Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah:


AKUNTANSI AGRIKULTUR

Dosen Pengampu:
Dr. NASIRWAN, SE., M.Si.

Disusun Oleh:
Arief Prasetyo Dwi Julianto (7193220030)

PRODI AKUNTANSI NONDIK


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan
dan petunjuknya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini
merupakan makalah yang penulis kerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Agrikultur.

Penulis tidak lupa berterima kasih kepada orang tua penulis dan juga kepada dosen
pengampu mata kuliah Akuntansi Agrikultur, Bapak Dr. NASIRWAN, SE., M.Si. serta kepada
teman-teman seperjuangan yang ikut serta mendukung dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis berharap, dengan adanya tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan yang baik bagi penulis maupun pembaca.

Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar menjadi panduan dalam penyusunan
makalah berikutnya.

Medan, 22 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1

C. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Identitas Jurnal ..................................................................................... 3

B. Ringkasan Jurnal .................................................................................. 3

C. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal ........................................................ 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 8

B. Saran ...................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim disebabkan karena rendahnya minat baca
mahasiswa/i pada saat ini. Mengkritik jurnal merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk menaikkan ketertarikan minat membaca. Mengkritik Jurnal (Critical Journal Review)
merupakan kegiatan mengulas suatu jurnal agar dapat mengetahui dan memahami apa yang
disajikan dalam Suatu jurnal. Pada dasarnya review jurnal menitikberatkan pada evaluasi
(penjelasan, interpretasi dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan, apa yang menarik,
dan bagaimana jurnal tersebut bisa mengubah persepsi dan cara berpikir serta menjadi
pertimbangan apakah dari pengetahuan yang didapat mampu menambah pemahaman terhadap
suatu bidang kajian tertentu. Critical Journal Review (CJR) merupakan suatu hal yang penting
bagi mahasiswa karena mempermudah dalam membahas inti basil penelitian yang telah ada.
Terdapat beberapa hal penting sebelum kita me-review jurnal, seperti menemukan jurnal yang
sesuai dengan topik yang diangkat. membaca keseluruhan dari isi jurnal dan mencoba untuk
menuliskan kembali dengan bahasa sendiri pengertian dari jurnal tersebut.
Jurnal memiliki beberapa ciri-ciri, seperti dibatasi sesuai ketentuan yang ditetapkan
oleh organisasi yang memuat jurnal ilmiah, memiliki judul dan nama penulis serta alamat email
dan asal organisasi penulis, terdapat abstrak yang berisi ringkasan dari isi jurnal, pendahuluan,
metodologi yang dipakai sebelumnya dan metodologi yang diusulkan. implementasi,
kesimpulan dan daftar pustaka. Langkah penting dalam me-review sebuah jurnal, yaitu
mengemukakan bagian pendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian
kesimpulan. Hal-hal yang perlu ditampilkan dalam critical journal review, yaitu
mengungkapkan beberapa landasan teori yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam
penelitiannya dan tujuan apa yang ingin dicapai, mengungkapkan metode yang digunakan,
subjek penelitian, teknik pengumpulan data, alat pengumpul data, dan analisis data yang
digunakan; mengambil hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan memberikan deskripsi
singkat, jelas, dan padat. Serta menyimpulkan isi dari jurnal. Setelah membaca hasil review
jurnal ini diharapkan timbulnya minat untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang
ditulis dalam hasil review. Dan apabila tidak memiliki waktu untuk membaca isi jurnal, maka
ia dapat mengandalkan hasil review sebagai sumber informasi

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah:

1
1. Memenuhi tugas Critical Journal Review mata kuliah Akuntansi Agrikultur.
2. Menambah wawasan pembaca mengenai pendidikan bangsa Israel.
3. Melatih mahasiswa dalam mengkritik berbagai jurnal penelitian.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis dalam membuat makalah ini adalah untuk
menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Agrikultur.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas Jurnal
 Judul Jurnal : Analisis Perlakuan Akuntansi Asset Biologis
Berdasarkan PSAK 69 Pada Organisasi Simantri
Kelompok Tani Ternak Sapi “Sato Amerta Utama “
 Pengarang Jurnal : I Kadek Agus Setya Mahendra, I Putu Gede Diatmika2
 Volume dan Halaman : Vol. 9 No. 2 dan Hal. 131-138
 Tahun Terbit : 2020
B. Ringkasan Jurnal
ABSTRAK
Asset biologis merupakan asset berupa hewan atau tumbuhan yang mengalami
transformasi, sehingga mengakibatkan perubahan kualitatif maupun kuantitatif. Penerapan
asset biologis sampai saat ini masih belum banyak digunakan oleh entitas yang bergerak pada
entitas peternakan, padahal standar PSAK 69 berlaku di Indonesia secara aktif pada 1 Januari
2018. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perlakuan akuntansi asset biologis pada
organisasi Simantri kelompok ternak sapi Sato Amerta Utama, Desa Baluk berdasarkan PSAK
69. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengukuran, pengakuan dan pengungkapan asset
biologis pada Simantri Sato Amerta. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Data
diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Selanjutnya data dari hasil tersebut
dianalisis dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Riset ini bertujuan
untuk memahami perlakuan akuntansi asset biologis berdasarkan PSAK 69 pada organisasi
Simantri kelompok ternak sapi Sato Amerta Utama Desa Baluk berdasarkan PSAK 69. . Dalam
penelitian ini, untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Capaian dalam
riset ini memperlihatkan bahwa terkait dengan pengukuran, pengakuan dan pengungkapan
asset biologis pada Simantri Sato Amerta Utama belum sepenuhnya sesuai dengan standar yang
berlaku yaitu PSAK 69. Dilihat dari pengukuran masih menggunakan biaya historis sebagai
harga perolehan dan pencatatan yang masih sederhana.
PENDAHULUAN
Pada saat ini informasi merupakan sebuah komoditas yang sangat penting, dikatakan
demikian sebab informasi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan. Dalam kehidupan
sehari-hari tanpa kita sadari bahwa siapa pun yang mampu menguasai informasi maka ialah
yang mampu mendominasi. Maka dapat dikatakan, sangatlah besar peran dari informasi bagi

