Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK BALITA

Rusmiati Nurjanah1, Sudirman 2 , Ahmad Yani 3

1) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat


2) Dosen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3) Dosen Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Email : nurjanahrusmiati@gmai.com
sudirman@unismuh.ac.id
ahmadyani@unismuh.id.ac

ABSTRAK

status gizi pada anak balita dapat menimbulkan kontribusi yang memiliki tujuan
membangun penurunan prevalensi gizi kurang pada anak balita yang pada akhirnya akan
mendapat peningkatan kualitas sumberdaya manusia, Gizi pada anak sangat penting bagi
pertumbuhan anak yang bertujuannya untuk memberikan gizi yang baik dan bisa
membuat tubuh menjadi kuat. kurangnya gizi pada anak akan mengakibatkan stunting
pada anak karena pola makan yang tidak teratur dan kandungan makanan yang tidak
berprotein dan berenergi, salah yang mengakibatkan gejala gizi buruk ada hambatan pada
pemberian ASI pada anak balita, ASI adalah makanan yang baik dalam tubuh anak balita.

KATA KUNCI : Makanan tambahan untuk anak balita,dan gizi buruk


PENDAHULUAN

Pertumbuhan yaitu seseorang yang bertambah umur dan jumlah ukuran pada
organ tubuh [1] anak balita adalah sekelompok yang rentang terkena gangguan pada gizi
[2] perkembangan yang sering terjadi pada anak yaitu status gizi, kekurangan gizi yaitu
kurangnya mengkonsumsi makanan yang berprotein dan berenergi jadi bisa
mengakibatkan gizi pada anak kurang [3]

status gizi pada anak balita dapat menimbulkan kontribusi yang memiliki tujuan
membangun penurunan prevalensi gizi kurang pada anak balita yang pada akhirnya akan
mendapat peningkatan kualitas sumberdaya manusia [4] kekurangan asupan gizi pada
anak akan menganggu pertumbuhan dan perkembangan pada anak [5] Gizi pada anak
sangat penting bagi pertumbuhan anak yang bertujuannya untuk memberikan gizi yang
baik dan bisa membuat tubuh menjadi kuat. [6]

penanganan gizi kurang biasa dilakukan dengan melakukan cara seperti


memberikan obat-obatan atau memberikan makanan tambahan [7] salah yang
mengakibatkan gejala gizi buruk ada hambatan pada pemberian ASI pada anak, karena
ASI adalah tambahan makanan baik untuk pertumbuhan pada anak [8] pertumbuhan pada
anak memiliki jenis makanan yang baik dikonsumsi untuk anak balita [9]

kurangnya gizi pada anak akan mengakibatkan stunting pada anak karena pola
makan yang tidak teratur dan kandungan makanan yang tidak berprotein dan berenergi
[10] gizi kurang akan tidak terkonsumsi jika tidak dikonsumsi dengan baik [11] anak
balita terdekteksi prevalensi karena banyak anak balita yang mengakibatkan penyakit
yang bias mengakibatkan kematian [12]

kelompok anak balita merupakan kelompok anak yang super aktif pada gizi yang
berkembang pada dalam tubuh anak [13] pertumbuhan anak merupakan pertumbuhan
otak, pertumbuhan otak adalah nutrisi [14] tetapi pada pemberian makanan yang cukup
bagi anak tetapi terkena gizi buruk [15]

METODE

Makalah ini dibuat berdasarkan literature yang ada, pada pihak penulis hanya
meriview jurnal yang di ambil pada beberapa jurnal dan dijadikan sebuah referensinya
pada review ini penulis mengambil masalah dari beberapa jurnal mengenai makanan
tambahan untuk anak balita

HASIL PENELITIAN

Pertumbuhan pada anak memiliki jumlah ukuran yang bertambah dan bertumbuh
umur pada organ tubuh, gizi pada anak. status gizi pada anak dapat menimbulkan
kontribusi yang memiliki tujuan membangun penurunan prevalensi gizi kurang pada
anak yang pada akhirnya akan mendapat peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Salah satu hambatan dalam gizi buruk yaitu akibat pada masalah dalam pemberian ASI
ekslusif pada anak yang menganggu tubuh anak.ASI adalah makanan yang yang bergizi
buat anak dan itu membantu tambahan makanan pada anak balita, selain ASI makanan
tambahan untuk anak yang dijadikan cemilan bias memakan seperti biscuit. Anak yang
kurang makan-makanan yang bergizi bias mengakibatkan gizi buruk dan mengakibatkan
Stunting pada anak.

