Anda di halaman 1dari 10

Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 1, Maret 2017: 1-10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI
Abdul Basith, Rismia Agustina, Noor Diani

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat,


Jl. Ahmad Yani KM. 36 Banjarbaru, 70714

Email korespondensi : Bhasiedz@gmail.com

ABSTRAK
Anemia merupakan kondisi yang banyak terjadi pada remaja putri, yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti status gizi, menstruasi dan sosial ekonomi. Anemia bisa menyebabkan
seseorang mengalami penurunan daya tahan tubuh dan mengakibatkan tubuh mudah terkena
masalah kesehatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 4 Banjarbaru. Hasil
penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan anemia ialah lama menstruasi
(p=0,003), panjang siklus menstruasi (p=0,004), tingkat pendidikan orang tua (ibu) (p=0,000),
dan tingkat pendapatan orang tua (p=0,000). Faktor yang tidak berhubungan dengan anemia
adalah status gizi (p =0,064). Lama dan panjang siklus menstruasi yang tidak normal dapat
menyebabkan terjadinya anemia, dikarenakan darah yang dikeluarkaan akan lebih banyak dari
jumlah normalnya. Tingkat pendidikan ibu dan pendapatan orag tua yang rendah akan
menyebabkan terjadinya anemia dikarenakan pemenuhan kebutuhan anak yang kurang.

Kata-kata kunci: anemia, faktor-faktor anemia, remaja putri.

ABSTRACT
Anemia is a condition which is more common in adolescent girls, which can be caused by various
factors such as nutritional status, menstruation, and socioeconomic. Anemia can cause a person
to experience a decrease in the immune system and causes the body susceptible to health
problems. The objective of this study was to determine the factors associated with the incidence
of anemia among adolescent girls in SMP Negeri 4 Banjarbaru. The study results show that
factor associated with anemia are period of menstruation (p = 0.003), the length of the menstrual
cycle (p = 0.004), education level of parents (mother) (p = 0.000), and the income level of
parents (p = 0.000) , The factor which is not associated with anemia is nutritional status (p =
0.064). The period and length of abnormal menstrual cycle can cause anemia because blood
removed will be more than the normal amount. Mother's education level and parents’ low income
will lead to anemia due to lack of children’s needs fulfillment.

Keywords: anemia, anemia factors, teenage girl.

PENDAHULUAN tubuh berada dibawah normal, yang mana


apabila dibiarkan dapat menyebabkan
Remaja putri pada setiap bulannya masalah kesehatan bagi si penderita (2).
akan mengalami menstruasi yang mana Anemia dapat menimbulkan gejala
pada saat menstruasi ini mereka akan seperti lesu, lemah, letih, lelah dan cepat
beresiko terkena anemia, ditambah lagi lupa. Selain itu anemia juga dapat
dengan kebiasaan diet remaja putri yang ,eyebabkan tubuh mudah terkena infeksi
kurang baik yang dapat meningkatkan dikarena terjadinya penurunan daya tahan
resiko terjadinya anemia (1). Anemia tubuh (3).
merupakan keadaan dimana kadar Ada beberapa faktor yang dapat
hemoglobin atau sel darah merah didalam menyebabkan anemia antara lain adalah

