KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Fungsional
Kata fungsional disini hakekatnya ini bukanlah sebuah teori,
melainkan suatu perspektif yang dapat digunakan sebagai pijakan
teori. Beberapa teori komunikasi menggunakan perspektif fungsional
ini. Teori-teori Struktural dan Fungsional, pada bagian ini
memasukkan kelompok utama pendekatan-pendekatan yang
tergabung secara samar dalam ilmu sosial. Meski makna istilah
strukturalisme dan fungsionalisme kurang begitu tepat, tetapi
keduanya percaya bahwa struktur sosial adalah hal yang nyata dan
berfungsi dalam cara yang dapat diamati secara objektif.
Sebagai contoh, pengamat komunikasi mungkin berasumsi bahwa
hubungan personal merupakan sesuatu yang nyata dengan bagian-
bagian yang disusun secara khusus, seperti juga rumah yang
merupakan suatu yang nyata dengan material yang disusun sesuai
rencana. Disini hubungan dilihat sebagai struktur sosial. Pengamat
akan berasumsi lebih jauh bahwa hubungan yang ada bersifat tidak
statis tetapi memiliki atribut seperti ikatan, ketergantungan, kekuatan,
kepercayaan dan sebagainya.
Meskipun strukturalisme dan fungsionalisme seringkali
digabung, tetapi keduanya tetap berbeda dalam penekanannya.
Strukturalisme yang berakar pada linguistik, menekankan pada
organisasi bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme yang berakar
pada biologi, menekankan pada cara-cara sistem yang terorganisasi
bekerja untuk menunjang dirinya. Sistem terdiri atas variabel-variabel
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
3
bergerak menuju kekacauan internal, disintegrasi, dan kematian.
Model sistem tertutup paling sering diterapkan untuk sistem fisika
seperti binatang, yang tidak mempunyai kualitas kelangsungan hidup.
Sistem terbuka menerima zat dan energi dari lingkungannya dan
meneruskannya kembali pada lingkungannya. Sistem terbuka
diorientasikan kearah kehidupan dan pertumbuhan. Sistem biologis,
psikologis dan sosial mengikuti model terbuka, dan sistem yang
dibicarakan pada bab ini sepenuhnya adalah jenis terbuka.
Salah satu aplikasi teori sistem dalam bidang ilmu komunikasi yaitu
yang digunakan oleh teori kebutuhan hubungan interpersonal.
5
pesan-pesan penyandian, sehingga pola respon dapat ditetapkan.Unit
yang paling dasar dari komunikasi dipakai Fisher adalah interact, atau
rangkaian dua pesan yang bersambungan diantara dua orang.
Contohnya yaitu pertanyaan dari orang pertama diikuti oleh jawaban
dari orang kedua. Pertanyaan yang diikuti oleh jawaban akan berbeda
dari permintaan yang diikuti persetujuan. Permintan yang diikuti oleh
penawaran adalah berbeda dari suggestion atau saran yang diikuti oleh
keberatan. Interaksi dikombinasikan kedalam unit yan glebih besar
disebut double interact (tiga tindakan), dan selanjutnya dikombinasi
lagi kedalam triple interact (empat tindakan).
Struktur dari keseluruhan interaksi merupakan rangkaian
interaksi yang makin lama makin membesar.Kebanyakan kerja Fisher
melibatkan pembuatan keputusan dalam kelompok kecil. Dalam
risetnya dia menyandi apa yang orang katakan dalam diskusi
kelompok dan menganalisa interaksi ini dalam cara yang seluruh pola,
atau struktur dari diskusi dapat digambarkan. Fisher menunjukkan
bagaimana interaksi berkombinasi dengan bentuk fase pemuatan
keputusan kelompok. Diantara periset yang terkenal dalam
komunikasi relasional adalah Edna Rogers dan Frank Millar. Kerja
Millar dan Rogers merupakan aplikasi langsung dari gagasa Bateson
dan konsisten dengan teori Fisher. Secara khusus, mereka bertanggung
jawab bagi pengembangan metode riset mengenai pengkode-an dan
pengelompokan pola relasional. Seperti Fishe, Millar dan Rogers
mengamati percakapan dan kode tindakan komunikasi dalam suatu
cara yang membiarkan mereka menemukan pola yang diciptakan
melalui interaksi. Dari risetnya mereka mengembangkan teori yang
menunjukkan bagaimana hubungan mengandung struktur kontrol,
kepercayaan, dan keakraban.
7
Kebanyakan teori dan riset mengenai dissonansi kognitif
disekitar situasi yang bervariasi dimana dissonansi sebenarnya
dihasilkan. Ini memasukkan situasi seperti pembuatan keputusan,
persetujuan yang terpaksa, inisiatif, dukungan sosial, dan usaha yang
sungguh-sungguh.
Jumlah dissonansi sebuah pengalaman sebagai hasil
keputusan bergantung pada empat variabel, pertama dan yang
terpenting yaitu keputusan. Keputusan tertentu, yaitu seperti
ketinggalan sarapan, mungkin tidak dan menghasilkan sedikit
dissonansi, tetapi membeli mobil dapat menghasilkan banyak
dissonansi. Variabel kedua adalah sifat menarik alternatif yang dipilih.
Hal lain yang mirip, bahwa semakin kurang atraktif alternatif pilihan,
semakin besar dissonansi. Kita kemungkinan akan menderita lebih
banyak dissonansi dari membeli mobil butut daripada mobil yang
masih mulus. Ketiga, semakin besar sifat atraktif yang diketahui dari
alternatif yang dipilih, semakin terasa dissonansi. Jika kita berharap
kita dapat menabung untuk pergi ke Eropa disamping membeli mobil,
kita akan menderita dissonansi. Akhirnya, semakin tinggi tingkat
similaritas atau tumpang tindih diantara alternatif, semakin kurang
dissonansi.
Jika kita berdebat diantara dua mobil yang sama, membuat
keputusan dengan bertujuan pada salah satu tidak akan menghasilkan
banyak dissonansi, tetapi jika kita memutuskan antara membeli mobil
dan pergi ke Eropa, kita akan memiliki banyak dissonansi.
Situasi lain dimana disonansi cenderung berhasil yaitu paksaan
kesepakatan, atau dipengaruhi untuk melakukan atau mengatakan
sesuatu yang berlawanan dengan kepercayaan atau nilai kita. Situasi
ini biasanya terjadi ketika reward terlibat untuk sepakat atau hukuman
jika tidak sepakat. Teori dissonansi meramalkan bahwa semakin
sedikit tekanan untuk patuh, semakin besar dissonansi. Jika kita
diminta untuk melakukan sesuatu yang kita tidak suka melakukan
tetapi kita dibayar banyak, kita tidak akan merasa banyak dissonansi
seperti jika kita dibayar lebih sedikit.
Semakin sedikit justifikasi eksternal (seperti ganjaran dan
hukuman), semakin banyak kita harus fokus pada inkonsistensi
internal dalam diri kita. Inilah mengapa menurut teoritisi dissonansi,
tekanan sosial yang ‘lunak’ dapat begitu kuat: dapat menyebabkan
banyak dissonansi. Ini juga menjelaskan mengapa kita harus
mengambil kerja yang bergaji tinggi meski kita tidak suka. Bayaran
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
9
mengandung sejmlah kepercayaan mengenai sikap obyek. Terdapat
sikap terhadap obyek dan sikap terhadap situasi. Perilaku orang dalam
situasi tertentu merupakan fungsi dari kedua kombinasi ini. Jika kita
tidak berperilaku dalam situasi yang berlaku secara konsisten dengan
sikap kita terhadap hal tertentu, itu kemungkinan karena sikap kita
terhadap situasi mencegahnya. Contoh untuk jenis inkonsistensi ini
yaitu makan makanan yang kita tidak suka saat kita dijamu makan
sebagai tamu. Poin disini bahwa perilaku merupakan fungsi dari
berbagai rangkaian sikap, dan sistem terdiri atas banyak kepercayaan
yang berkumpul dalam sentralitasnya.
