Anda di halaman 1dari 6

Nama : Febrya Nindya Putri

NPM : 1611011012

PT Semen Gresik atau PT Semen Indonesia

Pengenalan masalah :

PT Semen Indonesia melakukan ekspansi, dengan pembangunan pabrik baru di


Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kabupaten Pati dipilih sebagai pembangunan pabrik
semen karena memiliki kekayaan alam yang unik, yaitu bentang alam kars di
Pegunungan Kendeng Utara. Pegunungan ini meliputi wilayah kabupaten Pati, Kudus,
Gorongan, Blora, Rembang hingga Tuban Jawa Timur. Kars adalah bahan baku utama
pembuatan semen. Dari data Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
(JMPPK) menunjukan bahwa ekosistem kars kawasan Pegunungan Kendeng Utara
memiliki sungai bawah tanah. Ia mampu mensuplai kebutuhan air rumah tangga dan
lahan pertanian seluas 15.873,9 Ha di Kecamatan Sukolilo dan 9.063,232 Ha di
kecamatan Kayen, Kabupaten Pati.

Kekayaan alam lainnya diatas tanah Pati adalah sumber daya hutan. Di lokasi yang akan
dijadikan pabrik semen, terdapat sekitar 2.756 hektar lahan perhutani yang saat ini
dikelola oleh kelompok LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan). 5.512 orang
menggantungkan hidup pada sumber daya hutan. Di sisi lain, kekayaan alam berupa
bentang alam kars menjadi incaran perusahaan semen.

Pada titik inilah ketegangan mulai muncul. Masyarakat mengandalkan ketergantungan


hidupnya pada sumber daya alam, sementara perusahaan berkepentingan melakukan
eksploitasi untuk kepentingan komersial. Masalah yang terjadi yaitu mengenai :

1. Warga lokal tidak mendapat infornasi yang jelas mengenai pembangunan proyek
semen di Pegunungan Kendeng. Tidak pernah ada sosialisasi yang melibatkan warga
desa secara umum, yang ada hanya perangkat desa dan tidak pernah disampaikan
kepada warga. Dilihat dari kasus-kasus sebelumnya Dalam UU 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa “masyarakat
memiliki hak dan kesempatan berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup,” yang artinya masyarakat berhak menolak segala macam tindakan
asing yang dapat membahayakan keberlangsungan lingkungan hidup mereka. Jika
dikaitkan dengan UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria), telah dijelaskan segala hal
tentang tanah termasuk didalamnya ditegaskan bahwa tanah Indonesia adalah
seluruhnya untuk kemakmuran bangsa bukan untuk kemakmuran asing. Konflik di
Rembang menunjukkan adanya kelalaian serta ketidakpedulian pemerintah terhadap
nasib petani di daerah tersebut. Pemerintah mencegah adanya usaha-usaha dalam
lapangan agraria dari organisasi-organisasi dari perseorangan yang bersifat monopoli
swasta (UUPA Pasal 13).
2. Dampak lingkungan yang terjadi karena berdirinya proyek semen di Pegunungan
Kendeng. Penolakan tersebut terjadi dengan alasan bahwa pembangunan pabrik semen
yang akan menambang batu gamping di pegunungan kars akan mengancam ketahanan
pangan dan ketersediaan air yang telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Warga
lokal memiliki mata pencaharian yang bersumber dari pegunungan tersebut,
penambangan dan pembangunan pabrik yang sedemikian rupa dapat mempersempit
lahan pertanian lalu menurunkan produktivitas pertanian pada wilayah tersebut hingga
bagian terburuknya adalah menyebabkan lemahnya ketahanan pangan daerah dan
nasional. Tak hanya masalah lahan, pembangunan proyek tersebut juga dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitar, terganggunya keseimbangan ekosistem,
hilangnya daerah resapan air, dan pencemaran limbah yang terjadi akibat proses
produksi semen. Terdapat sungai bawah tanah daerah pegunungan tersebut, jika
pembangunan tetap dilaksanakan, maka akan terjadi kerusakan mata air yang
berdampak buruk bagi seluruh keberlangsungan hidup masyarkat.