PEMBAHASAN

Pola makanan tambahan adalah tidak melihat konsumsi dari nilai gizi bahan makanan
olahan yang ada dalam makanan memiliki kandungan zat gizi yang baik [16] makanan tambahan
yang baik untuk anak balita yang mengandung gizi untuk anak balita yaitu MP-ASI [17]
persedian makanan untuk anak yaitu : perencanaan menu, bahan makanan, menyimpan bahan
makanan,pengolahan makanan,dan penyaluran makanan [18]
Status gizi yaitu keadaan yang seimbang pemenuhan pada makanan yang mengandung
nutrisi untuk anak yang di identifikasikan oleh berat badan [19]oleh karena itu jenis makanan
yang dikonsumsi oleh ibu untuk ASI yang sehat ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung
protein dan yang halal dimakan dan diminum [20] tingkatan makanan yang tinggi dalam tubuh
IBU untuk anak yaitu MP-ASI anak balita [21]

Selain ASI ada makanan tambahan lain untuk anak yaitu makanan yang mudah larut
dimakan oleh ank-anak kecil seperti biscuit itu sebagai pengganti makanan yang mengandung
lemak dalam biscuit tersebut [22] makanan adalah suatu zat gizi yang ada dikandung oleh
makanan yang dikonsumsi [23] asupan zat gizi yang dikonsumsi oleh anak berpengaruh dari
status gizi pada anak [24]

Kekurangan gizi atau nutrisi pada tubuh dalam makanan anak mengakibatkan penyakit
pada anak yaitu penyakit anemia [25] sikap ibu atau petugas kesehatan harus membimbing anak
tersebut dengan mengatasi kesulitan makanan memiliki hubungan yang signifikan dengan status
gizi kurang pada anak. [26] ibu harus melihat pola makanan yang dimakan oleh anaknya setiap
hari seperti buah-buahan dan sayur-sayuran itu bisa membantu tubuh bernutrisi [27]

Pemberian makanan pada anak balita yaitu MP ASI harus meliki tahap tahap seperti
umurnya yaitu 0-6 bulan untuk anak balita [28] menu yang seimbang buat anak dari beraneka
ragam makanan yang ada pada keluarga yang memenuhi kebutuhan gizi seseorang [29] pengaruh
pada ibu yang memiliki anal balita akan timbulnya masalah yaitu ketidak aktiffan pada posyandu
anak itu akan perpengaruh pada status gizi pada anak tersebut. [30]
DAFTAR PUSTAKA

[1] S. I. Alam and P. Kekerasan, “Seri Ilmu-ilmu Alam dan Kesehatan Volume 2, Nomor 2,
Tahun 2018 http://journal.unhena.ac.id,” vol. 2, pp. 63–68, 2018.

[2] M. Selomo, M. F. Natsir, A. B. B. Birawida, and S. Nurhaedah, “Jurnal Nasional Ilmu


Kesehatan ( Jnik ),” vol. 1, pp. 1–16, 2018.

[3] N. Suryani, C. M. Erawati, and S. Amelia, “Pengaruh Proporsi Tepung Terigu dan Tepung
Ampas Tahu terhadap Kandungan Protein dan Serat serta Daya Terima Biskuit Program
Makanan Tambahan Anak Sekolah ( PMT-AS ) The Effect of the Proportion of Wheat
Flour and Tofu Grout Flour to Protein and Fiber Ing,” pp. 11–25.

[4] T. Pmt et al., “Toddler Nutrition Improvement Efforts With Additional Quality Food
( PMT ),” pp. 56–58, 2018.

[5] S. GUMILAR, N. C. APSARI, S. T. RAHARJO, and B. WIBHAWA, “Tanggung Jawab


Sosial Perusahaan Dan Kesehatan Anak Balita (Kasus Pada Csr Pt. Pertamina Tbbm
Bandung Group),” Share Soc. Work J., vol. 8, no. 2, p. 225, 2019.

[6] H. Kandowangko, N. Mayulu, and I. M. Punuh, “Hubungan Antara Pemberian Makanan


Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Status Gizi Anak Usia 12-24 bulan di 5 Puskesmas
Kota Manado,” J. KESMAS, vol. 7, no. 4, pp. 1–10, 2018.

[7] K. Grobogan, “1) 1) 2) 3).”

[8] Y. Yuanta, D. G. Tamtomo, and D. Hanim, “Hubungan Riwayat Pemberian ASI dan Pola
Asuh Ibu dengan Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita di Kecamatan Wongsorejo
Banyuwangi,” J. Kesehat. Kusuma Husada, pp. 48–56, 2018.

[9] “王立梅 1 ,王优强 2 ,徐彩红 3 ,张同刚,” vol. 12, no. 51575289, pp. 3–6, 2017.

[10] A. Balita, D. A. N. Perilaku, and K. Sadar, “Hubungan tingkat konsumsi energi dan
protein anak balita dan perilaku keluarga sadar gizi (kadarzi) dengan kejadian,” 2018.

[11] T. B. Rahayu, Y. Anna, and W. Nurindahsari, “PENINGKATAN STATUS GIZI


BALITA MELALUI PEMBERIAN DAUN KELOR ( MORINGA OLEIFERA ),” vol. 9,
no. 2, pp. 87–91, 2018.

[12] H. B. Gultom, Maria M K, Onibala Franly, “Hubungan Konsumsi Makanan Jajanan


Dengan Diare Pada Anak Di Sdn 3 Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat Kota
Kotamobagu,” Keperawatan (e-Kp), vol. 6, no. 1, pp. 1–7, 2018.

