Dikonversi
Dikonversi
Disusun Oleh :
2015
LEMBAR PENGESAHAN
CATATAN/KOMENTAR :
Disusun oleh :
Andreas Apriadi Santosa (111424001)
Audia Wira Rachmadi (111424003)
Mengetahui,
Kepala Departemen Teknik Kimia
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan magang industri di PT. Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor
beserta laporannya dengan baik. Magang industri ini, merupakan salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi Diploma IV Teknik Kimia
Produksi Bersih, Politeknik Negeri Bandung. Dalam penyusunan laporan ini,
kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu terlaksananya magang dan penyelesaian laporan ini, diantaranya:
Penulis
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Magang Industri...............................................................1
1.2 Tujuan Magang Industri............................................................................1
1.3 Waktu dan Tempat Magang Industri.........................................................2
1.4 Ruang Lingkup Magang Industri..............................................................2
BAB II BAHAN BAKU DAN PRODUK...............................................................3
2.1 Bahan Baku...............................................................................................3
2.2 Produk.......................................................................................................8
BAB III SISTEM PROSES.....................................................................................9
3.1 Unit Sianidasi..........................................................................................10
3.2 Unit Recovery..........................................................................................23
3.3 Unit Pengolahan Limbah.........................................................................37
BAB IV PERALATAN PROSES..........................................................................38
4.1 Unit Crushing..........................................................................................38
4.2 Unit Sianidasi..........................................................................................43
4.3 Unit Recovery..........................................................................................51
4.4 Unit Pengolahan Limbah.........................................................................57
4.5 Unit Kelengkapan Lain...........................................................................62
BAB V UTILITAS.................................................................................................64
5.1 Unit Penyedia Listrik...............................................................................64
5.2 Unit Penyedia Air....................................................................................64
5.3 Unit Penyedia Udara Tekan....................................................................65
BAB VI MANAJEMEN INDUSTRI....................................................................67
6.1 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas....................................................67
6.2 Struktur Tenaga Kerja.............................................................................71
6.3 Fasilitas Pegawai.....................................................................................75
6.4 Kewajiban Terhadap Masyarakat............................................................77
BAB VII TATA LETAK PABRIK........................................................................79
7.1 Lokasi Perusahaan...................................................................................79
7.2 Penggunaan Lahan..................................................................................79
BAB VIII PENGELOLAAN LINGKUNGAN.....................................................82
8.1 Pengelolaan Limbah................................................................................83
8.2 Pengelolaan Lingkungan.........................................................................90
BAB IX PRODUKSI BERSIH..............................................................................97
9.1 Penerapan Produksi Bersih di PT. ANTAM Tbk. UBPE Pongkor.........97
9.2 Studi Produksi Bersih di PT. ANTAM Tbk. UBPE Pongkor.................98
9.3 Peluang Produksi Bersih di PT. ANTAM Tbk. UBPE Pongkor.............99
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................101
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
vi
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
PT. ANTAM Tbk. UBPE Pongkor yang merupakan salah satu industri yang
mempunyai kriteria tersebut. Dari mulai pengolahan bahan baku hingga menjadi
produk serta proses pengolahan limbah dengan tujuan untuk meningkatkan
efisiensi sehingga tercapainya produksi bersih pada proses pengolahan.
1
2
Batuan yang diolah memiliki kadar emas sebesar 1 hingga lebih besar 40
ppm. Terdapat tiga golongan bahan baku batuan yang digunakan, ore dengan
kadar kurang dari 1 ppm termasuk golongan paling rendah yang biasa disebut
waste, ore dengan kadar 1-40 ppm merupakan low grade ore, dan ore dengan
kadar lebih besar dari 40 ppm biasa disebut golongan high grade ore. Gambar dari
ore ditunjukan pada Gambar 2.1
NaCN berbentuk kristal dan bersifat racun, larut dalam air dan pelarut organik
lain (etanol, aseton, dan eter). NaCN memiliki titik didih 563°C dan titik leleh
1496°C. Berat molekul dari NaCN adalah 49,01 g/mol dengan berat jenis sebesar
1,565 g/cm3 pada temperature 20oC. Natrium sianida harus disimpan terpisah dari
asam kuat, wadah yang tertutup dan ditempatkan di tempat kering dengan
ventilasi baik.
c. Oksigen
Oksigen merupakan senyawa berfasa gas yang tidak berbau dan tidak
berwarna. Oksigen memiliki berat molekul sebesar 32 g/mol dan berat jenis dari
oksigen sebesar 1,326 kg/m3 pada temperatur 21,1oC dan tekanan 1 atm.
Kelarutan yang jenuh dalam air sebesar 8 mgO2/L pada kondisi tekanan atmosfer
(760 mmHg) dan temperatur kamar (20°C).
Oksigen yang digunakan berasal dari udara tekan yang ditambahkan ke dalam
tangki leaching. Selain penambahan oksigen, terdapat agitator yang dapat
membantu penambahan oksigen pada tangki leaching menjadi optimal.
Kebutuhan oksigen pada proses leaching sebesar 6-8 mgO2/L.
d. Karbon aktif
Karbon aktif adalah bentuk micropore dari karbon yang terbuat dari gambut,
kayu, lignit, atau batubara. Karbon aktif memiliki berat jenis 0,25-0,6 g/mL.
Specific gravity karbon aktif adalah 0,4-0,7. Karbon aktif dapat disimpan di semua
area penyimpanan biasa, tetapi hindari terkena panas langsung. Selain itu
penyimpanan karbon dapat dilakukan di tempat tertutup (silo) untuk mengurangi
kontak dengan oksigen.
Asam Klorida digunakan pada proses elution tahap pertama (acid wash).
Asam Klorida yang digunakan sebanyak 950-1000 kg pada setiap proses elution.
Keluaran proses acid wash dialirkan ke tangki terakhir di plant 1 dan plant 2. Hal
ini dilakukan untuk menurunkan pH dari slurry, karena pH rendah dibutuhkan
pada proses destruksi cyanide di dalam tangki detox pada unit pengolahan limbah.
g. Boraks (Na2Br4O7)
Titik leleh dan titik didih dari boraks sebesar 743oC dan 1575oC. Boraks
mempunyai berat molekul sebesar 201,22 g/mol.
Hidrogen peroksida merupakan oksidator yang berupa cairan tak berwarna dan
berbau. Dapat membakar zat organik dan biasanya tidak stabil. Titik leleh -0,43oC
dan titik didihnya 152oC . Berat molekul dari hidrogen peroksida yaitu 34,01
g/mol. Larut dalam alkohol dan eter serta larut dalam air dalam segala
perbandingan.
Bahan ini digunakan pada proses pengolahan tailing yang merupakan hasil
samping dari proses leaching. Penambahan SMBS dilakukan pada unit
detoksifikasi yaitu sebagai oksidator yang mengubah CN- menjadi CNO-.
CuSO4 memiliki berat molekul 249,69 g/mol. Titik leleh 110 oC dan titik didih
150 oC.
2.2 Produk
Hasil dari proses pengolahan batuan (ore) merupakan logam campuran
emas-perak. Logam ini biasa disebut Dore Bullion, logam tersebut mempunyai
spesifikasi kadar sebesar 7-15% Emas (Au), 80-90% perak (Ag), dan 2% pengotor.