1
Abdul Basith Dkk, Faktor-Faktor Kejadian Anemia...

status gizi, menstruasi, dan sosial menstruasi, responden tinggal bersama


ekonomi (3). Hasil Riset Kesehatan orang tua, dan tidak sedang sakit. Data
Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013 dalam penelitian ini didapatkan dari
menunjukkan pravelensi anemia pada pemeriksaan kadar hemoglobin, status
usia 5-14 tahun sebesar 26,4% (4). IMT/U, serta dan lembar kuesioner.
Berdasarkan hasil penilaian status anemia Penelitian ini dilaksanakan di SMP
oleh Dinas Kesehatan kota Banjarbaru Negeri 4 Banjarbaru pada Bulan
pada tahun 2015, persentase kejadian Desember 2016.
anemia pada siswi sekolah menengah
pertama (SMP) adalah sebesar 59 %(5). HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di SMP Negeri 4 Banjarbaru Persentase Kejadian Anemia, Status
pada tanggal 15 November 2016 di Gizi, Lama dan Panjang Siklus
dapatkan data pada kelas IX A, pada Menstruasi, Tingkat Pendidikan dan
setiap bulannya selalu ada siswi yang Pendapatan Orang Tua di SMP
tidak masuk sekolah dikarenakan sakit, Negeri 4 Banjarbaru
bahkan ada siswi yang tidak masuk
sampai 19 hari dikarenakan sakit. Hasil Tabel 1. Persentase Kejadian Anemia Status
pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) Gizi, Lama dan Panjang Siklus
didapatkan 10 dari 20 orang siswi di Menstruasi, Tingkat Pendidikan
kelas IX A kadar Hemoglobinnya dan Pendapatan Orang Tua di SMP
dibawah normal yang menunjukkan Negeri 4 Banjarbaru Bulan
Desember Tahun 2016 (n=50).
mereka mengalami anemia, bahkan ada
Variabel n %
yang kadar hemoglobinnya mencapai 7,7.
Hasil wawancara dengan siswi Kejadian Anemia
kelas IX mereka mengatakan bahwa Anemia 27 54%
pandangan mereka sering berkunang- Tidak Anemia 23 46%
kunang, terkadang mual saat bangun Status Gizi
tidur, dan saat pemberian suplemen Sangat kurus 0 -
penambah darah dari dinas kesehatan ada Kurus 4 8%
beberapa orang tua siswi yang tidak Normal 43 86%
membolehkan anaknya mengkonsumsi Gemuk 2 4%
obat tersebut dikarenakan munculnya Sangat gemuk 1 2%
gejala mual dan muntah. Berdasarkan Lama Menstruasi
data tersebut maka calon peneliti ingin Tidak Normal 20 40%
meneliti tentang faktor-faktor apa saja Normal 30 60%
yang berhubungan dengan kejadian Panjang Siklus Menstruasi
anemia pada remaja putri di SMP Negeri Tidak Normal 24 48%
4 Banjarbaru. Normal 26 52%
Tingkat Pendidikan Orang Tua
METODE PENELITIAN
Pendidikan Rendah 26 52%
Pendidikan Menengah 18 36%
Penelitian observasional analitik
Pendidikan Tinggi 6 12%
dengan pendekatan cross sectional
menggunakan metode probability Tingkat Pendapatan Orang Tua
sampling dengan teknik cluster sampling Dibawah UMR kota 28 56%
dengan responden berjumlah 50 orang. Banjarbaru 22 44%
Kriteria dalam penelitian ini adalah Diatas UMR kota
bersedia menjasi responden dalam Banjarbaru
penelitian ini, sudah pernah mengalami

2
Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 1, Maret 2017: 1-10

Berdasarkan tabel 1 dari 50 ekonomi, sosial-budaya, dan biologis


responden yang diperiksa kadar atau keturunan (10).
hemoglobinnya didapatkan lebih dari Hasil penelitian dan sesuai dengan
setengah (54%) responden mengalami tabel 1 dapat disimpulkan bahwa remaja
anemia, sebagian besar (86%) responden putri di SMP Negeri 4 Banjarbaru
memiiki status gizi yang normal, lebih mayoritas memiliki lama menstruasi dan
dari setengah (60%) responden memiliki panjang siklus menstruasi yang normal.
lama menstruasi yang normal, lebih dari hal ini disebabkan karena responden
setengah (52%) responden memiliki dalam penellitian ini tinggal bersama
panjang siklus menstruasi yang normal, orang tuanya dan di usaha kegiatan
lebih dari setengah (52%) orang tua sekolah SMP Negeri 4 Banjarbaru
responden berpendidikan rendah, dan memiliki petugas kesehatan yang
lebih dari setengah (56%) orang tua berpendidikan D3 kebidanan, sehingga
responden memiliki pendapatan dibawah apabila responden mengalami masalah
UMR kota Banjarbaru. saat menstruasi mereka bisa menayakan
Kadar normal hemoglobin atau sel hal tersebut ke orang tuanya atau ke
darah merah untuk anak SMP adalah ≤12 petugas di usaha kegiatan sekolah di
gram/dl (6). Anemia itu sendiri bukanlah SMP Negeri 4 Banjarbaru, serta orang tua
suatu penyakit melainkan suatu tanda dari juga bisa mengatur pola makan anaknya
keadaan suatu penyakit atau gangguan saat anaknya mengalami menstruasi agar
fungsi tubuh (7). Secara garis besar anaknya tidak mengalami masalah
anemia dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu kesehatan.
berkurangnya produksi sel darah merah Lama dan panjang siklus
(hal ini dapat disebabkan kurangnya menstruasi yang tidak normal merupakan
nutrisi, kelainan sumsum tulang, atau salah satu jenis gangguan menstruasi,
karena penyakit), meningkatnya destruksi dimana gangguan menstruasi ini dapat
(penghancuran) sel darah merah, dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti
kehilangan darah (8). Persentase anemia makanan yang dikonsumsi dan aktifitas
pada remaja putri di SMP Negeri 4 fisik faktor hormon dan enzim didalam
Banjarbaru adalah sebesar 54 %, menurut tubuh, masalah dalam vaskular serta
kriteria anemia yang ditentukan WHO hal faktor genetik (keturunan) (11). Hasil
tersebut menunjukkan adanya masalah penelitian indraini, dkk (2009)
kesehatan masyarakat berat (severe menunjukkan kebiasaan mengkonsumsi
public health problem) dengan batas buah dan lauk hewani berhubungan
prevalensi anemia ≥40 persen (9). positif dengan lamanya proses
Status gizi remaja putri di SMP menstruasi, dimana remaja yang banyak
Negeri 4 Banjarbaru mayoritas berada mengkonsumsi lauk hewani dan buah
dalam katagori normal, hal ini akan memiliki lama proses menstruasi
disebabkan karena responden dalam yang lebih normal dibanding dengan
penellitian ini responden tinggal bersama remaja yang tidak mengkonsumsi lauk
orang tuanya sehingga pola dan jenis hewani, serta kebiasaan mengkonsumsi
makanan mereka masih terjamin dan buah berhubungan negatif dengan
dapat diatur oleh orang tua mereka, serta panjang siklus menstruasi yang normal,
tempat tinggal responden yang dekat dimana semakin banyak remaja putri
dengan pasar yang menyebabkan orang mengkonsumsi buah maka jarak antara
tua responden mudah mendapatkan bahan menstruasinya akan semakin jauh dari
makanan. Ada beberapa faktor yang jarak normal panjang siklus menstruasi
dapat mempengaruhi status gizi (12).
seseorang seperti faktor lingkungan, Pada tabel 1, dapat dilihat
mayoritas tingkat pendidikan orang tua

