Anda di halaman 1dari 143

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR ; KP 114 TAHUN 2020


TENTANG

PETUNJUK TEKNIS

TATA CARA TETAP PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,


KESEPAKATAN BERSAMA DAN PERJANJIAN KERJASAMA

DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Pehubungan Nomor PM Tahun


69 Tahun 2016 tentang Tata Cara Tetap Pelaksanaan
Pen)aisunan Peraturan Perundang-undangan,
Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama di
Lingkungan Kementerian Perhubungan, telah mengatur
tata cara dan prosedur perencanaan penyusunan
Peraturan Perundang-Undangan, kesepakatan bersama
dan perjanjian kerjasama di lingkungan Kementerian
Perhubungan;

b. bahwa dalam rangka memenuhi standar keselamatan


dan keamanan penerbangan internasional yang
ditetapkan oleh Organisasi Penerbangan Sipil
Intrensional (International Civil Aviation
Organization/ICAO) perlu dilakukan penyelarasan
standar ICAO kedalam peraturan nasional melalui
amandemen dan publikasi;

c. bahwa dalam rangka memberikan panduan bagi


penyusunan peraturan perundang-undangan,
kesepakatan bersama dan perjanjian kerjasama di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
perlu disusun suatu petunjuk teknis;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada butir a, b dan c, perlu menetapkan
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Tetap Penyusunan
Peraturan Perundang-Undangan, Kesepakatan Bersama
dan Perjanjian Kerjasama di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara;

Mengingat ; 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun


2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4956);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6398);

3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang


Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5);

4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang


Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 2016


tentang Tata Cara Tetap Pelaksanaan Penyusunan
Peraturan Perundang-Undangan, Kesepakatan Bersama
dan Perjanjian Kerjasama di Lingkungan Kementerian
Perhubungan
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 122 Tahun
2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN


UDARA TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA TETAP
PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
KESEPAKATAN BERSAMA DAN PERJANJIAN KERJASAMA
DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL
PERHUBUNGAN UDARA

Pasal 1

(1) Memberlakukan Petunjuk Teknis Tata Cara Tetap


Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan,
Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama di
Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

(2) Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


terdiri dari 3 (tiga) buku :
a. Buku I merupakan Petunjuk Teknis Penjoisunan
Peraturan Perundang-Undangan di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
b. Buku 11 merupakan Petunjuk Teknis Penyusunan,
Perubahan dan Publikasi Peraturan Perundang-
Undangaan di Bidang Keselamatan Penerbangan
dan Fasilitasi (FAL) Udara;
c. Buku III merupakan Petunjuk Teknis Penyusunan,
Perubahan dan Publikasi Peraturan Perundang-
Undangan di Bidang Keamanan Penerbangan;
d. Buku IV merupakan Petunjuk Teknis Peyusunan
Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama di
Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara.

(3) Petunjuk Teknis Tata Cara Tetap Penyusunan


Peraturan Perundang-Undangan, Kesepakatan Bersama
dan Perjanjian Kerjasama di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara sebagaimana termuat
dalam Lampiran I, II, III, dan IV merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Pasal 2

(1) Peraturan Direktur Jenderal yang ditetapkan sebelum


Peraturan ini, dinyatakan tetap berlaku, kecuali
terhadap Peraturan-Peraturan yang karena mated
muatan dan penomorannya tidak sesuai dengan
peraturan penerbangan sipil dan perlu dicabut.

(2) Penetapan kembali Peraturan-Peraturan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan tata
cara yang ditetapkan dalam Peraturan ini.

Pasal 3

Pada saat peraturan ini mulai berlaku, maka Peraturan


Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 10 Tahun
2015 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Tetap Penyusunan
Peraturan Perundang-Undangan di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 4

Kepala Bagian Hukum melakukan pengawasan terhadap


pelaksanaan Peraturan ini.

Pasal 5

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 JUNI 2020
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

NOVIE RIYANTO R.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEgAfaa^AGIAN HUKUM

.I direktoratjendSal]* ..
^ sart
j^v^Pembin^^
199503 2 001
Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor : KP 114 TAHUN 2020
Tanggal : 15 JUNI 2020

BUKUI :

Petunjuk Teknis Penjoisunan Peraturan


Perundang-Undangan di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
DAFTAR ISI

Halaman
Daftar isi i

Bab I : Ketentuan Umum


A. Definisi 1
B. Tujuan 2
C. Ruang Lingkup dan Sumber Penjoisunan Peraturan Perundang
undangan 2
D. Acuan Peraturan Perundang-Undangan 3
E. Sifat Pengaturan dan Bentuk Peraturan Perundang-Undangan 3

Bab II : Wewenang Dan Tanggung Jawab Penyusunan Peraturan


Perundang-Undangan
A. Wewenang 5
B. Tanggung Jawab 5

Bab III : Proses Penjnasunan Peraturan Perundang-Undangan


A. Perencanaan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan 7
B. Proses Penyusunan Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat Edaran
Menteri 8
C. Proses Penyusunan Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat Edaran
Direktur Jenderal 9

Bab VI : Kerangka Peraturan Perundang-Undangan


A. Kerangka Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat Edaran Menteri 11
B. Kerangka Peraturan/Keputusan/Instruksi Direktur Jenderal 11
C. Kerangka Surat Edaran Direktur Jenderal 14

Bab V : Publikasi dan Dokumentasi


A. Pengundangan 15
B. Penyebarluasan 15
C. Dokumentasi 16

Appendix I
A. Tahapan Penetapan Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat Edaran
Menteri 17
B. Tahapan Penetapan Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat Edaran
Direktur Jenderal 19

Appendix II
A. Contoh Format Peraturan Direktur Jenderal 20
B. Contoh Format Keputusan Direktur Jenderal 21
C. Contoh Format Instruksi Direktur Jenderal 22
D. Contoh Format Surat Edaran Direktur Jenderal 23
BAB I

KETENTUAN UMUM

A. Deflnisi

1. Peraturan Menteri Perhubungan adalah peraturan


perundang-undangan yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan,
untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah) atau berdasarkan
kewenangan yang bersifat mengatur dan mengikat secara umum .
2. Keputusan Menteri Perhubungan, adalah keputusan yang ditetapkan
oleh Menteri Perhubungan untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, Peraturan Menteri
Perhubungan atau berdasarkan kewenangan, yang bersifat
menetapkan dan/atau mengikat secara individual atau dalam
lingkup terbatas .

3. Peraturan Direktur Jenderal adalah peraturan yang ditetapkan oleh


Direktur Jenderal, untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi (Peraturan Menteri) atau
berdasarkan kewenangannya.

4. Keputusan Direktur Jenderal adalah keputusan yang ditetapkan oleh


Direktur Jenderal untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, Peraturan Direktur Jenderal
atau berdasarkan kewenangan, yang bersifat menetapkan dan mengikat
secara individual atau dalam lingkup terbatas [Beschiking).
5. Instruksi Direktur Jenderal adalah naskah dinas yang memuat perintah
berupa petunjuk arahan mengenai pelaksanaan kebijakan suatu
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
atau atas nama Direktur Jenderal.

6. Surat Edaran adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan


tentang hal tertentu yang dianggap penting dan mendesak.
7. Unit Keija adalah unit kerja yang mempunyai tugas dan fungsi membina
dan melaksanakan kegiatan teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara.

8. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama antara instansi/unit dalam


pelaksanaan tugas-tugas tertentu sehingga terdapat saling mengisi,
membantu dan melengkapi dalam pelaksanaan kegiatan.
9. Tahapan proses adalah tahapan kegiatan yang dilakukan dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan termasuk kesepakatan
bersama dan peijanjian keijasama mulai dari timbulnya prakarsa
sampai dengan ditetapkan.
1
10. Menteri adalah Menteri Perhubungan

11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

12. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

B. Tujuan

Petunjuk Teknis ini bertujuan untuk :

a. menjadi pedoman dalam proses penetapan produk peraturan


perundang-undangan/hukum di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;

b. mewujudkan keseragaman pola/bentuk produk peraturan


perundang-undangan/hukum di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;

c. mewujudkan produk peraturan perundang-undangan/hukum yang


berkualitas;

d. mewujudkan keterpaduan materi dan koordinasi dalam penyusunan


produk peraturan perundang-undangan/hukum;

e. menjamin penyampaian/pendistribusian produk peraturan


perundang-undangan/hukum di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara.

C. Ruang Lingkup dan Sumber Penyusunan Peraturan


Perundang-undangan

1. Ruang lingkup tata cara tetap penyusunan peraturan


perundang-undangan di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara yang diatur pada buku I meliputi:

a. perencanaan penyusunan peraturan perundang-undangan di


lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

b. wewenang dan tanggungjawab penyusunan peraturan


perundang-undangan di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;

c. tata cara penyusunan peraturan perundang-undangan di


lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
d. bentuk, format dan standar pengetikan peraturan
perundang-undangan di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;

e. pengundangan, penyebarluasan dan dokumentasi peraturan


perundang-undangan.
2. Peraturan yang diatur dalam Buku I sebagaimana dimaksud pada butir
1 diatas meliputi seluruh peraturan yang bersumber dari :

a. amanat peraturan yang lebih tinggi;


b. kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi;
c. adopsi ketentuan internasional (Konvensi) ;
d. Kebijakan Pemerintah.

D. Acuan Peraturan Perundang-undangan

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956).

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234).

3. Peraturan Presiden yang mengatur tentang Organisasi Kementerian


Negara Republik Indonesia.

4. Peraturan Presiden yang mengatur tentang Kementerian Perhubungan.

5. Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang tentang Tata


Cara Tetap Pelaksanaan Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan,
Kesepakatan Bersama Dan Perjanjian Kerjasama Di Lingkungan
Kementerian Perhubungan.

6. Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang Organisasi


dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan Sifat Pengaturan dan Bentuk
Peraturan Perundang-Undangan di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara

E. Sifat Pengaturan dan Bentuk Peraturan Perundang-Undangan

1. Menurut sifatnya peraturan dikelompokkan menjadi 3:

a. Peraturan yang memiliki sifat pengaturan {regeling). Yakni


peraturan yang berbentuk tertulis dan memuat norma hukum
yang mengikat secara umum seperti :
1) Undang-Undang;
2) Peraturan Pemerintah;
3) Peraturan Presiden;
4) Peraturan Menteri.

b. Peraturan memiliki sifat penetapan administratif (beshiking).


Yakni peraturan tertulis yang memuat norma hukum namun
tidak mengatur kepentingan umum/ publik bersifat kongkrit,
individual dan final serta dibuat oleh organ yang berwenang.
seperti :
1) Keputusaan Menteri; dan
2) Keputusan Direktur Jenderal

c. Peraturan Kebijakan {beleidsregels) yakni Dokumen tertulis yang


dibuat oleh pejabat administrasi dalam rangka melaksanakan
tugas pemerintahan {freies ermessen), merupakan penegasan
dan/atau penjabaran peraturan perundang-undangan dan tidak
membuat norma baru, antara lain :
1) Peraturan Direktur Jenderal;
2) Surat edaran Menteri/ Direktur Jenderal/Pejabat yang
ditunjuk sesuai dengan substansi Surat Edaran;
3) Instruksi Menteri/Direktur Jenderal.

2. Peraturan Kebijakan (beleidsregels] sebagaimana dimaksud pada


angka 1 huruf c bertumpu pada prinsip kebebasan yang diberikan
kepada pemerintah sepanjang menyangkut pembuatan peraturan yang
sifatnya teknis dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Berisi Petunjuk Teknis dan/atau Pedoman Teknis Operasional
guna memberikan panduan dalam melaksanakan suatu aturan;
terdapat peraturan terkait yang membutuhkan penjelasan lebih
ianjut;
penerbitannya dimaksudkan untuk mengingatkan kembali
peraturan yang belum diimplementasikan;
- substansi tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan;
materi/muatannya dapat dipertanggungjawabkan secara moril
dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good
governance).
BAB n

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PENYUSUNAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Wewenang

1. Menteri berwenang untuk menerbitkan ;

a. Peraturan Menteri, dengan subtansi pengaturan yang mencakup


antara lain Ketentuan yang bersifat Kebijakan, Pengaturan terkait
Standard minimal yang harus dipenuhi, Penegakan Hukum serta
Pemenuhan hak dan kewajiban/kewenangan;

b. Keputusan Menteri;

c. Surat edaran Menteri;

d. Instruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Direktur Jenderal berwenang menerbitkan :

a. Peraturan Direktur Jenderal dengan subtansi pengaturan yang


mencakup antara lain Ketentuan yang bersifat teknis, berisi
petunjuk pelaksanaan dan prosedur dan tidak ada pengenaan
sanksi.
b. Keputusan Direktur Jenderal;
c. Instruksi Direktur Jenderal; dan
d. Surat Edaran

3. Penandatanganan Peraturan Direktur Jenderal tidak dapat


dilimpahkan kepada Pejabat setingkat dibawahnya, kecuali
menyangkut masalah-masalah tertentu yang bersifat penetapan
berdasarkan pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang
ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal.

B. Tanggung Jawab

1. Berkaitan dengan Penyusunan Peraturan perundang-undangan,


Bagian Hukum sebagai Unit Hukum yang berada di bawah Sekretariat
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara ditugaskan untuk
melaksanakan penyiapan penyusunan rancangan peraturan
perundang-undangan dilingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara.

2. Bagian Hukum melalui Sub Bagian Peraturan Perundang-Undangan,


mempunyai tugas dan fungsi :

a. Penyiapan bahan penyusunan peraturan perundang-undangan di


bidang penerbangan;
b. Penyiapan pembinaan terhadap penyusunan peraturan
perundang-undangan di bidang penerbangan;
c. Perencanaan penelaahan dan penyusunan peraturan
perundang-undangan bidang penerbangan;
d. Penyiapan koordinasi penyusunan peraturan
perundang-undangan di bidang penerbangan;
e. Penyiapan evaluasi dan harmonisasi peraturan
perundang-undangan di bidang penerbangan;
f. Penyiapan pelaksanaan jaringan dokumentasi hukum dan
peraturan perundang-undangan.

3. Prakarsa rancangan peraturan perundang-undangan dapat dilakukan


oleh Direktorat Teknis dan Unit Kerja Lain di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan udara.

4. Direktorat Teknis dan Unit Kerja Lain sebagai pemrakarsa rancangan


peraturan mempunyai tugas dan fungsi :

a. menyiapkan perencanaan penyusunan peraturan


perundang-undangan sesuai bidangnya masing-masing;

b. menyiapkan bahan peraturan perundang-undangan sesuai


bidangnya masing-masing;

c. melakukan koordinasi penyusunan peraturan


perundang-undangan sesuai bidangnya masing-masing;

d. memberikan pertimbangan pen5rusunan peraturan


perundang-undangan dalam implementasi di lapangan; dan

e. Menyiapkan justifikasi/urgensi penyusunan peraturan.


