Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH TERHADAP NY.”D” UMUR 25 TAHUN DI


PUSKESMAS KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2021

Untuk memenuhi persyaratan Stage Pranikah

OLEH :
AGNES DOGMA WAHYUNI SIANTURI
NIM P1337424520058

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN SEMARANG
2021
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 27 September 2021
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Kutalimbaru

B. BIODATA
Nama : Nn. “D” Nama Pasangan : Tn. “M”
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Suku Bangsa : Batak/Indonesia Suku Bangsa : Batak/Indonesia
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : D3 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Pasar X Alamat : Langkat
Kutalimbaru

C. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan Datang :
Untuk melakukan pemeriksaan dan mengetahui informasi yang berkaitan dengan
persiapan pernikahan.
2. Keluhan Utama :
Tidak ada keluhan
3. Riwayat Obstetri :
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun
Nyeri Haid : Sehari sebelum haid
Siklus : 28 hari
Lama : 5 hari
Banyaknya : 3–4 kali ganti pembalut pada hari pertama haid dan 1-3 kali
ganti pembalut pada hari berikutnya.
4. Riwayat Kesehatan
Penyakit / kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Nn. “D” mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular ataupun
keturunan (hemophilia, thalassemia, hepatitis, hipertensi, TORCH, HIV, dsb).
Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan) :
Nn. “D” mengatakan keluarganya dan keluarga calon pasangan tidak memiliki
riwayat penyakit menular dan keturunan.
5. Riwayat Imunisasi : Pernah / Tidak pernah *)
6. Rencana KB : Belum memiliki rencana untuk menggunakan KB
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Makan
 Frekuensi makan pokok : 3 x per hari
 Komposisi
 Nasi : 3 x @ 1 piring (sedikit)
 Lauk : 3 x @ 1potong (sedang)
Jenisnya: ikan, ayam, tahu, jamur, dsb.
 Sayuran : 3 x @ 1 mangkuk sayur
jenis sayuran: bayam, sawi, wortel.
 Buah : 4–5 x seminggu
Jenisnya: rujak, pisang, peer, dsb.
 Camilan : 4 x sehari
Jenisnya: kue-kue manis seperti cake.
 Pantangan : Tidak ada
alasan : -
2) Minum
 Jumlah total 2,5–3 liter perhari; jenis: air mineral;frekuensi 8 gelas/hari
b. Eliminasi
1) Buang Air Kecil :
 Frekuensi perhari : 6 x ; warna kuning jernih
 Keluhan/masalah : Tidak ada.
2) Buang Air Besar :
 Frekuensi perhari : 1 x sehari ; warna: kecokelatan
Konsistensi: sedang
 Keluhan / masalah : Tidak ada.
c. Personal Hygiene
 Mandi : 2 x sehari
 Keramas : 4 x seminggu
 Gosok gigi : 2–3 x sehari
 Ganti pakaian : 2 x sehari; celana dalam 2 x sehari
d. Istirahat/tidur
 Tidur malam : Tidak tentu, kadang 7-8 jam, jika banyak kerjaan
yang mengharuskan dikerjakan di rumah 4-5 jam
 Tidur siang : 1 jam (kadang jarang)
