SISTEM HUKUM

1. TEORI-TEORI MENURUT PARA AHLI (PENGERTIAN, TUJUAN, MANFAAT, FUNGSI DLL..)

 TEORI JENJANG HUKUM = HANS KELSEN
 HUKUM SEBAGAI FUNGSI SOSIAL
 HUKUM MERUPAKAN SARANA PERUBAHAN SOSIAL
 PENGERTIAN HUKUM MENURUT HUGO
 TEORI KEADILAN (KEADILAN KUMUTATIF DAN DISTRIBUTIF) = ARISTOTELES
 TEORI HUKUM ALAM (IRRASIONAL) = THOMAS AQUINAS
 TEORI NEGARA BAGIAN DAN NEGARA KESATUAN = C. F. STRONG
 TEORI PEMBAGIAN KEKUASAAN/TRIAS POLITIKA
 JHON LOOK = PENCETUS (LEGISLATIF, EKSEKUTIF DAN FEDERATIF)
 BARON MONTESQUIE = PELOPOR (LEGISLATIF, EKSEKUTIF DAN YUDIKATIF)
 TEORI SISTEM HUKUM = TEORI L. FRIEDMAN
 PERUBAHAN SOSIAL = KARL MARX
 TEORI HUKUM "HUKUM ADALAH SARANA PERUBAHAN SOSIAL" DIKEMUKAKAN OLEH? RESCOE POUND
 AJARAN FUNGSI SOSIAL
 HUKUM MODERN = MAX WEBER
 PENDEKATAN RASIO MANUSIA DAN RASIO KETUHANAN
 TEORI HUKUM BERDASARKAN NILAI TERTINGGI
 TEORI RASIONAL ( HUGO DE GROTIUS )
 SEBUTAN RASIO MANUSIA DENGAN RASIO KETUHANAN (HUKUM ALAM)
 TEORI MORAL
 PENDAPAT TEORI HUKUM SOSIAL
 TEORI HUKUM GUSTAV = SUBSTANSI HUKUM (KEADILAN, KEMANFAATAN, KEPASTIAN HUKUM. HUKUM
MENJALANKAN FUNGSINYA SEBAGAI SARANA KONSERVASI)
 JEREMI BENTHAM (KEMANFAATAN)
 JUMLAH TEORI HUKUM
 TEORI KEDAULATAN TUHAN
 TEORI KEDAULATAN RAKYAT
 PERSAMAAN TEORI HUKUM (BAHASA ASING)
 KONSEP DAN TEORI NEGARA HUKUM
 TEORI PERJANJIAN INTERNASIONAL UNTUK MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM/HUKUM INTERNASIONAL
MENYEBABKAN AKIBAT-AKIBAT HUKUM

2. PERJANJIAN INTERNASIONAL
 TEORI PERJANJIAN INTERNASIONAL
 BENTUK RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DAN/ATAU RATIFIKASI TRIPS
 PERJANJIAN INTERNASIONAL ADALAH HUBUNGAN ANTAR BANGSA YANG MENYEBABKAN MUNCULNYA
AKIBAT HUKUM ADALAH MENURUT PENDAPAT (OPPENHEIM & LAUTERPACH)
 TAHAPAN PERJANJIAN INTERNASIONAL MENURUT UU
 HUKUM INTERNASIONAL SECARA TRADISIONAL

3. ASAS-ASAS
 ASAS FORML PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN MENURUT VAN DER VLIES
 ASAS LEX SPECIALI
 ASAS KETENAGA KERJAAN
 ASAS HUKUM FORMAL MENURUT VANDER VLIES
 HUKUM YANG BERSIFAT KHUSUS MENGESAMPINGKAN HUKUM YG BERSIFAT UMUM
 ASAS-ASAS KETENAGA KERJAAN
 ASAS KONKORDANSI
 ASAS OTONOMI DAERAH (DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN)