3
kehidupan. Ketersediaan akan informasi pada saat ini menjadi bagian yang penting dalam
pengambilan keputusan. Sebagaimana kita ketahui, setiap keputusan yang diambil tentu
didasari atas berbagai pertimbangan-pertimbangan yang di dapat dari informasi-informasi yang
ada. Maka dari itu, terkait dengan kualitas dari sebuah keputusan sangat di pengaruhi oleh
seberapa besar kapasitas atau banyak atau tidaknya informasi yang mampu didapatkan dan juga
seberapa relevan dan andal informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan
untuk mengambil sebuah keputusan. Salah satu bentuk informasi yang ada dalam ilmu ekonomi
yaitu berupa laporan keuangan. Menurut Kieso (2002) laporan keuangan dapat didefinisikan
sebagai sarana pengkomunikasian dari sebuah informasi keuangan yang ditujukan kepada
pihak-pihak eksternal. Dalam laporan keuangan dimuat tentang histori dari entitas yang
dikuantifikasi dalam nilai moneter. Adapun informasi yang termuat pada laporan keuangan
akan disajikan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan
arus kas serta adanya catatan atas laporan keuangan. Sebuah laporan keuangan ini akan
memberikan informasi berkaitan dengan posisi keuangan, kinerja keuangan, dan perubahan
posisi keuangan.
Bali adalah salah satu wilayah tingkat I yang ada di Indonesia, yang masyarakatnya
banyak menjadi peternak khususnya peternak sapi Bali. Banyaknya masyarakat yang berternak
sapi khususnya sapi Bali, mendapat tanggapan dan dukungan penuh oleh pemerintah Provinsi
Bali. Hal ini dibuktikan dengan dibuatnya program SIMANTRI ( Sistem Manajemen Pertanian
Terintegrasi ) yang di prakarsai oleh Bapak Gubernur Bali I Made Mangku Pastika. Kegiatan
Simantri di Bali untuk pertama kali dimulai di tahun 2009 tepatnya dilaksanakan di sepuluh
lokasi Gapoktan, Simantri dikatakan sebagai awal kegiatan percontohan program, dengan
pengalokasian dana kurang dari Rp 200 juta diperuntukkan untuk masing-masing lokasi ( satu
Gapoktan) , dimana dana yang diberikan dalam bentuk Bansos (Anugrah,dkk; 2014). Hingga
saat ini program Simantri masih terus dilanjutkan oleh pemerintah Provinsi Bali. Salah satu
kelompok Simantri yang ada di Jembrana yaitu kelompok Simantri “ Sato Amertha Utama”
yang di ketuai oleh I Nengah Mertayana.
METODE
Riset ini adalah riset dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif
merupakan riset deskriptif yang lebih menekankan pada data yang berupa kata-kata, gambar,
dan bukan berupa angka-angka. Riset dengan metode kualitatif berbanding terbalik dengan
metode kualitatif. Metode kualitatif tidak menekankan pada statistika tetapi lebih kepada
deskripsi tentang pemahaman, pemaknaan, selera dan juga motivasi serta pengalaman subjektif
manusia terhadap suatu realitas seperti tercermin pada tindakan atau ucapannya dalam
4
hubungan dengan orang lain secara holistik. Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa riset
kualitatif sebagai riset yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah yang mana
peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2009).
Dalam riset kualitatif, sesuai dengan jenis riset ini data yang didapat baik berupa data
tertulis ataupun lisan merupakan senjata utama untuk memecahkan isu yang ada. Menurut
Atmadja ( 2013 ), ada beberapa metode yang digunakan dalam riset kualitatif di antaranya ;
metode wawancara mendalam, metode observasi, metode kajian pustaka, metode kajian.
Dalam riset ini, untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi.
Triangulasi merupakan salah satu cara untuk memeriksakan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu dalam upaya pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006). Dalam upaya untuk memenuhi keabsahan data
pada riset ini dilakukan triangulasi dengan sumber. Menurut Nugrahani (2014), triangulasi
dengan sumber dapat dinyatakan sebagai upaya membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan dari suatu informasi yang diperoleh dengan waktu dan alat yang berbeda dalam
riset kualitatif, sebab data yang sejenis akan lebih mantap keberadaannya apabila digali dari
sumber yang berbeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) merupakan program yang di luncurkan oleh
Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2009 sebagai bentuk perhatian pemerintah dengan tujuan
mempercepat berkembangnya pertanian di pedesaan sekaligus mengurangi kemiskinan dan
pengangguran di pedesaan. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dengan
meningkatkan jumlah produksi dari usaha Simantri merupakan tujuan dari pelaksanaan
Simantri ( Dewi, dkk, 2017)
Program Simantri yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Bali telah memperoleh
dukungan pendanaan, fasilitas, dan komitmen secara politik dari Gubernur melalui
penganggaran yang berkelanjutan. Merujuk pada Anugrah,dkk (2014) perkembangan jumlah
Gapoktan Simantri jilid I sudah melebihi dari 400 Gapoktan, dari 1.0000GapoktannSimantrii
yang telah ditargetkan sebelumnya, hingga proses pelaksanaan kebijakan program Simantri
Jilid II di 9 kabupaten atau kota yang ada di Provinsi Bali. Selain upaya yang sudah dilakukan
oleh Pemerintah Provinsi Bali melalui inisiasi program Simantri jilid I dan keberlanjutan dari
program tersebut dampak dari program tersebut sampai sekarang pula kepada akumulasi dari
jumlah asset ternak sapi sebagai investasi, pengembangan, dan sumber pangan hewani, tetapi
juga berdampak secara nyata ikut berpengaruh dalam potensi bagi pengembangan usaha tani