Dore bullion dikirim ke Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia
(UBPPLM) milik PT. ANTAM Tbk. yang berada di Pulogadung, Jakarta untuk
dilakukan pemurnian menjadi emas dan perak murni. Gambar dari dore bullion
ditunjukan pada Gambar 2.2
Terdapat 3 unit proses utama dalam proses pengolahan emas, yaitu unit
sianidasi, unit recovery dan unit tailing treatment. Secara umum proses
pengolahan emas tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Ore
Crushing
Milling
Classification GCC
Leaching Electrowinning
Tailing Treatment
Dore Bullion
Elution
Electrowinning
Smelting
Dore Bullion
9
10
3.1.1 Crushing
Crushing atau kominusi adalah tahap awal unit sianidasi yang bertujuan
untuk mereduksi ukuran ore dari 400 mm menjadi sekitar 12.5 mm untuk
meningkatkan derajat liberasi, membebaskan logam berharga dari pengotornya
dan memperbesar luas permukaan bijih sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat
berlangsung dengan baik. Diagram alir dari proses crushing dapat dilihat pada
Gambar 3.2
Ore
+ 400 mm
Stockpile Grizzly
Dump Truck
- 400 mm
Appron Feeder
Jaw Crusher
Cone Crusher
Conveyor 1
Conveyor 2
- 12.5 mm Pompa
Conveyor 4
+ 0.5 mm
ST 12 IPAL
Fone Ore Bin 1 Tambang
Transfer
Conveyor
Ore dari jaw crusher akan dibawa menggunakan conveyor 1 menuju tramp
iron magnet yang berfungsi untuk memisahkan pengotor dan sisa-sisa logam yang
terbawa dari tambang agar tidak merusak belt conveyor dan rubber liner ball mill.
Ore selanjutnya dibawa menggunakan conveyor 2 menuju primary screen yang
berfungsi untuk memisahkan ore yang berukuran lebih besar dari 12,5 mm
(oversize). Ore ini dibawa menggunakan conveyor 3 menuju surge bin untuk
ditampung sementara sebelum diumpankan menggunakan vibrating screen ke
secondary crusher yang berupa cone crusher. Cone crusher digunakan untuk
menghancurkan oversize primary screen sehingga ukurannya kurang dari
12,5mm; setelah direduksi ukurannya, ore akan masuk ke conveyor 1.
Ore yang lolos dari primary screen (undersize) yang berukuran lebih kecil
dari 12,5mm akan masuk ke secondary screen untuk dipisahkan antara yang
berukuran lebih besar (oversize) dan lebih kecil (undersize) dari 1mm. Oversize
secondary screen akan dibawa melalui conveyor 4 menuju Fine Ore Bin (FOB) 1
dan 2 yang merupakan penyimpanan sementara ore yang akan diproses.
Sementara undersize-nya akan masuk kedalam fine sump tank.
Di dalam ball mill dipasang pelapis (rubber liner) berupa karet tebal dan
keras yang melapisi permukaan dalam ball mill untuk menahan korosi, impact,
beban berat, dan abrasi. Rubber liner dalam ball mill disusun sehingga terdapat
bagian yang menjorok keluar (lifter) dan bagian yang menjorok kedalam (shell)
secara selang-seling. Celah yang dibentuk oleh lifter dan sheel digunakan untuk
menahan grinding ball sehingga terbawa berputar ke atas dan jatuh ketika sudah
mencapai titik tertentu dan menumbuk ore yang berada di bawah , peristiwa ini
disebut cataracting.
Keluaran dari ball mill akan melewati trommel screen untuk memisahkan
ore yang masih berukuran besar dengan slurry. Oversize dari trommel screen pada
plant 1 akan diangkut menggunakan wheel loader ke hopper dan dimasukkan
kembali ke conveyor 5, sedangkan pada plant 2 akan langsung dimasukkan ke
conveyor 6 menggunakan belt conveyor. Undersize yang berupa slurry akan
diencerkan hingga 62-69% solid menggunakan air proses dari oveflow thickener
di discharge sump ball mill yang selanjutnya akan dipompakan menuju distributor.
Distributor berfungsi untuk membagi aliran; pada plant 1; aliran slurry akan
dibagi menjadi 2 menuju 2 mill cyclone sedangkan pada plant 2; aliran slurry
akan dibagi 4 menuju 3 mill cyclone dan aliran umpan GCC.
Conveyor 5 Conveyor 6
FST FST
Mill Feeder 1 Mill Feeder 1
Thickener Thickener
Underflow Underflow
Hopper Oversize
Underflow Underflow
+ 200 mesh + 200 mesh
Discharge Pump Discharge Pump
Sack Sack
Sampah Trash Screen Trash Screen Sampah
3.1.3 Leaching
Leaching atau pelindian merupakan suatu proses ekstraksi padat-cair untuk
mengambil suatu zat dalam suatu padatan dengan menggunakan larutan tertentu.
Prinsip leaching adalah proses transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert
ke dalam pelarutnya secara selektif dimana hanya logam-logam tertentu yang
dapat larut. Pemilihan metode leaching tergantung pada kandungan logam
berharga dalam bijih dan karakteristik bijih seperti mudah tidaknya bijih bereaksi
dengan reagent kimia tertentu.
Persen solid
Persen solid optimum di leaching tank berada pada rentang 38-42%. Jika
persen solid kurang dari 38% menunjukan larutan encer dan bijih emas yang
bereaksi dengan sianida terlalu sedikit. Sedangkan jika persen solid lebih besar
dari 42%, akan mengurangi oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) dalam
slurry. Selain itu, proses leaching dengan persen solid yang tinggi akan
membutuhkan energi yang lebih besar untuk pengadukan.
Pengadukan
Tujuan dari pengadukan ini untuk meningkatkan kontak antara logam
berharga dalam bijih dengan reagent leaching serta menjaga kadar oksigen
terlarut pada konsentrasi minimal 4 ppm. Jenis agitator yang digunakan yaitu
simple down agitator shaft dengan oksigen dari udara bebas yang diambil
menggunakan kompresor dan dialirkan melalui distributor pada shaft agitator.
Pengadukan dilakukan dengan kecepatan sekitar 38-39 rpm.
Waktu tingggal
Semakin lama waktu tinggal di dalam tangki, maka semakin banyak senyawa
kompleks [Au(CN)2]- dan [Ag(CN)2]- yang terbentuk. Waktu tinggal proses
leaching pada plant 1 untuk masing-masing tangki leaching berkapasitas 340 m3
yaitu 7,5 jam, sedangkan waktu tinggal proses leaching pada plant 2 yaitu 15 jam
untuk tangki leaching berkapasitas 1000 m3, sehingga waktu tinggal total proses
leaching pada kedua plant adalah sama, yaitu 15 jam.
Temperatur
Proses leaching dilakukan pada temperatur lingkungan sekitar. Biasanya
temperatur antara 30-33°C. Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi laju
reaksi sianidasi adalah fraksi ore dan jenis bijih.