BAB III

PROSES PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Perencanaan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan

1. Proses penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan


Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, dapat diprakarsai oleh Bagian
Hukum, Direktorat Teknis, maupun unit kerja lain yang membutuhkan.

2. Proses Penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan


Direktorat Jenderal Perhubungan Udara meliputi :

a. Peraturan/Keputusan/Instruksi Menteri/Surat Edaran Menteri;

b. Peraturan/Keputusan/Instruksi Direktur Jenderal/Surat Edaran


Direktur Jenderal

3. Sebagai Pedoman Penyusunan peraturan perunadang-undangan di


Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Direktorat Teknis
maupun unit kerja lain yang membutuhkan, dapat membuat perencanaan
penyxisunan peraturan perundang-undangan dalam program penyusunan
peraturan perundang-undangan tahunan.

4. Perencanaan penyusunan peraturan perundang-undangan sebagaimana


dimaksud angka 3 ditetapkan dalam jangka waktu 1 tahun dan harus
memuat sekurang-kurangnya ;

a. daftarjudul;

b. dasar hukum pembentukan; dan

c. target waktu penyelesaian Peraturan.

5. Dalam perencanaan penyusunan peraturan perundang-undangan


sebagaimana dimaksud dalam angka 3, Direktorat teknis dan unit keija
berkoordinasi dengan Bagian Hukum.

6. Direktorat teknis maupun unit keija lain, dapat mengusulkan rancangan


peraturan perundang-undangan diluar program penyxisunan peraturan
perundang-undangan tahunan dengan pertimbangan berdasarkan :

a. amanat peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; atau

b. adanya kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi


c. kebijakan pimpinan; atau

d. kebutuhan Direktorat teknis.

7. Rancangan peraturan perundang-undangan di luar program penyusunan


Peraturan sebagaimana dimaksud pada pada angka 4 dapat mengubah target
waktu penyelesaian rancangan Peraturan perundang-undangan yang telah
disampaikan.
8. Perubahan target waktu penyelesaian rancangan Peraturan sebagaimana
dimaksud pada angka 6 disertai dengan pertimbangan atau alasan
perubahan, dan hanya dapat dilakukan untuk target waktu dalam 1 (satu)
tahun bersangkutan atau tidak melebihi tahun tersebut.

B. Proses Penyusunan Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat Edaran Menteri.

1. Direktorat Teknis/ Unit Kerja Terkait dapat mengusulkan suatu rancangan


Peraturan/Keputusan/Instruksi/ Surat Edaran Menteri yang tekait dengan
sektor perhubungan udara;

2. Dalam proses pengusulan, Direktorat Teknis atau Unit Kerja lain yang
terkait dengan susbtansi rancangan Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat
Edaran Menteri tersebut dapat melakukan koordinasi dengan pihak-pihak
dan stakeholder penerbangan guna men5aisun telaahan dan urgensi
penyusunan peraturan. Hasil koordinasi tersebut diakomodir dalam konsep
rancangan peraturan/keputusan/instruksi Menteri kemudian disampaikan
kepada Bagian Hukum.

3. Konsep rancangan sebagaimana dimaksud pada angka 2, wajib disertai


dengan ;

a. latar Belakang materi dalam rancangan

b. tujuan yang ingin dicapai;

c. pokok-pokok materi yang diatur.

4. Bagian Hukum dalam rangka penyempumaan hasil telaahan


Peraturan/Keputusan/Instruksi/ Surat Edaran Menteri dapat melakukan
rapat pembahasan dan koordinasi untuk memfinalisasi peraturan tersebut
atau rapat-rapat internal lainnya.

5. Untuk Rancangan Peraturan Menteri, sebelum disampaikan kepada Menteri


Perhubungan melalui Sekretaris Jenderal, Bagian Hukum dapat melakukan
uji publik yang mengundang Direktorat Teknis dan Unit kerja pemrakarsa
serta pihak-pihak terkait dan stakeholder penerbangan untuk mendapatkan
masukan dan tanggapan.

6. Selain Uji Publik, Peraturan Menteri dan Peraturan Direktur Jenderal dapat
dilakukan publikasi rancangan peraturan melalui website resmi [Notice to
Proposed for Rule Making) dengan jangka waktu 3 bulan guna mendapatkan
masukan dari stakeholder dan masyarakat. Tanggung jawab publikasi
sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh Bagian Perencanaan setelah
mendapatkan draft final peraturan yang sudah diparaf oleh Unit Kerja
Pemrakarsa.

7. Masukan stakeholder dan masyarakat hasil dari uji publik dan publikasi dari
website akan menjadi bahan pertimbangan dalam penyempumaan draft
peraturan.
8. Rancangan Peraturan Menteri yang sudah disempurnakan sebagaimana
dimaksud pada butir 7, disampaikan kepada Sekretaris Jenderal tembusan
Kepala Biro Hukum, Kementerian Perhubungan untuk diproses sesuai
peraturan perundang-undangan.

9. Alur proses penetapan Peraturan/Keputusan/Instruksi Menteri/ Surat


Edarein sejak dari prakarsa sampai disampaikan kepada Sekretariat
Jenderal seperti tercantum dalam Appendix I.

C.Proses Penyusunan Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat Edaran Direktur


Jenderal/Surat Edaran

1. Direktorat Teknis dan Unit Kerja Lain dapat mengusulkan suatu rancangan
Peraturan/Keputusan/Instruksi Direktur Jenderal sesuai dengan bidang
masing-masing.

2. Dalam proses pengusulan, Direktorat Teknis atau Unit Keija lain yang
terkait dengan susbtansi rancangan Peraturan/ Keputusan/ Instruksi/
Surat Edaran Direktur Jenderal dapat melakukan koordinasi dengan
pihak-pihak dan stakeholder penerbangan guna menyusun telaahan dan
urgensi penyusunan peraturan. Hasil koordinasi tersebut diakomodir dalam
konsep rancangan peraturan/keputusan/instruksi Direktur Jenderal yang
kemudian disampaikan kepada Bagian Hukum.

3. Konsep rancangan sebagaimana dimaksud pada angka 2, wajib disertai


dengan :

a. latar Belakang materi dalam rancangan

b. tujuan yang ingin dicapai;

c. pokok-pokok materi yang diatur;dan

d. dokumen acuan perancangan.

4. Bagian Hukum dalam rangka penyempurnaan rancangan


Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat Edaran Direktur Jenderal, bila
diperlukan dapat melakukan rapat/koordinasi dengan unit kerja
pemrakarsa atau pihak-pihak terkait.

5. Rancangan Peraturan/ Keputusan/ Instruksi/ Surat Edaran Direktur


Jenderal yang sudah disempurnakan secara teknik penyusunannya {legal
drafting) akan diparaf oleh Kepala Bagian Hukum untuk disampaikan
kembali kepada unit kerja pemrakarsa guna dibubuhkan paraf pejabat
eselon III sebagai pemrakarsa dan persetujuan pejabat eselon II atau
pimpinan unit kerja.

6. Rancangan peraturan/ keputusan / instruksi / Surat EdaranDirektur


Jenderal yang telah mendapatkan paraf persetujuan dari Direktorat Teknis
dan/atau Unit kerja terkait, disampaikan kepadda Sekretaris Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara untuk mendapatkan paraf persetujuan untuk
kemudian disampaika kepada Direktur Jenderal guna proses Penetepan.
7. Peraturan/ Keputusan/ Instruksi /Surat Edaran yang telah ditetapkan
Direktur Jenderal akan disampaikan kembali ke Bagian Hukum untuk
penomoran dan pembuatan salinan.

8. Salinan Peraturan dibuat dan ditandatangani oleh Kepala Bagian Hukum


dan disampaikan ke Unit Kerja pemrakarsa.

9. Alur proses penetapan Peraturan/Keputusan/Instruksi /Surat Edaran


Direktur Jenderal sejak dari prakarsa sampai penetapan oleh Direktur
Jenderal seperti tercantum dalam Appendix I,

10
BAB IV

KERANGKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Kerangka Peraturan/Keputusan/lnstruksi/Surat Edaran Menteri

Ketentuan dan format Kerangka Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat


Edaran Menteri diatur dalam Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur tentang tentang Tata Cara Tetap Pelaksanaan Penyusunan
Peraturan Perundang-Undangan, Kesepakatan Bersama Dan Perjanjian
Kerjasama Di Lingkungan Kementerian Perhubungan.

B. Kerangka Peraturan/Keputusan/Instruksi Direktur Jenderal

1. Peraturan/Keputusan/Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara


ditandatangani oleh Direktur Jenderal dengan mengunakan kertas
dengan kop frasa KEMENTERIAN PERHUBUNGAN dan dibawahnya
frasa tersebut ditulis DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN
UDARA, yang diletakkan di tengah margin dan di pojok kiri atas, serta
seluruhnya ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda baca.

2. Kerangka penyusunan peraturan perundang-undangan, yang berbentuk


Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Keputusan Direktur
Jenderal Perhubungan Udara, dan Instruksi Direktur Jenderal, terdiri
dari:

a. Judul

Judul diletakkan di bawah kop dengan format sebagai berikut:

1) di bawah tulisan DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN


UDARA terdapat jenis Peraturan/Keputusan/Instruksi Direktur
Jenderal Perhubungan Udara, semuanya dengan huruf kapital
tanpa tanda baca;

2) di bawah jenis peraturan/keputusan/instruksi terdapat nomor,


kodering pemrakarsa dan tahun penetapan
peraturan/keputusan/instruksi, semuanya dengan huruf
kapital tanpa tanda baca;

3) di bawah nomor, nomor kodering, dan tahun penetapan terdapat


kata TENTANG letaknya di tengah margin, semuanya dengan
huruf kapital tanpa spasi; dan

4) di bawah kata TENTANG terdapat nama


peraturan/keputusan/instruksi, semuanya dengan huruf
kapital tanpa tanda baca.

b. Pembukaan

Pembukaan diletakkan di bawah judul dengan format sebagai


berikut:

11
1) frasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ditulis
dengan huruf kapital simetris dan diletakkan ditengah margin.

2) di bawah frasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


terdapat kata DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
ditulis dalam huruf kapital dan diakhiri dengan tanda koma.

3) konsiderans, yaitu Menimbang, memuat uraian singkat tentang


pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan
filosofis, yuridis, dan sosiologis pembuatan peraturan.

4) dasar hukum Mengingat, memuat dasar kewenangan dan


peraturan perundang-undangan yang memerintahkan
pembuatan peraturan tersebut. Peraturan perundang-undangan
yang menjadi dasar hukum adalah peraturan yang tingkatannya
sederajat atau lebih tinggi.

5) di bawah dasar hukum Mengingat, sebelum diktum


Menetapkan, ditulis kata MEMUTUSKAN ditulis dalam huruf
kapital, dengan margin tengah, dan diakhiri dengan tanda baca
titik dua.

6) diktum Menetapkan, memuat nama peraturan yang akan diatur


sesuai dengan judul peraturan tersebut, dengan cara penulisan
dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda baca titik dan
penempatan simetris ditengah.

c. Batang Tubuh

1) Batang tubuh Peraturan Direkur Jenderal memuat semua


substansi peraturan yang akan dirumuskan dan diatur dalam
pasal-pasal. Substansi dalam batang tubuh dikelompokkan ke
dalam hal-hal sebagai berikut:

a) Ketentuan umum;

b) Materi pokok yang diatur;

c) Ketentuan peralihan (jika diperlukan); dan

d) Ketentuan penutup

2) Batang tubuh Keputusan Direktur Jenderal dirumuskan dalam


bentuk DIKTUM dan menyebut PERTAMA, KEDUA dan
seterusnya, ditulis dengan huruf kapital.

3) Batang tubuh Instruksi Direktur Jenderal dirumuskan dalam


bentuk DIKTUM dan menyebut PERTAMA, KEDUA dan
seterusnya, ditulis dengan huruf kapital.

d. Penutup

Penutup merupakan bagian akhir substansi peraturan/ keputusan/


instruksi yang memuat:

12
1) Tempat dan tanggal penetapan;

2) Dibawah tempat dan tanggal penetapan, ditulis jabatan


DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA diikuti dengan
tanda tangan Direktur Jenderal Perhubungan Udara dan
dibawahnya ditulis nama Direktur Jenderal Perhubungan Udara
dalam huruf kapital tanpa tanda baca, margin tengah dan
diletakkan di sisi kanan peraturan/keputusan/instruksi.

3) Khusus untuk Keputusan Direktur Jenderal dan Instruksi


Direktur Jenderal, di bawah nama Direktur Jenderal
Perhubungan Udara, ditulis "Salinan Keputusan/Instruksi
disampaikan kepada....", diikut dengan pihak-pihak yang harus
mendapatkan salinan dari Keputusan/Instruksi ini;

4) Untuk lembaran publikasi, di bawah yang terdiri dari "salinan


sesuai dengan aslinya, nama jabatan, tanda tangan pejabat dan
nama lengkap pejabat yang menandatangani lembaran publikasi
tersebut;

e. Penjelasan (jika diperlukan)

Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentukan Peraturan


Perundang-undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh.

f. Lampiran (jika diperlukan)

Lampiran dinyatakan dalam batang tubuh bahwa lampiran


dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Perundang-undangan, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) memuat antara lain uraian, daftar, tabel, gambar, peta dan


sketsa.

2) apabila memerlukan lebih dari 1 (satu) Lampiran, tiap lampiran


harus diberi nomor urut dengan menggunakan angka romawi.

3. Peraturan Direktur Jenderal, Keputusan Direktur Jenderal dan


Instruksi Direktur Jenderal, dibuat diatas kertas dengan ukuran F4 dan
jenis huruf Bookman Old Style ukuran 12.

4. Peraturan Direktur Jenderal, Keputusan Direktur Jenderal dan


Instruksi Direktur Jenderal dibuat dalam bahasa Indonesia, dan dapat
diteijemahkan ke bahasa lainnya jika dibutuhkan.

5. Kerangka Peraturan Direktur Jenderal, Keputusan Direktur Jenderal


dan Instruksi Direktur Jenderal, sesuai dengan Contoh Format Direktur
Jenderal, Keputusan Direktur Jenderal dan Instruksi Direktur Jenderal
tercantum dalam Appendix II.

13
C. Kerangka Surat Edaran Direktur Jenderal

1. Surat edaran memuat pemberitahuan tentang hal-hal tertentu berupa


perintah, petunjuk atau penjelasan yang dianggap penting dan
mendesak. Kerangka penyusunan surat edaran Direktur Jenderal terdiri
dari:

a. Kepala Surat

Kepala surat dalam Surat Edaran Direktur Jenderal memuat;

a) Kop naskah dinas yang berisi gambar lambang instansi dan


nama instansi yang ditulis dengan huruf kapital dipojok kiri
atas;

b) Tulisan SURAT EDARAN dicantumkan ditengah dengan huruf


kapital dan nomor surat edaran dibawahnya;

c) Kata TENTANG dicantumkan dibawah kata "SURAT EDARAN


dan ditulis dengan huruf kapital;

d) Rumusan judul SURAT EDARAN di tulis ditengah dan dibawah


tulisan TENTANG.

b. Batang Tubuh

Batang Tubuh Surat Edaran memuat:

a) alasan tentang perlunya dibuat surat edarsin;

b) peraturan yang menjadi dasar pembuatan suarat edaran; dan

c) pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap mendesak

0. Penutup

Penutup Surat Edaran memuat:

a) Tempat dan tanggal penetapan;

b) Nama jabatan DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN


UDARA dan tanda tangan Direktur Jenderal yang menetapkan
serta nama lengkap Direktur Jenderal yang menandatangani;
dan

c) Tembusan

2. Surat Edaran Direktur Jenderal dibuat diatas kertas dengan ukuran F4


dan jenis huruf Bookman Old Style ukuran 12.