5
(agribisnis) ternak dan tanaman basis integrasi serta usaha lain berbasis sumber daya lokal yang
dikelola oleh masing-masing Gapoktan.
Pengukuran Asset Biologis
Menurut Putra, dkk ( 2016 ) berpendapat terkait pengukuran yang mendefinisikan
pengukuran sebagai penentuan jumlah harga yang harus diberikan pada asset pada saat
terjadinya suatu transaksi. Pengukuran sendiri adalah bagian dalam ilmu akuntansi yang
berguna untuk menghasilkan sebuah laporan keuangan yang andal, karena nilai yang termuat
dalam llaporan keuangan akan menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan
oleh pengguna informasi tersebut. Sehingga diharapkan adanya standar yang tepat dalam
menentukan pengukuran yang paling memungkinkan untuk asset biologis, yang saat ini telah
di siapkan PSAK 69.
Di organisasi Simantri Sato Amerta Utama difokuskan terhadap indukan dan anakan
sapi sebagai komoditi utama organisasi Simantri Sato Amerta Utama. Pengukuran asset
biologis pada Simantri Sato Amerta Utama diukur sebesar harga perolehan dengan
menggunakan metode garis lurus sebagai metode penyusutannya. Berdasarkan data dan
keterangan, peneliti dapat melihat bahwa harga pasar tidak begitu berpengaruh terhadap
penjualan ternak sapi, karena harga ternak sapi ditentukan oleh pemilik dan tengkulak, antara
pemilik dan tengkulak saling tawar menawar antara kedua belah pihak. Harga pasar yang
tersedia di Indonesia belum dapat digunakan sebagai dasar pengukuran atas nilai asset biologis
yang dimiliki simantri ini, peneliti dapat melihat bahwa harga pasar sebagai dasar terhadap
penjualan ternak sapi hal ini dikarenakan masih banyak terdapat estimasi pihak-pihak tertentu
yang belum seragam di setiap daerah.
Pengakuan Asset Biologis
Dasar pengakuan asset biologis pada Simantri Sato Amerta Utama belum sepenuhnya
mengadopsi perlakuan akuntansi sesuai dengan standar yang berlaku, hal ini dapat dilihat pada
laporan keuangan yang telah disajikan sangat sederhana, karena kurangnya pengalaman,
pengetahuan, dan pelatihan yang dimiliki oleh anggota kelompok. Dasar pengakuan dari asset
biologis pada Simantri Sato Amerta Utama adalah nilai historis, karena harga pasar ternak sapi
khususnya sapi bali tidak dapat dijadikan patokan, hal ini belum sesuai dengan standar yang
berlaku yaitu PSAK 69 yang mengharuskan asset biologis diakui sebesar nilai wajarnya dan
dikurangi dengan biaya untuk menjual pada pengukuran selanjutnya.
Apabila asset biologis diperoleh dari pembelian anakan sapi, maka harus diakui sebagai
penambahan anakan sapi pada pengakuan awal. Berdasarkan PSAK 69, nilai wajar digunakan
untuk pengukuran asset biologis, nilai wajar yang dimaksud adalah harga yang akan diterima
6
untuk menjual suatu asset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas
dalam transaksi teratur antara pelaku pada tanggal pengukuran. Secara sederhana nilai wajar
adalah harga pasar yang digunakan dalam penjualan asset biologis, apabila entitas
menggunakan harga perolehan maka selisih harga perolehan dengan nilai wajar diakui sebagai
laba atau rugi neto untuk periode keuntungan dan kerugian terjadi.
Pengungkapan Asset Biologis
Penyajian laporan keuangan kepada anggota di laksanakan setiap bulan dalam rapat
bulanan, akan tetapi masih menggunakan pelaporan keuangan yang sederhana, hanya ada
pengeluaran dan pemasukan kas. Baik itu pengungkapan pembelian anakan sapi maupun
adanya hibah pemerintah yang dicantumkan pada laporan keuangan. Di samping itu ada
transparansi laporan keuangan kepada anggota kelompok. Hal ini merupakan dapat
memperkokoh kemajuan organisasi.
C. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
1. Kelebihan Jurnal
 Identitas pada jurnal sudah lengkap
 Isi yang dipaparkan dalam jurnal ini sesuai dengan judul jurnal
 Penggunaan bahasa pada jurnal sudah baik dan benar dan mudah dipahami pembaca
 Materi yang disampaikan sangat bagus bagi pembaca untuk memahami perlakuan
aset biologis berdasarkan PSAK 69
 Di dalam jurnal ini juga terdapat hasil wawancara dengan narasumber
 Jurnal ini juga memiliki banyak sumber referensi
2. Kekurangan Jurnal
 Banyak terdapat kesalahan pada penulisan tiap kata pada jurnal ini
 Dalam beberapa penjelasan, ada bagian yang kurang rinci dijelaskan.
 Pada jurnal ini tidak terdapat contoh perhitungan

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan antara
lain sebagai berikut, pertama, Pengukuran yang dilakukan oleh Simantri Sato Amerta Utama
masih menggunakan harga perolehan. Harga jual ditentukan oleh pemilik dan pembeli
(tengkulak) masing-masing dari kedua belah pihak akan memberi harga, terjadilah tawar
menawar dari kedua belah pihak, apabila tidak mendapat kesepakatan harga maka, dari pemilik
ternak akan mencari pembeli lainnya atau menunggu pembeli datang.
Kedua, Pengakuan asset biologis yang digunakan pada Simantri Sato Amerta Utama
belum sepenuhnya mengadopsi asset biologis sesuai dengan standar yang berlaku yaitu PSAK
69. Hal ini dapat dilihat pada laporan keuangan yang sangat sederhana. Ketiga, Penyajian dan
pengungkapan masih menggunakan pencatatan sederhana meskipun sudah menggunakan
komputer, hal ini dapat dilihat pada laporan keuangan yang telah dibuat, dikarenakan
kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh anggota Simantri Sato Amerta
Utama. Laporan keuangan yang disajikan akan memuat akun-akun terkait dengan pemasukan
dan pengeluaran kas. Di samping itu, laporan keuangan dilakukan secara transparansi, hal ini
sangat membantu dalam memajukan Simantri Sato Amerta Utama.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun
guna perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan makalah ke depannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mahendra, I Kadek Agus Setya., & I Putu Gede Diatmika. Analisis Perlakuan Akuntansi Asset
Biologis Berdasarkan PSAK 69 Pada Organisasi Simantri Kelompok Tani Ternak Sapi
“Sato Amerta Utama”. Jurnal Riset Akuntansi. 9(2): 131-138.

9
VJRA, VOL.9, NO.2, Oktober 2020
p-ISSN:2337-537X : e-ISSN:2686-1941

Analisis Perlakuan Akuntansi Asset Biologis Berdasarkan PSAK 69


Pada Organisasi Simantri Kelompok Tani Ternak Sapi
“Sato Amerta Utama”

I Kadek Agus Setya Mahendra1, I Putu Gede Diatmika2

1,2 Program Studi S1 Akuntansi, Universitas Pendidikan Ganesha


Singaraja, Indonesia

e-mail: 1| agusmahendra422@gmail.com ,2| gede.diatmika@undiksha.ac.id

Abstrak
Asset biologis merupakan asset berupa hewan atau tumbuhan yang mengalami trnaformasi,
sehingga mengakibatkan perubahan kualitatif maupun kuantitatif. Penerapan asset biologis sampai
saat ini masih belum banyak digunakan oleh entitas yang bergerak pada entitas peternakan, padahal
standar PSAK 69 berlaku di Indonesia secara aktif pada 1 Januari 2018. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui perlakuan akuntansi asset biologis padaoorganisasi Simantri kelompok ternak sapi Sato
Amerta Utama, Desa Baluk berdasarkan PSAK 69. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengukuran,ppengakuan dan pengunggkapan asset biologis pada Simantri Sato Amerta. Penellitian
ini dillakukan dengan metodeekualitatif. Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi. Selanjutnya data dari hasil tersebut dianalisis dengan reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Riset ini bertujuan untuk memahami perlakuan akuntansi asset biologis
berdasarkan PSAK 69 pada organisasi Simantri kelompoktternak sapii Sato Amerta Utama Desa
Baluk berdasarkan PSAK 69. . Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan keabsahan data dillakukan
dengan triangullasi. Capaian dalam riset ini memperlihatkan bahwa terkait dengan pengukuran,
pengakuan dan pengungkapan asset biologis pada Simantri Sato Amerta Utama belum sepenuhnya
sesuai dengan standar yang berlaku yaitu PSAK 69. Dilhat darii pengukuran masih mengggunakan
biaya historisssebagai harga perolehanndan pencatatannyang masih sederhana.