4. SUMBER HUKUM
 HUKUM FORMIL DAN MATERIL
 SUMBER HUKUM BERDASARKAN BENTUKNYA (PENGGOLONGAN HUKUM)
 SUMBER HUKUM DAGANG

5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENEGAKAN HUKUM

6. KONSTITUSI
 MACAM UUD YANG PERNAH DI TERAPKAN DI INDONESIA (UUD SEBELUM AMANDEMEN, KONSTITUSI RIS,
UUDS, UUD NRI 45)
 PERUBAHAN KONSTITUSI BERAPA KALI
 INDONESIA PUNYA BERAPA KONSTITUSI
 KONSTITUSI DALAM ARTI SEMPIT
 YANG TERMASUK KONSTITUSI
 YANG TERMASUK HUKUM TERTULIS
 HUKUM PADA ZAMAN HINDIA BELANDA
 HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ZAMAN BELANDA
 PERTIMBANGAN DIKELUARNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959
 DASAR PERLUASAN KEKUASAAN DEPARTEMEN KEHAKIMAN TAHUN 1945-1999
 KEKUASAAN KEHAKIMAN 1 OKTOBER 1945 DITETAPKAN OLEH (PENETAPAN PEMERINTAH 1945 NO 1/DS,
PERATURAN PEMERINTAH NO 8, PERATURAN PEMERINTAH NO 5, PENETAPAN DEPARTEMEN
KEHAKIMAN

7. UUD 1945
A. BUNYI KALIMAT
 ISI/MAKNA DAN TUJUAN DALAM PEMBUKAAN UUD
 UNSUR YANG TIDAK DAPAT DIRUBAH DALAM UUD 1945
 PEMBERLAKUAN KEMBALI UUD 1945 ATAS DASAR DEKRIT PRESIDEN
 TUGAS DAN KEWENANGAN (MPR, DPR, PRESIDEN, MK, MA, BPK)
 YANG MEMEGANG KEKUASAAN MEMBENTUK UU
 KEWENANGAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
 LEMBAGA NEGARA YG MENYELESAIKAN HASIL PEMILU
 HAK DPR DAN ANGGOTA DPR
 PENGAJUAN HAK DPR (HAK INTERPELASI, HAK ANGKET, HAK MENYATAKAN PENDAPAT)
 PENGERTIAN HAK DPR (HAK DPRD MEMBERI PENDAPAT? HAK DPRD MELAKUKAN PENYELIDIKAN?)
 USUL PERUBAHAN UUD
 AMNESTI DAN ABOLISI ATAS PERTIMBANGAN
 YANG BERWENANG MEMBERI GRASI DAN REHABILITASI
 JUMLAH ANGGOTA DPD
 JUMLAH HAKIM KONSTITUSI
 YANG MENGAJUKAN JUDISIAL REVIEW DI MK
 PENGUSULAN CALON HAKIM AGUNG
 PERGANTIAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN (BERHENTI, DIBERHENTIKAN, MANGKAT)
 HAL IKHWAL KEGENTINGAN MEMAKSA (PERPPU)
 PEMILIHAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
 DASAR HUKUM HAM BESERTA PASALNYA DALAM UUD 1945
 TUJUAN ATURAN PERALIHAN DAN ATURAN TAMBAHAN
 WARGA NEGARA UUD
 TANGGAL DAN TAHUN AMANDEMEN UUD 1945
 PASAL DAN BAB AMANDEMEN
 KEKUASAAN TERTINGGI NEGARA SEBELUM AMANDEMEN
 INDONESIA ADALAH NEGARA BERDASARKAN HUKUM BUKAN BERDASARKAN
 SUMBER TATA HUKUM SETELAH UUDS DIGANTI
 DASAR PEMBUATAN HAM DALAM UUD 1945