4.1.1 Gravity Concentration Circuit (GCC) dan lnline Leach Reactor (ILR)
Inline Leach Reactor (ILR) merupakan teknologi yang dikembangkan oleh
perusahaan Gekko System dengan tujuan optimasi proses recovery emas. lnline
leach reactor merupakan reaktor tempat terjadinya proses leaching emas dan
perak menggunakan pelarut Natrium Sianida (NaCN) dan Hidrogen Peroksida
(H2O2) sebagai oksidator. Hidrogen Peroksida digunakan karena kebutuhan
oksigen dalam ILR mencapai 10 ppm sedangkan jika oksigen disuplai dari udara
atmosfer hanya maksimal mencapai 8,26 ppm.
Ball Mill
Ferrous Slurry
Magnetic Screen Holding Tank
Non-ferrous
Solution Storage Tank
Falcon
Feed Cone
Flokulan
Flokulan
Inline Leach Reactor Sump SST
H2O2
Falcon
Feed Cone
Magnetic
Holding Tank
Screen
Feed Cone
Inline Leach Reactor
Sump SST
H2O2 Flokulan
Solution
Solid
Feed Cone
Floku lan
Gambar 3. 8 Diagram Alir Proses Transfer Larutan Kaya Menuju Eluate Tank
Inline Leach
Reactor Sump SST
H2O2
Eluate Tank
Solution Storage Tank
Falcon
Solution
Feed Cone Solid
Flokulan
Inline Leach
HO Reactor Sump SST
2 2
Feed Cone
Magnetic
Holding Tank
Screen
Solution
Falcon Storage Tank
Feed Cone
Flokulan
Inline Leach
Reactor Sump SST
H2O2
Tangki 2, Leaching
Loaded Carbon
Carbon
Tangki 5, CIL Elution Column
Barren Carbon
Carbon
Tangki 6, CIL
Carbon Regeneration
Kiln
Carbon
Tangki 7, CIL
Sizing Screen
Thickener
Feed Sump
Thickener
Pada plant 2 terdapat 7 tangki CIL dimana tangki CIL 1 dan CIL 2
berukuran diameter 7,25 meter dan tinggi 8,9 meter dengan kapasitas sebesar 340
m3 sedangkan tangki CIL 3 sampai dengan tangki CIL 7 berukuran diameter 7,25
meter dan tinggi 7,65 meter dengan kapasitas 290m 3. Diagram alir Leaching dan
CIL Adsorption plant 2 ditampilkan pada Gambar 3.14.
Tangki 1,
Leaching
Tangki 3, CIL
Tangki 2, CIL
Loaded Carbon
Carbon
Carbon Loaded Carbon Screen
Tangki 4, CIL
Carbon
Tangki 5, CIL Loaded Carbon
Surge Bin
Barren Carbon
Carbon
Tangki 6, CIL Elution Column
Carbon Regeneration
Kiln
Carbon
Tangki 7, CIL
Sizing Screen
Tangki 8,
Fresh Carbon
CIL
Carbon
Safety Screen
Thickener
Feed Sump
Thickener
Pada prosesnya, umpan yang masuk ke tangki CIL berupa overflow dari
tangki leaching melalui launder, slurry mengalir dari tangki CIL pertama sampai
tangki berikutnya sedangkan karbon dialirkan secara counter current yakni
bermula dari tangki CIL terakhir. Tujuan dari penambahan fresh carbon di tangki
CIL terakhir agar penyerapan ion Au Ag kompleks lebih efektif, karena
kandungan emas (Au) dan perak (Ag) pada slurry di tangki CIL terakhir paling
rendah sehingga diharapkan di tangki CIL terakhir seluruh ion Au-Ag kompleks
dapat diadsorpsi oleh fresh carbon yang masih tinggi tingkat adsorpsinya
Distribusi karbon di tangki CIL awal dan akhir sekitar 30 gr/L, sedangkan di
tangki CIL tengah sekitar 10 gr/L.
Proses CIL akan menghasilkan loaded carbon, yaitu karbon aktif yang
telah mengandung emas 700-1000 ppm. Loaded carbon ini akan dipompakan
melewati loaded carbon screen untuk dipisahkan dari slurry. Slurry dikembalikan
ke dalam tangki CIL pertama sedangkan loaded carbon dibersihkan dari slurry
yang menempel di permukaan karbon dengan fresh water sebelum memasuki
loaded carbon surge bin. Loaded carbon akan ditampung terlebih dahulu di
loaded carbon surge bin sampai mencapai 6 ton dan kemudian akan melalui
elution process pada elution column.
3.2.2 Elution
Elution adalah proses desorpsi, yaitu pelepasan kembali senyawa
kompleks [Au(CN)2]- dan [Ag(CN)2]- dari loaded carbon dengan cara pemutusan
ikatan di elution column. Terdapat beberapa metode standar yang biasa digunakan
pada proses elution, namun PT. ANT AM (Persero) Tbk. UBPE Pongkor
menggunakan metode standar dari AARL (Anglo American Research Laboratory).
Umpan yang masuk ke dalam proses elution berupa loaded carbon sebanyak 6 ton
yang telah ditampung di loaded carbon surge bin. Proses elution terdiri dari 6
tahap, yaitu Acid Wash, Water Wash, Pre-treatment, Recycle Elution, Water
Elution, dan Cooling.
1. Acid Wash
Acid wash merupakan tahap pencucian loaded carbon di dalam elution column.
Tujuannya untuk menghilangkan senyawa anorganik seperti senyawa karbonat
(CO32-) yang ikut teradsorp pada loaded carbon sehingga tidak mengganggu pada
desorpsi. Selain itu acid wash dilakukan agar karbon dapat teraktivasi dengan baik.
Proses acid wash dilakukan dengan mengalirkan larutan HCl 30% yang
didistribusikan bersama dengan fresh water pada temperatur kamar sehingga
sebelum masuk elution column akan didapat konsentrasi HCl sebesar 3%. Proses
acid wash berlangsung selama 10 menit dan diharapkan seluruh loaded carbon
dapat terendam oleh larutan HCl, sehingga seluruh loaded carbon dapat tercuci
dengan baik. Persamaan reaksi yang terjadi:
Massa HCl yang digunakan untuk sekali proses acid wash berkisar antara
800-900 kg. Larutan HCl yang telah digunakan pada tahap acid wash, kemudian
dialirkan ke tangki CIL terakhir untuk menurunkan pH slurry. pH yang rendah
dibutuhkan pada proses destruksi cyanide di dalam tangki detox pada unit
pengolahan limbah. Diagram alir proses elution tahap acid wash ditampilkan pada
Gambar 3.15.
Heater
Tangki CIL Terakhir
Elution Column
Heat Exchanger Reclaim Heat Exchanger
HCl
Electrowinning
Fresh Water Tank Recycle Water Tank Eluate Tank Electrolyte Filter
Electrowinning
3. Pre-treatment
Tahap ini merupakan proses awal pelepasan senyawa kompleks Au dan Ag
dari loaded carbon, yaitu dengan cara melemahkan ikatan senyawa kompleks Au
dan Ag dengan karbon aktif. Proses ini dilakukan dengan penambahan caustic
cyanide yaitu campuran NaOH 3% dan NaCN 3%. Konsentrasi yang tinggi akan
mempercepat pelepasan senyawa kompleks Au dan Ag pada loaded carbon.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini, yaitu:
Electrowinning
Electrowinning
5. Water Elution
Water elution merupakan proses pelarutan kembali senyawa kompleks Au dan
Ag dari loaded carbon dengan cara melarutkannya dalam fresh water yang telah
dipanaskan dalam plate heat exchanger hingga suhunya mencapai 100-120°C.