Rokeach percaya bahwa konsep tersebut dalam menjelaskan
perilaku, nilai orang merupakan yang paling penting. value adalah tipe
kepercayaan khusus yang penting dalam sistem dan bertindak sebagai
penuntun kehidupan. Nilai ada dua macam, nilai instrumental seperti
kerja keras dan kesetiaan, merupakan garis penuntun bagi kehidupan
yang menjadi dasar perilaku sehari-hari. Nilai terminal adalah ujung
tujuan kehidupan terhadap mana kita bekerja. Contoh antara lain
kesehatan dan kebahagiaan. Komponen lain dalam sistem
kepercayaan-sikap-nilai yang mengasumsikan keseluruhan yang
sangat penting yang konsep diri, kepercayaan orang mengenai diri. Ini
merupakan jawaban atas pertanyaan Siapa saya?. konsep diri secara
khusus penting dalam sistem sebagai ujung tujuan keseluruhan sistem
seseorang. Jadi, jika kepercayaan, sikap, dan nilai menyatakan
komponen sistem, konsep diri adalah yang menuntun tujuannya.
Rokeach pada dasarnya teoritisi konsistensi. Dia memasukkan
sejumlah hipotesis signifikan mengenai sikap, kepercayaan, dan nilai,
tetapi dia menyimpulkan bahwa orang dituntun oleh kebutuhan untuk
konsisten dan bahwa inkonsistensi menciptakan tekanan untuk
berubah. Rokeach memperluas penjelasannya mengenai konsistensi
paling jauh dibandingkan teori lain dalam aliran ini. Dengan
meletakkan sistem keseluruhan menjadi pertimabngan, dia melihat
konsistensi sebagai hal yang sangat kompleks.
11
pada pasangan yang menikah khususnya, selain juga dapat diterapkan
pada bermacam-macam; hubungan. Menurut Petronio, individu
terlibat dalam hubungan secara konstan menjadi bagian dalam proses
pengaturan yang membatasi antara publik dan privat, antara perasaan
dan pikiran yang mereka mau berbagi dengan sang patner dengan
perasaan dan pikiran yang tidak mau mereka bagi. Permainan diantara
kebutuhan untuk berbagi dan kebutuhan untuk melindungi diri ini
sifatnya konstan dan mendorong pasangan untuk membicarakan dan
mengkoordinasi batasan mereka. Kapan kita diketahui dan kapan
tidak? dan ketika pasangan memberitahukan informasi personal,
bagaimana kita merespon? Ketika orang memberi tahu sesuatu, dia
sedang membuat permintaan pada orang lain untuk meresponnya
dengan sesuai. Demand/permintaan dan respond perlu dikoordinasi.
Ketika kita memberi tahu sesuatu pada patner kita, dia dapat merespon
dalam cara yang membantu kualitas hubungan dan kebahagiaan atau
dalam cara yang tidak begitu. Selanjutnya, pengaturan batasan
memerlukan pertimbangan dan pikiran. Orang membuat keputusan
mengenai bagaimana dan kapan untuk memberi tahu, dan mereka
memutuskan mengenai bagaimana merespon permintaan orang lain.
Bermacam-macam strategi langsung dan tidak langsung dapat
diusahakan, dan problem yang berulang bagi pasangan yaitu
mengkoordinasi jenis-jenis disclosure dan respon yang mereka
gunakan. Contoh, ketika kita membuat disclosure yang langsung dan
jelas, kita biasanya menginginkan respon yang juga langsung dan
jelas, dan ketika kita membuat disclosure yang samar dan implisit,
kita mungkin ingin diberi lebih banyak waktu untuk mendalami
situasi, mungkin secara coba-coba, dengan patner kita. Sejauh ini,
semua teori yang dibahas menunjukkan bagaimana pentingnya
informasi dalam penguatan hubungan. Kita kadang-kadang memantau
informasi yang disediakan oleh orang lain dan memberi informasi
mengenai diri kita sendiri.
13
informasi yang mereka cari untuk meramalkan reward dan cost di
waktu mendatang. Jika patner menilai bahwa reward secara relatif
lebih besar dari cost, mereka akan beresiko lebih banyak disclosure
yang mempunyai potensi gerakan partisipan menuju level keakraban
yang lebih dalam. Semakin besar reward yang diketahui relatif
terhadap cost, semakin cepat penetrasi. Altman dan Taylor
menemukan bahwa penetrasi tercepat cenderung terjadi dalam
langkah awal perkembangan ketika reward cenderung malampaui
cost.
Terdapat empat langkah perkembangan hubungan.
Orientation mengandung komunikasi impersonal, dimana seseorang
memberitahu hanya informasi yang sangat umum mengenai dirinya
sendiri. Jika tahap ini menghasilkan reward pada partisipan, mereka
akan bergerak menuju tahap berikutnya. The exploratory affective
exchange, dimana perluasaan/ekspansi awal informasi dan gerakan
menuju level lebih dalam dari disclosure itu terjadi. Affective
exchange memusatkan pada perasaan evaluatif dan kritis pada level
yang lebih dalam. Tahap ini tidak akan dimasuki kecuali jika patner
menyadari reward substansial yang relatif terhadap cost dalam tahap
lebih awal. Stable exchange adalah keakraban yang sangat tinggi dan
mengijinkan patner untuk meramalkan setiap tindakan pihak lain dan
menanggapinya dengan sangat baik. Altman dan Taylor menunjukkan
bahwa perkembangan hubungan bukan hanya melibatkan peningkatan
penetrasi sosial. Juga terlalu sering melibatkan keakraban yang
menurun, ketidakteraturan, dan tanpa solusi. Altman dan Taylor
menyarankan bahwa reward terkurangi dan cost meningkat pada level
komunikasi yang lebih akrab, proses penetrasi sosial akan terbentuk
dan hubungan akan mulai mengambil bagian.
Modifikasi terhadap penetrasi sosial. Teori penetrasi sosial
orisinal penting dalam memusatkan perhatian kita pada
pengembangan hubungan sebagai proses komunikasi. Terdapat
banyak kebenaran terhadap ide bahwa hubungan menjadi lebih dekat
jika informasi dibagi, dan bahwa perkembangan secara parsial
merupakan proses peningkatan keakraban. Pada saat yang sama, teori
original tersebut dianggap terlalu sederhana. Kebanyakan siswa
perkembangan hubungan sekarang ini percaya bahwa penetrasi sosial
sifatnya berputar, sebagai proses dialektis. Disebut berputar (cyclica)
sebab berlangsung dalam bentuk siklus timbal-balik, serta disebut
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
Social Exchange.
Teori ini menelaah bagaimana kontribusi seseorang dalam
suatu hubungan mempengaruhi kontribusi orang lainnya. Thibaut dan
Kelley, pencetus teori ini, mengemukakan bahwa orang mengevaluasi
hubungannya dengan orang lain. Dengan mempertimbangkan
konsekuensinya, khususnya terhadap ganjaran yang diperoleh dan
upaya yang telah dilakukan, orang akan memutuskan untuk tetap
tinggal dalam hubungan tersebut atau meninggalkannya
(mempertahankan hubungan atau mengakhirinya). Ukuran bagi
keseimbangan antara ganjaran dan upaya ini disebut comparison
15
levels, dimana di atas ambang ukuran tersebut orang akan merasa puas
dengan hubungannya. Misalnya, kita beranggapan bahwa dasar dari
persahabatan adalah kejujuran. Ketika mengetahui bahwa sahabat kita
berusaha untuk menipu, maka kita akan mempertimbangkan kembali
hubungan persahabatan denganya. Mungkin kita akan memutuskan
untuk mengahiri hubungan demi kebaikan, dengan kejujuran sebagai
ambang ukuran, kita merasa bahwa gannjaran yang kita peroleh tidak
sesuai dengan upaya kita untuk mempertahankan kujujuran dalam
hubungan.
Sementara itu comparison level of alternatives merupakan
hasil terendah atau terburuk dalam konteks ganjaran dan upaya, yang
dapat ditolerir seseorang dengan mempertimbangkan alternatif-
alternatif yang dia miliki. Jika seseorang tidak banyak memiliki
alternatif hubungan, maka dia akan memberikan standar yang cukup
rendah untuk tetap tinggal dalam suatu hubungan. Artinya, walaupun
hubungan itu seringkali dirasakan merugikan bagi dirinya, namun
karena tidak banyak memiliki alternatif hubungan, dia akan berusaha
mempertahankan hubungan tersebut. Sedangkan orang memiliki
banyak alternatif akan lebih mudah meninggalkan suatu hubungan bila
dirasakan bahwa hubungan tersebut sudah tidak memuaskan lagi.