 Keluhan / masalah : Tidur tidak teratur setiap hari karena pekerjaan
e. Aktivitas fisik dan olahraga
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan): Membersikan dan merapikan kamar
 Olah raga : jenisnya jogging, Frekuensi : 1 x seminggu
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
 Merokok : Tidak merokok
 Minuman beralkohol : Tidak minum minuman beralkohol
 Obat-obatan : Tidak mengonsumsi obat-obatan
 Jamu : Tidak meminum jamu
 Sex Bebas : Tidak melakukan sex bebas
8. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Persiapan Acara Pernikahan
 Syarat pendaftaran pernikahan : Sudah dipersiapankan meliputi pas foto;
surat keterangan sehat; surat keterangan RT, RW, Kel., Kec.; surat
numpang nikah, keterangan imunisasi TT, dsb.
 Penyesuaian cuti kerja : Cuti pernikahan 1 bulan
 Tanggal – tanggal penting terkait pernikahan : 11 November 2021
b. Persiapan Membina RumahTangga.
 Persiapan fisik / kesehatan : Sudah melakukan pemeriksaan darah dan
Bersedia vaksin TT.
 Persiapan Psikososial :
Perbedaan latar belakang budaya keluarga : Tidak ada, karena walaupun
Nn. “D” lahir dan besar di Kep. Riau, tetapi kedua orang tuanya asli
orang Sumatera Utara.
Perbedaan pendidikan : Tidak ada, karena walaupun riwayat pendidikan
terakhir berbeda tetapi tidak mempengaruhi keputusan untuk membina
rumah tangga.
c. Persiapan Psikologis
 Pengetahuan catin terhadap sifat pasangannya:
Sudah tau, baik informasi dari yang orang bersangkutan maupun dari
pihak keluarga calon pasangan.
 Cara berkomunikasi dengan pasangan :
Secara langsung dan tidak langsung dikarenakan calon suami bekerja
dengan sistem shift.
 Mekanisme koping cara mengatasi masalah :
Membicarakan masalah, penyebab masalah dan mencari solusi dari
permasalahan bersama-sama.
d. Persiapan spiritual
 Cara catin melakukan ibadah beserta pasangannya :
Menjalankan ibadah sesuai dengan ketentuan sebagai umat kristen seperti
ibadah ke gereja
e. Identifikasi karakter
 Harapan / keinginan kebutuhan antar pasangan : tinggal serumah dan
memiliki anak.
 Teknik manajemen konflik : konflik diselesaikan dengan diskusi bersama
 Menanyakan kebiasaan catin : terbiasa tidur larut karena tugas pekerjaan
f. Pernikahan ini diharapkan / tidak*) oleh ibu, pasangan, keluarga
g. Respon & dukungan keluarga terhadap pernikahan ini
Sangat baik, mendukung dan bersemangat.
h. Rencana setelah menikah tinggal serumah dengan :
Ibu mertua (orang tua pasangan), suami dan adik ipar (pr)
i. Pengambil keputusan utama pernikahan dalam keluarga :
Nn. “D” dan pasangan
j. Orang terdekat ibu klien: Ibu dan saudara perempuan
k. Tingkat pengetahuan
1) Hal-hal yang sudah diketahui
Pemeriksaan sebelum menikah dan imunisasi TT
2) Hal-hal yang belum diketahui
Manfaat dan jadwal imunisasi TT, persiapan kehamilan dan KB
3) Hal-hal yang ingin diketahui
Mengetahui mengenai masa subur, imunisasi TT lebih luas lagi dan KB

D. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK :
a. Pemeriksaan Umum :
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tensi : 120/70 mmHg
4) Suhu : 36,4oC
5) Nadi : 86 x/menit
6) RR : 20 x/menit
7) BB : 50 Kg
8) TB : 155 cm
9) LILA : 24,5 cm
10) IMT : 50/ (1,55)2 = 20,81 (normal)
b. Status present
Kepala : Rambut bewarna hitam, terdapat rambut rontok, kulit kepala
bersih, tidak ada kelainan.
Muka : Tidak pucat, tidak ada kelainan
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : Simetris, tidak terdapat sekret dan polip
Mulut : Bibir tidak pucat dan tidak kering, susunan gigi rata dan tidak
ada yang berlubang, tidak terdapat karang gigi, tidak terdapat
stomatitis dan tonsilitis
Telinga : Simetris, terdapat sedikit serumen.
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid
Ketiak : Tidak terapat pembesaran kelenjar limfe
Dada : Tidak terdapat massa dan pembesaran pada kelenjar limfe
Abdomen : Tidak terdapat pembesaran hepar
Ekstremitas : Simetris, jari-jari lengkap, ujung jari tangan dan kaki tidak
pucat, tidak terdapat varisses pada kaki dan refleks patella (+)
Punggung : Tidak terdapat kelainan pada tulang belakang seperti lordosis,
kifosis dan skoliosis
Genitalia : Tidak ada keluhan, tidak mengalami keputihan
Anus : Tidak ada keluhan.
c. Status Obstetrik
Muka : Tidak pucat, tidak ada kelainan
Mamae : Tidak terdapat massa dan pembesaran kelenjar limfe
Abdomen : Tidak ada pembesaran hepar
Genetalia : Tidak ada keluhan.

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
a. Pemeriksaan darah rutin
1) HB : 14 gr/dL (tanggal 27 - 09- 2021 di PKM Kutalimbaru)
2) HbsAg : Non reaktif (tanggal 27 - 09- 2021 di PKM Kutalimbaru)
3) Sifilis : Non reaktif (tanggal 27 - 09- 2021 di PKM Kutalimbaru)
4) HIV/AIDS : Non reaktif (tanggal 27 - 09- 2021 di PKM Kutalimbaru)
5) Golongan darah: O (tanggal 27 - 09- 2021 di PKM Kutalimbaru)
6) Rhesus : (+)(tanggal 27 - 09- 2021 di PKM Kutalimbaru)
b. Pemeriksaan darah yang dianjurkan
1) Gula Darah Sewaktu (GDS): Tidak dilakukan
2) Thalasemia : Tidak dilakukan
3) TORCH : Tidak dilakukan
c. Pemeriksaan Urin: Tidak dilakukan

