Anda di halaman 1dari 15

Masuknya Islam Ke

Sumatera
D o s e n Pe n g a m p u
Dra. Ir ianna M.Hum
Annisa Nur Hidayah Cikita Aprilia Putri
2010751003 2010752027
Aura Salsabila Najla Athaya Edward
2010752009 2010752005
Ayyatul Ulmi Vujha Sugesti
2010753005 2010751021
Berki Arrahman
2010752001
Pembahasan

• Masa Pra Islam di Sumatera


• Sejarah Masuknya Islam Ke Sumatera
• Bukti Masuknya Islam ke Sumatera
• Kerajaan Islam di Sumatera
• Pengaruh Masuknya Islam di Sumatera
Masuknya kerajaan-kerajaan Islam di tanah diperkirakan telah berlangsung
sekitar abad ke 13 hingga abad ke 16. Maraknya perdagangan antara pedagang muslim
dari berbagai daerah seperti Arab, Maroko, Persia, Tiongkok dan lain-lain menjadikan
masyarakat Indonesia saat itu mudah berbaur dengan para pedagang muslim.
Kegiatan perdagangan ini makin membuat agama Islam tersebar dengan pesat
hingga ke berbagai daerah seperti Jawa, Maluku, Sulawesi hingga Sumatra.
Menurut para sejarawan Islam, Sumatera merupakan tempat yang menjadi awal mula
masuknya Islam di nusantara. Kemudian, masuknya agama Islam ke tanah air pada
sekitar abad ke 6 tidak lepas dari pengaruh Syekh Kadir Jailani yang menyiarkan Islam
saat itu. Pada periode pertama menyebarkan syiar agama Islam, beliau telah
membawa banyak perubahan dan perkembangan di masyarakat nusantara.Aspek
budaya, sosial pemerintahan dan politik juga tersentuh dengan nilai-nilai Islam yang
diajarkan. Secara umum, perubahan besar itu terlihat jelas dari berdirinya berbagai
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di nusantara termasuk di wilayah Sumatera.
Masa Pra Islam di Sumatera
Dalam buku Sejarah Politik dan Kekuasaan 2019 karya Tappil Rambe dkk, pada abad ke-7, Barus sudah tersohor
hingga Eropa dan Timur Tengah karena penghasil kapur barus dan rempah-rempah. Pada akhir abad itu, pedagang Arab mulai
menjejakan kakinya di pelabuhan Barus untuk melakukan perdagangan dan penyebaran agama Islam. Setelah Islam masuk di
Sumatera Utara, orang Sumatera lebih terbuka untuk berinteraksi kepada para pedagang. Para pedagang Arab kemudian
menikah dengan wanita lokal dan memiliki keturunan. Dari situ sehingga terbentuklah komunitas muslim. Islam diterima
baik di Sumatera Utara, karena tidak memandang kasta layaknya agama Hindu-Buddha. Kemudian karena baiknya hubungan
baik antara masyarakat lokal dengan para ulama yang datang dari negara Arab. Setelah masuknya Islam, perkembangan
selanjutnya dilakukan oleh Kerajaan Aceh terhadap beberapa kerajaan di Sumatera dan wilayah lain. Sebelum masuknya
Islam ke Sumatera, penduduk Sumatera sudah terlebih dahulu memeluk agama Hindu dan sebagian menganut agama
parmalin.
Dalam hikayat raja-raja Pasai dan sejarah Melayu disebutkan bahwa Nakhoda Ismail dan Fakir Muhammad datang
dari Mekkah pertama mengislamkan Barus. Kemudian berkembang ke Lamuri Banda Aceh, Aru, dan baru ke Pasai. Sumber
tersebut dibuktikan dengan adanya batu nisan yang ada di Kota Rentang, Barus. Dari periode temuan itu dipastikan jenis