Konsekuensi suatu hubungan dan ukuran-ukuran yang digunakan akan
berubah seiring dengan perjalanan hubungan tersebut.
Roloff (1981) mengemukakan bahwa asumsi tentang
perhitungan antara ganjaran dan upaya (untung-rugi) tidak berarti
bahwa orang selalu berusaha untuk saling mengeksploitasi, tetapi
bahwa orang lebih memilih lingkungan dan hubungan yang dapat
memberi hasil yang diinginkannya. Tentunya kepentingan masing-
masing orang akan dapat dipertemukan untuk saling memuaskan dari
pada mengerah pada hubungan yang eksploitatif. Hubungan yang
ideal akan terjadi bilamana kedua belah pihak dapat saling
memberikan cukup keuntungan sehingga hubungan tersebut menjadi
sumber yang dapat diandalkan bagi kepuasan kedua belah pihak.
KOMUNIKASI KELOMPOK
17
mendengar anggota lainnya. Dan karenanya kurang tepat untuk
dikatakan sebagai komunikasi kelompok.
3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki.Maksud atau tujuan
tersebut akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok.
Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi maka
komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan
pengetahuan (to impart knowledge). Sementara kelompok yang
memiliki tujuan pemeliharaan diri (self maintenance), biasanya
memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur
dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan
adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan
kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu
sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan
masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa
tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi.
4. Kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik personal
anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap
anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan satu sama
lain dan maksud atau tujuan kelompk telah terdefinisikan dengan
jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan
kelompoknya relatif stabil dan permanent.
Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan
oleh Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya:
Understanding Human Communication. Mereka mengatakan bahwa
kelompok atau group merupakan sekumpulan kecil orang yang saling
berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna
mencapai tujuan tertentu (a small collection of people who interact
with each other, usually face to face, over time in order to reach
goals)
Ada empat elemen yang muncul dari definisi ini:
1. Interaksi. Dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang
penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat
perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan
coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak
terikat dalam aktivitas yang sama, namun tanpa komunikasi satu
sama lain. Misalnya mahasiswa yang hanya secara pasif
mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis dapat disebut
sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
19
setiap anggota kelompok, membawa pengetahuan yang berguna
bagi kelompoknya.
3. Fungsi persuasi. Seorang anggota kelompok berupaya
mempersuasi anggota lainnya supaya melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasi
dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh
para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif
tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku
dalam kelompok.
4. Fungsi Pemecahan masalah (problem solving) dan pembuatan
keputusan (decision making). Problem solving berkaitan dengan
penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya;
sedangkan decision making berhubungan dengan pemilihan antara
dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan
materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.
5. Terapi. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok
lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari
kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai
perubahan personalnya. Tentunya individu tersebut harus
berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan
manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya
sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus contoh
dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan,
kelompok penderita narkotik, kelompok perokok berat dan
sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi
dikenal dengan nama’pengungkapan diri’ (self disclosure).
Artinya dalam suasana yang mendukung setiap anggota
dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang
menjadi permasalahannya, jika muncul konflik antar anggota
dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau
yang memberi terapi yang akan mengaturnya.
21
kelompok. Meskipun demikian, tidak semua energi yang dimasukkan
ke dalam kelompok akan langsung mendukung pencapaian tujuannya.
Karena tuntutan antarpribadi, sejumlah energi dihabiskan untuk
memelihara hubungan dan kendala antarpribadi yang muncul.
Selain sinergi kelompok, kita mengenal pula ‘effective synergy’, yaitu
energi kelompok yang tersisa setelah dikurangi energi intrinsik atau
sinergi pemeliharaan kelompok. Energi intrinsik dapat menjadi
produktif, sejauh energi tersebut dapat membawa ke arah keterpaduan
kelompok, namun energi intrinsik tidak dapat memberikan kontribusi
langsung untuk penyelesaian tugas.
Sinergi suatu kelompok dihasilkan dari sikap anggotanya
terhadap kelompok. Sampai batas di mana para anggota memiliki
sikap yang berbeda terhadap kelompok dan kegiatannya, maka yang
muncul kemudian adalah konflik, sehingga akan meningkatkan
proporsi energi yang dibutuhkan untuk memelihara atau
mempertahankan kelangsungan kelompok. Jadi, jika individu-individu
semakin memiliki kesamaan sikap, maka akan semakin berkurang
pula kebutuhan sehingga effective synergy semakin menjadi besar.
Dalam contoh sederhana, kita akan mencoba melihat teori ini
dan penerapannya. Dalam suatu kegiatan untuk membentuk kelompok
belajar ditemukan bahwa individu-individu memilki sikap yang
berbeda-beda terhadap materi pembelajaran. Individu-individu
diharapakan pada suasana perdebatan untuk mengatasi munculnya
perbedaan sikap, sehingga banyak waktu yang dihabiskan. Inilah yang
disebut dengan energy intrinsik. Kemudian setelah nilai ujian
diumumkan dan para anggota merasa bahwa kelompok belajarnya
telah gagal untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka ada satu
atau lebih anggota menarik energinya keluar dari kelompok untuk
mengikuti kelompok lain atau belajar sendiri. Dalam hal ini, effective
synergy dari kelompok tersebut sangat rendah, sehingga tidak dapat
mencapai lebih dari apa yang dapat dilakukan secara individual.
Sebaliknya, jika salah seorang anggota masuk dalam kelompok belajar
yang lain.kelompok belajar tersebut dengan segera telah mencapai
kesepakatan mengenai bagaimana harus memulai dan segera bekerja.
Karena sangat sedikit bahkan tidak ada kendala antarpribadi yang
muncul, maka kelompok belajar tersebut menjadi padu sehingga
effective synergy-nya tinggi dan tentunya setiap anggota kelompok
akan lebih baik dalam melaksanakan ujian, daripada jika mereka
belajar sendiri-sendiri.
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
23
Teori Sosiometrik
Sosiometrik merupakan sebuah konsepsi psikologis yang
mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoretis terhadap
kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu
dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih
banyak melakukan tindak k omunikasi, sebaliknya individu-individu
yang saling menolak, hanya sedidkit atau kurang melaksanakan tindak
komunikasi.
Tataran abstraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion)
dapat diukur melalui alat tes sosiometri, dimana setiap anggota
ditanyakan untuk memberi jenjang atau rangking terhadap anggota-
anggota lainnya dalam kerangka ketertarikan antarpribadi (impersonal
attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan
menganalisis struktur kelompok melalui sosiometrik ini, seseorang
dapat menentukan bagaimana kelompok yang padu dan produktif
yang mungkin terjadi.
KOMUNIKASI ORGANISASI
25
4. Goldhaber. Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan
dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang
saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang
tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini
mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan,
saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian.
5. Katz & Kahn. Komunikasi organisasi merupakan arus informasi,
pertukaran informasi, dan pemindahan arti di dalam ;suatu
organisasi.
27
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri
karyawan terhadap organisasi.
Griffin (2003) dalam A First Look at Communication Theory,
membahas komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik,
yang menempatkan suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan
efisiensi. Adapun prinsip-prinsip dari teori management klasikal
adalah sebagai berikut:
1. kesatuan komando- suatu karyawan hanya menerima pesan dari
satu atasan.
2. rantai skalar-garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak
dari atas sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang
diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan
sebagai suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan
komunikasi.
3. divisi pekerjaan-manegement perlu arahan untuk mencapai suatu
derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran
organisasi dengan suatu cara efisien.
4. tanggung jawab dan otoritas-perhatian harus dibayarkan kepada
hak untuk memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu
ketepatan keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus
dicapai.
5. disiplin-ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda rasa hormat
yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui.
6. mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum-
melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan
terus-menerus.