E. ANALISA
Diagnosa : Ny. “D” usia 25 tahun calon pengantin
Masalah : Tidak ada
Diagnosa potensial : Tidak ada
Identifikasi tindakan segera : Tidak ada

F. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 27 September 2021 Jam : 10.50 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa kondisi klien dalam keadaan baik, pemeriksaan
tanda vital dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Hasil: klien mengerti dengan hasil pemeriksaan.
2. Menjelaskan bahwa kurang tidur dapat membuat tubuh lelah dan strees yang
menimbulkan gangguan seksual seperti menurunnya libido dan gangguan siklus
menstruasi, walaupun efeknya tidak timbul sekarang, akan tetapi ada baiknya mulai
memperbaiki kualitas tidur agar dapat mencegah hal tersebut.
Hasil: klien mengerti dan akan mencoba untuk memperbaiki kebiasannya dengan
mengatur jadwal tidul atau pun menambah waktu beristirahat di siang hari.
3. Memberikan informasi kepada klien mengenai kesehatan reproduksi pernikahan
seperti mengenai konsep pernikahan; hak reproduksi dan seksual; persiapan pranikah
(gizi, kehamilan, kesehatan); mengenai organ reproduksi wanita dan pria; cara
menjaga kesehatan organ reproduksi; informasi mengenai kehamilan, persalinan,
nifas, menyusui dan metode kontrasepsi; informasi mengenai penyakit infeksi menular
seksual dengan bantuan buku Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon
Pengantin.
Hasil: klien mengerti mengenai informasi yang diberikan dan akan membaca buku
tersebut agar dapat paham dan mengingat mengenai semua informasi yang
sudah diberikan.
4. Menjelaskan kepada klien mengenai imunisasi TT bahwa vaksin ini memiliki peran
dalam mempersiapkan kehamilan yang aman dan sehat di mana dengan diberikannya
vaksin TT jika nanti klien hamil maka ibu dan bayi akan memiliki perlindungan
terhadap penyakit Tetanus. Bayi baru lahir mendapatkan imunitas terhadap Tetanus
dari ibunya karena sistem imunnya masih belum sempurna. Ibu bersalin dapat terpapar
dengan bakteri penyebab Tetanus dari alat-alat yang digunakan dalam persalinan.
Imunisasi TT diberikan kepada WUS dengan melakukan skrining terlebih dahulu,
setelah klien sudah mendapatkan TT1 maka klien bisa mendapatkan imunisasi TT2
dengan jarak 4 minggu dari pemberian TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun
terhadap Tetanus. Selanjutnya bisa mendapatkan TT3 dengan interval pemberian 6
bulan dari TT2 (perlindungan 5 tahun). Vaksin TT4 diberikan dengan interval min. 1
tahun dari TT3 (perlindungan 10 tahun). Jika klien sudah mendapatkan imunisasi
sampai TT5 (diberikan 1 tahun dari TT4) maka perlindungan terhadap Tetanus adalah
selama 25 tahun.
Hasil: klien mengerti mengenai manfaat, alasan pemberian dan jadwal imunisasi TT.
5. Menganjurkan klien untuk mengonsumsi makanan dengan kandungan asam folat
seperti sayuran hijau (bayam, brokoli, sawi hijau), buah (alpukat, pisang, jeruk,
pepaya), kacang-kacangan (kacang polong, kacang merah, dsb), hati (ayam dan sapi)
dan susu hamil karena mengandung asam folat sebagai persiapan kehamilan dengan
meningkatkan kesuburan wanita. Selain itu, asam folat dapat membantu pertumbuhan
dan perkembangan janin serta mencegah terjadinya kecacatan.
Hasil : klien mengerti mengenai pentingnya asam folat dan dapat menyebutkan
makanan sumber asam folat. Klien akan mencoba untuk lebih sering
mengonsumsi sayuran hijau dan buah, dikarenakan jika meminum susu berat
badannya sangat cepat bertambah.
6. Memberi informasi kepada klien mengenai cara menentukan masa subur. Masa subur
dapat kita ketahui melalui siklus menstruasi. Perhitungan masa subur ini akan efektif
jika siklus menstruasinya normal yaitu 21–35 hari. Pemantauan jumlah hari pada
setiap siklus dilakukan minimal enam siklus berturut-turut. Pada menstruasi dengan
siklus teratur (28) hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan
masa suburnya adalah hari ke-12 hingga hari ke-16. Sedangkan, jika menstruasi
tidak teratur, jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18 untuk
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus
haid dikurangi 11 untuk menentukan hari terakhir masa subur. Selain itu, masa
subur dapat diketahui melalui perubahan lendir serviks (bertekstur lebih cair dan
bening karena meningkatnya hormon estrogen); libido meningkat; suhu basal
tubuh meningkat ± 0,5oC yang biasanya diukur pada pagi hari.
Hasil: klien mengerti mengenai cara menentukan masa subur dan akan
melanjutkan menghitung siklus menstruasi untuk 2 bulan ke depan.
7. Memberikan injeksi imunisasi TT dengan dosis 0,5 ml yang disuntikkan di
lengan kiri atas serta memberikan penjelasan mengenai efek samping yang
timbul yaitu terasa nyeri dan bengkak pada bekas suntikan, cara mengatasinya
dapat dilakukan dengan dikompres air hangat.
Hasil : pasien telah mendapatkan imunisasi TT pada lengan kiri
8. Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang imunisasi TT 1 bulan lagi dan
segera datang ke fasilitas kesehatan apabila mengalami masalah atau keluhan.
Hasil : pasien bersedia untuk melakukan kunjungan ulang
9. Melakukan dokumentasi asuhan