3
Abdul Basith Dkk, Faktor-Faktor Kejadian Anemia...

(ibu) responden berada dalam katagori kecil yang orang tuanya bekerja sebagai
pendidikan rendah dengan persentase PNS, sedangkan untuk tingkat pendidikan
52%. Hal ini bisa disebabkan karena ayah responden didalam penelitan ini
tingkat pendapatan yang rendah, kondisi tidak mengkajinya sehingga tidak dapat
lingkungan, dan kurangnya minat untuk tergambarkan secara jelas apakah
melanjutkan pendidikan, padahal pendidikan ayah mempengaruhi
pendidikan sangat penting dalam suatu pendapatan keluarga.
keluarga baik dalam segi mendidik anak Semakin tinggi penghasilan orang
maupun dalam hal pengaturan makan. tua maka semakin mudah mendapatkan
Pendidikan merupakan modal penting sarana dan prasarana yang diperlukan
untuk menunjang ekonomi suatu oleh anak, sementara orang tua yang
keluarga, di mana untuk ibu rumah berlatar belakang ekonomi rendah,
tangga pendidikan sangat berguna dalam mereka lebih susah mendapatkan sarana
penyusunan pola makan keluarga, serta dan prasarana yang diperlukan oleh anak
cara mengasuh dan merawat anak (10). dan lebih sedikit waktu yang dapat
Hasil penelitian Mukhlis (2011) mereka berikan kepada anaknya
menunjukkan ada beberapa faktor yang dikarenakan orang tua lebih
mempengaruhi tinggi rendahnya suatu megutamakan untuk bagaimana agar
pendidikan yaitu motivasi, kondisi sosial, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
kondisi orang tua keluarga, budaya dan (16). Tingkat pendapatan orang tua yang
aksebilitas (jarak dan waktu tempuh, tinggi akan mempengaruhi tumbuh
faselitas jalan dan sarana transportasi). kembang anak, karena orang tua mampu
Bagi orang tua mereka memiliki motivasi memenuhi semua keperluan anak (10).
yang lebih rendah dibandingkan dengan
anak remaja, hal ini disebabkan orang tua Hubungan Status Gizi dengan
lebih fokus untuk bekerja dan mencari Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
nafkah untuk keluarganya, serta orang di SMP Negeri 4 Banjarbaru
tuanya lebih memilih menyekolahkan
anaknya tinggi-tinggi dari pada dirinya Tabel 2. Analisis Hubungan Status Gizi
(13). Penelitian Kharmina (2011) dengan Kejadian Anemia Pada
menunjukkan ada hubungan positif antara Remaja Putri di SMP Negeri 4
tingkat pendidikan orang tua dengan Banjarbaru Bulan Desember Tahun
orientasi pola asuh anak usia dini, yang 2016 (n=50).
mana apabila tingkat pendidikan orang Status Anemia
tua meningkat maka pola asuh akan Tidak Total
Status Gizi Anemia
meningkat (14). Anemia
Didalam penelitian ini peneliti n % n % n %
menggolongkan pendapatan berdasarkan Sangat kurus 0 0 0 0 0 0
UMR yang berlaku di daerah tersebut, di Kurus 4 8 0 0 4 8
kota Banjarbaru UMRnya ialah sebesar Normal 22 44 21 42 43 86
Rp. 2.118.750 (15). Tingkat pendapatan Gemuk 0 0 2 4 2 4
orang tua responden mayoritas berada Sangat gemuk 1 2 0 0 1 2
dalam katagori dibawah UMR kota Total 27 54 23 46 50 100
Banjarbaru dengan persentase 56%.
p-value 0,064
Tingkat pendapatan sangat dipengaruhi
oleh jenis pekerjaan dan tingkat
pendidikan, dari hasil wawancara Berdasarkan tabel 2, kejadian
didapatkan kebanyakan orang tua anemia paling banyak terjadi pada remaja
responden bekerja sebagai buruh, yang memiliki status gizi normal dengan
pedagang, petani dan hanya sebagaian persentase sebesar 44%. Hasil analisis