3. Dokumen AMDAL tentang proyek semen yang tidak sesuai dengan keadaan alam
sesungguhnya. “Ada banyak cacat dalam AMDAL PT Semen Indonesia,” kata peneliti
lingkungan dari Institut Pertanian Bogor, Soerya Adiwibowo. Soerya adalah anggota
tim Kementerian Lingkungan Hidup yang meneliti kasus tersebut. Dia juga menjadi
saksi ahli yang diajukan warga Kendeng Utara dalam perkara melawan PT Semen
Indonesia. Hasil kajian tim Kementerian Lingkungan Hidup yang salinannya diperoleh
Tempo menyatakan amdal PT Semen Indonesia tak memaparkan kondisi lapangan
sebenarnya. Misalnya, ada daerah resapan air yang disebut ponor, mata air, dan gua
yang tidak dicantumkan di amdal PT Semen Indonesia. Penelusuran tim investigasi
Majalah Tempo menunjukkan ada dua gua, empat ponor, dan tujuh mata air yang
disebut “belik” dalam bahasa setempat—di kawasan tapak Semen Indonesia. Eko Teguh
Paripurno, ahli geologi asal Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
mendukung temuan Tempo. Begitu pula anggota klub penelusuran gua Acintyacunyata
Speleological Club (ASC), Petra Sawacana.

4. Pegunungan Kendeng merupakan daerah yang dilindungi. Pasal 63 perda tersebut


menetapkan areal menjadi kawasan lindung. (Mongabay.co.id, 2014)

5. Pelanggaran hukum yang dilakukan oleh PT Semen Indonesia dalam membangun


proyek tersebut. Pemberitaan yang dimuat Mongabay.co.id pada tanggal 16 Juni 2014
menyebutkan bahwa penebangan kawasan hutan tidak sesuai dengan persetujuan prinsip
tukar menukar kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan. Surat Nomor S. 279/Menhut-
II/2013 tertanggal 22 April 2013, dalam surat tersebut menyatakan bahwa kawasan yang
diijinkan untuk ditebang adalah kawasan hutan KHP Mantingan. Perlu diketahui dalam
Perda no 14 tahun 2011 tentang RTRW Kab. Rembang Kecamatan Bulu tidak
diperuntukkan sebagai kawasan industri besar. (Mongabay.co.id, 2014) Mengacu pada
pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi, “Bumi, air dan ruang angkasa serta
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat,” maka sudah sewajarnya warga Rembang
merasa diresahkan dan berujung penolakan atas pembangunan pabrik semen PT Semen
Indonesia. Semestinya sumber daya alam dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
kemakmuran rakyat bukan melahirkan ketimpangan kepentingan antara pengusaha
pabrik dan petani.

PRO terhadap pembangunan poyek:

PT. Semen Indonesia melalui PT. Semen Gresik pada dasarnya memiliki kewajiban
untuk terus melakukan produksi, sehingga sebagai BUMN tidak ikut membebani
negara. Capaian sebagai perusahaan multi nasional juga pada dasarnya merupakan
prestasi sehingga tidak hanya mampu mencukupi dalam negeri saja melainkan juga
mampu masuk dalam pasar internasional. Alasan – alasan rasional ekonomi inilah yang
kemudian menjadi alasan kuat kenapa PT. Semen Gresik harus mendirikan tambang
baru. Pada dasarnya UU No. 41/1999 menetapkan peraturan penggunaan hutan untuk
kepetingan non hutan, tetapi hanya boleh diberikan pada hutan produksi. Kawasan
pegunungan karst di Kendeng kemudian melalui peraturan tersebut dapat digunakan
sebagai hutan produksi. Tidak hanya PT Semen Indonesia yang melakukan
penambangan di daerah tersebut. Namun,selama ini sudah ditambang oleh belasan
perusahaan tambang lain. Kegiatan pertambangan itu diantaranya beroperasi di
Kecamatan Sale seperti PT Sinar Asia Fortune (SAF), PT ICCI, PT Amir Hajar Kilsi,
PT Rembang Bangun Persada (PT Bangun Artha), dan tambang rakyat lain.