CATATAN PERKEMBANGAN I
Puskesmas Kutalimbaru Nama Pasien: Nn. “D”
Nama Bidan: Agnes Dogma Wahyuni Sianturi
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan Jam CATATAN PERKEMBANGAN Nama dan
(SOAP) Paraf
30 September S=
2021/ Bidan melakukan komunikasi via telpon, Nn. “D” Agnes Dogma
11:45 WIB mengatakan tidak ada keluhan. Wahyuni
O= Sianturi
Tidak dilakukan
A=
Ny. “D” usia 25 tahun calon pengantin
P=
1. Tetap menganjurkan kepada klien untuk
menjaga pola makan gizi seimbang; perbanyak
porsi konsumsi buah dan sayur; menghindari stress
berlebih, jika pola tidur klien belum berubah
anjurkan untuk mengerjakan kerjaan pada siang
atau sore hari
Hasil: klien mengerti dan akan berusaha
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan tidak
mengganggu jam tidur.
2. Mengingatkan klien untuk mengonsumsi makanan
yang mengandung asam folat seperti sayuran hijau
(bayam, brokoli, sawi hijau), buah (alpukat, pisang,
jeruk, pepaya), kacang-kacangan (kacang polong,
kacang merah, dsb), hati (ayam dan sapi) sebagai
persiapan kehamilan dengan meningkatkan
kesuburan wanita. Selain itu, asam folat dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan janin
serta mencegah terjadinya kecacatan.
Hasil: klien telah mencoba untuk lebih sering
mengonsumsi sayuran hijau serta buah pisang dan
alpukat.
3. Menganjurkan klien untuk menghubungi
petugas kesehatan jika terdapat masalah
kesehatan ataupun hanya sekedar ingin
berkonsultasi terkait persiapan kehamilan dan
keadaan lainnya.
Hasil: klien mengerti dan akan menghubungi
bidan jika dirasa perlu untuk berkonsultasi.
4. Melakukan pendokumentasian.
Hasil: bidan melakukan dokumentasi SOAP
pada tanggal 30 September 2021.

CATATAN PERKEMBANGAN 2

Puskesmas Kutalimbaru Nama Pasien: Nn. “D”


Nama Bidan: Agnes Dogma Wahyuni Sianturi
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan Jam CATATAN PERKEMBANGAN Nama dan
(SOAP) Paraf
02 Oktober 2021/ S =
12:45 WIB Bidan melakukan komunikasi via telpon, Nn. “D” Agnes Dogma
mengatakan tidak ada keluhan. Wahyuni
O= Sianturi
Tidak dilakukan
A=
Ny. “D” usia 25 tahun calon pengantin.
P=
1. Tetap menganjurkan kepada klien untuk
menjaga pola makan gizi seimbang; perbanyak
porsi konsumsi buah dan sayur; menghindari stress
berlebih, jika pola tidur klien belum berubah
anjurkan untuk mengerjakan kerjaan pada siang
atau sore hari
Hasil: klien mengerti dan akan berusaha
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan tidak
mengganggu jam tidur.
2. Mengingatkan klien untuk mengonsumsi makanan
yang mengandung asam folat seperti sayuran hijau
(bayam, brokoli, sawi hijau), buah (alpukat, pisang,
jeruk, pepaya), kacang-kacangan (kacang polong,
kacang merah, dsb), hati (ayam dan sapi) sebagai
persiapan kehamilan dengan meningkatkan
kesuburan wanita. Selain itu, asam folat dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan janin
serta mencegah terjadinya kecacatan.
Hasil: klien telah mencoba untuk lebih sering
mengonsumsi sayuran hijau serta buah pisang dan
alpukat.
3. Menganjurkan klien untuk menghubungi
petugas kesehatan jika terdapat masalah
kesehatan ataupun hanya sekedar ingin
berkonsultasi terkait persiapan kehamilan dan
keadaan lainnya.
Hasil: klien mengerti dan akan menghubungi
bidan jika dirasa perlu untuk berkonsultasi.
4. Melakukan pendokumentasian.
Hasil: bidan melakukan dokumentasi SOAP
pada tanggal 02 Oktober 2021.

