Anda di halaman 1dari 6

RMK OJK DAN AKUNTAN PUBLIK

OLEH :

FRANSISCO VALDINO R (A031191002)

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS UNIVERSITAS
HASANUDDIN
2021
AKUNTAN PUBLIK

Pengertian Akuntan Publik


Akuntan publik adalah suatu profesi yang memberikan jasa sebagai profesional yang telah
memiliki izin negara untuk melakukan praktik sebagai akuntan swasta yang bekerja secara
independen. Tugas akuntan publik meliputi analisis laporan keuangan, audit laporan keuangan,
audit pajak, dan sebagainya.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin
praktik dari pemerintah sebagai akuntan swasta sehingga dapat memberikan jasa akuntansi
kepada perusahaan dengan mendapatkan pembayaran tertentu (public accountant).

Peranan Akuntan Publik


Untuk diketahui, peranan akuntan publik adalah sebagai berikut:
1. Mengendalikan serta mengarahkan dengan efektif sumber daya yang dimiliki perusahaan.
2. Memberikan keputusan yang terkait dengan penggunaan sumber daya termasuk didalamnya
mengidentifikasi bidang keputsuan rumit serta penetapan tujuuan dan sasaran entitas.
3. Memberikan laporan atas kepemilikan sumber daya yang dimiliki/dikuasai oleh
entitas/organisasi.

Bidang jasa Akuntan publik

A. Jasa Atestasi
Jasa Atestasi adalah jasa yang mencakup audit umum atas laporan keuangan, pemeriksaan atas
pelaporan informasi keuangan proforma, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, review
atas laporan keuangan, dan jasa audit atestasi lainnya.

B. Jasa Non-Atestasi
Sementara Jasa Non-Atestasi mencakup jasa yang berhubungan dengan akuntansi, keuangan,
manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi.
Akuntan yang mengajukan permohonan untuk menjadi akuntan publik harus memenuhi
persyaratan yang telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 2011
tentang Akuntan Publik yang tertuang dalam pasal 6 sebagai berikut:
1. Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah;
2. Berpengalaman praktik memberikan jasa;
3. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
5. Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan Publik;
6. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih;
7. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri;
dan
8. Tidak berada dalam pengampuan.

Perizinan Akuntan Publik

Izin akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku selama 5 tahun. Akuntan
yang mengajukan permohonan untuk menjadi akuntan publik harus memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Pasal 46 sebagai berikut:

 Memiliki Sertifikat Tanda Lulus USAP (Ujian Sertifikasi Akuntan Publik) yang
sah yang diterbitkan oleh IAPI untuk menyelenggarakan pendidikan profesi
akuntan publik.
 Apabila tanggal kelulusan USAP telah lewat dua tahun, maka wajib menyerahkan
bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit
60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam dua tahun terakhir.
 Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit
1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500 jam diantaranya
memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh
Pemimpin/Pemimpin Rekap KAP.
 Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan KTP atau
bukti lainnya.
 Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
 Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.
 Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun
atau lebih.
 Menjadi anggota IAPI.
 Tidak berada dalam pengampunan.
 Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Akuntan
Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan. 

OJK (Otoritas Jasa Keuangan)

Pengertian OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK dibentuk
berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan
dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan. OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan
pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan, serta menggantikan peran Bank
Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industri
jasa keuangan.
1. Tujuan OJK

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di


dalam sektor jasa keuangan:

A. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;


B. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil; dan
C. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

2. Tugas dan Wewenang OJK

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

1. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan serta non perbankan .


2. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:

1. Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang ini;


2. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
3. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
6. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu;
7. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada
lembaga jasa keuangan;
8. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara,
dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:

1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;


2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala
eksekutif;
3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan
tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan;
4. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan/atau pihak
tertentu;
5. Melakukan penunjukan pengelola statuter;
6. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
7. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
8. Memberikan dan/atau mencabut:

a) Izin usaha;
b) Izin orang perseorangan;
c) Efektifnya pernyataan pendaftaran;
d) Surat tanda terdaftar;
e) Persetujuan melakukan kegiatan usaha;
f) Pengesahan;
g) Persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
h) Penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
di sektor jasa keuangan.

Anda mungkin juga menyukai