4
Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 1, Maret 2017: 1-10

hubungan status gizi dengan kejadian remaja putri (19). Penelitian Indartanti
anemia dengan uji fisher exact dan kartini (2014) menunjukkan hal yang
didapatkan p-value sebesar 0,064 > 0,05 sama dimana tidak ada hubungan antara
yang berarti H0 di terima, sehingga tidak status gizi dengan kejadian anemia pada
terdapat hubungan antara status gizi remaja putri (20). Indikator IMT/U untuk
dengan kejadian anemia pada remaja menilai status gizi, indikator ini lebih
putri di SMP Negeri 4 Banjarbaru. dipengaruhi olah zat gizi makro yang
Responden yang memiliki status merupakan sumber energi terbesar bagi
gizi normal, mereka dapat terkena anemia tubuh seperti karbohidrat, lemak, dan
apabila kebiasaan makan mereka yang protein dari pada asupan zat gizi mikro
tidak seimbang seperti apabila responden (vitamin dan mineral), dikarenakan
jarang mengkonsumsi sayur-sayuran dan kandungan energi pada zat gizi mikro
bisa juga disebabkan apabila sering sangat sedikit. Padahal zat gizi yang lebih
memakan makanan yang mengandung menentukan kejadian anemia adalah zat
karbohidrat dan lemak saja tidak gizi mikro dikarena pada vitamin, asam
diimbangi dengan mengkonsumsi folat dan zat besi termasuk kedalam zat
makanan yang mengandung mineral, gizi mikro (19).
protein, dan vitamin. Anak remaja saat .
ini sering sekali kurang memperhatikan Hubungan Lama Menstruasi dengan
konsumsi makanan mereka, mereka Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
sering mengkonsumsi makanan yang di SMP Negeri 4 Banjarbaru
kurang sehat seperti gorengan, pentol,
mie dan lain lain, serta tak jarang juga Tabel 3. Analisis Hubungan Lama
ada anak yang tidak mau mengkonsumsi Menstruasi dengan Kejadian
sayuran. Padahal kecukupan gizi Anemia Pada Remaja Putri di SMP
sangatlah penting, karena kekurangan Negeri 4 Banjarbaru Bulan
gizi dapat menyebabkan penurunan Desember Tahun 2016 (n=50).
Status Anemia
pembentukan sel darah merah yang mana
dapat menyababkan berkurangnya sel Lama Tidak Total
Anemia
darah merah dalam tubuh dan Menstruasi Anemia
menyebabkan anemia (17). Hal itu juga n % N % n %
sama dengan orang yang memiliki status Tidak Normal 16 32 4 8 20 40
gizi sangat gemuk atau bisa disebut Normal 11 22 19 38 30 60
obesitas, mereka lebih sering Total 27 54 23 46 50 100
mengkonsumsi makanan yang tinggi p-value 0,003
lemak dan karbohidrat dibandingkan
dengan yang mengandung mineral, Berdasarkan tabel 3, kejadian
protein, dan vitamin. Asupan zat besi anemia paling banyak terjadi pada remaja
yang merupakan salah satu penyebab yang memiliki lama menstruasi tidak
anemia pada setiap orang berbeda-beda. normal dengan persentase sebesar 32%
Kebutuhan zat besi sangat bergantung dan dari hasil analisis hubungan lama
dengan berat badan seseorang, di mana menstruasi dengan kejadian anemia
setiap penambahan 1 kilogram berat dengan uji chi square didapatkan p-value
badan maka akan terjadi peningkatan sebesar 0,003 < 0,05 yang berarti H0
kebutuhan zat besi sebanyak 35 – 45 mg ditolak, sehingga terdapat hubungan
(18). antara lama menstruasi dengan kejadian
Hasil penelitian ini sejalan dengan anemia pada remaja putri di SMP Negeri
hasil penelitian Pou, dkk (2015) yang 4 Banjarbaru. Hal tersebut dapat terjadi
menyatakan tidak ada hubungan antara dikarenakan responden yang memiliki
status gizi dengan kejadian anemia pada