Selanjutnya, Griffin menyadur tiga pendekatan untuk
membahas komunikasi organisasi. Ketiga pendekatan itu adalah
sebagai berikut:
1. Pendekatan sistem. Karl Weick (pelopor pendekatan sistem
informasi) menganggap struktur hirarkhi, garis rantai komando
komunikasi, prosedur operasi standar merupakan mungsuh dari
inovasi. Ia melihat organisasi sebagai kehidupan organis yang
harus terus menerus beradaptasi kepada suatu perubahan
lingkungan dalam orde untuk mempertahankan hidup.
Pengorganisasian merupakan proses memahami informasi yang
samar-samar melalui pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan
informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh
subur hanya ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
29
dalam organisasi terus menerus melakukan kegiatan di dalam
proses-proses ini untuk menemukan aspek-aspek lainnya dari
lingkungan. Meskipun segmen-segmen tertentu dari organisasi
mungkin mengkhususkan pada satu atau lebih dari proses-proses
organisasi, hampir semua orang terlibat dalam setiap bagian setiap
saat. Pendek kata di dalam organisasi terdapat siklus perilaku.
Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang saling
bersambungan yang memungkinkan kelompok untuk mencapai
pemahaman tentang pengertian-pengertian apa yang harus
dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam siklus perilaku,
tindakan-tindakan anggota dikendalikan oleh aturan-aturan
berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang
digunakan untuk menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan
(penentuan, seleksi, atau penyimpanan).
2. Pendekatan budaya. Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa
manusia bertindak tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan
yang mereka miliki tentang sesuatu itu. Mendapat dorongan besar
dari antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi, peneliti
budaya yang melihat makna bersama yang unik adalah ditentukan
organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu
organisasi merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi para
anggotanya, membentuk sebuah realita bersama yang
membedakannya dari budaya-budaya lainnya. Pacanowsky dan
para teoris interpretatif lainnya menganggap bahwa budaya bukan
sesuatu yang dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya
adalah sesuatu suatu organisasi. budaya organisasi dihasilkan
melalui interaksi dari anggota-anggotanya. Tindakan-tindakan
yang berorientasi tugas tidak hanya mencapai sasaran-sasaran
jangka pendek tetapi juga menciptakan atau memperkuat cara-cara
yang lain selain perilaku tugas ”resmi” dari para karyawan, karena
aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling membumi juga memberi
kontribusi bagi budaya tersebut. Pendekatan ini mengkaji cara
individu-individu menggunakan cerita-cerita, ritual, simbol-
simbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk memproduksi dan
mereproduksi seperangkat pemahaman.
3. Pendekatan kritik. Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan
ini, menganggap bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan
sudah mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam
masyarakat, dan kehidupan kita banyak ditentukan oleh
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
31
communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran
pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua
arah (two-way communication). Gaya komunikasi ini, tindak
komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota
organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat
dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana
yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini,
adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi
serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang
lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan
kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak
komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam
memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk
mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang
kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin
berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota
dalam suatu organisasi.
3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan
verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah
yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta
struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain
dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal
kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio
State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang
efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating
Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa
pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang
yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih
memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
33
Proses Komunikasi Organisasi
Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan
dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai
pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam
perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan, sangat dipengaruhi
oleh dimensi komunikasi organisasi, yakni:
1. Downward communication Yaitu komunikasi yang berlangsung
ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen
mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi
dari atas ke bawah ini adalah: a) Pemberian atau penyimpanan
instruksi kerja (job instruction) b) Penjelasan dari pimpinan
tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job
retionnale) c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-
peraturan yang berlaku (procedures and practices) d) Pemberian
motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. Ada 4
metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai
menurut Level (1972): 1. Metode tulisan 2. Metode lisan
3. Metode tulisan diikuti lisan 4. Metode lisan diikuti tulisan.
2. Upward communication Yaitu komunikasi yang terjadi ketika
bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi
arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a) Penyampaian
informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah
dilaksanakan b) Penyampaian informasi tentang persoalan-
persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan
oleh bawahan c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari
bawahan d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya
sendiri maupun pekerjaannya. Komunikasi ke atas menjadi terlalu
rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil
manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh
informasi dari bawah. Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan
mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit: 1. Kecenderungan
bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka 2. Perasaan
bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami
pegawai 3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang
dilakukan pegawai 4. Perasaan bahwa atasan tidak dapat
dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai.
3. Horizontal communication Yaitu komunikasi yang berlangsung
di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan
yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
KOMUNIKASI MASSA
35
menyatakan protes terhadap sesuatu). Pesan-pesan yang disampaikan
bersifat umum, disampaikan secara serentak dan sangat terstruktur.
Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa
dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui
media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat
diterima secara serentak dan sesaat. Kemudian Mulyana (2005:74)
juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian
komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara
dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu
persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah
atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah
komunikasi kelompok besar (Large Mass Communication) untuk jenis
komunikasi ini.
Komunikasi massa adalah proses di mana informasi
diciptakan dan disebarkan oleh organisasi untuk dikonsumsi oleh
khalayak (Ruben, 1992).
Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan
melalui media massa pada sejumlah orang. (Bittner, 1980) .
Komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-
komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan
secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna
yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan
berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. (DeFleur dan Denis,
1985).
Dari ketiga defenisi di atas dapat disarikan beberapa unsur
yang terlibat dalam komunikasi massa.
1. Sumber
2. Khalayak
3. Pesan
4. Proses
5. Konteks
6. Media
Formula Lasswell.
Seorang ahli ilmu politik Amerika Serikat pada tahun 1948
mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan
37
penelitian komunikasi massa. Ungkapan yang merupakan cara
sederhana untuk memahami proses komunikasi massa adalah dengan
menjawab pertanyaan sebagai berikut:
Siapa (Who)
Berkata apa (Says what)
Melalui saluran apa (In which Channel)
Kepada siapa (To Whom)
Dengan efek apa (With what Effect)
Lasswell Model
(Komunikasi Proses Linier dan Searah)
Pendekatan Transmisional
Teori-teori yang termasuk dalam pendekatan transmisional
pada dasarnya menjelaskan sutau proses komunikasi dengan melihat
komponen-komponen yang terkandung didalamnya dan rangkaian
aktivitas yang terjadi antara satu komponen dengan komponen lainnya
(terutama mengalirnya pesan/informasi). Teori tentang transmisi
pesan ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli matematika,
Claude Shannon pada akhir tahun 1940-an. Shannon yang bekerja
pada biro penelitian perusahaan telepon Bell, menerapkan
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
Pesan Pesan
Sinyal Sinyal
Sumber Penerima Tujuan
Transmiter
Informasi
Sumber
gangguan
39
menjadi pesan sehingga dapat mencapai tujuan. Sementara itu sinyal
dalamperjalanannya memiliki potensi untuk terganggu oleh berbagai
sumber gangguan yang muncul. Misalnya, ketika terdapat terlalu
banyak sinyal dalam saluran yang sama dan pada saat yang bersamaan
pula. Hal ini akan mengakibatkan adanya perbedaan antara sinyal
yang ditrasmisikan dan sinyal yang diterima. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa pesan yang dibuat oleh sumber dan kemudian disusun
kembali oleh penerima hingga mencapai tujuan, tidak selalu memiliki
makna yang sama.
Ketidakmampuan komunikator untuk menyadari bahwa suatu
pesan yang dikirimkan tidak selalu diterima dengan pengertian yang
sama, adalah merupakan penyebab bagi kegagalan komunikasi.
Media
Massa
Gangguan
Perangkat Umpan
Balik
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
Pendekatan Psikologi-Sosial
X
Hubungan Antara Elemen-Elemen (Koorientasi)
X
X
ISSUES
ELITE PUBLIC
41
MEDIA
Bagan di atas menggambarkan bahwa ‘elite’ biasanya
diartikan sebagi kekuatan politik yang ada dalam masyarakat.
“Peristiwa” atau topik/isu adalah perbincangan/perdebatan mengenai
suatu kejadian yang terjadi dalam masyarakat, di mana dari sini akan
muncul berbagai informasi (seperti digambarkan dengan deretan X).