B. ISI BAB, PASAL DAN AYAT

 BAB TENTANG HAM DAN ISI PASALNYA
 BAB TENTANG AGAMA
 BAB TENTANG PEMILU
 BAB AMANDEMEN
 PASAL 20 AYAT 1
 PASAL 22A UUD 1945
 PASAL 22A
 PASAL 20 UUD 1945
 PASAL 5 AYAT 1
  PASAL 18
 PASAL 28 UUD
 PASAL 1 (2) UUD
 PASAL 20A, PASAL 5 AYAT 1 DAN PASAL 27 AYAT 1
 PASAL 37 AYAT 5
 PASAL YANG MENGATUR FUNGSI LEGISLASI, PENGAWASAN, ANGGARAN DPR
 PASAL TENTANG MACAM DAN HARGA MATA UANG
 PASAL TENTANG PRESIDEN MEMEGANG KEKUASAAN TERTINGGI ATAS AD, AL, DAN AU
 PASAL TENTANG BENDERA
 PASAL TENTANG DASAR HUKUM PEMBENTUKAN UU/PERPPU, PP, PERPRES, PERDA
 PASAL TENTANG HAM
 PASAL DAN AYAT TENTANG NEGARA MENGHORMATI SATUAN HUKUM ADAT
 PASAL-PASAL AMANDEMEN
 PENGHAPUSAN DPA PADA AMANDEMEN BESERTA ALASANNYA

8. OTONOMI DAERAH
 URUSAN WAJIB PELAYANAN DASAR
 URUSAN PEMERINTAHAN YANG TIDAK BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR
 URUSAN WAJIB UNTUK KABUPATEN/KOTA (OPSI : WILAYAH PANTAI)
 PEMERINTAHAN KONKUREN
 KEWENANGAN ABSOLUT DARI PEMERINTAH PUSAT
 KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM BIDANG KETENAGAKERJAAN
 PENYERAHAN WEWENANG PEMERINTAH
 KEWENANGAN GUBERNUR DAN KEWENANGAN WAKIL GUBENUR
 EVALUASI TERHADAP PELAKSANAAN PELAYANAN UMUM PEMDA KAB/KOTA
 YANG TERMASUK UNSUR DALAM PEMDA
 DASAR HUBUNGAN PEMDA PROV DENGAN PEMDA KAB/KOTA
 EVALUASI PEMDA (INSTRUMEN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH YAITU RPDJM
& RKPD)
 EVALUASI PEMBANGUNAN DAERAH
 INISIATIF PEMBANGUNAN DAERAH
 PELAYANAN PUBLIK DAN PEMBANGUNAN DAERAH
 PEMAHAMAN TENTANG DAU/DAK
 BATAS WAKTU PENYAMPAIAN PERDA PROV DAN PERDA GUBERNUR PADA MENTRI
 PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBANGUNAN DAERAH
 PEMBANGUNAN DIDAERAH ITU DIBAWAH KEMENTRIAN APA
 TUJUAN PEMBANGUNAN DAERAH
 KEGIATAN PENYELENGGARAAN PEMBAGUNAN DAERAH PROVINSI
 PERSYARATAN DASAR PEMBENTUKAN KEWILAYAHAN DAERAH PERSIAPAN
 PERUBAHAN APBD
 PERTIMBANGAN DALAM MENYUSUN PERDA
 JIKA ADA SENGKETA ANTARA BUPATI-BUPATI PERMASALAHAN DISELESAIKAN OLEH SIAPA
 AZAS PELAYANAN PUBLIK
 ADMINISTRASI DAERAH
 KOTA SABANG DIPERSIAPKAN UNTUK APA
 TUGAS SATPOL PP

9. OTONOMI KHUSUS
A. ACEH
 NAMA PERDA ACEH (QANUN PROVINSI/KABUPATEN/KOTA)
 KEWENANGAN PEMBENTUKAN PERDA ACEH (QANUN)
 URUSAN KEWENANGAN PEMERINTAH ACEH
 RUANG LINGKUP ASPEK KERJA PEMERINTAH ACEH
 ADMINISTRASI DAERAH ACEH
 DANA PERIMBANGAN ACEH (DANA PERIMBANGAN YANG DIBERIKAN KEPADA PEMERINTAH
KAB/KOTA DI ACEH)
 SUMBER PENDAPATAN ACEH
 DANA PENDAPATAN ACEH
 KEUANGAN ACEH
  PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM LAUT DI ACEH
 ALASAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA DPR ACEH (DPRA) / (DPRK)
 DPRA DAN DPRK
 MAHKAMAH SYARIAH ACEH (PENGANGKATAN MAHKAMAH SAYRIAH, KETUA DAN WAKIL KETUA
DAN USULAN PEMBERHENTIANNYA)
 MITRA MPU

