Anda di halaman 1dari 4

Nama : Restiani

NIM : PBA190010
Tugas : Kebidanan Komunitas

Tugas Mandiri : Analisis Situasi & Analisis Sosial Di Lingkungan Tempat


Tinggalmu!
Temukan Masalah & Akar Masalahnya.
Tempat : Tomia

A. ANALISIS SITUASI

Tomia adalah sebuah kecamatan di Kabupaten
Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Sejak menjadi daerah otonom
dan berpisah dari Kabupaten Buton, Wakatobi terus berbenah dan
mempercantik diri dengan pembangunan berbasis kemasyarakatan.
Sektor pariwisata dan perikanan merupakan dua prioritas pembangunan
yang dioptimalkan pemerintah daerah. oleh karena itu, tidak heran jika
wakatobi dengan Taman Nasionalnya terus diekspose ke khalayak.
Kab. Wakatobi merupakan wilayah yang terdiri dari 4 gugusan
pulau besar yaitu, Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Setiap
pulau memiliki ciri khas dan keunikan serta potensi pariwisata yang akan
memanjakan para pengunjung. Salah satu pulau yang senantiasa
berbenah dan memperidah diri yaitu Pulau Tomia.

Pulau Tomia merupakan pulau ketiga dalam gugusan Kepulauan


Wakatobi dan merupakan pulau terkecil dari keempat pulau di Wakatobi.
Pulau Tomia merupakan pulau dengan karakteristik didominasi bebatuan.
Wilayah pesisirnya bervariasi antara pantai pasir, pantai karang dan
pantai bakau.

Sejak dahulu Wakatobi dan Pulau Tomia sudah dikenal sampai ke


mancanegara. Sebelum menjadi daerah otonom Kab. Wakatobi, sudah
banyak wisatawan yang berkunjung dan melakukan penelitian di Wakatobi
khususnya Pulau Tomia.

PULAU TOMIA
Pulau Tomia terletak pada deretan ketiga di gugusan kepulauan
Wakatobi. Posisinya berada diantara Pulau Kaledupa sebelah barat laut
dan Pulau Binongko di sebelah tenggara. Pulau ini terbentuk dari
bebatuan yang mendominasi 95% wilayah Pulau Tomia. Ini terlihat dari
model tanah di pinggir pantai sampai ke atas pegunungan. Namun,
dibeberapa wilayah pesisir terdapat pantai yang terbentuk dari pasir laut
yang juga menjadi objek wisata andalan di Pulau Tomia.

Karena terbentuk dari kumpulan bebatuan, dimana iklim laut sangat


mempengaruhi cuaca dan hawa di seluruh pulau, praktis cuaca panas
sangat mendominasi permukaan Pulau Tomia. Pertanian yang
dikembangkan hanya tanaman jangka pendek yang cocok untuk hawa
seperti ini. Ladang-ladang masyarakat di pegunungan sebagian besar
hanya bisa ditanami Ubi kayu dan Jagung. Jenis tanaman jagung dan Ubi
nya pun tidak seperti ditempat lain. Karena tumbuh di atas celah-celah
batu sehingga umbi dan bijinya keras. Ubi kayu yang dihasilkan tidak bisa
dikonsumsi langsung dalam bentuk rebusan atau gorengan, tetapi dibuat
menjadi Kaopi lalu kemudian dikukus menjadi Kasoami. Sementara untuk
jagung direbus terlebih dahulu sehingga menghasilkan Kapusu.

Dengan kondisi tanah berbatu tidak serta merta menghilangkan


seni bertanam untuk menghasilkan komoditas lain yang sepertinya
mustahil untuk dikembangkan di tanah batu seperti ini. Dengan metode
pertanian klasik yang dikembangkan secara turun-temurun, masyarakat
sudah berhasil menumbuhkan tanaman bawang merah, sayur mayur,
mentimun, cabe, tomat dll. Cara itu sudah dijalankan sejak puluhan tahun
lalu dan hasilnya sudah dapat dijumpai di pasar-pasar tradisional di
seluruh wilayah Pulau Tomia

Sejak 2015, pulau Tomia secara perlahan dipoles dan dipercantik.


Sebagai kawasan kunjungan wisata di Wakatobi, pulau Tomia benar-
benar telah mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menunjang hal
tersebut. Jalan melingkar telah dibangun. Dahulunya hanya jalan setapak
dan jalan beton sekarang sudah diaspal mulus. Dahulunya membutuhkan
5-6 Jam untuk mengelilingi Pulau Tomia, sekarang kurang dari 45 Menit
anda sudah dapat melingkari Pulau Tomia yang indah permai.

Secara administrative, Pulau Tomia terdiri dari 2 Kecamatan yaitu,


Kec. Tomia yang berkedudukan di Kel. Waha dan Kec. Tomia Timur yang
berkedudukan di Kel. Usuku. Masing-masing kecamatan tersebut
berlomba-lomba dan bahu membahu menata seluruh aspek-aspek yang
mendukung sector kepariwisataan. Selain jalan melingkar yang telah
dibangun, beberapa spot-spot wisata dan pendukungnya sudah mulai
dibangun dan direncanakan pengembangannya. Salah satu tempat favorit
yang juga didaulat menjadi ikon Pulau Tomia sudah dibangun sejak tahun
2015 yaitu Bukit Warru.