Publik adalah kelompok/komunitas dalam masyarakat yang
berkompeten dengan peristiwa yang diinformasikan dan sekaligus
sebagai audience dari media. Sementara itu media mengacu pada
unsur-unsur yang ada di dalam media, seperti wartawan, editor,
reporter, dan sebagainya. Garis yang menghubungkan berbagai
elemen tersebut memiliki sejumlah interpretasi. Dapat berupa
hubungan, sikap, ataupun persepsi. Demikian pula arah dari garis
tersebut dapat dianggap sebagai komunikasi searah ataupun dua arah.
Teori ini menjelaskan bahwa informasi mengenai suatu
peristiwa dicari dari, atau didapat oleh, anggota masyarakat dengan
mengacu pada pengalaman pribadi, sumber dari kalangan elite, media
massa, atau kombinasi ketiganya. Relevansi dari teori ini terletak pada
situasi yang dinamis yang dihasilkan oleh hubungan antara publik dan
kekuatan politik (elite) tertentu, pada sikap publik terhadap media, dan
pada hubungan antara elite dan media. Perbedaan atau pertentangan
antara publik dan elite dalam mempersepsi suatu peristiwa akan
membawa pada upaya mencari informasi dari media massa dan
sumber-sumber informasi lainnya. Perbedaan ini dapat pula membawa
ke arah upaya elite untuk memanipulasi persepsi publik dengan secara
langsung mencampuri peristiwa tersebut atau dengan cara
mengendalikan media massa.
Kerangka acuan yang digunakan teori ini dapat diperluas
dengan melibatkan sejumlah variabel dari elemen-elemen utama teori
ini (publik, elite, media dan peristiwa). Jadi kita dapat membedakan
peristiwa berdasarkan relevansinya, nilai pentingnya, aktualitasya,
atau tingkat kontroversinya. Kita dapat menggolongkan publik atas
segmen atau sektor, memberikan kategori atas sumber-sumber
informasi dalam elite berdasarkan posisi mereka dalam struktur sosial
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
Primary Primary
Pesan
group group
Primary K P Primary
Pesan
group group
Stimulus Respons
Prinsip stimulus-respons pada dasarnya merupakan suatu
prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi
terhadap stimuli tertentu. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah
(a) pesan (stimulus); (b) seorang penerima atau receiver (organisme);
dan (c) efek (respons).
Prinsip stimulus-respons ini merupakan dasar dari teori jarum
hipodermik, teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa
yang sangat berpengaruh. Dalam teori ini isi media dipandang sebagai
obat yang disuntikan kedalam pebuluh darah audience, yang
kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan. Dibalik
konsepsi ini sesungguhnya terdapat dua pemikiran yang
mendasarinya.
1. Gambaran mengenai suatu masyarakat modern yang merupakan
agregasi dari individu-individu yang relatif terisolasi (atomized)
yang bertindak berdasarkan kepentingan pribadinya yang tidak
terlalu terpengaruh oleh kendala dan ikatan sosial.
2. Suatu pandangan yang dominan mengenai media massa yang
seolah-olah sedang melakukan kampanye untuk memobilisasi
perilaku sesuai dengan tujuan dari berbagai kekuatan yang ada
dalam masyarakat (biro, iklan, pemerintah, parpol, dan
sebagainya).
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
45
Teori dalam penelitian-penelitian komunikasi dua tahap
memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi merupakan
anggota dari kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi
dengan orang lain.
2. Respons dan reaksi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi
secara langsung dan segera, tetapi melalui perantaraan dan
dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial tersebut.
3. Ada dua proses yang berlangsung, yang pertama mengenai
penerimaan dan perhatian dan kedua berkaitan dengan respons
dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya
mempengaruhi atau penyampaian informasi.
4. Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media,
melainkan memiliki berbagai peran yang berbeda dalam proses
komunikasi, dan khususnya dapat dibagi atas mereka yang secara
aktif menerima dan meneruskan atau menyebarkan gagasan dari
media, dan mereka yang semata-mata hanya mengandalkan
hubungan personal dengan orang lain sebagai panutannya.
5. Individu-individu yang berperan lebih aktif (pemuka pendapat)
ditandai oleh penggunaan media massa yang lebih besar, tingkat
pergaulan yang lebih tinggi, anggapan bahwa dirinya berpengaruh
terhadap orang-orang lain, dan memiliki peran sebagai sumber
informasi dan panutan.
Secara garis besar, menurut teori ini media massa tidak
bekerja dalam suatu situasi kevakuman sosial, tetapi memiliki suatu
akses ke dalam jaringan hubungan sosial ang sangat kompleks, dan
bersaing dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan, dan
kekuasaan, yang lainnya.
Difusi Inovasi
Teori ini pada prinsipnya adalah komunikasi dua tahap, jadi di
dalam dikenal pula adanya pemuka pendapat atau yang disebut juga
dengan istilah agen perubahan. Oleh karenanya teori ini sangat
menekankan pada sumber-sumber non-media (sumber personal,
misalnya tetangga, teman, ahli, dan sebagainya), dan biasanya
mengenai gagasan-gagasan baru yang dikampanyekan untuk
mengubah perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya melalui
penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivasi dan sikap.
Everett M. Rogers dan Floyd C. Shoemaker (1973) merumuskan
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
47
tidak harus selesai sepenuhnya atau secara lengkap. Dalam hal ini,
proses komunikasi lainnya dapat juga diterapkan. Misalnya
beberapa karakteristik yang berhubungan dengan tingkat persuasi.
Orang yang tahu lebih awal tidak harus para pemuka pendapat,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa ‘tahu lebih awal’ atau
‘tahu belakangan atau tertinggal’ berkaitan dengan tingkat isolasi
sosial tertentu. Jadi, kurangnya integrasi sosial seseorang dapat
dihubungkan dengan ‘kemajuannya’ atau
ketertinggalannya’dalam masyarakat.
3. Ketiga, difusi inovasi biasanya melibatkan berbagai sumber
komunikasi yang berbeda (media massa, advertensi atau promosi,
penyuluhan, atau kontak-kontak sosial yang informal), dan
efektivitas sumber-sumber tersebut akan berbeda pada tiap tahap,
serta untuk fungsi yang berbeda pula. Jadi, media massa dan
advertensi dapat berperan dalam menciptakan kesadaran dan
pengetahuan, penyuluhan berguna untuk mempersuasi, pengaruh
antarpribadi berfungsi bagi keputusan untuk menerima atau
menolak inovasi, dan pengalaman dalam menggunakan inovasi
dapat menjadi sumber konfirmasi untuk terus menerapkan inovasi
atau sebaliknya.
4. Keempat, teori ini melihat adanya ‘variabel-variabel penerima’
yang berfungsi pada tahap pertama (pengetahuan), karena
diperolehnya pengetahuan akan dipengaruhi oleh kepribadian atau
karakteristik sosial. Meskipun demikian setidaknya sejumlah
variabel penerima akan berpengaruh pula dalam tahap-tahap
berikutnya dalam proses difusi inovasi. Ini terjadi juga dengan
‘variabel-variabel sistem sosial’ yang berperan terutama pada
tahap awal (pengetahuan) dan tahap-tahap berikutnya.
49
1. Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya,
melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas
tersebut.
2. Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan
lebih kepada isu tersebut yang selanjutnya memberikan
kesempatan kepada publik untuk menentukan isu mana yang lebih
penting dibandingkan dengan isu lainnya.
Sedikit banyaknya media memberikan pengaruh kepada
publik mengenai isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan
isu lainnya. salah satu aspek yang paling penting dari konsep agenda
setting ini adalah masalah waktu pembingkaian fenomena-fenomena
tersebut.dalam artian bahwa tiap-tiap media memiliki potensi-potensi
agenda setting yang berbeda-beda satu sama lainnya. Pendekatan ini
dapat membantu kita untuk menganalisa kecenderungan-
kecenderungan suatu media misalnya dalam hal komunikasi politik
mereka.
Spiral of Silence
Dikemukakan Oleh Elizabeth Noelle pada tahun 1984.Teori
ini menjelaskan mengapa orang sering merasa perlu menyembunyikan
(to conceal) pendapat,pilihan dan pandangan mereka pada saat mereka
berada pada kelompok minoritas. Secara ontologis, bisa dilihat bahwa
teori ini termasuk kategori ilmiah.Teori ini menyatakan bahwa sudah
menjadi nasib atau takdir (fate) kalau pendapat atau pandangan (yang
dominan) bergantung pada suara mayoritas dari suatu kelompok.