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini akan dijelaskan kesenjangan dengan cara membandingkan teori
yang ada terhadap realita yang terdapat di lahan. Dalam menjelaskan kesenjangan tersebut
menggunakan langkah-langkah dalam managemen kebidanan yaitu pengkajian data
subjektif, objektif, analisa dan penatalaksanaan.
A. Subjektif
Berdasarkan biodata klien dapat diketahui bahwa Nn. “D” Usia 25 tahun dan Tn.
“M” berusia 27 tahun. Usia tersebut sesuai dengan pernyataan BKKBN mengenai usia
ideal yang matang secara biologis dan psikologis untuk sebuah perkawinan yaitu usia
20–25 tahun bagi wanita dan umur 25–30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Hal ini
sejalan dengan teori (Walyani, 2015) di mana ibu dapat berisiko apabila hamil saat
berusia < 20 tahun dan > 35 tahun. Kehamilan di usia muda berkaitan dengan risiko
preeklamsi dan fisiologis ibu yang kurang matang serta organ reproduksi yang belum
matang. Sedangkan pada umur > 35 tahun alat-alat reproduksi sudah berkurang
fungsinya dan kelenturannya dan tenaga ibu yang berkurang. (Walyani, 2015)
menyatakan pria disarankan untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena jika
lebih dari batas tersebut mortilitas, konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA
telah mengalami penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin.
Pada riwayat menstruasi diketahui bahwa Nn. “D” memiliki siklus haid 28 hari,
lamanya 5 hari, nyeri haid yang dirasakan sehari sebelum haid dan dapat mengganti
pembalut 3–4 kali pada saat haid. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang berarti tidak
terdapat gangguan pada siklus menstruasi Nn. “D”. Siklus menstruasi pada wanita
normal berkisar antara 21–32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi
28 hari serta normalnya menstruasi berlangsung 3–7 hari (Islamy & Farida, 2019). Akan
tetapi, menurut Walyani (2015) siklus normal menstruasi adalah 21–35 hari. Banyak darah
menstruasi dianggap normal apabila di hari pertama dan kedua wanita mengganti
pembalutnya setiap 3-5 kali sehari dengan kondisi pembalut 3/4 penuh Walyani (2015).
Nn. “D” sudah mendapatkan imunisasi TT1 pada tanggal 27 September 2021.
Imunisasi TT perlu diberikan kepada catin perempuan agar memiliki kekebalan sehingga
apabila nanti hamil dan melahirkan, ibu dan bayi akan terlindungi dari penyakit tetanus.
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani, melalui kotoran
yang masuk kedalam luka. Gejala yang dirasakan dapat berupa kaku otot, demam,
kejang dan berenti menetek pada bayi serta dapat menyebabkan kematian. Setiap Wanita
Usia Subur (WUS) diharapkan sudah mendapatkan 5 kali imunisasi tetanus lengkap,
dimana pemberiaannya disesuaikan dengan hasil skrining terhadap status T (Kemenkes
RI, 2013). Berdasarkan jadwal pemberian imunisasi TT, Nn. “D” akan mendapatkan
imunisasi TT2 dengan jarak interval 4 minggu dari pemberian TT1.
Berdasarkan data pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat diketahui pola
minum, eliminasi, personal hygiene, aktivitas dan kebiasaan sudah sesuai dengan teori
dan tidak memiliki dampak terhadap kesehatan. Akan tetapi, tidak untuk pola nutrisi dan
pola tidur. Pada nutrisi diketahui bahwa Nn. “D” lebih sering mengonsumsi camilan
dibandingkan makanan pokok dalam sehari. Pada pola tidur diketahui bahwa tidur
malam Nn. “D” hanya 4–6 jam saja dikarenakan mengerjakan tugas kantor. Menurut
(Melani et al., 2019) catin dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi
seimbang, porsi setiap kali makan adalah sepertiga piring makanan pokok, sepertiga
piring berisi sayuran, sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah- buahan dalam porsi
yang sama. Nutrisi akan berpengaruh pada status gizi sesorang yang tentunya akan
mempengaruhi rencana, proses dan hasil dari kehamilan (Melani et al., 2019).
Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat, dapat menyebabkan tubuh
mudah terserang penyakit serta gaya hidup yang tidak sehat salah satunya seperti kurang
tidur dapat menyebabkan gangguan seksual karena dapat menurunkan libido (Alfredo,
2015). Berdasarkan penelitian (Deaneva et al., 2015) dengan judul “Hubungan Kualitas
Tidur terhadap Siklus Menstruasi pada Dokter Muda di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta” hasilnya menunjukkan bahwa responden yang memiliki kualitas tidur buruk
mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur. Kualitas tidur buruk dapat menghambat
produksi melatonin. Hormon melatonin berfungsi menghambat steroid esterogen yang
berfungsi mengatur siklus menstruasi. Estrogen yang tinggi menyebabkan gangguan
siklus menstruasi.
Pada riwayat psikososial dapat diketahui bahwa Nn. “D” secara psikologi telah siap
untuk menikah, karena ia telah melakukan pemeriksaan darah dan menerima imunisasi
TT dan juga setelah menikah ingin segera mempunyai keturunan. Selain itu, data
mengenai mekanisme mengatasi masalah menunjukkan bahwa mereka
menyelesaikannya dengan cara berdiskusi bersama di mana Nn. “D” juga mempunyai
hak untuk menyampaikan pendapatnya dan juga membuat keputusan. Hal tersebut
sejalan dengan teori (Prijatni & Rahayu, 2016) di mana dalam managemen konflik
dalam rumah tangga, perlu didiskusikan penyebab permasalahan untuk
menyelesaikannya. Keuangan, anak, hubungan seksual dan keyakinan dapat menjadi
sumber munculnya konflik. Kurangnya rasa saling menghargai, pengertian,
kepercayaan, keterbukaan dan komunikasi yang tidak efektif dapat menjadi penyebab
konflik suami-istri. Selain itu, kedua belah pihak harus dapat menyeimbangkan perasaan
dan pikiran agar tidak menimbulkan komplikasi negatif pada kesehatan jiwa maupun
keharmonisan keluarga.
Pada tingkat pengetahuan, diketahui bahwa Nn. “D” belum mengetahui manfaat dan
jadwal imunisasi TT; persiapan terhadap kehamilan terutama cara menentukan masa
subur; dan mengenai KB.