B. PAPUA
 PERDA PAPUA (PENGERTIAN DAN KATEGORI PERDA)
 PELANTIKAN MAJELIS RAKYAT PAPUA (MRP)
 KOMISI KEAMANAN PAPUA (PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMANTAPAN PERSATUAN DAN KESATUAN
DI PAPUA)
 KOMISI YANG ADA DI PAPUA
 SEBUTAN UNTUK DPRD PAPUA
 PERADILAN LAIN YANG DILAKSANAKAN MAHKAMAH AGUNG DI PAPUA
 LEMBAGA PERADILAN DI PAPUA

C. DIY
 DASAR PELAKSANAAN PEMERINTAHAN YOGYAKARTA
 TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SELAKU SULTAN HAMENGKU BUWONO DAN WAKIL
GUBERNUR SELAKU PAKU ALAM
 PENGISIAN JABATAN GUBERNUR
 TANAH KEPRABON DIY/PEMILIKAN TANAH DIY
 SEBUTAN TANAH KESULTANAN DIY
 DASAR DAN PERIHAL KEWENANGAN KEISTIMEWAAN DIY
 PENDAFTARAN TANAH DIY (TANAH KESULTANAN DI DAFTARKAN KESAPA = LEMBAGA PERTANAHAN)
 DASAR PENYELENGGARA KEWENANGAN DALAM URUSAN KEISTIMEWAAN
 LAMBANG DAERAH YANG TIDAK BOLEH DIGUNAKAN
 PEMBERIAN DANA KEPADA DIY SELAIN APBN

D. JAKARTA
 KEKHUSUSAN DKI
 KEWENANGAN DKI
 KEWENANGAN KHUSUS DKI JAKARTA TERKAIT OTONOMI KHUSUS

10. KEWARGANEGARAAN
 IUS SOLI
 IUS SANGUINIS
 KEHILANGAN STATUS KEWARGANEGARAAN
 UU TENTANG KEWARGANEGARAAN. ASAS KEWARGANEGARAAN YG DIANUT OLEH INDONESIA (ADA 2
SOAL)

11. DASAR HUKUM

 DASAR HUKUM MK
 DASAR HUKUM PERDA
 DASAR HUKUM PERPRES
 DASAR HUKUM PERPPU
 DASAR HUKUM OTONOMI DAN TUGAS PEMBANTUAN
 DASAR HUKUM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
 STAATBLAG 1611 ZAMAN BELANDA
 DASAR HUKUM KEKUASAAN KEHAKIMAN PADA TAHUN 1945-1999
 KETETAPAN MPR NO. I/MPR/2003
 DASAR HUKUM PERLINDUNGAN ANAK
 DASAR HUKUM DAGANG

12. BATAS LAUT

 TERRITORIAL (PENGERTIAN DAN BATASANNYA)
 ZEE DIATUR DIMANA
 BATAS LAUT ZEE
  WILAYAH NEGARA RUANG UDARA LAUT DAN PULAU

13. SISTEM HUKUM

 JUMLAH SISTEM HUKUM DI DUNIA
 CIRI ANGLO SAXON/COMMON LAW SYSTEM
 CIRI SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL
 CIRI-CIRI SUATU SISTEM
 SISTEM HUKUM DUNIA DIBEDAKAN MENJADI HUKUM ROHANI DAN MANUSIAWI, YG TERMASUK KE
DALAM SISTEM HUKUM MANUSIAWI YAITU
 SISTEM HUKUM ISLAM
 CIRI HUKUM NASIONAL (KECUALI)
 ASAS DALAM SISTEM HUKUM ANGLO SAXON
 CONTOH SISTEM HUKUM ROHANIAH DAN KEDUNIAWIAN

14. PIDANA
 ISI DALAM BUKU 1 KUHP
 ISI PIDANA POKOK DAN TAMBAHAN (PASAL 10 KUHP)
 BENTUK TINDAKAN PIDANA PELANGGARAN
 TUJUAN PERADILAN ANAK
 ASAS LEGALITAS (BENTUK DAN DASAR PEMBERLAKUANNYA)
 TUJUAN DARI UU PERLINDUNGAN ANAK
 ORANG DIBAWAH PENGAMPUAN PASAL BRP
 DASAR HUKUM KUHP STAATBLAS 1915 NO. 732
 PENGERTIAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM UU SPPA
 PERSAMAAN PUNTUTAS (DALAM TINDAK PIDANA)
 PELAKSANA PUTUSAN DALAM PIDANA