Kata kunci: asset, biologis, perlakuan, akuntansi.

Abstract
Biological assets are assets in the form of animals or plants undergoing transformation,
resulting in qualitative and quantitative changes. The application of biological assets to date has not
been widely used by entities engaged in livestock entities, even though the PSAK 69 standard is
active in Indonesia on January 1, 2018. This research was conducted to determine the accounting
treatment of biological assets in the Simantri organization Sato Amerta Utama cattle group , Baluk
Village based on PSAK 69. The purpose of this study was to determine the measurement, recognition
and disclosure of biological assets in Simantri Sato Amerta. This research was conducted using
qualitative methods. Data obtained from interviews, observations and documentation. Furthermore,
the data from these results are analyzed by data reduction, data presentation and conclusion drawing.
This research aims to understand the accounting treatment of biological assets based on PSAK 69 in
the Simantri organization of the Sato Amerta Utama cattle group in Baluk Village based on PSAK 69.
In this study, to get the data validity is done by triangulation. Achievements in this research show that
related to the measurement, recognition and disclosure of biological assets in Simantri Sato Amerta
Utama is not fully in accordance with applicable standards, namely PSAK 69. See from the
measurement still uses historical costs as acquisition prices and recording is still simple.

Keywords : assets, biological, handling, accounting.

Vokasi : Jurnal Riset Akuntansi | 131


VJRA, VOL.9, NO.2, Oktober 2020
p-ISSN:2337-537X : e-ISSN:2686-1941

1. Pendahuluan
Pada saat ini informasi merupakan sebuah komoditas yang sangat penting, dikatakan
demikian sebab informasi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan. Dalam
kehidupan sehari-harittanpa kita sadari bahwa siapapun yang mampu menguasai informasi
maka ialah yang mampu mendominasi. Maka dapat dikatakan, sangatlah besar peran dari
informasi bagi kehidupan. Ketersediaan akan informasi pada saat ini menjadi bagian yang
penting dalam pengambilan keputusan. Sebagaimana kita ketahui, setiap keputusan yang
diambil tentu didasari atas berbagai pertimbangan-pertimbangan yang di dapat dari
informasi- infomasi yang ada. Maka dari itu, terkait dengan kualitas dari sebuah keputusan
sangat di pengaruhi oleh seberapa besar kapasitas atau banyak atau tidaknya informasi
yang mampu didapatkan dan juga seberapa relevan dan andal informasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil sebuah keputusan. Salah satu
bentuk informasi yang ada dalam ilmu ekonomi yaitu berupa laporan keuangan. Menurut
Kieso (2002) laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai sarana pengkomunikasian dari
sebuah informasi keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak eksternal.dalam laporan
keuangan dimuat tentang histori dari entitas yang dikuantifiikasi dalam nilai moneter.
Adapun informasi yang termuat pada laporan keuangan akan disajikan dalam bentuk neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas serta adanya catatan atas
laporan keuangan. Sebuah laporan keuangan ini akan memberikan informasi berkaitan
dengan posisi keuangan, kinerja keuangan, dan perubahan posisi keuangan
Ditijau dari PSAK 1 (2009), laporan keuangan merupakan sebuah penyajian yang
terstrukktur atas posisi keuangan dan kinerjaakeuangan suatu entitas. Bedasarkan PSAK 1
(2009) memberikan informasi berkaitan dengan posisiikeuangan, kinerjakkeuangan, dan
arus kas entitas yang bermanfaat bagiikalangan penggunaallaporan dalam pembuatan
keputusan merupakan tujuan dari laporan keuangan. Selain itu, laporannkeuangan
merupakan perwujudan dari pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pihak internal atas
kegiataan dan penggunaannsumber dayayyang dimiliki sebuah entitas serta dipergunakan
sebagai roda bisnis entitas itu sendiri.
Bertolak dari upaya penyusunan laporan keuangan yang baik, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan salah satunya berkaitan dengan pemillihan dan pengggunaan metode
akuntansi yang tepat. Penggunaan metodeaakuntansi harus diisesuaikan dengan jenis
industriiyang diijalankan olehhentitas. Dari segi jenis industri serta skalaakegiatan entiitas
yang berbeda akan menyebabkan pemillihan dan penggunaannmetode akuntansi yang
berbeda pula. Memilih metodeaakuntansi yang tepat yang dipergunakan oleh entiitas akan
dapat memastikan kesesuain dalam pengungkapan,ppengukuran,ppenyajian dan
pengungkapannuntuk masing-masinggelemen dalam laporannkeuangan dengan standar
yang berllaku. Entitas yang bergerak di sektor industri agribisnis, yang utamanya sektor
peternakan adalah salah satu contoh dari entitas dengan karakteristik khusus berkaitan
dengan penyusunan laporan keuangannya. Hal ini mendorong minat masyarakat pedesaan
yang mempunyai penghasilan menengah kebawah tertarik dalam industri agrikultur,
khususnya sektor peternakan. Adapun salah satu dari wilayah di Indonesia dengan
masyarakatnya banyak berkecimpung di sektor peternakan adalah Bali.
Bali adalah salah satu wilayah tingkat I yang ada di Indonesia, yang masyarakatnya
banyak menjadi peternak khususnya peternak sapi Bali. Banyaknya masyarakat yang
bertenak sapi khususnya sapi Bali, mendapat tanggapan dan dukungan penuh oleh
pemerintah Provinsi Bali. Hal ini dibuktikan dengan dibuatnya program SIMANTRI ( Sistem
Manajemen PertaniannTerintegrasi ) yang di prakarsai oleh Bapak Gubernur Bali I Made
Mangku Pastika. Kegiatan Simantri di Bali untuk pertama kali dimulai di tahun 2009 tepatnya
dilaksanakan di sepuluh lokasi Gapoktan, Simantri dikatakan sebagai awal kegiatan
percontohan program, dengan pengalokasian dana kurang dari Rp 200 juta diperuntukan
untuk masing-masing lokasi ( satu Gapoktan) , dimana dana yang diberikan dalam bentuk
bansos (Anugrah,dkk; 2014). Hingga saat ini program Simantri masih terus dilanjutkan oleh
pemerintah Provinsi Bali. Salah satu kelompok Simantri yang ada di Jembrana yaitu
kelompok Simantri “ Sato Amertha Utama” yang di ketuai oleh I Nengah Mertayana.