Selain Bukit Warru, beberapa spot wisata sudah siap dikunjungi


antara lain, Pantai Lakota, Pantai Hundue, Pantai Huntete, Tanjung
Sangia, Pulau Nda’a, Permandian Goa Alam Henda Opa dan Tee Wali,
Padang Savana Kima Purba. Terdapat juga sebut spot warisan sejarah
yaitu Benteng Patua dan masih banyak lagi spot-spot baru yang sedang
disempurnakan penampilannya.

Kepulauan Wakatobi khususnya Pulau Tomia sudah tidak asing


dengan pesona alam bawah lautnya. Sejak puluhan tahun lalu ratusan
peneliti sudah melakukan eksplorasi dan pemetaan di seruluh ruas
terumbu karang Wakatobi. Untuk menikmati pesona bawah laut tentunya
membutuhkan skill diving dengan budget yang tidak sedikit. Selain itu
dibutuhkan juga keberanian mengarungi alam bawah laut karena tidak
semua orang mempunyai kemampuan untuk menyelam berjam-jam
mengarungi kedalaman laut wakatobi. Oleh karena itu, pengunjung dan
wisatawan tidak akan kehabisan tujuan saat berada di tanah Wakatobi
dan Pulau Tomia.

Spot-spot wisata yang berada di darat sudah disiapkan oleh


masyarakat dan pemerintah. Semuanya akan memanjakan pandangan
mata dan perasaan saat anda berlibur dan menghabiskan waktu bersama
keluarga, teman dan kekasih. Bagi anda yang berjiwa travelling, sudah
saatnya anda menikmati harmoni alam Pulau Tomia, Wakatobi. Semua
akan dimulai saat anda menginjakkan kaki pertama. Desiran angin pantai
yang menerpa ombak serta puluhan nyiur melambai sudah menyambut
kedatangan anda, para pelancong.

Pulau Tomia yang menjadi destinasi wisata baru akan ditunjang


dengan karakteristik masyarakatnya yang ramah dan santun. Kearifan
lokal yang sejak zaman leluhur sudah terbentuk mencirikan jiwa
masyarakat Pulau Tomia yang mampu membaur dengan aktivitas
pengunjung sepanjang tidak melampaui norma-norma. Tradisi masyarakat
tomia yang terus dipegang teguh dan dilestarikan merupakan kekayaan
budaya yang menjadi warisan yang terus dipelihara dan dijaga.
Karakteristik budaya Buton dan Kepulauan Wakatobi masih melekat
dalam dimensi kehidupan masyarakat tomia. Aspek social, budaya,
agama dan etika masih turun-temurun melekat dalam sisi kehidupan. Baik
masyarakat yang mendiami Pulau Tomia juga mereka yang telah
merantau jauh ke negeri seberang.

Kearifan lokal dan anugerah alam tersebutlah yang menjadi symbol


ketertarikan dunia luar untuk datang dan menggerakkan roda pariwisata
dan ekonomi masyarakat Pulau Tomia. Meskipun belum secantik Pulau
Bali dan se indah Pulau Lombok, tapi perlahan dan pasti dengan melihat
keseriusan dan semangat pemerintah, sector swasta dan masyarakat
dalam mengelola semua aspek pembangunan, mimpi Pulau Tomia
sebagai kawasan kunjungan wisata Indonesia dan Dunia akan segera
terwujud. Kebanggaan akan tanah leluhur semakin digaungkan ke mana-
mana. Meskipun Pulau Tomia berada jauh di tengah lautan dan jauh dari
pusat keramaian kota namun nama Pulau Tomia memberikan rasa
penasaran bagi siapapun yang sudah mendengar akan keelokannya.
B. ANALISIS SOSIAL
Dalam kontes bersosialisasi pada desa Tomia kurang
ketidaksesuaian antar tenaga kesehatan disana yang tidak memadai, di
mana dapat membahayakan kehidupan kelompok sosial atau
menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok
sosial tertentu.

C. PERMASALAHAN
1. Bidang Kesehatan
Khususnya Masalah kesehatan bagi ibu hamil yang sangat penting,
yang bahkan dapat mengancam nyawa ibu dan bayi. Puskesmas dan
Polindespun sangat jauh dari tempat tinggal mereka, Bidan pun masih
kurang bahkan bidan tersebut sering berpindah pindah tugas. Besarnya
masalah yang dialami setiap ibu hamil hampir 50% dari jumlah penduduk
tersebut. Kerugiannya yaitu berdampak dengan ibu dan bayinya apabila,
mereka terus-terus tidak dapat penyuluhan dari tenaga medis tertentu
yang berkaitan dengan keluarga, ibu dan anak. Bahkan ekonomi didesa
tersebut masih sangat susah, dengan penghasilan yang sangat kecil.
Maka dari itu apabila desa tersebut belum dipenuhi dengan tenaga
kesehatan atau Bidan, masyarakat akan semakin susah untuk mengubah
pola kesehatan mereka yang semakin tahun semakin meningkat adanya
kematian ibu dan anak.
Maka dari itu kita sebagai Bidan berhak memberi penyuluhan
disetiap desa manapun, agar setiap masyarakat dapat memperoleh
kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya, sehingga dapat menghindari
adanya tingkat kematian ibu dan anak yang semakin tinggi. Sebab oleh
itu, kita dapat mengadukan persoalan tempat kontrol kesehatan didesa
terpencil manapun.

Anda mungkin juga menyukai