Pelarutan kembali senyawa kompleks Au dan Ag bertujuan agar kandungan Au
dan Ag yang tertinggal dalam barren carbon sekecil mungkin. Kemudian hasil
dari proses ini dilewatkan terlebih dahulu ke dalam electrolyte filter untuk
menyaring kotoran yang ikut terbawa lalu dialirkan ke recycle water tank melalui
reclaim heat exchanger. Diagram alir proses elution tahap water elution
ditampilkan pada Gambar 3.19.
Fresh Water Tank Recycle Water Tank Eluate Tank Electrolyte Filter
6. Coolin
g
Electrowinning
Electrowinning
3.2.3 Electrowinning
Electrowinning adalah proses pengambilan logam-logam yang terkandung
di dalam air kaya dengan prinsip elektrolisa, yaitu mengendapkan logam yang
diinginkan dari larutan kaya dengan memberikan arus listrik searah pada elektroda
yang digunakan sehingga terjadi proses reduksi-oksidasi (redoks). Proses ini
bertujuan mengambil Au dan Ag yang terkandung dalam larutan kaya. Dari eluate
tank, larutan kaya (pregnant solution) dipompa menuju electrowinning cells
dengan menggunakan eluate pump dengan laju alir 1 m3/jam. Proses ini
berlangsung selama 14-18 jam. Electrowinning cells terdiri dari lima bak
electrowinning yang dipasang paralel, dimana pada setiap bak electrowinning
terpasang sebelas wire mesh anode sebagai kutub positif dan sepuluh wire mesh
cathode sebagai kutub negatif. Setiap sisi katoda akan diapit oleh anoda sehingga
penempelan cake akan lebih optimal di setiap sisi katodanya. Wire mesh anode
berbentuk segi empat dengan lubang-lubang yang lebih besar dari lubang-lubang
katoda (wire mesh cathode). Wire mesh anode dan wire mesh cathode terbuat dari
bahan SS-316. Pada setiap bak electrowinning dilengkapi dengan sebuah rectifier
yang berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi arus DC.
Pada prosesnya, digunakan arus listrik sebesar 1100-1200 Ampere dan
tegangan 8 Volt. Jika arus melebihi 1200 Ampere maka endapan Au dan Ag di
katoda sulit dipisahkan dengan penyemprotan dan jika tegangan lebih dari 8 Volt
maka akan ada logam lain yang ikut mengendap di katoda bersamaan dengan
endapan Au dan Ag. Larutan kaya yang telah diambil logam emas dan peraknya
disebut spent electrolyte. Sesuai dengan prinsip elektrolisa, katoda (kutub negatif)
mengalami reduksi sedangkan anoda (kutub positif) mengalami oksidasi. Au dan
Ag yang terkandung dalam larutan kaya akan menempel pada katoda. Hal ini
disebabkan karena Au dan Ag bermuatan positif, sedangkan katodanya bermuatan
negatif. Pada katoda, tidak hanya ion Au dan Ag yang tereduksi menjadi bentuk
solid (cake) akan tetapi terdapat logam pengotor lain yang ikut tereduksi menjadi
bentuk solid, sedangkan di anoda akan terjadi reaksi oksidasi yaitu perubahan ion
OH- menjadi H2O. Pada batang anoda akan terbentuk gelembung yang terjadi
akibat adanya perubahan H2O menjadi H2 dan terbentuknya uap HCN karena
kenaikan suhu di sekitar bak electrowinning. Agar tidak terbentuk uap HCN maka
pH larutan harus dikendalikan lebih dari 12,5 dengan penambahan NaOH. Proses
electrowinning terus berlangsung hingga kadar Au dalam larutan kurang dari 2
ppm. Reaksi elektrolisis yang terjadi pada proses electrowinning :
Eluate Tank
Spent Return Sump
Electrowinning
Cell
3.2.4 Smeltin
g
Proses smelting merupakan proses pemisahan logam emas dan perak
dalam cake dari slag (pengotor) pada titik lebumya dengan bantuan reagent flux
(boraks). Cake yang merupakan hasil dari proses electrowinning dilakukan
pengurangan kadar air hingga mencapai 20-25% dengan memasukkannya ke
dalam vacuum filter. Setelah dilakukan pengurangan kadar air dalam vacuum
filter, dilakukan penggarangan yang bertujuan untuk mengeringkan cake sehingga
dapat mengurangi beban pada proses peleburan. Proses penggarangan dilakukan
di atas tungku dengan suhu sebesar 700-900°C hingga kadar air mencapai 15%.
Setelah proses penggarangan selesai, cake didinginkan, Ialu ditambahkan boraks
sebanyak 5-6kg/300 kgcake. Penambahan boraks berfungsi untuk memisahkan
pengotor sehingga pengotor hingga terapung diatas logam cair dan membentuk
slag. Selain itu, boraks juga berfungsi untuk menurunkan titik leleh pengotor
(slag). Setelah penambahan boraks, cake dilebur di dalam morgan furnace pada
suhu 1000-1200°C (titik lebur Au dan Ag berturut-turut yakni 1064.43°C dan
961.93°C) kemudian dore bullion dituang ke dalam cetakan (bullion moulds).
Komposisi dore bullion adalah 7-15% Au, 80-92% Ag, kurang dari 2% pengotor,
secara visual tidak retak dan pecah serta tidak ada slag atau kotoran non-logam
dan memiliki dimensi 15 x450x330 mm3. Setiap selesai peleburan, yaitu sekitar
10 kali dalam sebulan, dore bullion dikirim ke Unit Bisnis Pengolahan dan
Pemurnian Logam Mulia (UBPPLM) di Pulogadung, Jakarta untuk dipisahkan
dan dimurnikan antara emas dan perak. Pengotor (slag) yang terbentuk pada
proses peleburan berupa kalsium karbonat, dan boraks dipisahkan dari logam
cairnya dengan cara manual. Pemisahan dengan cara manual ini mengakibatkan
kemungkinan terbawanya emas dan perak pada slag, sehingga perlu dilakukan
pengambilan emas dan perak dari slag dengan cara dilebur dengan menggunakan
monarch furnace. Peleburan slag biasanya dilakukan setelah beberapa kali
peleburan utama. Setelah dilebur, slag didinginkan dan dipisahkan dari
pengotornya. Logam Au dan Ag yang dihasilkan selanjutnya diikutsertakan
bersama peleburan utama, sedangkan slag dikirim ke ball mill untuk digerus
bersama dengan ore. Diagram alir pada proses smelting dapat di lihat di Gambar
3.22
Cake
Penggarangan
Ball Mill
Molten Metal Scrap
Tapping
Dore Bullion
38
39
Belt Conveyor 5 dan 6 berfungsi untuk mengangkut ore dari FOB, lebih
tepatnya conveyor 5 mengangkut ore dari Fine Ore Bin (FOB) plant 1
sedangkan conveyor 6 untuk FOB plant 2.