batu nisan di Kota Rentang sudah digunakan sejak abad ke-13 M. Maka daerah Kota Rentang, Hamparan Perak sudah menjadi
kawasan penting sejak abad itu. Selanjutnya Kerajaan Aru/Haru sudah dipastikan sebagai kerajaan Islam sejak
pertengahan abad ke-13 M. Hal itu didasarkan pada jenis batu nisan di Kota Rentang, hikayat raja-raja Pasai, sejarah
Melayu atau kunjungan Marcopolo pada 1292. Bahwa penguasa Aru, Sultan Husin menjadi bukti jika Kerajaan Aru telah
beragama Islam.
Sejarah Masuknya Islam ke Sumatera
Agama Islam mulai masuk ke tahan Sumatera pada abad ke-7 Masehi. Pada waktu itu, di
Sumatera sendiri sudah berdiri kerajaan Buddha di Sriwijaya (683-1030 Masehi). Akibatnya, proses
masuknya agama Islam di Sumatera mengalami sedikit kesulitan.
Pada saat kerajaan Sriwijaya mendapatkan serbuan dari India, disitulah kesempatan yang
digunakan untuk menyebarkan agama Islam ke berbagai daerah-daerah pulau Sumatera.
Dalam sejarahnya, proses masuknya agama Islam di Sumatera dipengaruhi oleh wilayah Aceh yang
merupakan cikal-bakal terjadinya penyebaran agama Islam di Nusantara.
Islam masuk melalui jalur perdagangan yang dilakukan oleh para saudagar Arab yang hilir mudik
berdagang dari Mesir, Persia, Gujarat ke Cina melalui Barus-Fansur yang dipastikan terletak di ujung
barat pulau Sumatera.
Kota Barus saat itu dianggap sebagai perkampungan Islam tertua di Nusantara. Di Barus,
ditemukan sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di mana pada batu nisan
tertulis bahwa Syaikh Rukunuddin wafat tahun 672 Masci. Selain itu terdapat pula makam Syaikh
Ushuluddin yang panjangnya diperkirakan sampai 7 meter. Hal ini menguatkan sinyal jika komunitas
Muslim memang sudah ada di Barus pada era itu.
Bukti Masuknya Islam ke Sumatera
Berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M merupakan bukti
masuknya Islam di Sumatera, selain kerajaan Samudra Pasai juga ada kerajaan Perlak,
dan kerajaan Aceh. pada tahun 1978, peneliti Pusat Riset Arkeologi Nasional Indonesia
telah menemukan sejumlah batu Nisan di situs Tuanku Batu Badan di Barus. Yang
terpenting dari temuan itu adalah makam yang mencantumkan sebuah nama, yaitu
Tuhar Amsuri, yang meninggal pada 19 Safar 602 H, sebagaimana ditafsirkan oleh
Ahmad Cholid Sodrie dari pusat Riset Arjeologi Nasional, tapi ada penafsiran lain yang
mengemukakan bahwa Tuhar Amsuri meninggal pada 19 Safar 972. Tapi dari temuan
Arkeologis di barus dikatakan bahwa batu nisan Tuhar Amsuri tertanggal 602 lebih awal
dari batu nisan Sultan As-Salih yang tertanggal 696 H. Ini berarti jauh sebelum
kerajaan Samudra Pasai, sudah ada masyarakat Muslim yang tinggal di Barus, salah
satu tempat di sekitar pantai barat Sumatera Tjandrasasmmita,15-16.
Berita Tome Pires dalam tulisan Suma
Oriental menuliskan bahwa dibagian pesisir
Sumatera Utara dan Timur, yaitu mulai Aceh
sampai Palembang sudah banyak masyarakat
dan kerajaan Islam Nisan kubur Sultan Malik as-Saleh tahun
1297 M dari Kerajaan Samudera Pasai