3. Surat Edaran Direktur Jenderal dibuat dalam bahasa Indonesia, dan


dapat diterjemahkan ke bahasa lainnya jika dibutuhkan.

4. Kerangka Surat Edaran Direktur Jenderal sesuai dengan Contoh Format


Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungein Udara tercantum dalam
Appendix II.

14
BAB V

PUBLIKASI DAN DOKUMENTASI

A. Pengundangan

1. Peraturan perundang-undangan yang sudah ditetapkan oleh Pejabat


yang berwenang sesuai dengan hierarkinya akan disampaikan oleh
Unit Hukum di Sekretariat Jenderal kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum guna
pengundangan dalam :

a. Lembaran Negara Republik Indonesia;

b. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (UU, PP, Perpres);

c. Berita Negara Republik Indonesia (PM);

2. Pengundangan sebagaimana tersebut dimaksudkan agar setiap orang


mengetahui dan memastikan penegakan hukum dapat berjalan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

3. Pengundangan Peraturan sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak


termasuk :

a. Keputusan/Instruksi/ Surat Edaran Menteri Perhubungan

b. Peraturan /Keputusan/lnstruksi/Surat Edaran Direktur Jenderal;

B. Penyebarluasan

1. Dalam rangka penyebarluasan Peraturan perundang-undangan


dilakukan melalui:

a. Sosialisasi kepada unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal ,


stakeholder penerbangan dan pihak-pihak terkait;

b. Publikasi elektronik dengan mengunggah (Upload) ke Jaringan


Dokumentasi dan Informasi Hukum (Website JDIH Kementerian
Perhubungan : www.jdih.dephub.go.id)

c. Publikasi elektronik dengan mengunggah (Upload) ke website


Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
(www.hubud.dephub.go.id)

2. Prosedur Publikasi elektronik melalui JDIH sebagaimana dimaksud


pada angka 1 (b) berupa :

a. Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat Edaran Menteri


dilaksanakan oleh Unit Hukum Sekretariat Jenderal sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

b. Peraturan/Keputusan/Instruksi/Surat Edaran Direktur Jenderal


dilaksanakan oleh Bagian Hukum, Setditjen Hubud.
15
3. Prosedur Publikasi elektronik melalui website Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara sebagaimana dimaksud pada angka 1 (c)
dilaksanakan untuk Peraturan Menteri, Peraturan /Keputusan/
Instruksi/Surat Edaran Direktur Jenderal. Pelaksanaan publikasi
dilaksanakan oleh Unit kerja di bawah Sekretaris Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara yang membidangi website/ data base
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak Bagian Hukum menyampaikan
dokumen yang sudah ditetapkan.

4. Penyebarluasan peraturan sebagaimana dimaksud dalam angka 1


diatas tidak termasuk Keputusan/Instruksi/Surat Edaran yang
dikeluarkan oleh Menteri dan atau Direktur Jenderal.

5. Surat Edaran/Instruksi Menteri Perhubungan/Surat


Edaran/Instruksi Direktur Jenderal mengingat sifatnya yang
insidental maka penyebarluasannya dilakukan pada satu waktu
tertentu dan ditujukan pada unit kerja/pihak terkait.

6. Peraturan/Keputusan/Instruksi Direktur Jenderal yang


disebarluaskan merupakan naskah salinan yang ditandatangani oleh
Pimpinan Bagian Hukum dengan stempel resmi Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara

7. Peraturan Perundang-undangan yang berkedudukan lebih tinggi dari


Peraturan/Keputusan Menteri penyebarluasannya dapat
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal sepanjang menyangkut
pengaturan penerbangan.

C. Dokumentasi

Bagian Hukum Sekretariat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara


melakukan dokumentasi peraturan perundang-undangan bidang
penerbangan baik secara manual maupun elektronik.

16
APPENDIX I

A. TAHAPAN PROSES PENETAPAN PERATURAN / KEPUTUSAN / INSTRUKSI


MENTERI PERHUBUNGAN

SEKRETA-
UNIT BAGIAN UNIT RIS DIREKTUR SEKRETA-
NO PROSES PEMRA- HUKUM KERJA DIREKTO JENDERAL RIS
KARSA TERKAIT RAT JENDERAL
JENDE-
RAL
Direktorat Teknis atau Unit Keija
lain yang terkait dengan
susbtansi Rancangan Peraturan /
Keputusan / Instruksi Menteri
tersebut dapat melakukan
koordinasi dengan pihak-pihak
dan stakeholder penerbangan
guna menyusun telaahan dan
urgensi penyusunan peraturan.
Hash koordinasi tersebut
diakomodir dalam rancangan
Peraturan / Keputusan /
Instruksi Menteri
Rancangan Peraturan /
Keputusan / Instruksi Menteri
kemudian disampaikan kepada
Bagian Hukum disertai dengan:
- latar Belakang materi daJam
rancangan
- tujuan yang ingin dicapai
- pokok-pokok materi yang diatur
Bagian Hukum dalam rangka
penyempumaan basil telaahan
rancangan Peraturan /
Keputusan / Instruksi Menteri
dapat melakukan rapat
pembahasan dan koordinasi
untuk memiinaUsasi peraturan
tersebut atau rapat-rapat internal
lainnya.

Untuk Rancangan Peraturan


Menteri, sebelum disampaikan
kepada Menteri Perhubungan
melalui Sekretaris Jenderal,
Bagian Hukum dapat melakukan
uji publik yang mengundang
Direlrtorat Teknis dan Unit keija
pemrakarsa serta pihak-pihak
terkait dan stakeholder
penerbangan untuk mendapatkan
masukan dan tanggapan

Selain Uji Publik, Rancangan


peraturan dapat dipublikasikan
melalui website resmi Direktorat
Jenderal (Notice to Proposed rule
makingj dalam jangka waktu 3
bulan guna mendapatkan
masukan.
Rancangan Peraturan /
Keputusan / Instruksi Menteri
yang telah difmalisasi diparaf oleh
Kepala B^an Hukum untuk
serta disampaikan kepada unit
pemrakarsa serta unit keija
terkait (bila substansi rancangan
Peraturan / Keputusan /
Instruksi Menteri tersebut
berkaitan dengan tugas dan
fungsi unit keija terkait) untuk
proses paraf persetujuan
Unit pemrakarsa serta unit keija
terkait melakukan paraf
persetujuan dan mengerabalikan
rancangan Peraturan /
Keputusan / Instruksi Menteri
tersebut kepada Bagian Hukum

17
Bagian Hukum menyaropaikan
rajicangaji Peraturaji /
Keputusan / Instruksi Menteri
yang telah mendapat paraf
persetujuan oleh unit pemraJ^sa
serta unit keija terkait diajukan
kepada Sekretaris Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara
dengan disettai:
• Nota dinas Sekretaris Direktorat
Jenderal kepada Direktur
Jenderal
- Surat Direktur Jenderal kepada
Sekretaris Jenderal
Kementerian Perhubungan
- Data dukung terkait rancangan
Peraturan / Keputusan /
Instruksi Menteri dimaksud
Rancangan Peraturan /
Keputusan / Instruksi Menteri
yang telah mendapat paraf
persetujuan Sekretaris Direktorat
Jender^ disampaikan kepada
Direktur Jenderal
Rancangan Peraturan /
Keputusan / Instruksi Menteri
yang telah mendapat paraf
persetujuan Sekretaris Direlrtorat
Jender^ disampaikan kepada
Direktur Jenderal
Rancangan Peraturan /
Keputusan / Instruksi Menteri
yang telah mendapat paraf
persetujuan Direktur Jenderal
disampaikan kepada Seketahs
Jenderal Kementerian
Perhubungan guna proses
penetapan oleh Menteri
Perhubungan
10 Peraturan / Keputusan /
Instruksi Menteri yang telah
ditetapkan oleh Menteri
Perhubungan dan diundangkan
untuk Peraturan Menteri,
dipublikasikan oleh Biro Hukum
melalui JDIH

IS
B. TAHAPAN PROSES PENETAPAN PERATURAN / KEPUTUSAN / INSTRUKSI
DIREKTUR JENDERAL

SEKRETA-
UNIT UNIT RIS
NO PROSES PEMRA- BAGIAN KERJA DIREKTO DIREKTUR
KARSA HUKUM TERKAIT RAT JENDERAL
JENDE
RAL
Direktorat Teknis alau Unit Keija lain
yang terkait dengan susbtansi Rancangan
Peraturan / Keputusan / Instruksi 4
Direktur Jenderal tersebut dapat
melakukan koordinasi dengan pihak-
pihak dan stakeholder penerbangan guna
menyusun telaahan dan urgensi
penyusunan peraturan. Hasil koordinasi
tersebut diakomodir dalam rancangan
Peraturan / Keputusan / Instruksi
Direktur Jenderal
Rancangan Peraturan / Keputusan /
Instruksi Direktur Jenderal kemudian
disampaikan kepada Bagian Hukum
disertai dengan:
- latar Belakang materi dalam rancangan
- tujuan yang ingin dicapai
- pokok-pokok materi yang diatur
- dokumen acuan perancangan
Bs^an Hukum dalam rangka
penyempumaan hasil telaahan rancangan
Peraturan / Keputusan / Instruksi
Direktur Jenderal dapat melakukan rapat
pembahasan dan koordinasi untuk
memfinalisasi peraturan tersebut atau
rapat-rapat internal lainnya
Rancangan Peraturan / Keputusan /
Instruksi Direktur Jenderal yang telah
difinalisasi diparaf oleh Kepala Bagian
Hukum untuk serta disampaikan kepada
unit pemrakarsa serta unit keija terkait
(bila substansi rancangan Peraturan /
Keputusan / Instruksi Direktur Jenderal
tersebut berkaitan dengan tugas dan
fiingsi unit keija terkait) untuk proses
paraf persetujuan
Unit pemrakarsa serta unit keija terkait
melalmkan paraf persetujuan dan
mengembalikan rancangan Peraturan /
Keputusan / Instruksi Direktur Jenderal
tersebut kepada Bagian Hukum
Bagian Hukum menyampaikan rancangan
Peraturan / Keputusan / Instruksi
Direktur Jenderal yang telah mendapat
paraf persetujuan oleh unit pemrakarsa
serta unit keija terkait diajukan kepada
Sekretaris Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dengan disertai:
- Nota dinas Sekretaris Direktorat
Jenderal kepada Direktur Jenderal
- Data dukung terkait rancangan
Peraturan / Keputusan / Instruksi
Menteri dimaksud
Rancangan Peraturan / Keputusan /
Instruksi Direktur Jenderal yang telah
mendapat paraf persetujuan Sekretaris
Direktorat Jender^ disampaikan kepada
Direktur Jenderal
Rancangan Peraturan / Keputusan /
Instruksi Direktur Jenderal yang telah
mendapat paraf persetujuan Sekretaris
Direktorat Jender^ disampaikan kepada
Direktur Jenderal untuk penetapan
Peraturan / Keputusan / Instruksi Bagian
Direktur Jenderal yang telah ditetapkan Keo'asama dan
Humas
oleh Direktur Jenderal akan dikembalikan
pada Bagian Hukum untuk proses
penomoran kepada Bagian Keijasama dan
Humas
10 Peraturan / Keputusan / Instruksi Bagian
Perencanaan
Direktur Jenderal yang telah diberi nomor
dibuat salinan atas nama Kepala Bagian
Hukum, dan disampaikan kepada Bagian
Perencanaan untuk publikasi melalui
website hubud.dephub.go.id

19
W^-

APPENDIX 11

A. CONTOH FORMAT PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR:

TENTANG

(nama peraturein semuanya menggunakan huruf kapital, dan diakhiri tanpa tanda baca)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang : a. bahwa

b. bahwa

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf


a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara tentang ;

Mengingat 1.

2.

3 dan seterusnya

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang .... (nama


peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara)

Pasal 1

dan seterusnya

Pasal...

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

(tanda tangan)

NAMA

(tanpa gelar, pangkat, dan/atau induk pegawai)

20
B. CONTOH FORMAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR:

TENTANG:

(nama keputusan semuanya menggunakan huruf kapital, dan diakhiri tanpa tanda baca)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Menimbang : a. bahwa

b. bahwa

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan


huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
tentang ;

Mengingat : 1.

2.

3 dan seterusnya ;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang .... (nama Keputusan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara)

PERTAMA

KEDUA

KETIGA : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

(tanda tangan)

NAMA

(tanpa gelar, pangkat, dan/atau induk pegawai)

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:

1 ;

2 :

21
C. CONTOH FORMAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR:

TENTANG:

(nama instruksi semuanya men^unakan huruf kapital, dan diakhiri tanpa tanda baca)

Dalam rangka

Kepada : 1

3. dan seterusnya.

Untuk

PERTAMA

KEDUA

KETIGA Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

(tanda tangan)

NAMA

(tanpa gelar, pangkat, dan/atau induk pegawai)

Salinan Keputusan Menteri Ini disampaikan kepada:

1 ;

2 ;

3. dan seterusnya

22
D. CONTOH FORMAT SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Mmulk Jl. Merdeka Barat No.8 Telepon 3505SS0-3505006 Fax ; 3505135-3505139
Jakarta lOlJO {Sentral} 3507144

Kotak Pos 1389 Jakarta 10013

SURAT - EDARAN

Nomor: (penomoran yang berurutan dalam 1 tahun takwin)


TENTANG

(Judul surat edaran yang ditulis dengan huruf kapital)

1.

2.

a.

b. dan seterusnya.

3.

Ditetapkan di : JAKARTA

Pada Tanggal :

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Pangkat dan Golongan

NIP

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

NOVIE RIYANTO R.
Salinan sesuai dengan aslinya
lGIAN HUKUM

<</.