Seperti kebanyakan teori-teori yang lain, teori ini bukan tanpa kritik.
Berlakunya teori ini hanya situasional dan kontekstual,yakni
hanya sekitar permasalahan pendapat dan pandangan pada
kelompok.Sedangkan untuk ketentuan lain,seperti pendapat tentang
51
suatu keahlian,misalnya untuk suatu penemuan ilmiah dan keahlian
lainnya,tidak didasarkan pada pendapat kelompok. Diam (silence)
memiliki maksud yang berbeda-beda. Ada yang beranggapan bahwa
”diam berarti setuju”, ”diam bukan berarti setuju”, bahkan ada yang
beranggapan bahwa ”diam adalah emas”. Diam adalah emas biasanya
berlaku pada konteks teori spiral of silence. Daripada ngomong yang
belum tentu didengar pendapatnya, maka lebih baik diam. Makna
diam yang kedua, yakni diam bukan berarti setuju, juga masih dalam
kerangka teori ini. Orang sering merasa lebih aman jika tidak
mengeluarkan pendapatnya di forum-forum tertentu karena berbagai
alasan. Misalnya karena tidak ada yang bakalan mendukung
pendapatnya atau ia dalam posisi minoritas,atau mungkin malahan ia
merasa inferior.Sedangkan diam berarti setuju biasa terjadi pada
peminangan dimasa dulu ketika seorang gadis dilamar atau dipinang
oleh seorang pemuda.Degan tanda diam berarti ia setuju untuk
dijodohkan dengan pemuda tersebut.
Teori ini mendasarkan asumsinya pada pemikiran sosial-
psikologis tahun 30-an yang menyatakan bahwa pendapat pribadi
sangat tergantung pada apa yang dipikirkan atau diharapkan oleh
orang lain, atau atas apa yang orang rasakan dan dianggap sebagai
pendapat dari orang lain. Berangkat dari asumsi tersebut, Teori Spiral
of Silence selanjutnya menjelaskan bahwa individu pada umumnya
berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti sendirian
mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Oleh karenanya orang
akan mengamati lingkungannya untuk mempelajari pandangan-
pandangan mana yang bertahan dan mendapatkan dukungan dan mana
yang tidak dominan atau popular. Jika orang merasakan bahwa
pandangannya termasuk di antara yang tidak dominan atau tidak
popular, maka ia cenderung kurang berani mengespresikannya, karena
adanya, ketakutan akan isolasi tersebut.
Teori Spiral Keheningan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
individu memiliki opini tentang berbagai isu. Akan tetapi, ketakutan
akan terisolasi menentukan apakah individu itu akan mengekspresikan
opini-opininya secara umum. Untuk meminimalkan kemungkinan
terisolasi, individu-individu itu mencari dukungan bagi opini mereka
dari lingkungannya, terutama dari media massa.
Media massa, dengan bias kekiri-kirian, mereka memberikan
interpretasi yang salah pada individu-individu itu tentang perbedaan
yang sebenarnya dalam opini publik pada berbagai isu. Media
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
53
opini publik sebagai suatu proses dan bukan sebagai sesuatu yang
statis. Perspektif itu juga memperhatikan dinamika produksi media
dengan pembentukan opini publik (Glynn dan McLeod, 1985; Katz,
1981; Salmon dan Kline, 1983). Studi yang belum lama ini dilakukan
memberi dukungan empirik pada teori spiral kebisuan. Dalam evaluasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu komunitas di Waukegan,
Illinois, Taylor (1982) menemukan bahwa orang-orang yang merasa
opininya mendapat dukungan mayoritas akan lebih berani
mengungkapkan pendapatnya. Demikian juga dengan orang-orang
yang merasa bahwa opininya akan mendapat dukungan di kemudian
hari (misalnya kelompok avant garde). Dengan cara yang serupa,
Glynn dan McLeod (1985) menemukan bahwa persepsi tentang apa
yang dipercayai orang lain akan mempengaruhi ekspresi opini dan
pemungutan suara. Mereka juga menemukan bahwa kelompok hard
core di antara para pemilih lebih suka mendiskusikan kampanye
politik daripada yang lain. Yang dimaksud dengan hard core di sini
ialah orang-orang yang secara eksplisit menyukai seorang kandidat
setelah melalui beberakali wawancara. Di samping itu, Glenn dan
McLeod (1985) melaporkan juga bahwa responden-responden mereka
lebih suka melibatkan diri dalam diskusi-diskusi politik dalam suatu
pertemuan, jika orang-orang lain yang hadir di situ pandangannya
sejalan dengan pandangan mereka.
Information Gaps
Celah informasi atau celah pengetahuan (information atau
knowledge gaps, pemikiran ini terbentuk oleh adanya arus informasi
yang terus meningkat, yang sebagian besar dimungkinkan oleh media
massa. Secara teoritis peningkatan ini akan menguntungkan setiap
orang dalam masyarakat karena setiap individu memiliki
kemungkinan untuk mengetahui apa yang terjadi di sekelilingnya atau
di dunia, yang tentunya akan membantu dirinya dalam memperluas
wawasan.
Hillip Tichenor (1970) yang mengawali pemikiran tentang
‘knowledge gaps’ ini menjelaskan bahwa ketika arus informasi dalam
suatu sistem sosial meningkat, maka mereka yang berpendidikan yaitu
mereka yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih baik, akan
lebih mudah, lebih cepat, dan lebih baik dalam menyerap informasi
dibandingkan mereka yang kurang berpendidikan dengan staus yang
lebih rendah. Jadi, meningkatnya informasi akan menghasilkan
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
55
terdapat perbedaan yang sistematis antara berbagai potensi
komunikasi dari berbagai kelompok yang berbeda, maka akan
menyebabkan terjadinya perbedaan yang sistematis pula dalam
pencapaian tujuan dan nilai dari kelompok-kelompok tersebut.
Beberapa anggapan menyatakan bahwa gap cenderung
meningkat seiring dengan waktu. Dalam beberapa kasus tertentu hal
ini dapat, namun Thunberg (1979) mengemukakan bahwa situasi
sebaliknya dapat pula terjadi. Yaitu ketika gaps yang pada awalnya
melebar akhirnya dapat menutup ketika kelompok yang status sosial
ekonominya lebih rendah dapat menyusulnya. Dalam hal ini yang
terjadi hanyalah persoalan waktu saja. Pada awalnya, ketika kelompok
yang diuntungkan karena memiliki akses dan exposure pada
komunikasi yang lebih baik (memiliki potensi komunikasi yang lebih
tinggi) dengan cepat mampu menyerap informasi tentang topik
tertentu yang beredar dalam masyarakat. Meskipun demikian pada
akhirnya kelompok yang memiliki potensi komunikasi rendah akan
dapat menyusul penyerapan informasi tersebut sehingga gaps akan
menutup.
Model semacam itu disebut memiliki ‘ceiling effects’, artinya
ada plafon atau batas tertentu dalam penyerapan informasi. ‘Ceiling
effects’ terjadi jika potensi informasi mengenai suatu topik tertentu
adalah terbatas. Mereka yang memiliki kapasitas yang besar dalam
menyerap informasi, setelah sekian waktu tidak akan menemukan lagi
informasi yang tersisa mengenai suatu topik tertentu. Hal ini
menyebabkan kelompok dengan potensi komunikasi yang rendah akan
mampu menyusulnya Efek ini juga dapat terjadi jika kelompok yang
potensial tidak lagi memiliki motivasi untuk mencri lebih banyak
informasi, sementara kelompok yang kurang potensial masih
termotivasi, sehingga dalam waktu tertentu mereka juga akan menjadi
‘well infomed’.
57
2. Inisiative yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan
pilihan media spesifik terletak di tangan audiens.
3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya
memuaskan kebutuhan audiens.
4. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan
penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi
bukti bagi peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.
5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media
spesifik atau isi harus dibentuk.
Pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and
Gratification Media menghasilkan enam (6) kategori identifikasi dan
temuan-temuannya (dalam Rosengren dkk., 1974), sebaga berikut:
1. Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media.