5
Abdul Basith Dkk, Faktor-Faktor Kejadian Anemia...

lama menstruasi tidak normal akan yang berarti H0 ditolak, sehingga terdapat
mengalami lebih banyak kehilangan hubungan antara panjang siklus
darah saat menstruasi dari pada menstruasi dengan kejadian anemia pada
responden yang memiliki lama remaja putri di SMP Negeri 4 Banjarbaru.
menstruasi yang normal. Lamanya proses Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
menstruasi akan mempengaruhi jumlah panjang siklus menstruasi yang tidak
sel darah merah di dalam tubuh, semakin normal menyebabkan remaja putri lebih
lama proses menstruasi maka semakin banyak kehilangan darah dibandingkan
banyak darah yang keluar, yang mana hal dengan remaja yang memiliki panjang
ini dapat menyebabkan masalah anemia siklus menstruasi yang normal (23).
pada perempuan (1).
Lama menstruasi pada remaja Tabel 4. Analisis Hubungan Panjang Siklus
sangat dipengaruhi oleh kondisi tubuh Menstruasi dengan Kejadian
remaja tersebut, beberapa kondisi yang Anemia Pada Remaja Putri di SMP
dapat mempenaruhi lama menstruasi Negeri 4 Banjarbaru Bulan
pada remaja putri adalah seperti Desember Tahun 2016 (n=50).
Status Anemia
kelelahan karena padatnya aktivitas dan Panjang
pengaruh stres yang tinggi, yang mana Tidak Total
Siklus Anemia
stres nantinya dapat mempengaruhi Anemia
Menstruasi
hormon yang ada dalam tubuh dan dapat n % n % n %
menyebabkan masalah menstruasi pada Tidak Normal 18 36 6 12 24 48
wanita (21). Lama menstruasi dapat Normal 9 18 17 34 26 52
dipengaruhi oleh banyak hal, seperti Total 27 54 23 46 50 100
makanan yang dikonsumsi dan aktifitas p-value 0,004
fisik faktor hormon dan enzim didalam
tubuh, masalah dalam vaskular serta Hasil penelitian ini searah dengan
faktor genetik (keturunan) (11). hasil penelitian Wahyuningsih dan Astuti
Penelitian Yulaeka (2015) (2012) dimana terdapat hubungan antara
menunjukkan hal yang sama dimana kadar hemoglobin dengan keteraturan
terdapat hubungan antara lama siklus menstruasi (24). Hasil penelitian
menstruasi dengan kejadian anemia pada Khikmawati dan Setyowati (2012)
remaja putri (17). Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara kadar
Febrianti, dkk (2013) menunjukkan hal hemoglobin dengan siklus menstruasi
yang serupa dimana terdapat hubungan dengan kekuatan korelasi sedang dan
antara lama haid dengan kejadian anemia arah korelasi berpola negatif, artinya
(22). semakin rendah kadar hemoglobin
semakin panjang siklus menstruasinya
Hubungan Panjang Siklus Menstruasi (25).
dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri di SMP Negeri 4 Hubungan Tingkat Pendidikan Orang
Banjarbaru Tua dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri di SMP Negeri 4
Berdasarkan tabel 4, kejadian Banjarbaru
anemia paling banyak terjadi pada remaja
yang memiliki panjang siklus menstruasi Berdasarkan tabel 5, kejadian
tidak normal dengan persentase sebesar anemia paling banyak terjadi pada remaja
36% dan dari hasil analisis hubungan yang memiliki orang tua(ibu) yang
panjang siklus menstruasi dengan berpendidikan rendah dengan persentase
kejadian anemia dengan uji chi square sebesar 42%. Hasil analisis hubungan
didapatkan p-value sebesar 0,003 < 0,05