WREKTORA
MA SARI
embi : I (IV/b)
NI 199503 2 001

23
LAMPIRAN li PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR : KP 114 TAHUN 2020
TANGGAL : 15 j^NI 2020

BUKU II :

Petunjuk Teknis Penyusunan, Perubahan


dan Publikasi Peraturan
Perundang-Undangan di Bidang
Keselamatan Penerbangan dan Fasilitasi
(FAL) Udara
DAFTAR ISI

Halaman
Daftar isi i

Bab I : Ketentuan Umum


A. Definisi 1
B. Tujuan 4
C. Ruang Lingkup dan Sumber Penyusunan Peraturan Keselamatan
dan Fasilitasi (FAL) Udara 4
D. Sifat Pengaturan dan Bentuk Peraturan Peraturan Keselamatan
dan Fasilitasi (FAL) Udara 5

Bab II : Wewenang Dan Tanggung Jawab Penyusunan Peraturan


Perundang-Undangan
A. Wewenang 7
B. Tanggung Jawab 7

Bab III : Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang


Keselamatan Penerbangan dan Fasilitasi (FAL) Udara
A. Penyusunan Peraturan Keselamatan Penerbangan 10
B. Tata Cara Penyusunan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
{Civil Aviation Regulations/CASR] dan Fasilitasi yang bersumber
dari ICAO Stateletter. 10
C. Tata Cara Penyusunan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
{Civil Aviation Regulations/CASR) dan Fasilitasi yang bersumber
dari Kebijakan Pemerintah. 14
D. Tata Cara Penyusunan Petunjuk Teknis/ Staff Instruction
(SI), Pedoman Teknis Operasional/Adyisor^ Circular (AC) dan
Standar Teknis dan Operasi/Manual ofStandards(MOS). 17

Bab VI : Kerangka Peraturan Perundang-Undangan


A. Kerangka Peraturan Keselamatan Penerbangan dalam bentuk 21
CASR
B. Kerangka Peraturan Keselamatan Penerbangan dalam bentuk 24
SI/AC/MOS
C. Kerangka Peraturan Fasilitasi (FAL) Udara dan Peraturan
Keselamatan Penerbangan diluar CASR, SI, AC dan MO 27
D. Penulisan Bukti Pelaksanaan Amandemen {Amandment Record
List) 27

Bab V : Publikasi dan Dokumentasi


A. Pengundangan 29
Penyebarluasan 29
B. Dokumentasi 30

Appendix I
Penanggung Jawab Penjoisunan dan Perubahan CASR berdasarkan
ICAO State Letter 31

Appendix II
A. Alur Penyusunan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
Civil Aviation Regulations/CASR) dan Fasilitasi yang bersumber
Dari ICAO Stateletter. 34
B. Alur Penyusunan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
[Civil Aviation Regulations/CASRj dan Fasilitasi yang bersumber
dari Kebijakan Pemerintah. 36
C. Alur Penyusunan Petunjuk Teknis/Sfajy Instruction
(SI), Pedoman Teknis Operasional/Adyisony Circular (AC) dan
Standar Teknis dan Operasi/AfanuaZ ofStandards (MOS). 38

Appendix III
A. Contoh Format Cover, Daftar Isi dan Pendahuluan CASR 40
B. Contoh Format Cover, Daftar Isi dan Pendahuluan SI/AC/MOS 42
BAB I
KETENTUAN UMUM

A. DEFINISI

1. Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil


Aviation Organization) yang selanjutnya disebut ICAO
merupakan lembaga khusus di bawah Persatuan Bangsa-
Bangsa (PBB) yang membidangi urusan penerbangan sipil.

2. ICAO Standard and Recommended Practices yang


selanjutnya disebut ICAO Standar merupakan Standar dan
Praktek yang disarankan oleh ICAO berdasarkan ketentuan
Kovensi Penerbangan Sipil Internasional (Konvensi). Standar
didefinisikan sebagai setiap spesifikasi untuk karakteristik
fisik,Konfigurasi, material, kinerja, personil dan prosedur,
keseragamanan pemberlakuan yang dianggap perlu dalam
rangka keteraturan keselamatan penerbangan internasional
yanga kan dipenuhi oleh negara pihak sesuai dengan
Konvensi.Dalam hal ketidakdammpuan pemenuhan, negara
wajib memberikan notifikasi (pemberitahuan) sesuai Pasal 38
Konvensi. Praktek yang direkomendasikan

3. Dokumen Referensi adalah Dokumen yang digunakan oleh


Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai dokumen
acuan dalam melakukan penyusunan peraturan perundang-
undangan.

4. ICAO State Letter adalah surat yang dikeluarkan ICAO Pusat


(ICAO Headquarters) maupun ICAO Perwakilan Kawasan
(ICAO Regional Office) melalui surat elektronik atau surat
biasa yang harus diketahui dan/atau ditindaklanjuti oleh
Negara-Negara anggota ICAO.

5. ICAO State Letter Electronic Disribution, selanjutnya disebut


ICAO SLED, adalah ICAO State Letter yang berbasis elektronik
yang dapat diakses di ICAO Portal

6. ICAO Universal Safety Oversight Audit Programme Continuous


Monitoring Approach Online Framework yang selanjutnya
disebut USOAP-CMA OLF adalah situs web yang disediakan
oleh ICAO untuk program audit keselamatan penerbangan
dengan pemantauan berkelanjutan berbasis online.

7. Electronic Filing of Differences System selanjutnya disebut


Sistem EFOD adalah sistem penyimpanan perbedaan secara
elektronik yang terdapat di dalam USOAP-CMA Online
Framework (OLF) khusus untuk perbedaan antara peraturan
IF*:

nasional dengan ICAO Annex yang terkait keselamatan


penerbangan

8. Person in Charge yang selanjutnya disebut dengan PiC adalah


personel yang memiliki kompetensi dan keahlian di bidang
teknis yang ditunjuk oleh Kepala Unit Kerja dan bertugas
memberikan tanggapan terhadap ICAO State Letter.

9. Focal Point adalah pejabat yang ditunjuk pada masing-


masing unit kerja yang bertanggungjawab untuk
mengkoordinir proses pemberian tanggapan terhadap ICAO
State Letter.

10. State Letter Administrator yang selanjutnya disebut SLA


adalah personel di Bagian Kerjasama Internasional,
Hubungan Masyakarat dan Umum yang bertugas
mendistribusikan ICAO State Letter kepada PiC dan Focal
Point serta memonitor tindaklanjut proses pemberian
tanggapan terhadap ICAO State Letter.

11. National Continuous Monitoring Coordinator yang selanjutnya


disebut NCMC adalah personel yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Udara untuk bertindak sebagai
penghubung utama terhadap seluruh proses dan kegiatan
ICAO USOAP CMA dimana penunjukkannya dilaporkan
kepada ICAO.

12. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation


Safety Regulations), selanjutnya disebut CASR, adalah
peraturan penerbangan sipil di bidang keselamatan
penerbangan yang ditetapkan oleh Menteri mengatur tentang
standar, persyaratan dan kriteria yang merupakan
penjabaran dari Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah
di bidang penerbangan serta ICAO SARPs.

13. Standar Teknis dan Operasi (Manual of Standard), selanjutnya


disebut MOS, adalah peraturan penerbangan sipil yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal mengatur tentang
penjabaran standar teknis, operasi, persyaratan, dan kriteria.

14. Petunjuk Teknis (Staff Instruction), selanjutnya disebut SI,


adalah peraturan penerbangan sipil yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal mengatur tentang petunjuk bagi inspektur
penerbangan dan personel di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara terkait tata cara dan prosedur dalam
melaksanakan standar teknis, operasi, pemenuhan
persyaratan dan kriteria, pelaksanaan tahapan dan
mekanisme pedoman teknis serta pengawasan dan evaluasi.
15. Pedoman Teknis Operasional (Advisory Circular), selanjutnya
disebut AC, adalah peraturan penerbangan sipil yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal mengatur tentang panduan
bagi operator dan contoh yang bersifat umum atau teknis
yang membutuhkan penjabaran lebih lanjut dan dapat
disesuaikan dengan karakteristik atau kondisi setempat.

16. Publikasi Informasi Aeronautika (Aeronautical Information


Publication], selanjutnya disebut AIP, adalah publikasi yang
dikeluarkan atas kewenangan oleh Direktorat Jenderal dan
berisi infomasi aktual yang diperlukan bagi navigasi
penerbangan.

17. Perbedaan (Differences) adalah setiap perbedaan antara


peraturan nasional dengan ketentuan ICAO

18. ICAO Annex adalah Dokumen yang merupakan Lampiran


Konvensi Penerbangan Sipil Internasional yang ditetapkan di
Chicago Tahun 1944 (Chicago Convention 1944).

19. Procedure for Air Navigation Services (PANS) merupakan


dokumen yang diterbitkan oleh ICAO yang memuat tentang
prosedur pelayanan navigasi penerbangan.

20. Regional Supplementary Procedure (SUPPS) merupakan


dokumen yang diterbitkan ICAO yang memuat tentang
prosedur tambahan dari Rencana Navigasi Udara yang
dikembangkan melalui pertemuan Regional Air Navigation
(RAN) untuk memenuhi kebutuhan yang belum terakomodir
dalam ketentuan dunia (navigasi penerbangan) yang berlaku
untuk wilayah tertentu.

21. Teks Konsolidasi (consolidated texts) merupakan teks lampiran


peraturan keselamatan yang telah menyisipkan substansi
perubahan sesuai dengan amandemen terakhir.

22. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Perhubungan


Udara.

23. Sekretariat Direktorat Jenderal adalah Sekretariat Direktorat


Jenderal Perhubungan Udara.

24. Unit kerja adalah Direktorat-Direktorat, Balai-Balai, dan


Bagian-Bagian di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara.
25. Direktorat Jenderal adalah DIrektorat Jenderal Perhubungan
Udara

26. Menteri adalah Menteri Perhubungan.

B. Tujuan

Petunjuk Teknis ini bertujuan untuk ;

a. menjadi pedoman dalam proses penetapan peraturan


keselamatan penerbangan di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;

b. mewujudkan keseragaman pola/bentuk peraturan peraturan


keselamatan penerbangan di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;

c. mewujudkan peraturan keselamatan penerbangan yang sesuai


dengan standar internasional;

d. mewujudkan keterpaduan dan harmonisasi materi serta


koordinasi dalam pen5aisunan produk peraturan keselamatan
penerbangan;

e. menjamin penyampaian/pendistribusian dan dokumentasi


peraturan keselamatan penerbangan.

C. Ruang Lingkup dan Sumber Penyusunan Peraturan


Keselamatan Penerbangan dan Fasilitasi(FAL) Udara

1. Ruang lingkup tata cara tetap penyusunan peraturan


Keselamatan Penerbangan dan Fasilitas di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang diatur pada
buku II meliputi:

a. Sumber dan acuan pembentukan peraturan keselamatan


dan Fasilitasi penerbangan dan fasilitasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

b. wewenang dan tanggungjawab penjoisunan peraturan


keselamatan dan Fasilitasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara;

c. tata cara penyusunan dan penomoran peraturan


keselamatan penerbangan dan Fasilitasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

d. bentuk, format dan standar pengetikan peraturan


keselamatan penerbangan dan Fasilitasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

e. Pengundangan, penyebarluasan dan dokumentasi


peraturan perundang-undangan.
2. Peraturan Keselamatan Penerbangan dan Fasilitasi yang diatur
dalam Buku II sebagaimana dimaksud pada butir 1 diatas
bersumber dari:

a. Annex-Annex dari Konvensi Chicago 1944 serta


perubahannya antara lain ;

1) Annex 1 Personnel Licensing


2) Annex 2 Rules ofthe Air
3) Annex 3 Meteorological Senncefor International
Air Navigation
4) Annex 4 Aeronautical Charts
5) Annex 5 Units of Measurement to be Used in Air
and Ground Operations
6) Annex 6 Operation of Aircraft
7) Annex 7 Aircraft Nationality and Registration
Marks
8) Annex 8 Ainuorthiness of Aircraft
9) Annex 9 Facilitation
10) Annex 10 Aeronautical Telecommunications
11) Annex 11 Air Traffic Services
12) Annex 12 Search and Rescue
13) Annex 13 Aircraft Accident and Incident
Investigation
14) Annex 14 Aerodromes
15) Annex 15 Aeronautical Information Services
16) Annex 16 Environmental Protection
17) Annex IS The Safe Transport ofDangerous Goods
by Air
18) Annex 19 Safety Management

b. ICAO Documents;

c. Perubahan/Amandemen Procedure for Air Navigation


Services(PANS)

d. Perubahan Regional Supplementary Procedures(SUPPSj;

e. Perkembangan Teknologi dan Kebutuhan Masyarakat;

f. Kebijakan Pemerintah dan Kepentingan Nasional.

D. Sifat Pengaturan dan Bentuk Peraturan Perundang-Undangan di


Bidang Keselamatan Penerbangan dan Fasilitasi

1. Peraturan Perundang-undangan di bidang Keselamatan


Penerbangan dapat disusun dalam bentuk :

a, Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil/ Civil Aviation


Safety Regulation [CASR) yang diatur dengan Peraturan
Menteri.

b. Petunjuk Teknis/Staff Instruction (SI), Pedoman Teknis


Operasional, AC AdiAsory Circular (AC) dan Standar Teknis
dan Opcrasi/Manual of Standards(MOS)ditetapkan dengan
Peraturan Direktur Jenderal

2. Peraturan Fasilitasi dan Peraturan Keselamatan Penerbangan


yang tidak disusun dalam bentuk sebagaimana dimaksud
pada angka 1, teknik penyusunan, bentuk dan formatnya
disesuaikan dengan teknik pen3aisunan, bentuk dan format
peraturan sebagaimana diatur dalam Buku I.

3. Peraturan sebagaimana dimaksud angka 1 huruf a bersifat


pengaturan (regeling)y mengikat dan memiliki sanksi yang
jelas (enforceable).
BAB II
WBWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Wewenang

1. Menteri berwenang untuk menetapkan Peraturan Perundang-


Undangan dalam bentuk Peraturan Menteri atau Civil Aviation
Safety Regulation (CASR)

2. Direktur Jenderal dalam rangka memberikan pedoman


terhadap pelaksanaan CASR berwenang menetapkan :

a. SI(StaffInstruction);
b. AC(Advisory Circular); dan
c. MOS(Manual of Standards),

3. Penandatanganan Peraturan Direktur Jenderal tidak dapat


dilimpahkan kepada Pejabat setingkat dibawahnya, kecuali
menyangkut masalah-masalah tertentu yang bersifat
penetapan berdasarkan pelimpahan dan pendelegasian
wewenang yang ditetapkan dalam Peraturan Direktur
Jenderal.