Vokasi : Jurnal Riset Akuntansi | 132


VJRA, VOL.9, NO.2, Oktober 2020
p-ISSN:2337-537X : e-ISSN:2686-1941

Kelompok Simantri ini dibentuk pada tahun 2011 dan telah memenangkan perlombaan
Simantri tingkat Provinsi Bali yang diadakan pada tahun 2018 lalu dengan penilaian
dilakukan beberapa bulan sebelumnya. (www.mediapelangi.com). Dalam perlombaan
Simantri berprestasi ini, Simantri Sato Amertha Utama mampu mendapat juara I. Simantri ini
memiiliki asset biologis berupa ternak sapi.
Asset biologis merupakan asset yang dapat dikatakan unik dengan memiliki
karakteristik yang khas,dikatakan demikian karena asset biologis mengalami transformasi
pertumbuhan yang kemungkinan masih bisa terjadi setelah asset biologis menghasiilkan
sebuahhoutput. Adapun transformasiiyang terjadii pada asset biologis ini meliputi dari proses
pertumbuhan,ddegenerasi,pproduksi dan prokreasi yang mana dari proses transformasi
yang telah dialami ini dapat menimbulkan berbagai perubahan baik itu dari segi kualitatif
atapun kuantitatif dalam kehidupan asset berupattumbuhan ataupun hewan. Asset biologis
ini akan mamput menghasilkan asset baru yang terwujud dalam agrikultural produce atau
berupattambahan asset biollogis dalam jenis dan kelas yang sama. Dengan adanya
transformasi biologis pada asset biologis, sudah dipastikan akan diperlukannya pengukuran
yang mampu menunjukkan dan menyajikan value dari asset tersebut secara wajar sesuai
dengan kesepakatan dan kontribusinya dalammmenghasilkan alliran keuntungannyang
ekonomis bagiiperusahaan.
Berkaitan dengan hal tersebut, entitas yang bergerak di bidang industri peternakan
juga wajib untuk menyusun laporan keuangannya yang sesuai dengan standar yang berlaku
di Indonesia. Standar akuntansi keuangan menjadi pedoman utama dalam menyusun
laporan keuangan.Berkait dengan pengelolaan asset biologis pada entitas bisnis peternakan
yang menjadi isu permsalahan dalam riset ini, standar akuntansi di Indonesia yaitu SAK
telah mempersiapkan peraturan berkaitan dengan asset biologis yaitu SAK No. 69.Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) menyiapkan PSAK 69 yang telah disahkan oleh Dewan Standar
Akuntansi keuangan (DSAK) dimana PSAK 69 merupakan pengadopsian dari IAS 41 yang
berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 2018.
Perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh Simantri Sato Amertha Utama belum sesuai
dengan PSAK 69, yang menyatakan asset biologis di ukur atas dasar nilai wajar. Asset
biologis diharuskan untuk diukur pada saat pengakuan awal dan juga pada saat tanggal
pelaporan berikutnya sesuai dengan nilai wajar dikurangi atas estimasi biaya penjualannya,
terkecuali nilai wajar tidak mampu diukur secara andal. Terkait dengan keuntungan ataupun
kerugian dari perubahan nilai wajar dari asset akan diakui dalam laba rugi terjadinya.Dengan
demikian, penerapan PSAK 69 pada kelompok Simantri Sato Amertha Utama sangat
diperlukan, namun faktanya banyak entitas di bidang peternakan khususnya kelompok
Simantri yang belum menerapkan PSAK 69 sebagai dasar perlakuan akuntansi terkait asset
biologis. Riset ini bermaksud untuk menganalisis perlakuan akuntansi asset biologis pada
kelompok Simantri dengan standar akuntansi yang mengatur tentang asset biologis yaitu
PSAK 69.

2. Metode
Riset ini adalah riset dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kuliatatif
merupakan riset deskriptif yang lebih menekankan padaadata yang berupaakata-kata,
gambar, dan bukan berupaaangka-angka. Riset dengan metode kualitatif berbanding terbalik
dengan metode kualitatif. Metode kualitatif tidak menekankan pada statistika tetapi lebih
kepada deskriipsi tentang pemahaman,ppemaknaan,sselera dan juga motivasi serta
pengallaman subjektif manusia terhadap suatu reallitas seperti tercermiin pada tiindakan
atau ucapannnya dalam hubunganndengan orang lain secara holistik. Dengan demikian
dapat didefinisikan bahwa riset kualitatif sebagai riset yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek alamiah yang mana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2009).
Dalam riset kualitatif, sesuai dengan jenis riset ini data yang didapat baik berupa data
tertulis ataupun lisan merupakan senjata utama untuk memecahkan isu yang ada. Menurut
Atmadja ( 2013 ), ada beberapa metode yang digunakan dalam riset kualitatif diantaranya ;
metode wawancara mendalam, metode observasi, metode kajian pustaka, metode kajian

Vokasi : Jurnal Riset Akuntansi | 133


VJRA, VOL.9, NO.2, Oktober 2020
p-ISSN:2337-537X : e-ISSN:2686-1941

dokumen, metode historis, metode studi kasus dan metode etnografi. Dalam riset ini, peneliti
mengumpulkan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi
Menurut Spradley (Sugiyono, 2017: 215) menjelaskan bahwa pada riset kualitatif tidak
mempergunakan istilah populasi, tetapi “social situasion” atau situasi social yang meliputi
tiga faktor yaitu : tempat ( place ), pelaku ( actors ), dan aktivitas ( activity), dimana ketiga
faktor tersebut saling berinteraksi secara sinergis. Situasi social juga dapat disamakan
sebagai objek riset yang ingin diketahui tentang apa yang terjadi di dalamnya. Pada situasi
sosial atau objek riset tersebut, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas
( activity) orang- orang ( actors ) yang ada pada tempat ( place ) tertentu. Adapun objek yang
diteliti dalam riset ini adalah perlakuan asset biologis berdasarkan PSAK 69 pada Simantri
Sato Amertha Utama. Dalam riset kualitatif menurut Sugiyono ( 2017; 216 ) sampel riset
bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, partisipan, atau informan yang
merupakan subjek dalam riset kualitatif. Menurut Moleong (2010 ) subjek riset adalah
seorang informan yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi serta
kondisi riset. Dalam riset ini penentuan subjek atau informan ditunjuk secara purposive atau
berdasarkan pertimbangan tertentu. Peneliti memilih informan dengan pertimbangan bahwa
informan tersebut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai hal
yang diteliti sebagaimana dirumuskan dalam riset.
Anallisis data adalah upaya dalam mencari serta menata secara sistematissatas
catattan hasil penenelitian dari tahapan observasi,wwawancara,ddan lainnya dalam upaya
meningkatkan pemahaman peneliti berkaitan dengan kasus yang ditelliti dan menyajikannya.
Tahapan analisis data dalam riset ini menggunakanmmodel Miles dan Humbermen, yang
terdapat dalam buku “ Metode Penelitian Kualitatif ” ( Moleong, 2006 ) yaitu meliputi :
Pengumpulan data, Reduksi data, Penyajian Data, Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan
Dalam riset ini, untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangullasi.
Triangullasi merupakan sallah satu cara untuk memeriksaan keabsahanndata dengan
memanfaattkan sesuatuuyang lain di luar data itu dalam upaya pengecekanaatau sebagaii
pembandiing terhadappdata itu (Moleong, 2006). Dalam upaya untuk memenuhiikeabsahan
data pada riset ini dilakukan triangulasi dengan sumber. Menurut Nugrahani (2014),
triangullasi dengannsumber dapat dinyatakan sebagai upaya membandingkanndan
mengecekkballik derajat kepercayaanndari suatu informasion yang diperoleh dengan waktu
dan alat yang berbedaadalam riset kualitatif, sebab data yang sejenis akan lebih mantap
keberadaannya apabila digali dari sumber yang berbeda.