15. PERDATA
 URUTAN DALAM BUKU KUHPERDATA
 PENGERTIAN HUKUM PERDATA
 KUHPERDATA PASAL 1330 (ORANG YANG TIDAK CAKAP MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM MERUPAKAN
ORANG DIBAWAH PERWALIAN, PEREMPUAN NIKAH, DLL)
 DASAR2 HUKUM PERDATA, PERIKATAN
 SUMBER-SUMBER HUKUM PERDATA
 BAHASA BELANDA HUKUM PERDATA
 BENTUK HUKUM PERDATA INDONESIA
 ALASAN PEMBATALAN KONTRAK

16. HAN/HTN/TUN
 DASAR HAN
 PENGERTIAN ISTILAH ATRIBUSI, DELEGASI DAN MANDAT
 OBJEK PTUN
 BENTUK KEPUTUSAN TUN
 JENIS SANKSI ADMINISTRASI (UANG PAKSA)
 KEGIATAN YANG TERMASUK PENYELENGGARAAN NEGARA
 PENYELENGGARAAN NEGARA
 KEWENANGAN MUTLAK
 SUMBER HUKUM HAN
 MENGAWASI PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK
 WEWENANG PENGADILAN TUN
 PERUBAHAN, PENGHAPUSAN ADMINISTRASI KOTA DIATUR DIMANA
 ASAS PEMERINTAHAN YANG BAIK ( KEJELASAN TUJUAN )
 ALAT KELENGKAPAN NEGARA
 PASAL 2 UU TUN

17. NEGARA
 UNSUR NEGARA
 PENGERTIAN WILAYAH NEGARA
 PENYERAHAN NEGARA SECARA DAMAI
  PENDUDUK LINTAS BATAS
 PENGAMBILAN DAN PEMINDAHAN WILAYAH DARI SATU WILAYAH KE WILAYAH LAINNYA

18. UMUM
 KEWENANGAN BAPPENAS
 KEWENANGAN MENDAGRI
 PERKARA DUGAAN RECHTMATIG
 LATAR BELAKANG DIBENTUK UU PATEN DAN ALASAN PERUBAHANNYA
 PERBEDAAN NEGARA KESATUAN DAN NEGARA SERIKAT
 PENGERTIAN HUKUM KETENAGA KERJAAN
 SEBUTAN UNTUK HAK KEKUASAAN (HAK MEMAKSAKAN ORANG UNTUK MELAKUKAN SESUATU
 SEBUTAN UNTUK NEGARA-NEGARA BARU YANG BERDIRI SETELAH PECAHNYA UNI SOVIET
 BERDIRI DAN BERAKHIRNYA VOC
 TANGGAL DAN TEMPAT PIAGAM PBB
 TANGGAL TERJADINYA RENGASDENGKLOK
 PENGERTIAN NARKOTIKA
 TINGKATAN PEMBAGIAN DALAM NARKOTIKA
 REFERENDUM (PENGERTIAN DAN DASAR HUKUMNYA)
 HUBUNGAN ANTARA HUKUM DENGAN POLITIK
 LARANGAN UNTUK PEMAKAIAN LAMBANG TERTENTU DALAM PARTAI POLITIK
 FUNGSI PANWAS PADA PARPOL
 KEHADIRAN ANGGOTA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM PEMBACAAN PUTUSAN SIDANG
 PERAN MASYARAKAT DALAM MENOLAK PEMERINTAH UNTUK IKUT CAMPUR URUSAN PRIBADI DISEBUT
(SAYA JAWAB PERAN AKTIF)
 TEKNIS PEMBANGUNAN - MENTERI PPN
 PERATURAN MATERI MUATAN KONDISI LOKAL TINGKAT DESA
 KOTA SABANG DIPERSIAPKAN UNTUK APA SAJA
 PENGATURAN PAJAK DI SABANG, PBB, PPN DLL
 CARA BUDAYA ASING BISA DI TERAPKAN
 PENGERTIAN RECHTMATIG
 ORTUS