B. Tanggung Jawab

1. Tanggung jawab penyusunan dan perubahan peraturan


perundang-undangan bidang keselamatan dan Fasilitasi yang
mengacu pada ICAO SARPs dilakukan oleh beberapa pihak,
yang terdiri dari:
a. Direktur Teknis;
b. Kepala Unit Kerja yang bertanggungjawab terhadap
penyusunan peraturan (Kepala Bagian Hukum);
c. Kepala Unit Kerja yang bertanggungjawab terhadap
Distribusi ICAO State Letter (Kepala Bagian Kerjasama
Intemasional, Hubungan Masyarakat dan Umum);
d. Kepala Unit Keija yang bertanggungjawab terhadap website
dan publikasi elektronik( Kepala Bagian Perencanaan)
e. State Letter Administrator(SLA);
f. Person in Charge (PiC);
g. Focal Point,
h. National Condnous Monitoring Coordinator(NCMC),

2. Berkaitan dengan Penyusunan Perundang-undangan, Kepala


Bagian Hukum sebagai Pimpinan Unit Hukum yang berada di
bawah Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. menyiapkan bahan penyusunan peraturan perundang-
undangan di bidang keselamatan penerbangan dan
fasilitasi;
b. menyiapkan pembinaan terhadap penyusunan peraturan
perundang-undangan di bidang keselamatan
penerbangan;
c. merencanakan penelaahan dan penyusunan peraturan
perundang-undangan bidang keselamatan penerbangan;
d. menjdapkan koordinasi penjaisunan peraturan
perundang-undangan di bidang keselamatan
penerbangan;
e. menyiapkan evaiuasi dan harmonisasi peraturan
perundang-undangan di bidang keselamatan
penerbangan
f. menyiapkan pelaksanaan jaringan dokumentasi hukum
dan peraturan perundang-undangan dibidang
keselamatan penerbangan.

Kepala Bagian Kerjasama Internasional, Hubungan


Masyakarat dan Umum mempunyai tugas dan fungsi:
a. memantau dan mengidentiflkasi ICAO State Letter yang
terkait dengan perubahan ICAO Annex, PANS dan SUPPs;
b. mendistribusikan ICAO state letter sebagaimana
dimaksud pada huruf a kepada Focal Point dan PiC
c. menyampaikan differences terhadap perubahan ICAO
Annex, PANS dan SUPPs melalui NCMC dan
menyampaikan differences kepada Direktorat Navigasi
Penerbangan guna dipublikasikan dalam Aeronautical
Information Publication;
Direktur mempunyai tugas dan fungsi :

a. melakukan prakarsa penyusunan atau perubahan


peraturan dalam rangka menindaklanjuti ICAO State
Letter sesuai dengan tugas masing-masing dan Annex
yang menjadi tanggungjawabnya sebagaimana tercantum
dalam Appendix 1 ;
b. menyiapkan bahan/dokumen terkait guna menyusun
peraturan/ perubahan;
c. menyiapkan dan memastikan Rancangan Peraturan
perundang-undangan yang diusulkan sesuai dengan
perubahan-perubahan ICAO Annexes dan dokumen
terkait lainnya.
d. melakukan koordinasi penyusunan peraturan perundang-
undangan sesuai bidangnya masing-masing;
e. memberikan pertimbangan penyusunan peraturan
perundang-undangan dalam implementasi di lapangan;
f. menyiapkan justifikasi/urgensi penyusunan peraturan;
g- menunjuk PiC dan focal Point (dalam kaitannya dengan
penanganan ICAO State Letter);
h. menyampaikan daftar perbedaan signifkan kepada
Direktur Navigasi Penerbangan guna dipublikasikan ke
dalam AlP.

Kepala Bagian Perencanaan mempunyai tugas dan fungsi


yakni untuk melaksanakan publikasi peraturan secara
elektronik

Focal Point dalam hal ini Kasubdit Standarisasi atau perjabat


yang ditunjuk memiliki tugas dan fungsi:

a. mengkoordinir proses perubahan peraturan atau


penyusunan konsep peraturan baru;
b. melakukan koordinasi dengan unit kerja dan pemangku
j kepentingan lain guna penyusunan/perubahan peraturan
L sesuai ICAO State Letter.
^ c. mengkoordinasikan pengisian ICAO Compliance Checklist
pada sistem BFOD dalam USOAP-CMA OLF ;
d. menyampaikan draft peraturan/perubahan peraturan
kepada Bagian Hukum melalui Direktur;
e. menyampaikan daftar perbedaan kepada Direktur
Navigasi Penerbangan guna dipublikasikan di Aeronautical
Information Publications (AIP) dengan tembusan Kepala
Bagian Kerjasama Internasional, Humas dan Umum, dan
NCMC.

7. State Letter Administrator(SLA)memiliki tugas dan fungsi :

a. memantau dan mengidentifikasi ICAO State Letter yang


terkait dengan perubahan ICAO Annex, PANS, SUPPs dan
Dokumen ICAO lainnya;
b. mendistribusikan ICAO State Letter sebagaimana
dimaksud pada huruf a melalui surat elektronik kepada
Focal Point dan PiC dengan tembusan Direktur teknis
terkait;
c. Berkoordinasi dengan NCMC dalam rangka melakukan
pemantauan sistem EFOD dan memastikan bahwa
substansi yang dimuat pada sistem EFOD di dalam
USOAP CMA OLF telah sesuai status terkini posisi
peraturan nasional terhadap ICAO Annex

8. Person in Charge (PiC) memiliki tugas dan fungsi :


a. melaksanakan koordinasi dengan unit keija dan
pemangku kepentingan lain guna penyusunan/perubahan
peraturan sesuai ICAO State Letter;
b. mengisi ICAO Compliance Checklist pada sistem EFOD di
dalam USOAP-CMA OLF atas persetujuan/oca!point;
c. menginventarisir daftar perbedaan dan menyampaikan
kepada focal point.

9. National Continous Monitoring Coordinator (NCMC) memiliki


tugas dan fungsi :

a. memastikan bahwa substansi yang diunggah pada sistem


EFOD di dalam USOAP CMA OLF telah relevan dengan
kriteria yang telah ditentukan ICAO;
b. memastikan status terkini mengenai posisi peraturan
nasional terhadap ICAO Annexes telah dimuat pada sistem
EFOD di dalam USOAP CMA OLF;
c. melakukan komunikasi dengan ICAO terkait dengan
USOAP CMA;
d. memastikan Direktorat Teknis telah menindaklanjuti ICAO
State Letter mengenai adopsi terhadap amandemen ICAO
Annex, PANS, SUPPs dengan mempertimbangkan effective
date dan applicable date yang telah ditentukan oleh ICAO.
BAB in

PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG


KESELAMATAN PENERBANGAN DAN FASILITASI(FAL) UDARA

A. Penjrusunan Peraturan Keselamatan Penerbangan


Penyusunan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil dalam
bentuk :

1. Civil Aviation Safety Regulation (CASE)disusun berdasarkan :

a, ICAO State Letter terkait Amandemen Annex dan


Dokumen ICAO lainnya;

b. Kebijakan Pemerintah berdasarkan hasil evaluasi dan


harmonisasi.

2. 81/AC dan MOS, disusun berdasarkan :

a. Identifikasi dari Direktorat Teknis terkait yang dibutuhkan


guna pelaksanaan ketentuan CASR baru;
b. Perubahan pada struktur organisasi atau nomenklatur
organisasi Direktorat Jenderal;
c. Amandemen CASR dan Dokumen ICAO terkait lainnya.

B. Tata Cara Penyusunan Peraturan Keselamatan Penerbangan


Sipil {Citfil Aviation Regulations/CASR) dan Fasilitasi yang
bersumber dari ICAO Stateletter (Amandemen ICAO
Annex/PANS/SUPPs)

1. Tahap Penyusunan dilaksanakan sebagai berikut:

a. Setelah PiC menerima ICAO State Letter terkait dengan


Adopsi Amandemen ICAO Annex/PANS/SUPPs, PiC akan
berkoordinasi dengan Focal point dan Inspektur
Penerbangan guna mengevaluasi subtansi State Letter dan
menyiapkan tanggapan sesuai proses yang telah diatur
dalam ketentuan perundang-undangan.

b. Dalam hal diperlukan adanya evaluasi lebih lanjut dan


perlunya penambahan subtansi pengaturan pada
peraturan nasional, PiC melalui Focal Point akan
menyampaikan kepada Direktur guna mendapatkan
persetujuan proses evaluasi lanjutan dan membentuk Tim
internal guna mengevaluasi dokumen-dokumen terkait.
Tim diketuai oleh Inspektur/personel dari Sub Direktorat
terkait.

b. Dalam waktu 7 (tujuh) hari keija setelah ditunjuk, Tim


evaluasi akan meninjau ulang dokumen acuan secara
rinci dan melakukan GAP Analysis serta akan
memutuskan apakah terdapat perbedaan atau ada
standar baru yang perlu diadopsi/ diimplementasikan

10
dalam peraturan nasional sehingga perlu diperlukan
adanya amandemen CASR atau diperlukan penyusunan
CASR baru.

c. Dalam melakukan evaluasi, Tim melakukan konsultasi


dengan unit kerja lain di lingkungan Direktorat Jenderal
dan instansi-instansi yang terkait dengan
mempertimbangan kepentingan dan kesiapan nasional
dan keadaan geografis Indonesia. Apabila tidak
memerlukan suatu penetapan CASR baru atau
Amandemen CASR maka hams ada justifikasi dari
Direktur terkait.

d. Penentuan Peraturan Bam

Dalam hal dibutuhkan Peraturan Bam guna amandemen


CASR atau memberlakukan CASR bam, Direktur Teknis
yang berwenang terhadap subtansi pengaturan
memerintahkan Tim untuk menyusun draft Peraturan
dengan berkoordinasi dengan Sub Direktorat yang
bertanggung jawab terhadap penyusunan peraturan
pemndang-undangan.

e. Penugasan Penyusunan Peraturan

Kepala Sub Direktorat yang bertanggung jawab terhadap


penyusunan peraturan pemndang-undangan
berkoordinasi dengan Ketua Tim guna menyiapkan
rancangan peraturan. Jika materi pengaturan yang
dievaluasi menyangkut lebih dari satu Sub Direktorat,
maka Sub Direktorat yang terkait akan menunjuk
setidaknya 1 (satu) orang anggota. Kepala Sub Direktorat
akan menentukan siapa Inspektur/personil yang
bertanggung jawab terhadap proses pembentukan
Peraturan Penerbangan Sipil tersebut. Ketua tim wajib
membuat dokumentasi secara elektronik dan/atau
manual penjnasunan peraturan yang berisi mengenai
semua informasi terkait yang mendukung penyusunan
peraturan perundang-undangan tersebut, termasuk di
dalamnya:
1) salinan peraturan otoritas penerbangan sipil Negara
anggota ICAO lain beserta dokumen terkaitnya,
2) salinan catatan rapat pembahasan,
3) salinan surat-surat yang terkait, termasuk daftar
semua ketidaksesuaian,
4) salinan komentar terhadap semua ketidaksesuaian,
5) rekaman komunikasi lisan yang penting,
6) semua draft peraturan Peraturan Penerbangan Sipil
CASR,
7) informasi lain yang dibutuhkan dan dianggap penting
bagi tim penyusunan,

Tim penyusunan peraturan pemndang-undangan akan


menyusun konsep awal dengan ketentuan sebagai berikut

11
1) bahasa yang digunakan hams jernih, jelas
pengertiannya, lugas, baku, serasi dan taat asas,
dan sesuai dengan kaidah tata Bahasa Indonesia;
2) semua muatan materi peraturan hams
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia;
3) semua peraturan pemndang-undangan yang terkait
dengan subjek yang spesifik, hams ditempatkan
pada Sub Bagian yang dimaksudkan khusus untuk
subjek tertentu tersebut;
4) semua area peraturan pemndang-undangan hams
mengutamakan keselamatan dan keamanan
penerbangan dan dapat diterapkan dengan tepat;
dan
5) semua peraturan pemndang-undangan hams
mengakomodir kebutuhan sosial dan ekonomi
Indonesia dan memperkuat prinsip-prinsip yang ada
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan.

Kepala Sub Direktorat yang bertanggung jawab terhadap


penjoisunan peraturan pemndang-undangan
melaksanakan harmonisasi dan memastikan konsep
Peraturan yang sedang disusun tidak bertentangan dan
tumpang tindih dengan Peraturan yang menjadi
kewenangan Direktoratnya.

Konsep Peraturan hams disiapkan ke dalam 2 (dua)


bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Setiap versi akan memiliki halaman cover, pendahuluan
dan daftar isi sebagaimana format yang tercantum dalam
Appendix III.

f. Evaluasi rancangan awal CASH

Semua dokumen CASR hams mendapatkan paraf


persetujuan dan evaluasi dari Direktur Teknis untuk
memastikan bahwa draft tersebut:
1) telah sesuai dengan angka 1 humf f) di atas,
2) tidak bembah makna hukumnya pada saat proses
penerjemahan, dan
3) diedit secara tepat dari sisi kesalahan redaksionai;

Inspektur/tenaga ahli yang melakukan evaluasi ini


hams memiliki pengetahuan terhadap subjek tersebut
untuk memastikan bahwa Inspektur/tenaga ahli
tersebut mampu mengidentifikasi kesalahan atau
ketidaksesuaian dan menyiapkan daftar ketidaksesuaian
yang mereka temukan. Daftar ketidaksesuaian ini akan
disampaikan kepada tim penyusunan sebagai bahan
pertimbangan dan tindakan perbaikan (corrective action).
Selama tahap ini, Bagian Hukum hams dimintakan
pertimbangan hukumnya.

12
g. Persiapan Rancangan Final peraturan CASR Dari
Direktorat.

Setelah proses konsultasi dan diskusi, rancangan final


akan disusun beserta dengan perbaikan-perbaikan yang
dilakukan dan disampaikan ke Bagian Hukum dengan
melampirkan justfikasi penyusunan.

h. Evaluasi dan rekomendasi rancangan final.

Bagian Hukum setelah menerima draft final dari


Direktorat, dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh satu)
hari kerja akan melakukan evaluasi terhadap draft final
dari direktorat dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) melakukan kajian hukum terhadap draft final dari
direktorat;
2) melakukan harmonisasi dengan peraturan
perundang-undangan lainnya;
3) melakukan koordinasi dan konsultasi dengan
direktorat terkait melalui rapat-rapat dan rapat
konsinyering;
4) melakukan uji publik atau publikasi rancangan
peraturan melalui website (Notice to Proposed Rule
Making) terhadap draft final kepada pemangku
kepentingan (stakeholder) di bidang penerbangan
dan masyarakat untuk mendapatkan tanggapan
(feedback) apabila diperlukan.
5) menyampaikan rekomendasi terhadap perbaikan
legal drafting ke direktorat.

Kepala Bagian Hukum akan memeriksa dan menjoisun


peraturan secara final dan memberikan paraf
persetujuan terhadap draft final yang telah
disempurnakan, untuk kemudian diteruskan kepada
kepada Direktur Unit Kerja terkait dan Sekretaris
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk meminta
persetujuan.

i. Penetapan dan tanggal pemberlakuan dokumen.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Unit


Keija terkait dan Sekretaris Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, draft final akan disampaikan
kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk
mendapatkan persetujuan dan diteruskan dengan surat
pengusulan penetapan peraturan kepada Menteri
Perhubungan.