6
Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 1, Maret 2017: 1-10

tingkat pendidikan orang tua (ibu) dengan untuk menerima dan menyesuaikan diri
kejadian anemia dengan uji fisher exact dengan hal-hal yang baru, hal tersebut
didapatkan p-value sebesar 0,000 < 0,05 yang memungkinkan orang yang
yang berarti H0 ditolak, sehingga terdapat berpendidikn tinggi mengetahui serta
hubungan antara tingkat pendidikan menyadari cara memelihara kesehatan
orang tua (ibu) dengan kejadian anemia dirinya dan keluarganya (26).
pada remaja putri di SMP Negeri 4 Hasil penelitian ini sejalan dengan
Banjarbaru. hasil penelitian Sondey, dkk (2016) yang
menyatakan terdapat hubungan antara
Tabel 5. Analisis Hubungan Tingkat anemia dengan pendidikan orang tua
Pendidikan Orang Tua Dengan (27). Hasil penelitian Martini (2015) juga
Kejadian Anemia Pada Remaja menunjukkan adanya hubungan
Putri di SMP Negeri 4 Banjarbaru pendidikan ibu dengan kejadian anemia
Bulan Desember Tahun 2016 (28).
(n=50).
Status Anemia
Tingkat Hubungan Tingkat Pendapatan Orang
Tidak Total
Pendidikan Anemia Tua Dengan Kejadian Anemia Pada
Anemia
Orang Tua Remaja Putri di SMP Negeri 4
n % n % n %
Banjarbaru
Pendidikan
21 42 5 10 26 52
Rendah
Tabel 6. Analisis Hubungan Tingkat
Pendidikan Pendapatan Orang Tua Dengan
5 10 13 26 18 36
Menengah Kejadian Anemia Pada Remaja
Pendidikan Putri di SMP Negeri 4 Banjarbaru
1 2 5 10 6 12 Bulan Desember Tahun 2016
Tinggi
Total 27 54 23 46 50 100 (n=50).
Status Anemia
p-value 0,000 Tingkat
Tidak Total
Pendapatan Anemia
Anemia
Orang tua (ibu) yang Orang Tua
n % n % n %
berpendidikan tinggi akan lebih
memperhatikan pola makan anaknya Dibawah UMR
26 52 2 4 28 56
dikarenakan mereka mengetahui asupan kota Banjarbaru
nutrisi yang diperlukan oleh anaknya. Diatas UMR kota
1 2 21 42 22 44
Semakin tinggi tingkat pendidikan Banjarbaru
seorang ibu maka akan semakin baik cara Total 27 54 23 46 50 100
ibu mendidik dan merawat anaknya, p-value 0,064
dikarenakan orang tua yang
berpendidikan tinggi tidak akan langsung Berdasarkan tabel 6, kejadian
menerima apa yang dikatakan orang, anemia paling banyak terjadi pada remaja
mereka akan berpikir secaara logis untuk yang memiliki orang tua yang memiliki
menentukan setiap tindakan yang akan tingkat pendapatan rendah (dibawah
mereka ambil (26). UMR kota Banjarbaru) dengan
Keluarga yang memiliki pendidikan persentase sebesar 52%. Hasil analisis
yang tinggi dapat lebih mudah menerima hubungan tingkat pendapatan orang tua
dan memilih informasi yang berguna bagi dengan kejadian anemia dengan uji chi
dirinya dan keluarganya, serta dapat square didapatkan p-value sebesar 0,000
mengaplikasikannya kedalam kehidupan < 0,05 yang berarti H0 ditolak, sehingga
sehari-hari (10). Orang yang memiliki terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan yang tinggi akan mudah pendapatan orang tua dengan kejadian