John W.C. Johnstone (1974) menganggap bahwa anggota audiens
tidak anonimous dan sebagai individu yang terpisah, tetapi
sebagai anggota kelompok sosial yang terorganisir dan sebagai
partisipan dalam sebuah kultur. Sesuai dengan anggapan ini,
media berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan keperluan
individu-individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas dan relasi
sosial individu-individu tersebut. Faktor-faktor psikologis juga
berperan dalam memotivasi penggunaan media. Konsep-konsep
psikologis seperti kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi
mempunyai pengaruh dalam pencarian gratifikasi dan menjadi
hubungan kausal dengan motivasi media.
2. Pendekatan nilai pengharapan.
Konsep pengharapan audiens yang perhatian (concern) pada
karakteristik media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh
merupakan asumsi pokok Uses and Gratification Media mengenai
audiens aktif. Jika anggota audiens memilih di antara berbagai
alternatif media dan non media sesuai dengan kebutuhan mereka,
mereka harus memiliki persepsi tentang alternatif yang
memungkinkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
Kepercayaan terhadap suatu media tertentu menjadi faktor
signifikan dalam hal pengharapan terhadap media itu.
3. Aktifitas audiens.
Levy dan Windahl (1984) menyusun tipologi aktifitas audiens
yang dibentuk melalui dua dimensi:
a. Orientasi audiens: selektifitas; keterlibatan; kegunaan.
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
59
b. Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di
satu sisi dengan pengukuran terpaan media atau pemilihan isi
media di sisi lain.
Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan
pemilihan program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa
anggota audiens membandingkan GO dari media yang berbeda
berhubungan dengan konsumsi media. Studi konsumsi media
menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai sedang antara
pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi.
Information Seeking
Information seeking memiliki beberapa keterkaitan dengan
teori sebelumnya. Teori difusi seringkali menyentuh proses pencarian
61
informasi. Used and Gratifications di anggap memberikan kerangka
bagi studi mengenai proses pencarian informasi. Demikian pula
dengan teori-teori ‘congruence’ yang menjelaskan pengorganisasian
sikap seperti misalnya teori disonansi kognitif yang dikemukakan oleh
Festinger.
Teori information seeking yang dikemukakan disini, yaitu dari
Donohew dan Tipton (1973), yang menjelaskan tentang pencaharian,
penghindaran, dan pemprosesan informasi, disebut memiliki akar dari
pemikiran psikologi sosial tentang kesesuaian sikap. Salah satu asumsi
utamanya addalah bahwa orang cenderung untuk menghindari
informasi yang tidak sesuai dengan ‘image of reality’-nya karena
terasa membahayakan.
Beberapa konsep utama dari teori ini antara lain adalah
‘image’ atau image of reality’. Pertama-tama, konsep image ini
mengacu pada pengalaman yang diperoleh sepanjang hidup seseorang
dan terdiri dari berbagai tujuan, keyakinan, dan pengetahuan yang
telah diperolehnya. Bagian kedua dari image terdiri dari konsep diri
seseorang, termasuk evaluasinya terhadap kemampuan dirinya dalam
mengatasi berbagai situasi. Ketiga, image of reality’ terdiri dari suatu
perangkat penggunaan informasi yang mengatur perilaku seseorang
dalam mencari dan memproses informasi. Ketika mencari informasi,
individu dapat memilih di antara berbagai strategi yang dalam teori ini
dibedakan antara strategi luas dan sempit. Pada strategi yang luas,
individu pertama-tama akan membuat suatu daftar mengenai asumber-
sumber informasi yang memungkinkan, mengevaluasinya, dan
memilih sumber mana yang akan digunakannya. Dalam strategi yang
sempit, satu sumber digunakan sebagai titik awal, dan pencarian lebih
lanjut dilakukan dengan menempatkan sumber tersebut sebagai
basisnya. Pencarian informasi akan dilakukan sampai pada tahap yang
disebut ‘closure’dimana seseorang akan berhenti mencari lebih
banyak informasi.
Proses pencaharian informasi oleh Donohew dan Tipton
dijelaskan dalam beberapa tahapan. Proses dimulai ketika individu
diterpa oleh sejumlah stimuli. Kepada stimuli tersebut, individu dapat
memperhatikan atau tidak memperhatikan pilihan pada salah satunya
sebagian ditentukan oleh karakteristik dari stimuli tersebut. Pada tahap
berikutnya, terjadi suatu perbandingan antara stimuli (informasi dan
image of reality’ yang dimiliki individu tersebut. Disini diuji tingkat
relevansi dan konsistensi antara image dan stimuli. Materi atau
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
63
prioritas tinggi pada informasi mengenai hama tersebut. Melihat
situasi seperti itu, dia merasa bahwa informasi yang dimilikinya
belum cukup dan mempertimbangkan sumber-sumber informasi apa
yang dapat dipergunakannya. Dia memutuskan untuk menggunakan
strategi sempit, dimana dia lalu menghubungi Dinas Pertanian
setempat. Selanjutnya oleh Dinas tersebut dia disarankan untuk
menghubungi seorang ahli hama pertanian yang kemudian
memberikan informasi yang dia butuhkan. Ketika sekali lagi dia
mengevaluasi situasi yang dihadapinya, dia merasa telah mendapatkan
cukup informasi (donsure), dan dia lalu bertindak sesuai dengan
informasi yang telah diperolehnya. Persoalan hama teratasi dan petani
tersebut menganggap tindakan yang dia lakukan adalah tepat,
demikian pula dengan informasi yang diperolehnya. Akhirnya ‘image
of reality’ nya telah sedikit berubah, sesuai dengan pengalaman
barunya.
KOMUNIKASI VERBAL
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap
sebagai sistem kode verbal (Mulyana, 2005). Bahasa dapat
didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan
dipahami suatu komunitas.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara
fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai
alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia
menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami
bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk
menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua
kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan
tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata
harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam
bahasa Indonesia yang berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?”
akan disusun dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai
berikut:
Inggris:
Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I
change some money?)
Perancis:
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
65
Keterbatasan Bahasa
Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu:
orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua
kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili
realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata
pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis,
misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dan sebagainya.
Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual. Kata-kata bersifat ambigu,
karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-
orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang
berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya
beraneka ragam. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat;
ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada
mahasiswanya yang nyontek.
Kata-kata mengandung bias budaya. Bahasa terikat konteks
budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia
dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila
terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi
dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun
dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari
budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka
mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk
orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu
(di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.
Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis
yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki
makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk
bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena
kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif
disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan
berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan
yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah
maksimal pengalaman yang sama.
Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total. Percampuran
fakta, penafsiran, dan penilaian. Dalam berbahasa kita sering
mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan
DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI
67
agar receiver dapat lebih memahaminya, dan tidak terjadi salah
persepsi.
69
Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang
lain secara implicit. Leathers (1976) menyatakan bahwa jika anda
meminta pelayanan seksual dari anak di bawah umur secara
verbal, anda dapat menerima hukuman pernjara. Jika anda
melakuka hal yang sama secara non-verbal, anda bebas dari
hukuman. Kita dapat memuji seseorang secara verbal, tetapi
mengecamnya secara non-verbal. Inipun sulit dituntut secara
hukum.
Mendorong/membatasi
Menyesuaikan/mempertentangkan
Responsif/tak responsif
Perasaan positif/negatif
Memperhatikan/tidak memperhatikan
Melancarkan/tidak reseptif
Menyetujui/menolak.
Pesan gestural yang mempertentangkan terjadi bila pesan
gestural memberikan arti lain dari pesan verbal atau pesan
lainnya. Pesan gestural tak responsif menunjukkan gestur
yang yang tidak ada kaitannya dengan pesan yang
diresponnya. Pesan gestural negatif mengungkapkan sikap
dingin, merendahkan, atau menolak. Pesan gestural tak
responsif mengabaikan permintaan untuk bertindak.
c. Pesan postural
Berkaitan dengan keseluruhan anggota badan. Mehrabian
menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan postur:
Immediacy. Merupakan ungkapan kesukaan atau
ketidaksukaan terhadap individu yang lain. Postur yang
condong kearah lawan bicara menunjukkan kesukaan atau
penilaian positif.