Manajemen krisis yang dilakukan secara top down kemudian tidak memberikan
kesempatan adanya dialog antara masyarakat, perusahaan, dan pemerintah.
Perencanaan dengan sistem “Top Down Planning” artinya adalah perencanaan yang
dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta pemerintah
berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang berwal dari perencaan
hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh. Proses
pengambilan keputusan yang top down oleh pemerintah juga perlakuan perusahaan
yang juga top down atas izin yang diperoleh kemudian memberikan kesan bahwa tidak
ada lagi usaha untuk dialog bersama.

KONTRA terhadap pembangunan proyek :

Komnas HAM sejak Juni 2015 telah membentuk Tim Pemantauan dan Penyelidikan
Pemenuhan HAM Masyarakat di Sekitar Kawasan Karst. Tim yang dipimpin oleh
Komisioner Muh. Nurkhoiron tersebut hampir menyelesaikan laporannya untuk
disampaikan ke Presiden dan pihak-pihak terkait, tentang pelestarian ekosistem karst
dan perlindungan HAM. Dalam kajian itu, disimpulkan bahwa Pulau Jawa tidak layak
lagi sebagai wilayah untuk penambangan, karena daya dukungnya yang sudah sangat
terbatas dan padat oleh penduduk. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
telah membuat Indeks Kebencanaan di masing-masing kabupatan/kota yang memetakan
wilayah rawan bencana di Indonesia khususnya di Pulau Jawa yang rentan oleh berbagai
bencana. Pembangunan pabrik semen yang disertai dengan penambangan batu gamping
dikhawatirkan akan menambah kerentanan bencana itu.

Selain itu, disampaikan tentang masih lemahnya data tentang dampak pabrik semen bagi
kesehatan dan penghidupan masyarakat. Padahal, banyak pabrik semen yang telah
beroperasi sejak puluhan tahun, akan tetapi kajian atas dampak-dampaknya, masih
belum dilakukan secara komprehensif. Padahal di China, ratusan pabrik semen telah
ditutup karena menjadi sumber polutan yang besar dan sangat serius.
Tim Penyusun Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Pegunungan Kendeng Jawa
Tengah merekomendasikan penghentian sementara seluruh kegiatan penambangan karst
atau batu kapur di kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih di Pegunungan
Kendeng, Rembang, Jawa Tengah. Koordinator Tim Pelaksana KLHS untuk Kebijakan
Pemanfaatan dan Pengelolaan Pegunungan Kendeng yang Berkelanjutan, Suryo Adi
Wibowo mengatakan penghentian sementara itu tidak hanya berlaku bagi PT Semen
Indonesia, melainkan juga pengusaha lain yang memiliki izin usaha penambangan di
kawasan CAT Watuputih. Selain penghentian sementara seluruh kegiatan
penambangan, Tim KLHS juga merekomendasikan audit lingkungan pada seluruh izin
penambangan yang dikeluarkan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten di
kawasan CAT Watuputih.

Berbagai macam aksi dilakukan, sedikitnya 100 warga terutama ibu-ibu petani asal
Desa Tegaldowo, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah mendirikan tenda di area
pembangunan pabrik semen sebagai salah satu aksi mereka yang menolak pembangunan
Pabrik Semen Indonesia di Kawasan Kendeng. Lokasi tenda yang mereka beri nama
“Tenda Tolak Semen “ berada di tepi jalan masuk ke proyek pembangunan pabrik
semen di Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang. Sementara itu di Jakarta sejumlah
petani asal Kendeng menggelar aksi mengecor kaki sebagai bentuk protes terhadap
keberadaan Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng. Aksi tersebut mereka gelar di depan
Istana Negara dimotori oleh Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
(JMPPK), yang didalamnya termasuk komunitas Sedulur Sikep. Warga menyatakan
akan terus bertahan hingga tuntutan mereka agar alat-alat berat dikeluarkan dari areal
tapak pabrik semen dan pertambangan dibatalkan, terpenuhi.