Fine Ore Transfer Conveyor berfungsi untuk emmbawa bijih dari FOB plant 1
ke FOB plant 2. Belt conveyor ini berukuran lebar 600 mm, panjang 25 meter,
kapasitas 140 ton/hari dengan konsumsi daya 4 kW.
b. Appron Feeder
Appron Feeder berfungsi untuk mengumpankan ore yang lolos dari grizzly
ke dalam pehancur (crusher). Appron feeder berbentuk bantalan berjalan yang
mempunyai ukuran lebar 1 m dan panjang 6,4 m. Appron feeder yang digunakan
adalah jenis Krupp. Appron feeder ini digerakkan dengan tenaga hidrolik (udara
tekan) dengan kapasitas desain 90 dmt/h. Hidrolik ini terdiri dari sebuah bak oli
dengan memakai pompa hidrolik untuk menggerakkan unit apron feeder. Unit
penggerak pada appron feeder menggerakan rantai dalam satu arah. Kuantitas
material di crusher dikontrol dengan volume oli hidrolik yang menggerakkan
appron feeder, bila tekanan naik maka appron feeder akan berjalan dengan cepat,
begitu juga sebaliknya. Tampilan dari appron feeder dapat dilihat di Gambar 4.1
b. Tramp Iron
Magnet
Tramp iron magnet adalah alat pemisah batuan dengan logam-logam magnetis
seperti bijih besi, paku, baja dan logam pengotor lainnya agar tidak merusak
screen dan merobek belt conveyor. Prinsip kerja dari Tramp iron magnet adalah
induksi medan magnet akibat adanya arus listrik yang mengalir di dalam
konduktor.
4.1.3 Alat
Penghancur
Alat penghancur merupakan alat yang digunakan untuk mengecilkan
ukuran dari ore sehingga memperbesar derajat liberasinya. Alat penghancur yang
digunakan antara lain:
a. Primary crusher
Primary crusher merupakan salah satu alat yang digunakan pada proses
kominusi. Primary crusher yang digunakan adalah jenis Double Toggle Jaw
Crusher dengan ukuran 915 x 610 mm, closed setting 60 mm, open setting 80 mm.
Jaw crusher ini terdiri dari dua plat yang dapat membuka dan menutup seperti
rahang. Salah satu plat diam (fixed jaw), dan yang lainnya bergerak maju mundur
(swing jaw). Kedua plat ini mempunyai pelindung yang bergelombang yang dapat
dilepas atau diganti dan harus diperiksa secara teratur. Jaw crusher meremukkan
material dengan kompresi di dalam rongga remuk. Konsumsi daya alat ini adalah
sebesar 90 kW dengan putaran motor 1500 rpm. Jaw crusher ini dirancang
mampu menghancurkan bijih sekitar 90 ton/jam. Gambar dari jaw crusher dapat
dilihat di Gambar 4.6
Pada cone crusher terdapat sebuah sumbu tegak yang merupakan tempat
dipasangnya alat peremuk yang disebut mantle atau head. Sumbu tegak tersebut
ditunjang di bawah kepala remuk. Mekanisme kerja cone crusher adalah sumbu
tegak diputar dengan pergerakan eksentrik dari bagian bawah yang diputar oleh
gear dan pinion. Mantel yang berbentuk kerucut bergerak ke atas sehingga
terbentuk rongga remuk antara mantle dan bowl linear. Aksi kompresi ini
memecahkan material yang berada dalam rongga. Gambar dari cone crusher dapat
dilihat di Gambar 4.7.
4.2 Unit
Sianidasi
Ball mill plant 1 dan plant 2 dilengkapi rubber liner yang berfungsi untuk
menahan impact grinding ball ke dinding ball mill. Rubber liner harus segera
diganti bila tebal mencapai 10 mm. Selain itu, terdapat komponen yang disebut
lifter bar, yang berfungsi untuk mengangkat grinding ball ataupun ore sehinga ore
dan grinding ball saling bertumbukkan. Gambar dari ball mill dapat dilihat di
Gambar 4.8.
4.2.4 Distributor
Distributor berupa saluran pembagi, dimana slurry yang terkumpul di
dalam mill discharge sump akan dipompakan menuju mill cyclone dan GCC
(Gravity Concentrator Circuit) melewati alat ini sehingga aliran sama rata.
Pada plant 1 terdapat 7 reaktor yang terdiri dari 2 tangki leaching dan 5
tangki CIL. Tangki leaching mempunyai kapasitas 340 m3 dan tangki CIL
mempunya kapasitas 290 m3 yang terbuat dari carbon steel.
Pada plant 2 terdapat 8 tangki reaktor yang terdiri atas 1 tangki leaching
dan 7 tangki CIL. Tangki leaching mempunyai kapasitas 1000 m3 , 2 tangki CIL
mempunyai kapasitas 340 m3 dan 5 tangki CIL sisanya mempunyai kapasitas 290
m3. Tangki leaching dan tangki CIL terbuat dari carbon steel. Tangki CIL
mempunyai diameter 7,25 m dan tinggi 7,65 m. Gambar dari tangki CIL dapat
dilihat di Gambar 4.12.
4.2.8 Launder
(talangan)
Launder berfungsi untuk mengalirkan slurry dari tangki ke tangki secara
gravitasi dan sebagai saluran by pass. Launder terbuat dari carbon steel rubber
lined. Talangan berada di atas tangki Leaching dan CIL.
4.3.2 Elution
Column
Elution column merupakan tangki tertutup dengan fungsi sebagai tempat
desorpsi Au dan Ag yang terdapat dalam loaded carbon. Alat yang digunakan
bertipe vertical mounted dengan diameter 1,524 meter, tinggi 8,150 meter dengan
kapasitas 13,3 m3. Gambar dari elution column dapat dilihat di Gambar 4.18.
4.3.3 Electrolyte
Filter
Electrolyte filter berfungsi sebagai penyaring karbon yang terbawa
bersama aliran masukan ke recycle tank dan eluate tank. Filter ini juga berfungsi
sebagai penjaga saluran yang ada pada reclaime heat exchanger agar tidak terjadi
penyumbatan. Electrolyte filter yang digunakan bertipe Inline Single Basket
Strainer yang terdiri dari dua jenis filter inline dengan masing-masing kapasitas
24 m3/jam dengan diameter lubang 0,35 mm.
4.3.11 Regeneration
Kiln
Alat ini berfungsi untuk mengaktifkan kembali barren carbon dengan cara
pemanasan, sehingga karbon menjadi aktif kembali yang selanjutnya dicampur
dengan fresh carbon untuk dipakai kembali. Kapasitas regeneration kiln sebesar
300 kg/jam dengan tipe regeneration horizontal, rotating dengan firing diesel fire
using heavy duty burner.
4.3.12 Electrowinning Cells
Electrowinning cells merupakan alat yang digunakan pada proses
electrowinning. Bak Electrowinning yang berjumlah sebelas disusun secara
paralel, dimana terdapat 10 batang katoda yang dipasang silih bergganti dengan
11 batang anoda. Dengan bentuk bak dan terbuat dari carbon steel rubber lined
dengan dimensi 1,7 x 0,8 x 0,75 meter. Gambar dari electrowinning cells dapat
dilihat di Gambar 4.21.
4.3.13 Rectifie
r
Spesifikasi Keterangan
Jumlah 1 unit
Kapasitas 20 m3/jam
Material tangki Fiberglass Reinforced Plastics (merk: Pentair)
Dimensi tangki Diameter 42 inch, tinggi 72 inch
Tekanan tangki 150 psi maks.