Setelah CASR/amandemen CASR ditetapkan dalam


bentuk Peraturan Menteri Perhubungan, kemudian Biro
Hukum Kementerian Perhubungan akan memberikan
nomor dan tanggal penetapan. Untuk kemudian
disampaikan ke Kementerian Hukum dan HAM guna
pengundangan dalam Berita Negara. Peraturan yang
sudah diundangkan akan dibuatkan Salinan yang

13
dalam peraturan nasional sehingga perlu diperlukan
adanya amandemen CASR atau diperlukan penyusunan
CASR baru.

c. Dalam melakukan evaluasi, Tim melakukan konsultasi


dengan unit kerja lain di lingkungan Direktorat Jenderal
dan instansi-instansi yang terkait dengan
mempertimbangan kepentingan dan kesiapan nasional
dan keadaan geografis Indonesia. Apabila tidak
memerlukan suatu penetapan CASR baru atau
Amandemen CASR maka Direktur akan menyiapkan
justifikasi dan mengidentifikasi perbedaan serta
menentukan posisi regulasi terhadap ICAO
Annex/PANS/SUPPs. Perbedaan dan posisi tersebut
disampaikan ke ICAO sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan

d. Penentuan Peraturan Baru

Dalam hal dibutuhkan Peraturan Baru guna amandemen


CASR atau memberlakukan CASR baru, Direktur Teknis
yang berwenang terhadap subtansi pengaturan
memerintahkan Tim untuk menyusun draft Peraturan
dengan berkoordinasi dengan Sub Direktorat yang
bertanggung jawab terhadap penyusunan peraturan
perundang-undangan.

e. Penugasan Penyusunan Peraturan

Kepala Sub Direktorat yang bertanggung jawab terhadap


penyusunan peraturan perundang-undangan
berkoordinasi dengan Ketua Tim guna menyiapkan
rancangan peraturan. Jika materi pengaturan yang
dievaluasi menyangkut lebih dari satu Sub Direktorat,
maka Sub Direktorat yang terkait akan menunjuk
setidaknya 1 (satu) orang anggota. Kepala Sub Direktorat
akan menentukan siapa Inspektur/personil yang
bertanggung jawab terhadap proses pembentukan
Peraturan Penerbangan Sipil tersebut. Ketua tim wajib
membuat dokumentasi secara elektronik dan/atau
manual penyusunan peraturan yang berisi mengenai
semua informasi terkait yang mendukung penyusunan
peraturan perundang-undangan tersebut, termasuk di
dalamnya:
1) salinan peraturan otoritas penerbangan sipil Negara
anggota ICAO lain beserta dokumen terkaitnya,
2) salinan catatan rapat pembahasan,
3) salinan surat-surat yang terkait, termasuk daftar
semua ketidaksesuaian,
4) salinan komentar terhadap semua ketidaksesuaian,
5) rekaman komunikasi lisan yang penting,
6) semua draft peraturan Peraturan Penerbangan Sipil
CASR,
7) informasi lain yang dibutuhkan dan dianggap penting
bagi tim pen3aisunan,

11
Tim penyxisunan peraturan perundang-undangan akan
menyusun konsep awal dengan ketentuan sebagai berikut

1) bahasa yang digunakan hams jernih, jelas


pengertiannya, lugas, baku, serasi dan taat asas,
dan sesuai dengan kaidah tata Bahasa Indonesia;
2) semua muatan materi peraturan hams
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia;
3) semua peraturan pemndang-undangan yang terkait
dengan subjek yang spesifik, hams ditempatkan
pada Sub Bagian yang dimaksudkan khusus untuk
subjek tertentu tersebut;
4) semua area peraturan pemndang-undangan hams
mengutamakan keselamatan dan keamanan
penerbangan dan dapat diterapkan dengan tepat;
dan
5) semua peraturan pemndang-undangan hams
mengakomodir kebutuhan sosial dan ekonomi
Indonesia dan memperkuat prinsip-prinsip yang ada
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan.

Kepala Sub Direktorat yang bertanggung jawab terhadap


penyusunan peraturan pemndang-undangan
melaksanakan harmonisasi dan memastikan konsep
Peraturan yang sedang disusun tidak bertentangan dan
tumpang tindih dengan Peraturan yang menjadi
kewenangan Direktoratnya.

Konsep Peraturan hams disiapkan ke dalam 2 (dua)


bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Setiap versi akan memiliki halaman cover^ pendahuluan
dan daftar isi sebageiimana format yang tercantum dalam
Appendix III.

f. Evaluasi rancangan awal CASR

Semua dokumen CASR hams mendapatkan paraf


persetujuan dan evaluasi dari Direktur Teknis untuk
memastikan bahwa draft tersebut:
1) telah sesuai dengan angka 1 humf I) di atas,
2) tidak bembah makna hukumnya pada saat proses
penerjemahan, dan
3) diedit secara tepat dari sisi kesalahan redaksional;

Inspektur/tenaga ahli yang melakukan evaluasi ini


hams memiliki pengetahuan terhadap subjek tersebut
untuk memastikan bahwa Inspektur/tenaga ahli
tersebut mampu mengidentifikasi kesalahan atau
ketidaksesuaian dan menyiapkan daftar ketidaksesuaian
yang mereka temukan. Daftar ketidaksesuaian ini akan
disampaikan kepada tim penyusunan sebagai bahan
pertimbangan dan tindakan perbaikan (corrective action).
Selama tahap ini, Bagian Hukum hams dimintakan
pertimbangan hukumnya.

12
g. Persiapan Rancangan Final peraturan CASR dari
Direktorat.

Setelah proses konsultasi dan diskusi, rancangan final


akan disusun beserta dengan perbaikan-perbaikan yang
dilakukan dan disampaikan ke Bagian Hukum dengan
melampirkan justfikasi penyusunan.

h. Evaluasi dan rekomendasi rancangan final.

Bagian Hukum setelah menerima draft final dari


Direktorat, dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh satu)
hari keija akan melakukan evaluasi terhadap draft final
dari direktorat dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) melakukan kajian hukum terhadap draft final dari
direktorat;
2) melakukan harmonisasi dengan peraturan
perundang-undangan lainnya;
3) melakukan koordinasi dan konsultasi dengan
direktorat terkait melalui rapat-rapat dan rapat
konsinyering;
4) melakukan uji publik atau publikasi rancangan
peraturan melalui website (Notice to Proposed Rule
Making) terhadap draft final kepada pemangku
kepentingan (stakeholder) di bidang penerbangan
dan masyarakat untuk mendapatkan tanggapan
(feedback) apabila diperlukan,
5) menyampaikan rekomendasi terhadap perbaikan
legal drafting ke direktorat.

Kepala Bagian Hukum akan memeriksa dan menyusun


peraturan secara final dan memberikan paraf
persetujuan terhadap draft final yang telah
disempurnakan, untuk kemudian diteruskan kepada
kepada Direktur Unit Kerja terkait dan Sekretaris
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk meminta
persetujuan.

i. Penetapan dan tanggal pemberlakuan dokumen.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Unit


Keija terkait dan Sekretaris Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, draft final akan disampaikan
kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk
mendapatkan persetujuan dan diteruskan dengan surat
pengusulan penetapan peraturan kepada Menteri
Perhubungan.

Setelah CASR/amandemen CASR ditetapkan dalam


bentuk Peraturan Menteri Perhubungan, kemudian Biro
Hukum Kementerian Perhubungan akan memberikan
nomor dan tanggal penetapan. Untuk kemudian
disampaikan ke Kementerian Hukum dan HAM guna

13
pengundangan dalam Berita Negara. Peraturan yang
sudah diundangkan akan dibuatkan Salinan yang
ditandatangani oleh Kepala Biro Hukum Kementerian
Perhubungan serta dipublikasi melalui JDIH
Kementerian Perhubungan. Tanggal Pemberlakuan dari
CASR tersebut tercantum di batang tubuh.

j. Dalam hal Peraturan telah ditetapkan, Focal Point


mengidentifikasi apabiia ada perbedaan {differences) dan
mencatatnya sebagai dasar pengisian EFOD. Perbedaan
sebagaimana tersebut disampaikan oleh Direktur Teknis
kepada ICAO dengan tembusan Kepala Bagisin
Kerjasama Intemasional, Humas dan Umum dan NCMC.
Tata cara identifikasi differences dan pengisian EFOD
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.

2. Alur Penyusunan Peraturan dalam bentuk CASR yang


bersumber dari ICAO State Letter sebagaimana tercantum
dalam Appendix II.A

C. Tata Cara Penyusunan Peraturan Keselamatan Penerbangan


Sipil {CixHl Aidation Regulations/CASR) dan FasUitasi Udara
yang bersumber dari Kebijakan Pemerintah.
1. Tahap Penyusunan dilaksanakan sebagai berikut;

a. Dalam hal diperlukan adanya pengaturan ataupun


perubahan subtansi dalam Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil {Civil Aviation Regulations/CASRl
berdasarkan kebijakan pemerintah dengan
mempertimbangkan kepentingan nasional. Direktur
Teknis terkait dapat menginstruksikan dilakukannya
penyusunan atau perubahan CASR.

b. Guna evaluasi awal subtansi pengaturan CASR, Direktur


Teknis terkait akan menunjuk Inspektur Penerbangan
dan/atau Tim. Dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah
ditunjuk, Inspektur Penerbangan dan/atau Tim akan
berkoordinasi dengan focal point guna menyiapkan
rancangan peraturan. Jika mated pengaturan yang
dievaluasi menyangkut lebih dari satu Sub Direktorat,
maka Sub Direktorat yang terkait akan menunjuk
setidaknya 1 (satu) orang anggota.
c. Inspektur yang ditunjuk atau Ketua Tim wajib membuat
database secara elektronik dan/atau manual penyusunan
peraturan yang berisi mengenai semua informasi terkait
yang mendukung pen3aisunan peraturan perundang-
undangan tersebut, termasuk di dalamnya:
1) latar belakang dan justifikasi penyusunan atau
perubahan CASR,
2) salinan catatan rapat pembahasan,
3) salinan surat-surat yang terkait, termasuk invetarisasi
ketidaksesuaian dengan standar ICAO,
4) salinan komentar terhadap semua ketidaksesuaian,
5) rekaman komunikasi lisan yang penting,

14
6) semua draft peraturan Peraturan Penerbangan Sipil
CASR,
7) informasi lain y^g dibutuhkan dan dianggap penting
bagi tim penyiasunan,

Tim penyxisunan peraturan perundang-undangan akan


menyusun konsep awal dengan ketentuan sebagai berikut

1) bahasa yang digunakan hams jernih, jelas


pengertiannya, lugas, baku, serasi dan taat asas,
dan sesuai dengan kaidah tata Bahasa Indonesia;
2) semua muatan materi peraturan hams
diteijemahkan ke dalam Bahasa Indonesia;
3) semua peraturan pemndang-undangan yang terkait
dengan subjek yang spesifik, hams ditempatkan
pada Sub Bagian yang dimaksudkan khusus untuk
subjek tertentu tersebut;
4) semua area peraturan perundang-undangan hams
mengutamakan keselamatan dan keamanan
penerbangan dan dapat diterapkan dengan tepat;
dan
5) semua peraturan pemndang-undangan hams
mengakomodir kebutuhan sosial dan ekonomi
Indonesia dan memperkuat prinsip-prinsip yang ada
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan.

Kepala Sub Direktorat yang bertanggung jawab terhadap


penyusunan peraturan pemndang-undangan
melaksanakan harmonisasi dan memastikan konsep
Peraturan yang sedang disusun tidak bertentangan dan
tumpang tindih dengan Peraturan yang menjadi
kewenangan Direktoratnya.

Konsep Peraturan hams disiapkan ke dalam 2 (dua)


bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Setiap versi memiliki halaman cover, pendahuluan dan
daftar isi.

d. Evaluasi rancangan awal CASR

Semua dokumen CASR hams mendapatkan paraf


persetujuan dan evaluasi dari Direktur Teknis untuk
memastikan bahwa draft tersebut:
1) telah sesuai dengan angka 1 humf f) di atas,
2) tidak bembah makna hukumnya pada saat proses
penerjemahan, dan
3) diedit secara tepat dari sisi kesalahan redaksionai;

Inspektur/tenaga ahli yang melakukan evaluasi ini


hams memiliki pengetahuan terhadap subjek tersebut
untuk memastikan bahwa Inspektur/tenaga ahli
tersebut mampu mengidentifikasi kesalahan atau
ketidaksesuaian dan menyiapkan daftar ketidaksesuaian
yang mereka temukan. Daftar ketidaksesuaian ini akan
disampaikan kepada tim penyusunan sebagai bahan
15
pertimbangan dan tindakan perbaikan (corrective action).
Selama tahap ini, Bagian Hukum harus dimintakan
pertimbangan hukumnya.

e. Persiapan Rancangan Final CASR Dari Direktorat.

Setelah proses konsultasi dan diskusi, rancangan final


disusun beserta dengan perbaikan-perbaikan yang
dilakukan dan disampaikan ke Bagian Hukum dengan
melampirkan justfikasi penyusunan.

f. Evaluasi dan rekomendasi rancangan final.

Bagian Hukum setelah menerima draft final dari


Direktorat, dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh satu)
hari keija akan melakukan evaluasi terhadap draft final
dari direktorat dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) melakukan kajian hukum terhadap draft final dari
direktorat;
2) melakukan harmonisasi dengan peraturan
perundang-undangan lainnya;
3) melakukan koordinasi dan konsultasi dengan
direktorat terkait melalui rapat-rapat dan rapat
konsinyering;
4) melakukan uji publik dan/atau publikasi
rancangan peraturan melalui website (Notice to
Proposed Rule Making) terhadap draft final kepada
pemangku kepentingan (stakeholder) di bidang
penerbangan dan masyarakat untuk mendapatkan
tanggapan (feedback) apabila diperlukan.
5) menyampaikan rekomendasi terhadap perbaikan
legal drafting dari draft final direktorat.

Kepala Bagian Hukum akan memeriksa dan menjoisun


peraturan secara final dan memberikan paraf
persetujuan terhadap draft final yang telah
disempumakan, untuk kemudian diteruskan kepada
kepada Direktur Unit Kerja terkait dan Sekretaris
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk meminta
persetujuan.

g. Penetapan dan tanggal pemberlakuan dokumen.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Unit


Kerja terkait dan Sekretaris Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, draft final disampaikan kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk
mendapatkan persetujuan dan diteruskan dengan surat
pengusulan penetapan peraturan kepada Menteri
Perhubungan.

Setelah CASR/amandemen CASR ditetapkan dalam


bentuk Peraturan Menteri, kemudian Biro Hukum
Kementerian Perhubungan akan memberikan nomor
dan tanggal penetapan. Untuk kemudian disampaikan

16
ke Kementerian Hukum dan HAM guna pengundangan
ke dalam Berita Negara. Peraturan yang sudah
diundangkan akan dibuatkan Salinan yang
ditandatangani oleh Kepala Biro Hukum Kementerian
Perhubungan serta dipublikasi melalui JDIH
Kementerian Perhubungan. Tanggal Pemberlakuan dari
CASR tersebut tercantum di batang tubuh.

h. Dalam hal Peraturan telah ditetapkan, Focal Point


mengidentifikasi apabila ada perbedaan {differences) dan
mencatatnya sebagai dasar pengisian EFOD. Tata cara
identifikasi differences dan pengisian EFOD dilaksanakan
diatur dengan peraturan perundang-undangan.