7
Abdul Basith Dkk, Faktor-Faktor Kejadian Anemia...

anemia pada remaja putri di SMP Negeri PENUTUP


4 Banjarbaru.
Remaja putri yang memiliki orang Kesimpulan penelitian ini adalah
tua dengan penghasilan yang tinggi lebih persentase kejadian Anemia pada remaja
mudah mendapatkan semua putri di SMP Negeri 4 Banjarbaru adalah
kebutuhannya baik itu kebutuhan primer sebesar 54%, dimana untuk status gizi,
maupun sekunder, serta dengan lama menstruasi, dan panjang siklus
penghasilan yang tinggi orang tua dapat menstruasi mayoritas berada dalam
memberikan berbagai makanan yang katagori baik atau normal, sementara
bergizi bagai anaknya, berbeda dengan untuk tingkat pendidikan orang tua (ibu)
remaja yang memiliki orang tua dengan mayoritas berpendidikan rendah dan
berpenghasilan rendah, mereka harus pendapatan orang tua berada dalam
menerima makanan yang diberikan orang mayoritas berada dalam katagori dibawah
tuanya karena mereka tidak dapat UMR kota Banjarbaru. Dari hasil uji
meminta lebih dikarenakan keterbatasan statistik didapatkan bahwa terdapat
pendapatan orang tua. Semakin tinggi hubungan antara lama menstruasi,
penghasilan orang tua maka semakin panjang siklus menstruasi, tingkat
mudah mendapatkan sarana dan pendidikan orang tua (ibu), dan tingkat
prasarana yang diperlukan oleh anak, pendapatan orang tua dengan kejadian
sementara orang tua yang berlatar anemia pada remaja putri di SMP Negeri
belakang ekonomi rendah, mereka lebih 4 Banjarbaru, serta tidak terdapat
susah mendapatkan sarana dan prasarana hubungan antara status gizi dengan
yang diperlukan oleh anak dan lebih kejadian anemia pada remaja putri di
sedikit waktu yang dapat mereka berikan SMP Negeri 4 Banjarbaru.
kepada anaknya dikarenakan orang tua Rekomendasi untuk remaja putri
lebih megutamakan untuk bagaimana diharapkan remaja putri bisa mengetahui
agar dapat memenuhi kebutuhan sehari- dan mengendalikan faktor-faktor yang
hari (16). dapat menyebabkan terjadinya anemia,
Tingat ekonomi (pendapatan) bagi remaja putri yang memiliki
keluarga yang rendah akan masalah menstruasi seperti lama dan
mempengaruhi pola dan jenis makanan panjang siklus menstruasi yang tidak
keluarga tersebut, di mana sebagian besar normal sebaiknya menjaga asupan
kelarga yang memiiki tingkat ekonomi nutrisinya. Bagi penelitian lebih lanjut
(pendapatan) yang rendah lebih memilih diharapkan dapat meneliti faktor-faktor
jenis makanan yang berorientasi pada yang belum diteliti dalam penelitian ini
karbohidrat dibandingkan protein, dan dapat menentukan faktor utama dari
vitamin dan mineral. Hal ini dikarenakan kejadian anemia pada remaja putri, selain
makanan yang mengandung karbohidrat itu peneliti lain juga bisa menggunakan
lebih murah dibandingkan yang lain (29). pemeriksaan darah lebih lanjut agar lebih
Hasil penelitian sejalan dengan dapat menggambarkan jenis anemia yang
hasil penelitian Sondey, dkk (2016) yang terjadi pada remaja putri.
menyatakan terdapat hubungan antara
anemia dengan pendapatan keluarga (27). KEPUSTAKAAN
Penelitian Fariz, dkk (2014)
Menunjukkan hal yang serupa dimana 1. Gilly A. Buku ajar kesehatan
terdapat hubungan antara pendapatan reproduksi wanita. 2nd ed. Jakarta:
orang tua dengan kejadian anemia pada EGC; 2009.
remaja putri (30).
2. Mehta A, Hoffbrand V. At a glance:

8
Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 1, Maret 2017: 1-10

Hematologi. 2nd ed. Jakarta: EGC; 11. Kusmiran E. Kesehatan reproduksi


2008. remaja dan wanita Jakarta: Salemba
Medika; 2011.
3. Masrizal. Studi literatur. Anemia
defisiensi besi. 2007 September; 12. Indriani Y, Amir M, Mirza I. Jurnal
II(1): p. 140-145. gizi dan pangan. Kebiasaan makan
yang berhubungan dengan kesehatan
4. Badan Penelitian dan Pengembangan reproduksi. 2009 Nopember; 4(3): p.
Kesehatan. Laporan nasional riset 132-139.
kesehatan dasar (Riskesdas) Nasional
tahun 2013 Jakarta: Departemen 13. Mukhlis. Faktor-faktor yang
Kesehatan Republik Indonesia; 2013 mempengaruhi rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat di desa dieng
5. Dinas Kesehatan kota Banjarbaru wetan kecamatan kejajar kabupaten
seksi Kesehatan Dasar. Laporan wonosobo. Semarang:; 2011.
pelaksanaan pencegahan dan
penanggulangan anemia pada remaja 14. Kharmina N. Hubungan antara
putri dinas kesehatan kota Banjarbaru tingkat pendidikan orang tua dengan
tahun 2015 Banjarbaru: Dinas orientasi pola asuh anak usia dini
Kesehatan Pemerintahan Kota semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Banjarbaru; 2015. Universitas Negeri Semarang; 2011.