Power. Mengungkapkan status yang tinggi pada diri
komunikator.
Responsiveness. Individu mengkomunikasikannya bila ia
bereaksi secara emosional pada lingkungan, baik positif
maupun negatif.
2. Pesan proksemik
Pesan ini disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Pada
umumnya, dengan mengatur jarak, kita mengungkapkan
keakraban kita dengan orang lain. Pesan ini juga diungkapkan
dengan mengatur ruangan objek dan rancangan interior. Pesan ini
dapat mengungkapkan status sosial ekonomi, keterbukaan, dan
keakraban.
3. Pesan artifaktual
Pesan ini diungkapkan melalui penampilan, body image, pakaian,
kosmetik, dan lain-lain. Umumnya pakaian kita pergunakan untuk
menyampaikan identitas kita, yang berarti menunjukkan kepada
orang lain bagaimana perilaku kita dan bagaimana orang lain
sepatutnya memperlakukan kita. Selain itu pakaian juga berguna
71
untuk mengungkapkan perasaan (misal pakaian hitam berarti duka
cita) dan formalitas (misal sandal untuk situasi informal dan batik
untuk situasi formal).
4. Pesan paralinguistik
Merupakan pesan non-verbal yang berhubungan dengan cara
mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat
menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan dengan cara yang
berbeda. Hal-hal yang membedakan antara lain: nada, kualitas
suara, volume, kecepatan, dan ritme. Secara keseluruhan, pesan
paralinguistik merupakan alat yang paling cermat unuk
menyampaikan perasaan kita kepada orang lain.
5. Pesan sentuhan dan bau-bauan
Berbagai pesan atau perasaan dapat disampaikan melalui
sentuhan, tetapi yang paling sering dikomunikasikan antara lain:
tanpa perhatian (detached), kasih saying (mothering), takut
(fearful), marah (angry), dan bercanda (playful). Bau-bauan telah
digunakan manusia untuk berkomunikasi secara sadar maupun
tidak sadar. Saat ini orang-orang telah mencoba menggunakan
bau-bauan buatan seperti parfum untuk menyampaikan pesan.
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
73
dipengaruhi oleh kebudayaan ini disebut persepsi, yang kemudian
menentukan tingkah laku termasuk komunikasi. Seringkali perilaku
seseorang dipengaruhi oleh cara seseorang tsb mengenal lingkungan
dan apa yang telah diajarkan oleh semua kebudayaannya.
Untuk mendalami proses persepsi, ada tiga aspek yang perlu
diketahui:
1. Aspek struktur; apa yang kita hadapi mempunyai bentuk, ukuran,
tekstur, warna, intensitas, dan sebagainya.
2. Aspek stabilitas; dunia persepsi yang terstruktur tai mempunyai
kelanggengan (tidak berubah-ubah).
3. Aspek makna; tidak dapat dilepaskan dari kemampuan bahasa
tergantung pada penggunaan atas kata-kata yang dpt memberi
gambaran secara tepat.
Untuk memahami bagaimana proses persepsi tsb, ada dua
dimensi pokok yang mendukung, yaitu:
1. Dimensi fisik, menggambarkan perolehan kita akan informasi
tentang dunia luar melalui mata, telinga, hidung, mulut dan kulit
serta transmisi dat melalui syaraf menuju otak utk kemudian
diubah kedalam bentuk yang bermakna.
2. Dimensi psikologis, keadaan individu menentukan persepsi
mengenai lingkungan dan perilaku. Proses seleksi dalam persepsi
mengenai suatu objek dan lingkungan sekelilingnya menurut
Samovar (1981) melibatkan tiga hal yang saling berkaitan, yaitu:
a. Selective exposure (seleksi thd pengenaan pesan/stimulus)
b. Selectibe attention (seleksi dalam hal perhatian)
c. Selective retention (seleksi yang menyangkut retensi/ingatan).
Untuk menciptakan stabilitas struktur dan makna bagi
lingkungan di sekitar kita, diperlukan adanya persepsi. Melalui
persepsi, masyarakat menciptakan stabilitas,struktur dan makna bagi
lingkungan di sekitarnya.
Prasangka
Prasangka menurut Samovar, dkk, adalah suatu sikap kaku
terhadap suatu kelompok orang, berdasarkan keyakinan ata
prakonsepsi yang salah. Terdapat lima macam manifestasi akibat dari
prasangka yang realisasinya tergantung dari intensitasnya:
1. Antilokusi, yaitu berbicara dg teman sendiri/org lain mengenai
sikap, perasaan, pendapat dan stereotip tentang kelompok tertentu.
2. Penghindaran diri
3. Diskriminasi
4. Serangan fisik
5. Pemusnahan, merupakan bentuk manifestasi prasangka yg
intensitasnya paling keras, misal: menghukum mati tanpa proses.
75
2. Cenderung menghasilkan hal-hal yang negative selama terjadinya
proses Komunikasi Antarbudaya, sehingga mempengaruhi
kualitas dan intensitas interaksi.
3. Sangat mendalam, maka orang akan terlibat dalam perilaku
antilokusi dan diskriminasi aktif terhadap kelompok orang yang
tidak disukai yang akan membawa pada konfrontasi dan konflik
terbuka.
Tema pokok yang sangat membedakan studi Komunikasi
Antarbudaya dari studi komunikasi lainnya ialah derajat perbedaan,
latarbelakang, pengalaman yang relatif besar antara para komunikator,
yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan kebudayaan. Sebagai
asumsi dasar adalah bahwa di antara individu-individu dengan
kebudayaan yang sama umumnya terdapat kesamaan (homogenitas)
yang lebih besar dalam hal latar belakang pengalaman secara
keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang berasal dari
kebudayaan berlainan.
Dalam perkembangannya teori Komunikasi Antarbudaya
telah menghasilkan sejumlah defenisi, diantaranya adalah:
dalamnya. Karena itu dua konsep terpenting di sini adalah kontak dan
komunikasi merupakan ciri yang membedakan studi Komunikasi
Antarbudaya dari studi-studi antropologi dan psikologi lintas budaya
yang berupaya mendeskripsikan kebudayaan-kebudayaan
antarbudaya.
77
Unsur-unsur Kebudayaan.
Karena kebudayaan memberikan identitas pada sekelompok
manusia, maka muncul suatu persoalan yakni bagaimana cara kita
mengidentifikasi aspek-aspek atau unsur-unsur kebudayaan yang
membedakan satu kelompok masyarakat budaya dari kelompok
masyarakat budaya lainnya. Samovar (1981) membagi berbagai aspek
kebudayaan kedalam tiga pembagian besar unsur-unsur sosial budaya
yang secara langsung sangat mempengaruhi penciptaan makna untuk
persepsi, yang selanjutnya menentukan tingkah laku komunikasi.
Pengaruh-pengaruh terhadap komunikasi ini sangat beragam
dan mencakup semua segi kegiatan sosial manusia. Dalam proses
Komunikasi Antarbudaya unsur-unsur yang sangat menentukan ini
bekerja dan berfungsi secara terpadu bersama-sama seperti komponen
dari suatu sistem stereo, karena masing-maasing saling membutuhkan
dan berkaitan. Tetapi dalam penelaahan, unsur-unsur tersebut dipisah-
pisahkan agar dapat diidentifikasi dan ditinjau secara satu persatu.
Unsur-unsur sosial budaya tersebut adalah:
1. Sistem keyakinan, nilai dan sikap.
2. Pandangan hidup tentang dunia.
3. Organisasi sosial.
Pengaruh ketiga unsur kebudayaan tersebut pada makna untuk
persepsi terutama pada aspek individual dan subjektifnya. Kita semua
mungkin akan mlihat suatu obbjek atau peristiwa sosial yanng sama
dan memberikan makna objektif yang sama, tetapi makna
individualnya tidak mustahil akan berbeda. Misalnya orang Amerika
dengan Arab sepakat menyatakan seseorang wanita berdasarkan
wujud fisiknya. Tetapi kemungkinan besar keduanya akan berbeda
pendapat tentang bagaimana wanita itu dalam makna sosialnya. Orang
Amerika memandang nilai kesetaraan antara pria dengan wanita,
sementara orang Arab memendang wanita cenderung menekankan
wanita sebagai ibu rumah tangga.