Pipa penyambungan 2 inch
Media filter 550 liter silica san ex Bangka
300 Liter silica gravel
Sistem backwash manual
Water
Softener
Berfungsi untuk mengikat hardness (kalsium dan magnesium) yang dapat
menimbulkan kerak yang keras yang berpotensi menyumbat pada tube heat
exchanger. Spesifikasi Water Softener dapat dilihat di tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Spesifikasi Water Softener
Spesifikasi Keterangan
Jumlah 1 unit
Kapasitas 20 m3/jam
Material tangki Fiberglass Reinforced Plastics
(merk: Pentair)
Dimensi tangki Diameter 42 inch, tinggi 72 inch
Tekanan tangki 150 psi maks.
Pipa penyambungan 2 inch
Tangki garam 1 unit (1000 liter merk: Pinquin)
Media penukar ion 850 liter cation exchange resin tulsion T-42 Na
Sistem backwash Manual
4.4.5 Tailing
Sump
4.4.7 Backfill
sump
Sump ini berfungsi untuk menampung tailing slurry dari backfill silo yang
akan dikembalikan ke tambang. Kapasitas dari backfill sump ini sebesar 3 m3
dengan diameter 2,2 meter dan tinggi 2,5 meter.
4.4.13 Decant
Pond
Decant pond merupakan tempat penampungan air limbah atau tempat
reaksi cyanide destruction serta sebagai tempat pengendapan padatan tersuspensi
yang selanjutnya akan dibuang ke lingkungan. Kapasitas decant pond sebesar
2563,4 m3 dan 1728 m3. Gambar dari decant pond dapat dilihat di Gambar 4.30.
4.5.5 Dumptruck
Alat ini merupakan alat angkut sering digunakan pada unit crushing dan
unit pengolahan limbah. Biasanya wujud ore yang diangkut adalah slurry dan
batuan.
4.5.6 Excavator
Alat berat yang berupa excavator sangat dibutuhkan pada proses
pengangkutan ore batuan dan slurry ataupun digunakan untuk perbaikan alat- alat.
Fungsi utama excavator di industri pengolahan emas adalah menghancurkan ore.
BAB V
UTILITAS
64
65
proses ini berasal dari tailing dam dan overflow thickener. Kebutuhan air proses
di proses pengolahan adalah 2.733.083 m3/bulan.
Air yang bersumber dari tailing dam dipompakan oleh return water pump
dengan debit 125 m3/jam ke tangki penampung air proses yang berkapasitas 600
m3. Air ini akan didistribusikan antara lain ke :
1. Tailing Sump
2. Thickener Feed Distributor
3. ThickenerUnderflow Sump
4. Secondary Cyclone Feed Sump
5. Backfill silo dan Backfill sump
Air yang bersumber dari overflow thickener plant 1 dan plant 2 masih
mengandung sianida yang cukup tinggi yaitu sekitar 200-300 ppm dan digunakan
untuk pengenceran di discharge sump. Selain itu juga digunakan untuk:
1. Distributor Thickener Feed
2. Trash Screen
3. Cyanide Mixing Tank
4. In/Outlet Mill
67
68
e. Engineering Manager,
f. Quality Control Manager.
f. Process Plant Bureau berperan mengolah bijih emas untuk dijadikan bullion,
yang terdiri dari proses pengolahan emas, sianidasi, recovery dan pengolahan
limbah. Process Plant Manager dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
Metallurgy Assistant Manager
Cyanidation Assistant Manager
Recovery Assistant Manager
Tailing Treatment Assistant Manager
Tabel 6. 1 Posisi Tenaga Kerja UBPE Pongkor Tahun Per 31 Oktober 2014
Sep-14 Oct-14
NO SATUAN KERJA TETAP CAPEG TKWT LS RUI JUMLAH TETAP CAPEG TKWT LS RUI JUMLAH
1 General Manager & Staf 17 - - - 17 22 - - - 22
Quality Management Assurance
2 8 - - 1 9 8 - - 1 9
Bureau & Staf
3 Operation Division Head 1 - - - 1 1 - - - 1
4 Mining Operation Bureau & Staf 163 - 4 105 272 166 - 4 105 275
Mine Planning & Development
5 38 - 12 12 62 33 - 13 12 58
Bureau & Staf
6 Process Plant Bureau & Staf 73 - - 55 128 69 - - 55 124
7 Maintenance Bureau & Staf 91 - 1 77 169 91 - 1 77 169
8 Engineering Bureau & Staf 10 - 1 1 12 9 - 1 1 11
9 Quality Control Bureau & Staf 37 - 2 35 74 36 - 1 35 72
10 Sistem dan Prosedur 0 - - 0 0 0 - - 0 0
CSR, HR and Finance Division
11 2 - - - 2 2 - - - 2
Head
12 Finance Bureau & Staf 9 - 1 3 13 9 - 1 3 13
13 Human Resources Bureau & Staf 25 - - 9 34 31 - - 9 40
Corporate Social Responsibility
14 14 - 1 5 20 14 - 1 5 20
Bureau
Sep-14 Oct-14
NO SATUAN KERJA
TETAP CAPEG TKWT LS RUI JUMLAH TETAP CAPEG TKWT LS RUI JUMLAH
6.2.2 Pegawai tidak tetap atau Tenaga Kerja Waktu Tertentu (TKWT)
Merupakan karyawan yang diangkat perusahaan/Kuasa Direksi yang
sewaktu-waktu dapat diberhentikan. Pegawai tidak tetap ini terdiri dari :
b. Mobil Dinas
Merupakan fasilitas yang diberikan untuk pejabat struktural dan atau staf
peringkat IV ke atas (disesuaikan dengan ketersediaan). Pendistribusian
kendaraan dinas diatur dengan nota dinas General Manager dengan
mempertimbangkan bobot jabatan, peringkat, lama kerja, dan lama di struktural.
Setiap pengguna mobil dinas wajib mengikuti persyaratan dan aturan yang
berlaku.
c. Mobil Operasional
Mobil pick up digunakan untuk mendukung kegiatan operasi di tambang,
pabrik, pemeliharaan, keamanan, comdev, dll. Ijin pemakaian sesuai aturan-
aturan departemen pemegang.
6.3.2 Kantin
Kantin merupakan fasilitas penyedia kebutuhan konsumsi pangan pekerja.
Selain fasilitas tempat makan, kantin dengan badan pengawas lapangan
berkoordinasi dalam penyediaan dan pengiriman makanan ke lokasi kerja
berlokasi jauh dari kantin. Kantin terdapat di area administrasi, tambang, dan
mess Parempeng.
6.3.3 Mess
Mess merupakan fasilitas tempat tinggal yang diberikan kepada karyawan
dan tamu khusus perusahaan. Terdapat dua mess yaitu di area administrasi dan
perumahan Parempeng.
6.3.6 Poliklinik
Poliklinik merupakan fasilitas perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan di bidang kesehatan. Terdapat dua poliklinik yaitu
poliklinik area administrasi dan poliklinik di Parempeng. Poliklinik melayani 24
jam yang ditangani oleh dokter dan paramedis.