3. Hasil Dan Pembahasan


Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) merupakan program yang di luncurkan oleh
Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2009 sebagai bentuk perhatian pemerintah dengan
tujuan mempercepat berkembanggnya pertanian di pedesaan sekaligussmengurangi
kemiskinanndan penganggguran di pedesaan. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
petani dengan meningkatkan jumllah produksi dari usahaaSimantri merupakan tujuan dari
pelaksanaan Simantri ( Dewi, dkk, 2017)
Program Simantri yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Bali telah memperoleh
dukungan pendanaan, fasilitias, dan komitmen secara politik dari Gubernur melalui
penganggaran yang berkelanjutan. Merujuk pada Anugrah,dkk (2014) perkembangan jumlah
Gapoktan Simantri jlid I sudah melebihi dari 400 Gapoktan, dari 1.0000GapoktannSimantrii
yang telah ditargetkan sebelumnya, hinggaaproses pelaksanaan kebijakan program Simantri
Jilid II di 9 kabupaten atau kota yang adaadi Provinsi Bali. Selainnupaya yanggsudah
dillakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali melalui inisiasi programmSimantri jilid I dan
keberlanjutan dari program tersebut dampak dari program tersebut sampai sekarang pula
kepada akumulasi dari jumlah asset ternak sapi sebagaiiinvestasi, pengembangan,ddan
sumberrpangan hewani, tetapiijuga berdampak secara nyata ikut berpengaruh dalam
potensiibagi pengembangan usahaatani (agribisnis) ternak dan tanaman basisiintegrasi
sertaausaha lain berbasiis sumber daya lokallyang dikellola oleh masing-masinggGapoktan.

Vokasi : Jurnal Riset Akuntansi | 134


VJRA, VOL.9, NO.2, Oktober 2020
p-ISSN:2337-537X : e-ISSN:2686-1941

Pengukuran Asset Biologis


Menurut Putra, dkk ( 2016 ) berpendapat terkait pengukuran yang mendefinisikan
pengukuran sebagai penentuan jumlah harga yang harus diberikan pada asset padaasaat
terjadinyassuatu transaksii. Pengukuran sendiri adalah bagian dalam ilmu akuntansi yang
berguna untuk menghasilkan sebuah laporan keuangan yang andall, karena nilaii yang
termuat dalam llaporan keuangan akan menjadi salah satu pertimbangan dalam
pengambilan keputusan oleh pengguna informasi tersebut. Sehingga diharapkannadanya
standarryang tepat dalam menentukannpengukuran yang paling memungkiinkan untuk asset
biologis, yang saatiini telah di siapkan PSAK 69.
Berdasarkan hasil wawancara dengan I Nengah Mertayana selaku ketua Simantri Sato
Amerta Utama terkait dengan pengukuran asset biologis pada saat penjualan, beliau
menjelaskan sebagai berikut,
“Terkait proses penjualan sapi nike, biasanya menjual anakan sapi diumur 2-3 tahun. Untuk
harga jualnya, kami mengkirakan sekiranya berapa biaya-biaya yang telah kami keluarkan
selama sapi tersebut di pelihara dan nanti dari pihak pembeli juga akan menawarkan harga
yang sekiranya ia berani beli, secara cawanganlah bahasa gampangnya.”

Lebih lanjut lagi peneliti menanyakan kembali kepada Bapak Dewa Ketut Kariada
selaku wakil ketua Simantri Sato Amerta Utama, beliau menjelaskan sebagai berikut
“Kalau masalah penjualan nike, dari pihak kami menjual anakan sapi berdasarkan harga
kisaran nike. Kami perkiraan berapa biaya-biaya yang dikeluarkan, kita tentukan dengan
harga berapa akan dijual. Lalu kami cari sedagar atau kadang sedagar yang datang
langsung untuk melihat sapi yang akan dijual nike. Kalau harga cocok dan sepakat ya
langsung diangkut”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan beberapa informan menyebutkan asset
biologis di organisasi Simantri Sato Amerta Utama difokuskan terhadap indukan dan anakan
sapi sebagai komoditi utama organisasi Simantri Sato Amerta Utama. Pengukuran asset
biologis pada Simantri Sato Amerta Utama diukur sebesar harga perolehan dengan
menggunakan metode garis lurus sebagai metodeepenyusutannya. Berdasarrkan data dan
keterangan, peneliti dapat melihat bahwa harga pasar tidak begitu berpengaruh terhadap
penjualan ternak sapi, karena harga ternak sapi ditentukan oleh pemilik dan tengkulak,
antara pemilik dan tengkulak saling tawar menawar antara kedua belah pihak. Hargappasar
yang tersediia di Indoneisa belummdapat digunanakan sebagai dasar pengukuran atas nilai
asset biologis yang dimiliki simantri ini, peneliti dapat melihat bahwa harga pasar sebagai
dasar terhadap penjualan ternak sapi hal ini diikarenakan masihhbanyak terdapateestimasi
piihak-piihak tertentuuyang belum seragammdisetiap daerah.