B. Objektif
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa BB Nn. “D” : 50 Kg, TB: 155
dengan IMT: 20,81. Menurut (Mahfud et al., 2020) IMT dihitung dengan membagi berat
badan (Kg) dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat. Nilai IMT yang dinggap normal
adalah 19,8 – 26,6; < 19,8 artinya underweight; jika hasilnya dalam rentang 26,6 – 29,0
tergolong overweight; sedangkan jika hasilnya > 29,0 artinya mengalami obese . IMT
Nn. “D” termasuk dalam kategori normal.
Pengukuran LILA dilakukan untuk mendeteksi apakah calon pegantin berisiko
menderita Kurang Energi Kronis (KEK). Ambang batas LiLA pada WUS (15-49 tahun)
dengan resiko KEK yaitu 23,5 cm. Bila pengukuran dibawah 23,5 artinya perempuan
tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Mahfud et
al., 2020).
Berdasarkan hasil pemeriksaan, LiLA Nn. “D” adalah 24,5 cm yaitu dengan status
normal.
Menurut (Suriah et al., 2018) anemia adalah keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah > 12 mg/dL. Tanda terjadinya anemia sepeti 5L (letih, lesu, lemah, lelah, lunglai);
pusing; mata berkunang-kurang. Ibu hamil dikatakan anemia jika Hb 11 mg/dL.
Penelitian (Mariana et al., 2018) dengan judul “Hubungan Pola Makan dengan
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas” menunjukkan bahwa
responden yang memiliki pola makan yang tidak sehat, hampir setengahnya mengalami
anemia. Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child". Akibat dari
anemia pada kehamilan adalah dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas,
terhambatnya tumbuh kembang janin dalam rahim, rentan terhadap infeksi, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini (KPD). Pada saat persalinan, anemia dapat
mengakibatkan gangguan kontraksi dan kala I dapat berlangsung lama dan pada masa
nifas dapat terjadi subinvolusi uteri menyebabkan perdarahan pospartum, memudahkan
infeksi puerperium, dan pengeluaran ASI berkurang. Hasil pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan Nn. “D” pada tanggal 27 September 2021 di Puskesmas Kutalimbaru
menunjukkan kadar Hb: 14 gr/dL, HbsAg non reaktif, Sifilis non reaktif, dan HIV-
AIDS non reaktif. Semua hasil diatas menunjukkan bahwa Nn.”D” tidak mengalami
anemia dan tidak menderita penyakit menular. Pemeriksaan penyakit menular pada catin
untuk mencegahnya terjadi penularan dari ibu ke janin saat proses kehamilan dan
persalinan.
C. Analisa
Menurut Hellen Varney dalam (Prijatni & Rahayu, 2016) setelah mengumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap. Selanjutnya data diinterpretasikan untuk
dapat merumuskan diagnosa, mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial serta
mengidentifikasi perlunya dilakukan tindakan segera. Setelah dilakukan pengkajian data
subjektif dan objektif, maka dilakukan analisa terhadap Nn. “D” 25 tahun dengan
perencanaan pernikahan.
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa kondisi klien dalam keadaan baik, pemeriksaan
tanda vital dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Berdasarkan (PERMENKES RI NOMOR 28, 2017) pasal 28 bagian keempat
tentang kewajiban dan hak bahwa bidan, bidan wajib memberikan informasi tentang
pelayanan dan masalah kesehatan kepada pasien yang bersangkutan. Menurut
(Undang-Undang RI No.36, 2009) pasal 8 mengatakan bahwa setiap orang berhak
untuk mendapatkan informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan
pengobatan yang telah diterima maupun yang akan diterimanya dari tenaga
kesehatan.
2. Menjelaskan bahwa kurang tidur dapat membuat tubuh lelah dan strees yang menimbulkan
gangguan seksual seperti menurunnya libido dan gangguan siklus haid, walaupun efeknya
tidak timbul sekarang, akan tetapi ada baiknya mulai memperbaiki kualitas tidur agar dapat
mencegah hal tersebut.
3. Memberikan informasi kepada klien mengenai kesehatan reproduksi pernikahan seperti
mengenai konsep pernikahan; hak reproduksi dan seksual; persiapan pranikah (gizi,
kehamilan, kesehatan); mengenai organ reproduksi wanita dan pria; cara menjaga kesehatan
organ reproduksi; informasi mengenai kehamilan, persalinan, nifas, menyusui dan metode
kontrasepsi; informasi mengenai penyakit infeksi menular seksual dengan bantuan buku
Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin.
4. Menjelaskan kepada klien mengenai imunisasi TT bahwa vaksin ini memiliki peran dalam
mempersiapkan kehamilan yang aman dan sehat di mana dengan diberikannya vaksin TT
jika nanti klien hamil maka ibu dan bayi akan memiliki perlindungan terhadap penyakit
Tetanus. Bayi baru lahir mendapatkan imunitas terhadap Tetanus dari ibunya karena sistem
imunnya masih belum sempurna. Ibu bersalin dapat terpapar dengan bakteri penyebab
Tetanus dari alat-alat yang digunakan dalam persalinan. Imunisasi TT diberikan kepada
WUS dengan melakukan skrining terlebih dahulu, dikarenakan klien sudah mendapatkan
TT1 maka klien bisa mendapatkan imunisasi TT2 dengan jarak 4 minggu dari pemberian
TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun terhadap Tetanus. Selanjutnya bisa mendapatkan
TT3 dengan interval pemberian 6 bulan dari TT2 (perlindungan 5 tahun). Vaksin TT4