6.3.7 Jaminan Sosial
Setiap pegawai yang berstatus sebagai pegawai tetap PT. Aneka Tambang
UBPE Pongkor diberikan hak fasilitas jaminan sosial, meliputi:
a. Jaminan sosial tenaga kerja
b. Iuran program jaminan sosial tenaga kerja
c. Jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian.
d. Jaminan hari tua
e. Asuransi jiwa
f. Jaminan pemeliharaan dan fasilitas pegawai
g. Program iuran kesejahteraan hari tua.
Amanah dalam Master Plan untuk unit UBPE Pongkor 2011 meliputi program:
a. Pengembangan program agroeutourism, memperhatikan luas wilayah
kecamatan Nanggung dengan potensi wisata yang beragam.
b. Mendukung kegiatan-kegiatan konservasi yang dilakukan pihak lain Model
Kampung Konservasi merupakan salah satu program CSR. Insiasi
pembentukkan Model Kampung Konservasi di 5 (lima) kampung, yakni:
Kampung Ciguha; Kampung Cimangaten; Kampung Pongkor; Kampung
Kopo dan Kampung Pabangbon, merupakan hasil kerjasama PT. ANTAM
UBPE Pongkor dengan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGH-S)
dan Gede Pahala. Model Kampung Konservasi yang diinisiasi sejak
pertengahan tahun 2009 dan tahun 2010, memiliki tujuan:
Mendukung fungsi dan manfaat kawasan TNGH-S bagi kehidupan
masyarakat dengan prinsip keseimbangan ekologi-ekonomi.
Membangun upaya untuk mendorong Rencana Tata Ruang
Kesepakatan antara masyarakat dengan Pihak TNGH-S Melalui
Pengelolaan Kolaboratif;
Upaya untuk menerjemahkan pengelolaan kolaboratif multipihak
antara ANTAM UBPE Pongkor, TNGH-S serta masyarakat sekitar.
c. Penguatan kemandirian kelembagaan institusi ekonomi lokal yang berbasiskan
komoditas lokal.
d. Meningkatkan akses pelayanan dan kualitas kesehatan ibu dan anak.
Pengembangan POSYANDU yang lebih ditekankan pada pengembangan
kemampuan manajerial (pengelolaan); upaya pemanfaatan pekarangan untuk
tanaman obat; pencegahan dan penanggulangan gizi buruk; pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular.
7.2 Penggunaan
Lahan
Secara umum pengunaan lahan PT. ANTAM (Persero) UBPE Pongkor terbagi
menjadi empat sektor utama, yaitu:
1. Area Administrasi
2. Area Pengolahan
79
80
3. Area Tambang
4. Area IPAL
Distribusi penggunaan lahan perusahaan disajikan pada Gambar 7.1.
7.2.1 Area
administrasi
Area administrasi teridiri dari kantor pusat administrasi UBPE Pongkor,
Poliklinik, Mesjid, Kantin, dan Lapangan Tenis. Kantor pusat administrasi adalah
tempat pusat manjemen UBPE Pongkor dan tempat penyimpanan arsip UBPE
Pongkor sekaligus sebagai kantor pimpinan perusahaan, General Manager
(Senior Vice President).
7.2.4 IPAL
IPAL Tambang adalah daerah pengolahan air limbah dari pabrik untuk
menghasilkan air bersih yang dapat digunakan kembali atau dibuang ke sungai
dengan keadaan bersih dan tidak merusak lingkungan sesuai dengan baku mutu.
Selain IPAL tambang terdapat juga IPAL yang letaknya diluar area pabrik,
yaitu IPAL Cikaret. Fugsi IPAL Cikaret sama seperti di IPAL tambang.
Pengolahan air secara alami terjadi di Tailing Dam. Fungsi utama tailing dam
adalah tempat pembuangan akhir tailing yaitu bijih yang sudah diambil emasnya.
Tailing dam dirancang dengan menggunakan tanah liat yang dilapisi filter bahan
geotek dan batu kerikil. Sebagai penahan bagian luar disusun batuan berukuran
besar agar konstruksi tanggul tetap kokoh (crock fill), kapasitas tailing dam
sekitar 2,1 juta m3, luas sekitar 230000 m2 dan tinggi tailing dam kurang lebih
50m.
BAB VIII
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Air limbah usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas adalah air yang
berasal dari kegiatan penambangan bijih emas dan sisa dari kegiatan
pengolahan bijih emas yang berwujud cair.
Usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas adalah serangkaian kegiatan
penambangan dan kegiatan pengolahan bijih emas menjadi konsentrat atau
logam emas dan meliputi juga kegiatan paska penutupan tambang.
Kegiatan penambangan bijih emas adalah pengambilan bijih emas yang
meliputi penggalian, pengangkutan dan penimbunan baik pada tambang
terbuka maupun tambang bawah tanah.
Kegiatan pengolahan bijih emas adalah proses penghancuran, penggilingan,
pengapungan, pelindian, pemekatan dan atau pemumian dengan metoda fisika
dan atau kimia.
82
83
Selain pengelolaan limbah, PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPE Pongkor juga
bertanggung jawab terhadap lingkungannya, diantaranya dengan melakukan
program pasca tambang, yaitu dengan melakukan penghijauan lahan yang ada di
sekitar area pertambangan.
Detox Tank 1
Thickener O/F
Detox Tank Tank
2
to Ball Mill
Backfill Backfill
Tailing Dam
Mining
Backfil
l
Gambar 8. 1 Diagram Alir Proses Thickening Treatment
1. Bed Level, menunjukkan level lumpur dalam cairan. Batas maksimal bed level
yang diijinkan sebesar 50%. Apabila nilai bed level melebihi 50%, maka
media pengendapan menjadi terbatas. Untuk menurunkan nilai bed level dapat
dilakukan dengan cara menambahkan flokulan atau mengurangi solid feed.
2. Bed mass, menunjukkan massa slurry keseluruhan. Batas maksimal bed mass
yang diijinkan sebesar 50%. Apabila nilai bed mass melebihi 50%, maka
media pengendapan menjadi terbatas. Untuk menurunkan nilai bed mass dapat
dilakukan dengan cara menambahkan flokulan atau mengurangi solid feed.
3. Torque, menunjukkan kemungkinan tangki penuh oleh slurry atau terlalu
kental sehingga menyebabkan beban pada motor hidrolik yang menggerakkan
rake. Batas maksimal torque yang diijinkan sebesar 50%. Untuk menurunkan
nilai torque dapat dilakukan dengan cara mengurangi flokulan.
Komponen·komponen tahap ini adalah:
1. Thickener 1
Thickener 1 berfungsi untuk mengendapkan slurry dari overflow tangki CIL
terakhir. Thickener 1 bertipe high rate dengan lifting system automatic hydraulic.
Umpan thickener I merupakan slurry tangki CIL 7 pada plant 1 dengan
kandungan sianida 200-300 ppm, pH 9-10, persen solid 30-35%, kadar Au dan Ag
pada solution berturut-turut lebih kecil dari 0,02 ppm dan lebih kecil dari 1 ppm
dan tangki CIL 8 pada plant 2 dengan kandungan sianida 200-300 ppm, pH 9-10,
Au lebih kecil dari 0,02 ppm dan Ag lebih kecil dari 2 ppm. Pada thickener 1
ditambahkan z.at flokulan jenis anionic floculant dengan konsentrasi 0,02%.