[13] P. Kali et al., “Usia bulan merupakan masa ini ini tidak memperoleh makanan sesuai
kebutuhan gizinya , maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan
mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak , baik pada saat ini maupun masa
selanjutnya .( Minarti dan Mulya,” 2017.

[14] P. Klaten and T. Kabupaten, “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健


康関連指標に関する共分散構造分析 Title.”

[15] B. panjang jalan Tol, “No Title N‫” ثبثبثب‬,‫بیبیب‬, vol. ‫ث ققثق‬, no. ‫ثق ثقثقثق‬, p. 2014 ,‫ثقثقثقثق‬.

[16] K. Lauk et al., “No Title,” vol. 2, no. 1, 2019.

[17] T. G. Estrelita et al., “Hubungan antara usia pertama pemberian makanan pendamping air
susu ibu (mp-asi) dengan status gizi bayi 6-12 bulan di puskesmas tuminting,” Univ. Sam
Ratulangi, 2017.

[18] N. Rahayu, E. Munastiwi, G. Age, J. Ilmiah, T. Kembang, and A. Usia, “Manajemen


Makanan Sehat di PAUD,” no. 2, pp. 65–80, 2018.

[19] M. M. Solikhah and N. D. Ardiani, “Hubungan Efikasi Diri Pemberian Makan Oleh Ibu
Dengan Status Gizi Balita Di Posyandu Balita Perumahan Samirukun Plesungan
Karanganyar,” J. Kesehat. Kusuma Husada, pp. 102–107, 2019.

[20] O. S. Ab, “POLA DAKWAH TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL ( ANALISIS


PEMBERIAN JENIS MAKANAN BERGIZI PADA ANAK ),” vol. 19, no. 2, pp. 330–
348, 2018.

[21] N. Qomariah and R. Andaruni, “HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG


MAKANAN BERGIZI DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA,” vol. 2, no. 2, pp. 27–29,
2017.

[22] B. Verawati and N. Yanto, “SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG BIJI
DURIAN PADA BISKUIT SEBAGAI MAKANAN TAMBAHAN BALITA
UNDERWEIGHT [Substitution of Wheat Flour with Durian Seed Flour in Biscuits as a
Food Supplement of Under Five Children with Underweight],” Media Gizi Indones., vol.
14, no. 1, pp. 106–114, 2019.

[23] F. Sari and E. Ernawati, “Hubungan Sikap Ibu Tentang Pemberian Makanan Bayi Dan
Anak (PMBA) Dengan Status Gizi Bayi Bawah Dua Tahun (Baduta),” J. Heal., vol. 5, no.
2, pp. 77–80, 2018.

[24] U. S. Utara, U. S. Utara, and U. S. Utara, “Hubungan Pemberian Makan , Riwayat ASI
Eksklusif , Penyakit Penyerta dan Pendapatan dengan Kejadian Gizi Buruk pada Balita di
Wilayah Puskesmas Lima Puluh Kota Kabupaten Batu Bara Tahun 2017,” 2018.

[25] S. Wahtini, “Faktor-faktor yang berpengaruh dengan kejadian anemia pada bayi,” J. Heal.
Stud., vol. 3, no. 1, pp. 21–27, 2019.

[26] R. Shanti, N. Qur, and H. E. Nihayati, “( Factors Related to Overcome The Eating
Difficulties for Babies Under 3-5 Years with Undernutrition Status ),” pp. 67–78, 2013.

[27] P. Afiatna and R. M. Anugrah, “Edukasi Gizi untuk Meningkatkan Kualitas Bekal Makan
Anak Usia Prasekolah di TK Teladan Dharma Wanita Ungaran,” 2012.

[28] F. A. Yunita, H. Hardiningsih, and A. E. N. Yuneta, “Model Pemberdayaan Ibu Balita


Tentang Mp-Asi Di Kelurahan Wonorejo Kabupaten Karanganyar,” PLACENTUM J. Ilm.
Kesehat. dan Apl., vol. 7, no. 1, p. 14, 2019.

[29] G. Kurang, “KELUARGA YANG MEMILIKI BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS SAITI KECAMATAN NUHON KABUPATEN BANGGAI
TAHUN 2015 Implementation Of Kadarzi In Saiti Health Centre , Banggai Regency Di
Indonesia , kesehatan salah satu Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari
5 , 4 gizi kurang naik sebesar 0 , 9 persen Untuk masyarakat yang sedang kita hadapi saat
ini adalah beban ganda masalah gizi Berdasarkan hasil RISKESDAS 2013 , prevalensi
berat badan menurut kurang provinsi ( underweight ) dan yaitu 15 , 5 persen maka
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4 . 1 persen
dalam periode 2013 Berdasarkan data hasil Secara nasional , prevalensi berat badan
kurang pada tahun 2013 kurang . Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional
pemantauan status gizi balita oleh Puskesmas Saiti Kecamatan Nuhon,” vol. 9, pp. 1489–
1510, 2018.

[30] H. Antara et al., “Jurnal Delima Harapan 2019 Jurnal Delima Harapan 2019,” vol. 6, pp.
7–16, 2019.

Anda mungkin juga menyukai