diberikan dengan interval min. 1 tahun dari TT3 (perlindungan 10 tahun). Jika klien sudah
mendapatkan imunisasi sampai TT5 (diberikan 1 tahun dari TT4) maka perlindungan
terhadap Tetanus adalah selama 25 tahun.
5. Menganjurkan klien untuk mengonsumsi makanan dengan kandungan asam folat seperti
sayuran hijau (bayam, brokoli, sawi hijau), buah (alpukat, pisang, jeruk, pepaya), kacang-
kacangan (kacang polong, kacang merah, dsb), hati (ayam dan sapi) dan susu hamil karena
mengandung asam folat sebagai persiapan kehamilan dengan meningkatkan kesuburan
wanita. Selain itu, asam folat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin serta
mencegah terjadinya kecacatan.
6. Memberi informasi kepada klien mengenai cara menentukan masa subur. Masa subur dapat
kita ketahui melalui siklus menstruasi. Perhitungan masa subur ini akan efektif jika siklus
menstruasinya normal yaitu 21–35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus
dilakukan minimal enam siklus berturut-turut. Pada menstruasi dengan siklus teratur (28)
hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa suburnya adalah
hari ke-12 hingga hari ke-16. Sedangkan, jika menstruasi tidak teratur, jumlah hari
terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18 untuk menentukan hari pertama masa
subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11 untuk menentukan
hari terakhir masa subur. Selain itu, masa subur dapat diketahui melalui perubahan
lendir serviks (bertekstur lebih cair dan bening karena meningkatnya hormon
estrogen); libido meningkat; suhu basal tubuh meningkat ± 0,5 oC yang biasanya
diukur pada pagi hari.
7. Memberikan informasi mengenai KB bahwa kontrasepsi memiliki fungsi untuk menunda
kehamilan, menjarakkan kehamilan dan menghentikan kehamilan. Kontrasepsi tediri dari
kontrasepsi jangka pendek dan jangka panjang. Kontrasepsi jangka pendek seperti pil,
kondom dan suntik kontrasepsi jenis ini mengandung hormon, ada jenis tertentu yang
tidak mempengaruhi produksi ASI. Kontrasepsi jangka panjang seperti AKBK seperti
implant (mengandung hormon tetapi tidak mempengaruhi ASI) dan AKDR seperti
IUD (tidak mengandung hormon). Untuk menunda dan menjarakkan kehamilan dapat
menggunakan kontrasepsi jangkan pendek dan jangka panjang, sedangkan untuk
menghentikan kehamilan dengan metode kontrasepsi mantap/steril/ tubektomi
(pemotongan atau pengikatan saluran tuba fallopi pada rahim)/ vasektomi
(pemotongan atau pengikatan pada saluran sperma) yang didapat melalui prosedur
pembedaan. Untuk dapat menggunakan metode di atas perlu dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu agar metode yang digunakan dapat sesuai dengan kedaan pasien.
8. Menganjurkan klien untuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin TT yang kedua
karena jika dihitung jarak dari pemberian vaksin TT1 sudah melewati 4 minggu dan dapat
menghubungi petugas kesehatan jika memiliki masalah kesehatan yang ingin
dikonsultasikan.
9. Menganjurkan klien untuk menghubungi petugas kesehatan jika terdapat masalah
kesehatan ataupun hanya sekedar ingin berkonsultasi terkait persiapan kehamilan dan
keadaan lainnya.
10. Melakukan pendokumentasian asuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Alfredo, R. (2015). Hubungan Kualitas Tidur Dengan Libido Pria Pekerja Pabrik Di
PT.Sritex Sukoharjo. 6(1), 31–39.
BKKBN. (2017). Usia pernikahan ideal 21 – 25 tahun. https://www.bkkbn.go.id Badan
Keluarga BKKBN Usia Pernikahan Ideal 21-25 Tahun
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun.
Diakses Oktober 2021
Deaneva, A. M., Hidayati, R. S., & Sumardiyono. (2015). Hubungan Kualitas Tidur
terhadap Siklus Menstruasi pada Dokter. Nexus Kedokteran Komunitas, 4(2), 59–69.
Islamy, A., & Farida, F. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi
Pada Remaja Putri Tingkat Iii. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(1), 13.
https://doi.org/10.26714/jkj.7.1.2019.13-18
Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Bina Husada. : Jakarta
Mahfud, I., Gumantan, A., & Fahrizqi, bagus eko. (2020). Analisis IMT (Indeks Massa
Tubuh) Atlet UKM Sepakbola Univetsitas Teknokrat Indonesia. Sports Athleticism in
Teaching and Recreation on Interdisciplinary Analysis, 3(1), 9–13.
Mariana, D., Wulandari, D., & Padila. (2018). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Bengkulu. Jks,
1(2), 108–122.
Melani, V., Kuswari, M., Urusan, K., & Barat, J. (2019). Pengetahuan Gizi Seimbang
Calon Pengantin di Beberapa Kantor Urusan Agama Jakarta Barat. 3(1), 1–6.
PERMENKES RI NOMOR 28, (2017). PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG
KESEHATAN
Prijatni, I., & Rahayu, S. (2016). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (B. A.
Darmanto & Sonia (eds.)). KEMENKES RI.
Suriah, S., Citrakesumasari, C., Awaluddin, A., & Yani, A. (2018). Edukasi Bagi Calon
Pengantin Tentang Anemia Gizi Dan Kurang Energi Kronik Di Kota Parepare.
MPPKI (Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The Indonesian Journal of
Health Promotion, 1(1), 25–31. https://doi.org/10.31934/mppki.v1i1.133
Walyani Elisabeth Siwi & Endang Purwoastusi. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers

Anda mungkin juga menyukai