Kuantitas penambahan z.at flokulan disesuaikan dengan karakteristik limbah yang
akan diolah. Overflow thickener 1 dengan kandungan SS 500 ppm, menjadi feed
untuk thic kener 2 melalui thickener overflow tank, sedangkan underflownya
dengan 50 -60% solid masuk ke tangki detoksifikasi 1.
2. Thickener 2
Thickener 2 berfungsi untuk mengendapkan slurry dari overflow thickener 1
serta untuk recovery sianida. Thickener 2 bertipe sama seperti thickener 1, yaitu
high rate dengan lifting system automatic hydraulic. Umpan berasal dari overflow
thickener 1 dengan karakteristik SS 500 ppm, kadar Au sangat rendah higga tidak
dapat terdeteksi alat dan kadar Ag lebih kecil dari 2 ppm. Pada thickener 2
ditambahkan koagulan dan flokulan untuk mempercepat pengendapan partikel-
partikel padatan. Koagulan yang digunakan jenisnya anionic coagulant dengan
penambahan 5kg/200L, sedangkan flokulan yang digunakan berjenis anionic
floculant dengan konsentrasi 0,02%. Dosis penambahan zat flokulan disesuaikan
dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Overflow thickener 2 dengan
kandungan SS 100 ppm, pH 9-10, konsentrasi sianida 200-300 ppm dialirkan ke
ballmill sebagai spray water untuk me-recovery sianida sehingga mengurangi
beban proses detoksifikasi, sedangkan aliran underflow dengan 50-60 % solid
masuk ke tangki detoksifikasi 1 melalui thickener underflow sump sebagai
distributor.
3. Detoksifikasi
Umpan untuk proses detoksifikasi merupakan underflow dari thickener 1
secara continue dan underflow dari thickener 2 secara periodik. Underflow
tersebut dipompa menuju tangki detox 1 kemudian ke tangki detox 2. Tembaga
sulfat, SMBS (sodium metabisulfit) dan oksigen dari udara bebas diinjeksikan ke
dalam tangki. Tembaga sulfat berfungsi sebagai katalis sedangkan SMBS dibantu
oksigen adalah oksidator yang akan mengoksidasi sianida (CN -) menjadi sianat
(CNO-) yang lebih stabil di lingkungan. Dosis SMBS yang digunakan 0,25%
sebanyak 2,5 kg/ton ore sedangkan CuSO4 0,025% sebanyak 1,2 kg/ton ore. Feed
berupa slurry 50-60% solid mengandung sianida sekitar 200-300 ppm akan
dikurangi menjadi lebih kecil dari 1 ppm. Dari tangki detox 2, slurry dialirkan ke
backfill silo. Degradasi sianida dengan SMBS disebut sebagai INCO process.
Reaksi yang terjadi, yaitu:
4. Backfill Silo
Backfill Silo berfungsi untuk menampung tailing yang sudah mencapai
kondisi sekitar 70% solid dengan konsentrasi sianida lebih kecil dari l ppm. Dari
backfill silo, tailing dipompakan kembali ke dalam tambang. Akan tetapi jika
tidak diperlukan filling di dalam tambang, maka tailing dari backfill silo akan
dialirkan melalui pipa ke tailing sump lalu ke tailing dam namun pada akhimya
tetap akan dipompakan ke dalam tambang.
5. Tailing Dam
Tailing dam adalah tempat pembuangan akhir tailing (slurry yang telah
diambil Au dan Ag-nya). Sebelum tailing dengan dialirkan ke tailing dam, tailing
akan melewati beberapa bak sedimentasi tanpa melibatkan reaksi kimia. Overflow
bak sedimentasi akan langsung dialirkan ke tailing dam, sedangkan lumpumya
disimpan di bagian pinggir bak kemudian diangkut oleh dump truck untuk
disimpan di backfill dam.
Tailing dam dilengkapi dengan Seepage Collection Dam (SCD) yang
terletak dibawah tanggul dam tersebut. SCD berfungsi sebagai penampung
resapan air limbah tailing dam, dilengkapi sumur pantau sebanyak tiga buah
berfungsi memantau pengaruh cemaran tailing terhadap air tanah. Kualitas air
dipantau setiap shift dan dianalisa di laboratorium Sucofindo setiap 3 bulan. Pada
tailing dam terdapat 5 buah pompa, yaitu 2 pompa untuk memompakan air
kembali ke proses, 1 pompa sebagai cadangan , dan 2 pompa untuk memompakan
lumpur ke backflll dam.
1. IPAL Tambang
IPAL tambang merupakan unit pengolahan air limbah yang berasal dari proses
penambangan. Hasil dari proses pengolahan air limbah di IPAL tambang adalah
fresh water yang digunakan kembali pada proses pengolahan dan pembersihan
pabrik, seperti penyemprotan conveyor dan spray water di crushing. Limbah cair
yang berasal dari kegiatan pertambangan akan masuk ke settling pond dimana
material yang kasar dapat mengendap. Hal ini bertujuan agar mengurangi beban di
effluent treatment tank. Overflow settling pond dialirkan ke effluent treatmet tank
melalui dua pipa dengan debit 5 m3/menit. Aliran Underflow ditambahkan
koagulan dan flokulan yang berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan
padatan terlarut. Proses yang terjadi pada tangki effluent (juga pada lPAL Cikaret)
dilakukan dengan tujuan mencapai standar yang telah ditetapkan berdasarkan
KEPMEN LH No.202 Tahun 2004.
Settling Pond
Decant Pond
FST
Thickener
Tailing Dam
Decant Pond
O/F U/F
Untuk proses produksi, produksi bersih merupakan hasil dari satu atau kombinasi
dari berikut:
Penghematan baku bahan dan energi
Penggantian bahan berbahaya atau beracun dengan yang lebih ramah
lingkungan
Penguranan jumlah dan/atau tingkat toksisitas seluruh emisi dan limbah
sebelum mereka meninggalkan proses produksi.
97
98
9.2.1 Pengalihan Buangan Acid Wash Dan Water Wash Di Proses Elution
Pencucian oleh asam dan air yang merupakan tahap awal dilakukan pada
proses elution dengan suhu hingga 60°C dan pH sebesar 2 ppm. Saat ini cairan
Leoni, A., & Dewi, U. M. (2013). Laporan Kerja Praktek PT. ANTAM (Persero)
Tbk. UBPE Pongkor Process Plant. Bandung.
Rohmawan, J. F., & Abdillah, R. (2010). Laporan Kerja Praktek UBPE Pongkor
PT. Aneka Tambang Tbk Process Plant Departement. Cimahi.
Wahyu. (2009, August 20). Material Safety Data Sheet: Sodium Hydroxide Flake
98%. Diambil kembali dari
http://www.asc.co.id/uplimg/File/02%20zMSDS_FNaOH_ASC%20R4.pdf
101
LAMPIRAN A
FLOWSHEET PROSES
Lampiran A-I Diagram Alir Proses pada Unit Sianidasi
Lampiran A-II Diagram Alir Proses pada Unit Recovery
Lampiran A-III Diagram Alir Proses pada Unit Pengolahan Limbah
LAMPIRAN B
MSDS BAHAN
LAMPIRAN C
TUGAS KHUSUS