Berita dari Ibnu Batuah, menyatakan


bahwa ia mengunjungi kerajaan Islam di
Samudera Pasai tahun 1345
Berita Cina zaman Dinasti T’ang bahwa
adanya masyarakat muslim di Kerajan
Sriwijaya sejak abad ke 7 SM
Berita Marcopolo yang singgah di Perlak
pada tahun 1292 M
Kerajaan Islam di Sumatera
1. Samudera Pasai
Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara yang terletak di pesisir
Timur Laut Aceh. Kerajaan ini terbentuk dari proses Islamisasi di daerah-daerah pantai oleh
pedagang Muslim yang pernah singgah. Keberadaan Samudera Pasai dibuktikan dengan batu
nisan makam Sultan Malik Al-Saleh, Raja pertama Samudera Pasai.

2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh didirikan oleh Ali Mughayat Syah pada abad ke-15. Kerajaan ini mengalami
masa kejayaan pada masa pimpinan Sultan Iskandar Muda. Kala itu, mereka berhasil memukul
mundur Portugis dari selat Malaka.
Pada 1641, Kerajaan Aceh mulai mundur karena kemangkatan Sultan Iskandar Tsani.
Keruntuhan mereka juga dipicu oleh kekuatan Belanda yang semakin kuat di pulau Sumatera
dan Selat Malaka.
Kerajaan Islam di Sumatera
3. Kerajaan Minangkabau
Kerajaan Minangkabau atau Pagaruyung menjadi salah satu Kerajaan Melayu yang
pernah berdiri di pulau Sumatera. Pada 1600-an, Kerajaan Pagaruyung menjadi Kesultanan
Islam. Penyebaran agama Islam di kerajaan ini tidak lepas dari peran Syaikh Burhanuddin
Ulakan, ulama ternama di Aceh.

4. Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak adalah salah satu kerajaan Islam tertua di Sumatera. Raja pertama
Kerajaan Perlak adalah Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Azis Syah. Kerajaan ini sempat
mengalami perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni setelah raja pertama wafat.
Pengaruh Masuknya Islam di Sumatera
1. Konsep Raja Sebagai Utusan Tuhan
Masuknya Islam mengubah sistem Devaraja. Hal ini karena Tuhan dalam agama Islam tak
dapat menyerupai ciptaan-Nya. Akan tetapi, Tuhan mengirimkan khalifah pemimpin di bumi
yang bertanggung jawab terhadap keselarasan dan keteraturan dunia. Oleh karena itu,
konsep Devaraja pada masa Hindu-Buddha berganti menjadi raja atau pemimpin sebagai
khalifah wakil Tuhan sebagai pemimpin di bumi.
2. Penyebarluasan Islam oleh Raja
Setelah seorang raja bisa diajak memeluk agama Islam, sebagian besar rakyatnya pun akan
mengikuti sang raja dengan melakukan hal yang sama. Kepentingan politik muncul lagi ketika
raja ingin menambah wilayah kekuasaan sekaligus menyebarluaskan ajaran Islam.
Pengaruh Masuknya Islam di Sumatera
3. Munculnya kota pelabuhan
Kekayaan alam yang melimpah dan wilayah yang luas mendorong sejumlah pedagang Islam
dari Cina, India, Arab, dan berbagai belahan dunia lainnya melakukan transaksi dagang di
pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Penyebarluasan Islam melalui jalur perdagangan
menyebabkan munculnya kota-kota pelabuhan di pantai timur dan barat Sumatera serta
pantai utara Jawa. Kota pelabuhan perlahan menjadi makin besar dan berubah menjadi
perkampungan. Akibatnya, komoditas yang diperlukan untuk menghidupi populasi pun
bertambah.
Kesimpulan

Pada abad ke-12 situasi dan kondisi politik bahkan ekonomi kerajaan-
kerajaan Indonesia-Hindu pada masa kedatangaan orang-orang muslim ke
daerah Sumatera dan Jawa, Sriwijaya dan Majapahit mulai mengalami
kemunduran. Dan pada waktu Srwijaya mengalami kemunduran inilah
terjadi perluasan Islam di Sumatera.
Kehadiran Islam secara lebih nyata terjadi sekitar akhir abad 13 M,
yakni dengan adanya makam Sultan Malik al-Saleh, terletak di kecamatan
Samudra di Aceh utara. Pada makam tersebut tertulis bahwa dia wafat
BAB pada Ramadhan 696 H/1297 M. Ia digambarkan sebagai penguasa pertama
Kerajaan Samudra Pasai.
Daftar Pustaka

https://tirto.id/sejarah-pengaruh-islam-di-nusantara-bidang-politik-dan-ekonomi-
gkqw
https://www.masdayat.net/2020/04/tunjukkan-bukti-bukti-masuknya-islam-di.html

https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-kerajaan-islam-di-sumatera/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/26/182500369/perkembangan-dan-
peninggalan-islam-di-sumatera

https://kumparan.com/berita-hari-ini/kerajaan-islam-di-sumatera-dari-samudera-
BAB pasai-hingga-perlak-1vhHxFSknTU/full
Terima Kasih....

Anda mungkin juga menyukai