Pengakuan Asset Biologis


Asset biologis merupakan asset yang mengalami transformasi, asset yang akan
mengalami pertumbuhan setiap waktu sehinggga pengakuan atassasset biologis dilakukan
dari anakan sapi sampai besar menjadi indukan. Pada saat biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk ternak sapi harus dicatat sampai dengan tersebut panen. Pengakuan (recognition)
dapat dinyatakan sebagai sebuah proses dalam pembentukannsuatu post yang telah
memenuhi defiinisi unsur dan kriteria pengakuanndalam laporan posisi keuangan atau
laporan laba rugii(Cahyani & Aprilina, 2014). Perusahaan atau entitas bisnis harus mengakui
asset tersebut apabila asset yang dimaksud memberi kontribusi ataupun memberikan
manfaat pada perusahaan ataupun entitas pada masa yang akan datang.
Pengakuan asset biologis Simantri Sato Amerta Utama berdasarkan hasil wawancara
dengan Bapak I Nengah Mertayana selaku ketua terkait dengan pengakuan ternak sapi,
beliau menjelaskan sebagai berikut,

Vokasi : Jurnal Riset Akuntansi | 135


VJRA, VOL.9, NO.2, Oktober 2020
p-ISSN:2337-537X : e-ISSN:2686-1941

“Dari awal terbentuknya organisasi niki, jumlah sapi nike sebanyak 20 ekor sapi betina. Sapi
ini merupakan bantuan dari pemerintah yang diberikan pada awal terbentuknya simantri, ke
20 sapi tersebut dibagi kepada setiap anggota untuk mengurusnya. Sapi-sapi betina ini
tergolong indukan yang sudah siap untuk reproduksi. Sampai akhirnya sapi betina
dikawinkan, terhitung selama 9 bulan sapi betina mengandung. Setelah kurang lebih diumur
6 bulan keatas, anakan sapi dengan kondisi sehat, anakan sapi ini sudah siap dijual. Apabila
anakan sapi ini laku terjual, maka keuntungan yang didapat dibagi sesuai persentase yaitu
sebesar 30% masuk kas kelompok dan 70% akan didapat oleh anggota yang memelihara
sapi tersebut.”
Lebih lanjut peneliti kembali menanyakan kembali kepada Bapak I Ketut Bagiasa selaku
bendahara Simantri Sato Amerta Utama, beliau menjelaskan sebagai berikut
“Simantri ini pada saat awal pendirian mendapat bantuan sapi sebanyak 20 ekor, tiap
anggota bertanggungjawab atas 1 ekor sapi. Ternak sapi nike lantas dikembangbiakkan,
setelah ternak sapi ini memiliki anak, anggota bisa memilih anakan sapi nike dijual atau mau
dipelihara. Apabila dijual nanti pembagian hasil penjualan anakan sapi tersebut dibagi
sebesar persentase yang sudah ada, 70% hak milik anggota yang memelihara sapi tersebut,
30% lagi masuk ke kas kelompok. Nanti akan dicatat sebagai penambahan kas akibat
penjualan sapi atau anak sapi. Dicatatnya di debet sebesar jumlah penjualan dan di kredit
sebagai penjualan ternak”
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan bersama beberapa narasumber
di Simantri Sato Amerta terdapat perbedaan atas ketidak sesuaian dengan pengakuan atas
asset biologis menurut PSAK 69. Dasar pengakuan asset biologis pada Simantri Sato
Amerta Utama belum sepenuhnya mengadopsi perlakuan akuntansi sesua dengan standar
yang berlaku, hal ini dapat dillihat pada laporannkeuangan yang telah disajiikan sangat
sederhana, karena kurangnya pengalaman, pengetahuan, dan pelatihan yang dimiliki oleh
anggota kelompok. Dasar pengakuan dari asset biologis pada Simantri Sato Amerta Utama
adalah nilai historis, karena harga pasar ternak sapi khususnya sapi bali tidak dapat
dijadikan patokan, hal ini belum sesuai dengan standar yang berlaku yaitu PSAK 69 yang
mengharuskan asset biologis diakui sebesar nilai wajarnya dan dikurangi dengan biaya
untuk menjual pada pengukuran selanjutnya.
Apabila asset biologis diperoleh dari pembelian anakan sapi, maka harus diakui
sebagai penambahan anakan sapi pada pengakuan awal. Berdasarkan PSAK 69, nilai wajar
digunakan untuk pengukuran asset biologis, nilai wajar yang dimaksud adalahhharga yang
akan diteriima untuk menjuall suatu asset atau.harga yang akan dibayarruntuk mengallihkan
suatu liabillitas dalam transaksii teratur antara pelakuppada tanggall pengukuran. Secara
sederhana nilai wajar adalah harga pasar yang digunakan dalam penjualan asset biologis,
apabila entitas menggunakan harga perolehan maka selisih harga perolehan dengan nilai
wajar diakui sebagai laba atau rugi neto untuk periode keuntungan dan kerugian terjadi.

Pengungkapan Asset Biologis


Pengungkapan laporan keuangan berdasarkan PSAK 69 mengatur tentang asset
biologis secara khusus. Dalam PSAK 69 juga mengatur mengenai transformasi
pengungkapan, hal ini karena asset biologis mengalami perubahan mengakiibatkan
beberapaajenis perubahan fisiik seperti pertumbuhan,,degenerasi,,produksi dan
prokreasiiyang setiap perubahannya dapat diukur.
Menurut PSAK 69 paragraf 26 keuntugan atau kerugiian yang timbul ketika
penggakuan awal asset biologis pada nilai wajar yang dikurangii biaya-biaya untuk menjual
dan dari perubahan nilai bayar dikurangi biaya untuk menjual asset biologis dimasukan
dalam rugii pada periiode dimanaakeuntungan atau kerugian tersebut terrjadi. Menurut
PSAK 69 Paragraf 40 (2015) entiitas mengungkapkkan keuntungannatau kerugiian
gabungan yang tiimbul selama periode berjalannpada saat pengakuan awal asset biologis
dan produk agrikultur.

