakan hewan bersel satu yang hidup
secara berkoloni maupun hidup sendiri.Protozoa berbeda dengan
eukarotik protista lainnya karena kemampuannya bergerak pada
beberapa stadium siklus hidupnya.Protozoa ditemukan dalam semua
habitat basah.Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, beberapa
ditemukan habitat komensal dalam usus manusia, salah satu organisme
E. histolytica dapat menginvasis jaringan dan menyebabkan
penyakit.Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, beberapa
ditemukan habitat komensal dalam usus manusia, salah satu organisme
E. histolytica dapat menginvasi jaringan dan menyebabkan penyakit.

3.2 Saran

Melalui makalah ini diharapkan kepada pembaca dan penulis


sendiri untuk peduli terhadap lingkungan terutama terhadap diri
sendiri. Karena banyak parasit yang menyebabkan penyakit
dikarenakan kurangnya kebersihan dan sanitasi lingkungan, serta juga
selalu memastikan apa yang akan dimakan dan diminum bukan
makanan atau minuman yang terkontaminasi parasit.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Iradatul. 2018. “Parasitologi dan Protozologi”. Padang : Universitas


Andalas.

Kumumasari, Rizqiani. 2019. “Protozoologi”.


https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/protozoologi/, diakses pada 21 Januari 2021

Padoli. 2016. MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI KEPERAWATAN. Jakarta


Selatan : Pusdik SDM Kesehatan.

21

Anda mungkin juga menyukai