ETIS :

PT. Semen Indonesia memiliki kewajiban untuk terus memproduksi agar sebagai
BUMN yang tidak membebani negara. Sumber daya untuk bahan pembuatan semen
yang terbatas mendorong PT Semen Indonesia terus mencari kawasan yang memiliki
sumber daya alam yang banyak. Selama praktek penambangan dilakukan sesuai
RTRW,AMDAL, dan ANDAL yang telah ditetapkan, maka dampak yang diberikan
kepada lingkungan dan masyarakat akan sangat minim. PT Semen Indonesia juga telah
mendapatkan izin pemerintah untuk meletakkan batu pertama di Pegunugan Kendeng
Utara. Namun, terjadi kesalah pahaman terhadap warga sekitar karena kurangnya
sosialisasi dari pihak yang sudah menjadi perwakilan masyarakat kepada seluruh
masyarakat sekitar.

TIDAK ETIS:

Hal yang tidak etis dalam etika bisnis yaitu menurut hasil kajian tim Kementerian
Lingkungan Hidup yang salinan AMDAL-nya diperoleh Tempo menyatakan amdal PT
Semen Indonesia tak memaparkan kondisi lapangan sebenarnya. Misalnya, ada daerah
resapan air yang disebut ponor, mata air, dan gua yang tidak dicantumkan di AMDAL
PT Semen Indonesia. Sangat tidak etis dan dapat merugikan banyak pihak. Kejanggalan
lain, ada narasumber dalam tim penyusun amdal yang namanya dicatut. Dwi Sasongko,
peneliti Universitas Diponegoro Semarang, mengatakan namanya dicantumkan sebagai
narasumber ahli ilmu lingkungan dalam amdal tanpa pemberitahuan. AMDAL
merupakan suatu singkatan dari “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”. Pengertian
amdal adalah sebuah proses studi yang formal dimana diperuntukkan dalam mengukur
dampak yang akan terjadi pada lingkungan ketika terjadi pembangunan proyek-proyek
gedung atau pabrik besar yang bertujuan untuk memberikan kepastian agar tidak terjadi
masalah lingkungan saat pembangunan telah selesai sehingga dibutuhkan analisis pada
tahap awalnya dengan melakukan perencanaan dan perancangan proyek untuk dijadikan
pertimbangan dalam membuat keputusan.

AMDAL sangat penting untuk dilakukan sebelum membangun proyek di suatu kawasan
tertentu. Jika AMDAL di manipulasi maka akan berdampak buruk bagi kehidupan
manusia. Tidak dicantumkannya keberadaan sungai bawah tanah di Rembang
merupakan tindakan pidana yang menyangkut kesejahteraan orang banyak serta suatu
upaya untuk menghancurkan sumber daya alam yang ada demi keuntungan sepihak (PT
Semen Indonesia). Masyarakat sekitar tidak hanya menggunakan air untuk kehidupan
sehari-hari, tetapi untuk mengairi pertanian mereka yang menjadi mata pencahrian dari
beberapa keluarga. Pemalsuan yang tidak di tindak-lanjuti akan merusak alam,
kesejahteraan hidup masyarakat, serta menghilangkan mata pencahrian masyarakat
sekitar dan menurunkan tingkat perekonomian. Tentu saja dampak yang diberikan luas
dan fatal.
https://travel.tempo.co/read/1071451/nasgitel-dan-jadah-mbah-carik-kuliner-jogja-di-
pegunungan

http://beritajateng.net/dokumen-amdal-semen-rembang-masih-dalam-pengkajian/

https://www.kompasiana.com/yelinrahhttps://nasional.tempo.co/read/701899/begini-
kejanggalan-amdal-pt-semen-indonesia-di-rembangmatwati/konflik-dan-kerusakan-
lingkungan-pembangunan-pabrik-semen-di-rembang_58e336fac223bdff0d177295

http://kbr.id/nasional/04-
2017/hasil_klhs_rembang__pt_semen_indonesia_dan_22_pengusaha_harus_hentikan_p
enambangan_di_cat_watuputih/89720.html

https://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/kelebihan-dan-kekurangan-model-
perencanaan-top-down-planning-bottom-up-planning-dan-perancangan-gabungan/

Anda mungkin juga menyukai