2. Alur Penyusunan Peraturan dalam bentuk CASR yang


bersumber dari Kebijakan Pemerintah sebagaimana
tercantum dalam Appendix II.B

D. Tata Cara Penyusunan Petunjuk Tennis/Staff Instruction


(SI), Pedoman Teknis Operasional/Advison/ Circular (AC) dan
Standar Teknis dan Operasi/Mdnual of Standards(MOS).

1. Tahap Penyusunan dilaksanakan sebagai berikut:

a. Dalam hal dibutuhkan penyusunan atau perubahan SI,


AC dan MOS. PiC akan berkoordinasi dengan Kepala Sub
Direktorat Terkait dan Focal Point guna mengevaluasi dan
menyiapkan rancangan SI/AC/MOS.

Dalam rangka evaluasi, Focal Point akan melaporkan


kebutuhan penyusunan/perubahan SI/AC/MOS kepada
Direktur guna persetujuan.

b. Penugasan Penyusunan Peraturan

Berdasarkgin instruksi Direktur Teknis, Focal Point akan


mengkoordinasikan penyusunan draft SI/AC/MOS
dengan Kepala Sub Direktorat Teknis yang membidangi
untuk menunjuk Inspektur Penerbangan yang akan
bertanggung jawab terhadap penyusunan draft
SI/AC/MOS.

Dalam melakukan evaluasi, Inspektur/personel yang


ditunjuk, secara berjenjang dapat melakukan konsultasi
dan koordinasi dengan unit kerja di lingkungan Direktorat
Jenderal dan instansi-instansi yang terkait dengan
kewenangan Sub Direktorat tersebut.

Inspektur/personel yang bertanggung jawab terhadap


proses pembentukan SI/AC/MOS wajib membuat
database secara elektronik dan/atau manual penyusunan
peraturan yang berisi mengenai semua informasi terkait
yang mendukung penyusunan peraturan perundang-
undangan tersebut, termasuk di dalamnya:

17
1. salinan peraturan otoritas penerbangan sipil Negara
anggota ICAO lain beserta dokumen terkaitnya,
2. salinan catatan rapat pembahasan,
3. salinan surat-surat yang terkait, termasuk daftar
semua ketidaksesuaian,
4. salinan komentar terhadap semua ketidaksesuaian,
5. rekaman komunikasi lisan yang panting,
6. peraturan Peraturan Penerbangan Sipil CASR yang
menjadi dasar penyusunan,
7. informasi lain yang dibutuhkan dan dianggap
penting bagi tim penyusunan

c. Persiapan Dokumen Awal.

Dalam penyusunan SI/AC/MOS dilaksanakan dengan


ketentuan sebagai berikut:
1) bahasa yang digunakan harus jernih, jelas
pengertiannya, lugas, baku, serasi dan taat asas,
dan sesuai dengan kaidah tata Bahasa Indonesia;
2) semua muatan materi peraturan harus
diteijemahkan ke dalam Bahasa Indonesia;
3) semua peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan subjek yang spesifik, harus ditempatkan
pada Sub Bagian yang dimaksudkan khusus untuk
subjek tertentu tersebut;
4) semua area peraturan perundang-undangan harus
mengutamakan keselamatan dan keamanan
penerbangan dan dapat diterapkan dengan tepat;
dan
5) semua peraturan perundang-undangan harus
mengakomodir kebutuhan sosial dan ekonomi
Indonesia dan memperkuat prinsip-prinsip yang ada
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan.

Inspektur/Personel yang bertanggungjawab melakukan


penyusunan SI/AC/MOS melalui atasan langsung akan
mengkoordinasikan konsep Peraturan dengan Focal Point
dan Sub Direktorat lain yang terkait. Koordinasi ini
meliputi rapat dan diskusi untuk memastikan konsep
Peraturan yang sedang disusun tidak bertentangan dan
tumpang tindih dengan Peraturan yang sudah ada.

Konsep Peraturan harus disiapkan ke dalam 2 (dua)


bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Setiap versi akan memiliki halaman cover, pendahuluan
dan daftar isi sebagaimana tercantum Appendix III

d. Evaluasi rancangan awal SI/AC/MOS

Semua dokumen SI/AC/MOS harus mendapatkan paraf


persetujuan dan evaluasi dari Direktur Teknis untuk
memastikan bahwa draft tersebut:
1) telah sesuai dengan angka 1 huruf c) di atas,
2) tidak berubah makna hukumnya pada saat proses
peneijemahan, dan

18
fWIt-..*- •

3) diedit secara tepat dari sisi kesalahan redaksional;


Inspektur/Personel yang melakukan evaluasi ini harus
memiliki pengetahuan terhadap subjek tersebut untuk
memastikan bahwa Inspektur/tenaga ahli tersebut
mampu mengidentiflkasi kesalahan atau
ketidaksesuaian dan menyiapkan daftar ketidaksesuaian
yang mereka temukan. Daftar ketidaksesuaian ini akan
disampaikan kepada tim penyusunan sebagai bahan
pertimbangan dan tindakan perbaikan [corrective action).
Selama tahap ini, Bagian Hukum harus dimintakan
pertimbangan hukumnya.

e. Persiapan Rancangan Final peraturan SI/AC/MOS Dari


Direktorat.

Setelah proses konsultasi dan diskusi, rancangan final


akan disusun beserta dengan perbaikan-perbaikan yang
dilakukan dan disampaikan ke Bagian Hukum dengan
melampirkan justfikasi penyusunan atau perubahan
SI/AC/MOS

f. Evaluasi dan rekomendasi rancangan final.

Bagian Hukum setelah menerima draft final dari


Direktorat, dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
keija akan melakukan finalisasi terhadap draft final dari
direktorat dengan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) melakukan kajian hukum terhadap draft final dari
direktorat;
2) melakukan harmonisasi dengan peraturan
perundang-undangan lainnya;
3) melakukan koordinasi dan konsultasi dengan
direktorat terkait melalui rapat-rapat dan rapat
konsinyering;
4) melakukan uji publik draft final kepada pemangku
kepentingan [stakeholder) di bidang penerbangan
untuk mendapatkan tanggapan [feedback)
5) menyampaikan rekomendasi terhadap perbaikan
legal drafting dari draft final direktorat.

Kepala Bagian Hukum akan memeriksa dan menyusun


peraturan secara final dan memberikan paraf
persetujuan terhadap draft final yang telah
disempumakan, untuk kemudian diteruskan kepada
kepada Direktur Unit Kerja terkait dan Sekretaris
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk meminta
persetujuan.

g. Tanggal penetapan dan tanggal pemberlakuan dokumen.


Setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Unit
Keija terkait dan Sekretaris Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, draft final akan disampaikan
kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk
mendapatkan persetujuan penetapan.

19
h. Setelah SI/AC/MOS atau amandemen SI/AC/MOS
ditetapkan dalam bentuk Peraturan Direktur Jenderal
^ akan diberikan nomor, tanggal penetapan serta
dibuatkan Salinan Peraturan yang ditandatangani oleh
Kepala Bagian Hukum. Salinan Peraturan Direktur
Jenderal sebagaimana tersebut kemudian disampaikan
oleh Bagian Hukum ke Bagian Perencanaan untuk
dipublikasikan melalui Website Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara. Dokumen Asli dan Salinan
disimpan di database Sub Bagian Peraturan Perundang-
undangan.

2. Alur Penyusunan Peraturan dalam bentuk SI/AC/MOS


sebagaimana tercantum dalam Appendix III

20
BAB IV

KERANGKA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN


DAN FASILITASI(FAL) UDARA

A. Kerangka Peraturan Keselamatan Penerbangan dalam bentuk


CASR

1. Peraturan Keselamatan Penerbangan dalam bentuk CASR terdiri


dari 2 bagian :

a. Batang Tubuh; dan

b. Lampiran.

2. Tata Caxa Editorial dan Kriteria Penyusunan Batang Tubuh


Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil mengacu kepada Buku
I Peraturan ini.

3. Tata Cara Editorial dan Kriteria Penyusunan Lampiran Peraturan


Keselamatan Penerbangan Sipil antara lain :

a) Format Judul dan Sistem Penomoran CASR

contoh: CASR Part xxx

Penomoran CASR mengacu pada pengelompokkan (kluster)


CASR sebagaimana diatur pada bagan berikut:

Civil Aviation Safety Regulation (CASR)


ICAO
Avfdbn Act

AIRCRAFT REGST

m
\
training SCH & OTVIER CERTIF'

21
Keterangan Cluster:

Administrative Matters
Part 1 Definition and Abbreviation
Part 5 Unit of Measurement

Part 183 : Representative of Director General of Civil Aviation


Part 830 ; Notification and Reporting of Aircraft Accidents,
Incidents or Overdue Aircraft and Accident
/Incident.
Part 19 : Safety Management System
Minister Regulation on Exemption ofsafety standards
Minister Regulation on Procedures ofAdministrative Sanction
Minister Regulation Transfer ofFunction and Responsability ofAircraft
Operation (Article 83 bis)

Airworthiness of Aircraft
Part 21 Certification Procedures For Product and Parts
Part 23 Airworthiness Standards:Normal, Utility,
Acrobatic, and Commuter Categpory Aeroplanes
Part 25 Airworthiness Standards:Transport Category
Aeroplanes
Part 27 Airworthiness Standards:Normal Category
Rotorcraft
Part 29 Airworthiness Standards:TYansport Category
Rotorcraft
Part 31 Airworthiness Standards:Manned Free Baloon
Part 33 Airworthiness Standards: Aircraft Engines
Part 34 Fuel Venting and Exhaust Emission Requirement
For Turbine Engine Powered Aeroplanes
Part 35 Airworthiness Standards: Propeller
Part 36 Noise Standards:Aircraft Type and Airworthiness
Certification
Part 39 Airworthiness Directives
Part 43 Maintenance, Preventive Maintenance, Rebuilding
and Alteration

Airvraft Registration
Part 45 Identification and Marking
Part 47 Aircraft Registration

Personnel Licencing
Part 61 Certification Pilots and Flight Instructor
Part 63 Certification Flight Crew member other Than Pilot
Part 65 Aircraft Maintenance Engineer License
Part 67 Medical Standards
Part 69 Air Traffic Services Personnel Licensing, Rating,
Training, and Proficiency Requirements

22
Flight Operation
Part 60 Synthetic Training Dei/ices
Pan 91 General Operating Rules
Part 92 Dangerous Goods
Part 101 Moored Balloons, Kites, Unmanned Rockets and
Unmanned Free Saloons.
Part 107 Small Unmanned Aircraft System
Part 121 Certification and Operating Requirements:
Domestic, Flag and Supplemental Air Carriers
Part 129 Operations:Foreign Air Carrier and Foreign
Operators ofIndonesian Registered Aircraft
Part 133 Rotocraft External-Load Operations
Part 135 Certification and Operating Requirements:For
Commuter and Charter Air Carrier
Part 137 Agricultural Aircraft Operations
Part 139 Aerodromes

Training School and Other Certificated Agencies


Part 141 Certifications and Operating Requirementfor Pilot
School
Part 142 Certifications and Operating Requirementfor
Training Center
Part 143 Certification and Operating Requirement s ForATS
Training Provider
Pan 145 Approved Maintenance Organization
Part 147 Aircraft Maintenance Training Organization(AMTO)

Air Traffic Management System


Part 170 Air Traffic Rules
Part 171 Aeronautical Telecommunications Service and
Radio Navigation Services Provider
Part 172 Air Traffic Service Provider
Part 173 Instrument Flight Procedure Design
Part 175 Aeronautical Information Service (AIS)

Dalam hal ada penomoran CASR baru yang belum tercantum,


maka diberikan nomor baru dan disesuaikan dengan
pengelompokan/kluster pengaturannya. Daftar penomoran
CASR akan terus diperbaharui secara berkala.

b) Ukuran Kertas dan Margin

Kertas yang digunakan harus berukuran F4 (21,6 x 33 cm),


dengan margin sebagai berikut:

Atas 2,5 cm
t-
Bawah 3,5 cm
& Kiri 2,5cm

23
Kanan 2,0 cm
Gutter 0 cm
Header 1,27 cm
Footer 1,27 cm

c) Huruf

Jenis huruf Bookman Old Style, 12 wajib digunakan.

d) Identifikasi Teks

Di dalam CASR etiap paragraf terpisah, dan sub paragraf


harus ditunjukkan menggunakan huruf dan angka,
Penggunaan angka ganjil untuk setiap bagian dan kepala
paragraf utama. Ketentuan berikut harus dipatuhi:
Level 1 : Sub Bagian diikuti dengan sebuah huruf:
Sub Bagian A, Sub Bagian B, dan seterusnya
Level 2 : CASR Bagian... diikuti dengan angka :
XX.1, XX.3, XX.5. dan seterusnya
Level 3 a b...., c ..., dan seterusnya
Level 4 1 ...., 2...., 3...., dan seterusnya
Level 5 a)...., b),..., c)..., dan seterusnya
Level 6 1)...., 2)...., 3)...., dan seterusnya

Apabila terdapat paragraf atau sub paragraf yang tidak


diadaptasi oleh Direktorat Jenderal, maka paragraf atau sub
paragraf akan diisi kata "RESERVED"

B. Kerangka Peraturan Keselamatan Penerbangan dalam bentuk


SI/AC/MOS

1. Peraturan Keselamatan Penerbangan dalam bentuk SI/AC/MOS


terdiri dari 2 bagian :

a. Batang Tubuh; dan

b. Lampiran.

2. Tata Cara Editorial dan Kriteria Tata Letak (Layout)Penyusunan


Batang Tubuh Staff Instruction (SIJ/Advisory Circular (AC) dan
Manual of Standards (MOS) mengacu kepada Buku I Peraturan
ini.