6. Departemen Kesehatan Pusat data 15. Badan Pusat Statistik kota


dan Informasi. Glosarium: Data dan Banjarbaru. Kota banjarbaru dalam
informasi kesehatan Jakarta: angka (banjarbaru municipality in
Departemen Kesehatan Republik figures) 2016 Banjarbaru: BPS kota
Indonesia; 2006. Banjarbaru; 2016.

7. Smeltzer SC, Bare BG, Hinkle JL, 16. Djafar F. Jurnal pendidikan islam.
Cheever KH. Brunner & Suddarth's: Pengaruh kondisi sosial ekonomi
Textbook of medical-surgical orang tua terhadap motivasi belajar
nursing. 12th ed. Philadelphia: anak. 2014; 2(1): p. 1-13.
Lippincott William & Wilkins; 2010.
17. Yulaeka. Hubungan status gizi dan
8. Oehadian A. Continuing medical lama menstruasi dengan kejadian
education. Pendekatan klinis dan anemia pada siswi di SMK perintis 29
diagnosis anemia. 2012; 39(6): p. ungaran kabupaten tahun 2015.
407-412. 2015;: p. 1-9.

9. World Health Organization. The 18. Eftekhari M, Mozaffari-Khosravi H,


global prevalence of anaemia in 2011 Shidfar F. Public health nutrition. The
Geneva: World Health Organization; relationship between BMI and iron
2015. status in iron-deficient adolescent
Iranian girls. 2008;: p. 1-5.
10. Waluya B. Sosiologi: Melayani
fenomena sosial di masyarakat 19. Pou LL, Kapantow NH, Punuh MI.
Bandung: Setia Purna Inves; 2007. Jurnal ilmiah farmasi. Hubungan
antara status gizi dengan kejadian

9
Abdul Basith Dkk, Faktor-Faktor Kejadian Anemia...

anemia pada siswi smp negeri 10 wawai. Faktor - faktor yang


Manado. 2015; 4(2): p. 309-315. berhubungan dengan kejadian anemia
pada remaja putri di MAN 1 metro.
20. Indartanti D, Kartini A. Journal of 2015; VIII(1): p. 1-7.
nutrition college. Hubungan status
gizi dengan kejadian anemia pada 29. Priscillia TF, Malonda NSH, Kawatu
remaja putri. 2014; 3(2): p. 33-39. PAT. Hubungan antara status sosial
21. Hastari N. Gambaran kejadian anemia ekonomi dengan anemia pada siswi di
berdasarkan lama menstruasi dan SMP negeri 2 manado. 2016.
kebiasaan minum teh pada remaja
putri di pondok pesantren an-nur 30. Fariz M, Rahayu A, Yulidasri F.
kecamatan mranggen kabupaten Hubungan antara pendapatan orang
demak. 2015;: p. 1-11. tua, tingkat konsumsi energi, dan
tingkat konsumsi protein remaja
22. Febrianti , Utomo WB, Adriana. dengan kejadian anemia. 2015 Juli-
Jurnal kesehatan reproduksi. Lama Desember; 3(2): p. 21-30.
haid dan kejadian anemia pada remaja
putri. 2013; 4(1): p. 11-15.

23. Manuaba IBG. Memahami kesehatan


reproduksi wanita Jakarta: EGC;
2009.

24. Wahyuningsih A, Astuti SP. Jurnal


involusi kebidanan. Hubungan kadar
hemoglobin dengan keteraturan siklus
menstruasi pada mahasiswa prodi diii
kebidanan tingkat iii stikes
muhammadiyah klaten. 2012 Januari;
2(3): p. 34-45.

25. Khikmawati E, Setyowati ERH.


Hubungan kadar hemoglobin dengan
siklus menstruasi dengan siklus
menstruasi pada remaja putri di SMP
negeri 8 kota magelang. 2012;: p.
104-111.

26. Notoatmodjo S. Pendidikan dan


perilaku kesehatan Jakarta: Rineka
Cipta; 2003.

27. Sondey AM, Punuh MI, Rombot DV.


Hubungan antara sosial ekonomi
dengan kejadian anemia pada siswi
SMP negeri 5 kota manado. 2016;: p.
1-7.
28. Martini. Jurnal kesehatan metro sai

10

Anda mungkin juga menyukai