Vokasi : Jurnal Riset Akuntansi | 136


VJRA, VOL.9, NO.2, Oktober 2020
p-ISSN:2337-537X : e-ISSN:2686-1941

Agar lebih jelas mengenai penyajian dan pengungkapan mengenai asset biologis
adalah hasil wawancara dengan Bapak I Nengah Mertayana yang sampai saat ini menjadi
sebagai ketua Simantri Sato Amerta Utama, beliau menjelaskan sebagai berikut.
“Untuk laporan keuangan nike bisa ditanyakan kepada bendahara karena beliau yang
membawa dokumen-dokomen laporan keuangan yang dimiliki oleh simantri, karena
bapaknya nike yang bertugas terkait dengan keuangan. Laporan keuangan Simantri Sato
Amerta Utama tidak ada secara formal seperti ada neraca, buku besar maupun laba rugi kita
tau sih memang seperti akuntansi seperti itu tapi kita masih memegang prinsip kekeluargaan
atau laporan secara sederhana yang mudah dimengerti oleh anggota.”
Lebih lanjut peneliti bertanya kembali kepada Bapak Dewa Ketut Kariada selaku wakil
ketua Simantri Sato Amerta Utama, terkait dengan pengungkapan hibah pemerintah dalam
laporan keuangan, beliau menjelaskan sebagai berikut,
“Pengungkapan bantuan pemerintah kita sama bisa dibilang sama nike, hanya pengeluaran
biaya pemeliharaan dan pemasukan saja, pemerintah juga memberikan kita bantuan hanya
secara cuma-cuma kenten nggih, tidak ada imbalan yang akan kami berikan kepada mereka,
hanya saja dia mengontrol kegiatan kita apa sudah terlaksana atau belumnya. Keutungan
yang didapat nantinya akan di masukan ke kas dan di dapat oleh si pemelihara, sesuai
persetase yang ada”
Berdasarkan penjelasan dari beberapa narasumber diatas, dapattdisimpulkan bahwa
penyajian laporan keuangan kepada anggota di laksanakan setiap bulan dalam rapat
bulanan, akan tetapi masih menggunakan pelaporan keuangan yang sederhana, hanya ada
pengeluaran dan pemasukan kas. Baik itu pengungkapan pembelian anakan sapi maupun
adanya hibah pemerintah yang dicantumkan pada laporan keuangan. Disamping itu ada
transparansi laporan keuangan kepada anggota kelompok. Hal ini merupakan dapat
memperkokoh kemajuan organisasi.

4. Simpulan Dan Saran


Berdasarkannhasil riset yangttelahhdilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan
antara lain sebagai berikut, pertama, Pengukuran yang dilakukan oleh Simantri Sato Amerta
Utama masih menggunakan harga perolehan. Harga jual ditentukan oleh pemilik dan
pembeli (tengkulak) masing-masing dari kedua belah pihak akan memberi harga, terjadilah
tawar menawar dari kedua belah pihak, apabila tidak mendapat kesepakatan harga maka,
dari pemelik ternak akan mencarai pembeli lainnya atau menunggu pembeli datang.
Kedua, Pengakuan asset biologis yang digunakan pada Simantri Sato Amerta Utama
belum sepenuhnya mengadopsi asset biologis sesuai dengan standarryang berlakuuyaitu
PSAKK69. Hal ini dapat dilihat pada laporan keuangan yang sangat sederhana.
Ketiga,Penyajian dan pengungkapan masih menggunakan pencatatan sederhana meskipun
sudah menggunakan komputer, hal ini dapat dlihat pada laporan keuangan yang telah
dibuat, dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh anggota
Simantri Sato Amerta Utama. Laporan keuangan yang disajikan akan memuat akun-akun
terkait dengan pemasukan dan pengeluaran kas. Disamping itu, laporan keuangan dilakukan
secara transparansi, hal ini sangat membantu dalam memajukan Simantri Sato Amerta
Utama.
Berdasarkannhasil riset, peneliti menyarankan, pertama, untuk Simantri Sato Amerta
Utama karena tidak adanya kepastian harga jual ternak sapi, Simantri dapat menggunakan
harga yang terdapat pada pasar sehingga tidak merugikan dari pihak Simantri. Kedua,
karena lambatnya pertumbuhan dan tranformasi dari ternak sapi, akan lebih baik apabila
Simantri Sato Amerta Utama mampu memelihara ternak sapi dengan pakan yang dapat
membantu pertumbuhan ternak lebih cepat sehingga pertumbuhan ternak lebih cepat dan
ternak akan lebih berbobot. Ketiga, karena minimnya pengetahuan anggota Simantri Sato
Amerta Utama terkait penyusunan laporan keuangan. Peneliti menyarankan agar dari pihak
Simantri mengadakan/mengikuti pelatihan terkait dengan penyusunan laporan keuangan

Vokasi : Jurnal Riset Akuntansi | 137


VJRA, VOL.9, NO.2, Oktober 2020
p-ISSN:2337-537X : e-ISSN:2686-1941

berdasarkan PSAK 69. Keempat, untuk peneliti selanjutnya , mengingat luasnya cakupan
asset biologis, meliputi hewan dan tumbuhan, sekiranya riset terkait asset biologis diperluas
penelitiannya dari segi jenis asset biologis yang ada maupun dari segi lokasi penelitian yang
diperluas misalnya CV atau PT.

Daftar Pustaka
Anugrah, Iwan Stiasjie & dkk. 2014. Sistem Pertanian Terintegrasi- Simantri : Konsep,
Pelaksanaan Dan Perannya Dalam Pembangunan Pertanian Di Provinsi Bali.
Bogor: Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Diakses pada tangga 25
Januari 2020.
Atmadja, Anantawikrama Tungga. 2013. Pergulatan metodologi dan penelitian kualitatif
dalam ranah ilmu akuntansi. Jurnal Akuntansi Profesi. Vol. 3 No. 2.
Cahyani, Ranny & Aprilina, V. (2014). Evaluasi Penerapan SAK ETAP Dalam Pelaporan
Asset Biologis Pada Peternakan Unguul Farm Bogor. Jurnal Riset Akuntansi Dan
Keuangan, Vol. 5 No.1.
Dewi, Ni Luh Putu Rosita, dkk. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produkstivitas
Usaha Tani Dan Keberhasilan Program Simantri Di Kabupaten Klungkung. E-
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana Vol. 6 No.2.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2015. Pernyataan standar akuntansi keuanagn (PSAK)
No.69:Agrikultur, Jakarta: IAI
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan No.1 Penyajian Laporan
Keuangan. Jakarta
Kieso, Donald E., dkk. Intermediate Accounting.9th Ed. New York: John willey & Sons, Inc.
Media Pelangi. 2018. Gubernur Koster Serahkan Penghargaan Simantri Berprestasi, Bangkit
Minat Masyarakat Beternak Sapi Bali.
Media Pelangi.2018. Gubernur Koster Serahkan Penghargaan Simantri Berprestasi, Bangkit
Minat Masyarakat Beternak Sapi Bali.
Moleong, Lexy. J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy. J. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Nugrahani, Farida. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa.
Surakarta:-
Putra, A. V. W., Pangemanan, S. S., & Wokas, H. R. N. (2016). Analisis Perbandingan
Perlakuan Akuntansi Terhadap Asset Biologis Dan Non Biologis (Studi Kasus
pada CV. Fatherland Farm Tondano). Jurnal Riset Akuntansi Going Concern, Vol.
11 No. 3
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta: Bandung
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta: Bandung

Vokasi : Jurnal Riset Akuntansi | 138

Anda mungkin juga menyukai