3. Tata Cara Editorial dan Kriteria Penyusunan Lampiran Petunjuk


Teknis Operasional/ Staff Instruction (SI) antara lain :

a) Format Judul dan Sistem Penomoran

Format Judul dan Sistem Penomoran Petunjuk Teknis


Operasional/ Staff Instruction (SI) adalah :

SI XXX (nomor CASR)- xx tentang ;

24
b) Ukuran Kertas dan Margin

Kertas yang digunakan harus berukuran F4 (21,6 x 33 cm),


dengan margin sebagai berikut:
Atas 2,5 cm
Bawah 3,5 cm
Kiri 2,5cm
Kanan 2,0 cm
Gutter 0 cm
Header 1,27 cm
Footer 1,27 cm

Huruf

Jenis huruf Bookman Old Style, 12 wajib digunakan.

d) Identiflkasi Teks

Di dalam Petunjuk Teknis/ Staff Instruction (SI), setiap


paragraf terpisah, dan sub paragraf harus ditunjukkan
menggunakan huruf dan angka. Ketentuan berikut harus
dipatuhi:
Bab : I, II, III, dan seterusnya
Level 1 : Nomor dalam tiap paragraf utama 1, 2, 3 dan
seterusnya
Level 2 a b...., c ..., dan seterusnya
Level 3 1) 2) 3)...., dan seterusnya
Level 4 a)...., b)...., c)..., dan seterusnya
Level 5 i)...., ii)...., iii)...., dan seterusnya

4. Tata Cara Editorial dan Kriteria Penyusunan Lampiran Pedoman


Teknis Operasional/ Circular(AC) antara lain :

a) Format Judul dan Sistem Penomoran

Format Judul dan Sistem Penomoran Pedoman Teknis


Operasional/Aduison/ Circular {AC) adalah :

contoh:

AC XX (nomor CASR) - xx tentang ;

b) Ukuran Kertas dan Margin

Kertas yang digunakan harus berukuran F4 (21,6 x 33 cm),


dengan margin sebagai berikut:
Atas 2,5 cm
Bawah 3,5 cm
Kiri 2,5cm
Kanan 2,0 cm
Gutter 0 cm
Header 1,27 cm
Footer 1,27 cm
m

25
c) Huruf

Jenis huruf Bookman Old Style, 12 wajib digunakan.

d) Identifikasi Teks

Di dalam Pedoman Teknis Operasional/ Advisory Circular


(AC), setiap paragraf terpisah, dan sub paragraf harus
ditunjukkan menggunakan huruf dan angka. Ketentuan
berikut harus dipatuhi:
Level 1 : Nomor dalam tiap paragraf utama 1, 2, 3, dan
seterusnya
Level 2 a..., b..., c..., dan seterusnya
Level 3 1) ..., 2)..., 3) ..., dan seterusnya
Level 4 a) ..., b)..., c)...., dan seterusnya
Level 5 i...., ii..,, iii, dan seterusnya
Level 6 1) 2)...., 3) dan seterusnya

5. Tata Cara Editorial dan Kriteria Tata Letak (Layout) Standar


Teknis dan Operasi/Manual of Standard (MOS). antara lain :

a) Format Judul dan Sistem Penomoran

Format Judul dan Sistem Penomoran Standar Teknis


Operasi/Manual of Standard (MOS)adalah:

Contoh

MOS XX (nomor CASK) - xx tentang ;

b) Ukuran Kertas dan Margin

Kertas yang digunakan harus berukuran F4 (21,6 x 33 cm),


dengan margin sebagai berikut:

Atas 2,5 cm
Bawah 3,5 cm
Kiri 2,5cm
Kanan 2,0 cm
Gutter 0 cm
Header 1,27 cm
Footer 1,27 cm

c) Huruf

Jenis huruf Bookman Old Style, 12 wafib digunakan.

d) Identifikasi Teks

Di dalam Standar Teknis dan Operasi/Manual of Standard


(MOS), setiap paragraf terpisah, dan sub paragraf harus
ditunjukkan menggunakan huruf dan angka. Ketentuan
berikut harus dipatuhi:
Level 1 : Nomor dalam tiap paragraf utama 1, 2, 3,
dan seterusnya
Level 2 : a..., b..., c..., dan seterusnya
Level 3 : 1) 2)..., 3) dan seterusnya

26
Level 4 a) b)..., c)...., dan seterusnya
Level 5 i...., ii..., iii, dan seterusnya
Level 6 1).,.., 2)...., 3)...., dan seterusnya

C. Kerangka Peraturan Fasilitasi (FAL) Udara dan Peraturan


Keselamatan Penerbangan diluar CASK, SI, AC dan MOS.

Tata Cara Editorial dan Kriteria Tata Letak (Layout) Peraturan


Fasilitasi (FAL) Udara dan Peraturan Keselamatan Penerbangan
diluar CASR, SI, AC dan MOS mengacu kepada Tata Cara Editorial
dan Kriteria Tata Letak (Layout) penyusunan peraturan sebagaimana
diatur dalam Buku I Peraturan ini.

D. Penulisan Bukti Pelaksanaan Amandemen {Amandment Record


List)

Untuk melacak posisi perubahan/amandemen peraturan, setiap


kegiatan amandemen, baik CASR, SI, AC dan MOS wajib dicatat oleh
masing-masing Sub Direktorat yang bertanggung jawab terhadap
penyusunan peraturan perundang-undangan dalam sebuah tabel
amandment record list sesuai format sebagai berikut:

Amande Source(s) Subject(s) Date of Date of Legalization


ment Approval implementedta
(Suraber) (Substansi nggal Nomor
(Amande perubahan) (Tgl pemberlakuan Peraturan
men) pengesahan)

0 Second Licensing of 15 September 1 Mei 1949 PM/KP


session of flight members 1948
(1« the PEL and of key
Edition) Division personnel
1947 responsible for
air navigation
services

(2nd
Edition)

124th

(2nd
Edition)

1-124 incorporated in this edition

Tabel daftar amandemen dimaksud, diperbarui oleh unit pemrakarsa


dan wajib disisipkan pada halaman depan dalam setiap peraturan
perundang-undangan dalam setiap pelaksanaan amandemen dan

27
dicatat dalam sebuah database baik secara elektronik dan/atau
manual sebagai alat bukti pelaksanaan amandemen.

Dalam hal Pengajuan Amandemen CASR, SI, AC dan MOS selain


menyampaikan draft batang tubuh peraturan, Direktorat/unit keija
pemrakarsa juga menyampaikan matriks revisi peraturan dan
melampirkan draft dokumen keseluruhan CASR, SI, AC dan MOS
dalam suatu teks konsolidasi (consolidated text) guna proses
publikasi.

Unit kerja pemrakarsa akan melakukan pemutakhiran posisi


pencatatan amandemen (record of amandement)dan teks konsolidasi
(consolidated text).

28
BAB V

PUBLIKASI DAN DOKUMENTASI

A. Pengundangan

1. CASR dan Peraturan Fasilitasi yang telah ditetapkan dalam


bentuk Peraturan Menteri Perhubungan akan disampaikan
oleh Unit Hukum di Sekretariat Jenderal kepada menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum guna pengundangan dalam :
a. Berita Negara Republik Indonesia; dan
b. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia

2. Pengundangan sebagaimana tersebut dimaksudkan agar


setiap orang mengetahui dan memastikan penegakan hukum
dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

B. Penyebarluasan

1. Dalam rangka penyebarluasan Peraturan Keselamatan


Penerbangan dan Fasiltasi dilakukan melalui :

a. Sosialisasi kepada unit kerja di lingkungan Direktorat


Jenderal, stakeholder penerbangan dan pihak-pihak
terkait;
b. Publikasi elektronik dengan mengunggah {Upload^ ke
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (Website
JDIH Kementerian Perhubungan : www.idih.dephub.go.id)
c. Publikasi elektronik dengan mengunggah {Upload) ke
website Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
(www.hubud.dephub.go.id)

2. Prosedur Publikasi elektronik melalui JDIH sebagaimana


dimaksud pada angka 1 (b) berupa :
a. Peraturan Menteri dilaksanakan oleh Unit Hukum
Sekretariat Jenderal sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

b. Peraturan Direktur Jenderal dilaksanakan oleh Bagian


Hukum, Setditjen Hubud.

3. Prosedur Publikasi elektronik melalui website Direktorat


Jenderal Perhubungan Udara sebagaimana dimaksud pada
angka 1 (c) dilaksanakan hanya untuk Peraturan Direktur
Jenderal. Pelaksanaan publikasi dilaksanakan oleh Unit keija
di bawah Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
yang membidangi website / data base berdasarkan
penyampaian dari Unit Hukum di Sekretaris Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara selambat-lambatnya 3 (tiga)
hari sejak Bagian Hukum menyampaikan dokumen yang
sudah ditetapkan

29
C. Dokumentasi

Bagian Hukum di Sekretariat Jenderal Perhubungan Udara


melakukan dokumentasi peraturan perundang-undangan bidang
penerbangan balk berupa soft copy maupun hard copy. Dalam hal
Amandemen CASR, SI, AC dan MOS, Publikasi dan Dokumentasi
dilakukan untuk batang tubuh dan teks konsolidasi.

30
APPENDIX I

PENANGGUNG JAWAB PENYUSUNAN DAN PERUBAHAN CASK SESUAI


DENGAN ICAO STATBLBTTBR TENTANG AMANDEMEN ANNEX

Annex Perihal Distribusi Internal Distribusi Eksternal


1 Personnel Licensing a. Direktorat Kelaikan
dan Pengoperasian
Pesawat Udara cq
Subdit Standarisasi
b. Direktorat Navigasi
Penerbangan cq
Subdit Standeirisasi
0. Balai Kesehatan
Penerbangan cq
Kepala Balai
Kesehatan
2 Rules ofthe Air
a. Direktorat Kelaikan Direktur Utama Perum
dan Pengoperasian Lembaga
Pesawat Udara cq Penyelenggara
Subdit Standarisasi Pelayanan Navigasi
b. Direktorat Navigasi Penerbangan
Penerbangan Indonesia cq Bagian
Hukum
3 Meteorological Service for Direktorat Navigasi Badan Meteorologi,
International Navigation Penerbangan cq Subdit Klimatologi dan
Standarisasi Geofisika cq Bidang
Meteorologi
Penerbangan
4 Aeronautical Charts. Direktorat Navigasi
Penerbangan cq Subdit
Standarisasi
5 Units of Measurement to be a. Direktorat Kelaikan
used in Air and Ground Udara dan
Operations Pengoperasian
Pesawat Udara cq
Subdit Standarisasi
b. Direktorat Nevigasi
Penerbangan cq
Subdit Standarisasi
6 Operations ofAircraft Direktorat Kelaikan dan
Part I — International Pengoperasian Pesawat
Commercial Air Transport — Udara cq Subdit
Aeroplanes Standarisasi
Part II — International
General Aviation —
Aeroplanes
Part in — International
Operations — Helicopters

31
7 Aircraft Nationality and Direktorat Kelaikan
Registration Marks Udara dan
Pengoperasian Pesawat
Udara cq Subdit
Standarisasi
8 Airworthiness ofAircraft. Direktorat Kelaikan
Udara dan
Pengoperasian Pesawat
Udara cq Subdit
Standarisasi
9 Facilitation. Direktorat Keamanan
Penerbangan

10 Aeronautical Direktorat Navigasi Lembaga


Telecommunications Penerbangan cq Subdit Penyelenggara
Volume I - Radio Navigation Standarisasi Pelayanan Navigasi
Aids Penerbangan
Volume n — Communication Indonesia cq Bagian
Procedures including those Hukum
with PANS Status
Volume III —
Communications Systems
Volume IV — Surveillance
Radar and Collision
Avoidance Systems
Volume V — Aeronautical
Radio
Frequency Spectrum
Utilization
11 Air Traffic Services. Direktorat Navigasi Lembaga
Penerbangan cq Subdit Penyelenggara
Standarisasi Pelayanan Navigasi
Penerbangan
Indonesia cq Bagian
Hukum
12 Search and Rescue. Direktorat Navigasi Badan SAR Nasional
Penerbangan cq Subdit
Standarisasi
13 Aircraft Accident and a. Direktorat Kelaikan Komite Nasional
Incident Udara dan Kecelakaan
Investigation. Pengoperasian Transportasi
Pesawat Udara cq
Subdit Standarisasi
b. Direktorat Navigasi
Penerbangan cq
Subdit Standarisasi
c. Direktorat Bandar
Udara cq Subdit
Trsnsportasi
14 Aerodromes Direktorat Bandar Udara
Volume I - Design and
Operations.
Volume n- Heliports.
15 Aeronautical Information Diretorat Navigasi Lembaga
Services. Penerbangan cq Subdit Penyelenggara

32
f
t

Standarisasi Pelayanan Navigasi


Penerbangan
Indonesia cq Bagian
Hukum dan Humas
16 Environment Protection. Direktorat Bandar Udara
Volume I - Aircraft Noise Direktorat Kelaikkan
Udara dan
Pengoperasian Pesawat
Udara cq Subdit
Standarisasi
Volume II - Aircraft Engine Direktorat Kelaikkan
Emissions Udara dan
Pengoperasian Pesawat
Udara cq Subdit
Standarisasi
17 Amation Security Direktorat Keamanan
Penerbangan cq Subdit
Standarisasi
18 Safe Transportation of Direktorat Kelaikkan
Dangerous Udara dan
Goods by Air Pengoperasian Pesawat
Udara cq Subdit
Standarisasi
19 Safety Management a. Direktorat Kelaikan a. Komite Nasional
Udara dan Kecelakaan
Pengoperasian Transportasi
Pesawat Udara cq b. Badan Meteorologi,
Subdit Standarisasi Klimatologi dan
b. Direktorat Navigasi Geofisika cq
Penerbangan cq Bidang Meteorologi
Subdit Standarisasi Penerbangan
c. Direktorat Bandar
Udara

33
APPENDIX U

A. ALUR PBNYUSUNAN/PERUBAHAN PERATURAN KESELAMATAN PENBRBANQAN SIPIL(CASR) YANO


BBRSVMBER DARl ICAO STATE LETTER

UNIT KERJATERKAIT

URAJANJEMS KBOIATAN
Sekrvovis K«piaa Natiantd
Dirsktorvu Bagiv) Bugian SM«ian«p ConftnuQU* Inapekrur
Diraktur Pawns)in
Oiqan Jsndsnl KBUi. PsrtncanMi AdmimstrMer Monitoring Pwrbaj^an/ BatgM
T^mis Kukua ChwEs(PfC^
PsrhubuncE HumRs dan <8UJ CoonHnmor Tim
n Ud«n Umum (ttCMCt

PIC MsnsnmalCAO
•tateleftardsri SLA (srtiail
dsn^nn Amandsmsn
O -o □
Ann«i7PANS/8UPP«
bokcfordinMi dsnfnn fecal
point guns msngisvalu
Mibscuw cuts fectar

O^ain hal diporlukan


evsJuwi lebih lar^ul PIC
asWui Pocal Point
msnj^ampatkan kspada
r-D
Oirokiurftuna porwti^usm
prosM BvaJuasi l«i>)uain

Dimktur Msnurvuk
in^wktur □
p«nsrban(«n/tiiii intarraJ
(una msr^aluaai
dokumsn lerkait

Inspektur
PonsrbangAA/Tun yaiig
ditunjuk dsJam 7 hvi
akan raelakukan
psnir\iauan ulang terhadap
-o
dokumsn sacara rinci.
maiakukan Cop Analk**
dan memutuakan apakah
tsRlapat
pcrbadaan/standar yans
haAia diadopai

Mm ha eMObuniMa
akan dauaun

ny
pwstipsi paaturan
toM/H-l Mnaapasvan juBtifikasi dan
dtauaun daftar
Haad tjr^tian utoig akan
disampaikan kapada
►o ►o <!:) perbadaan dan
poaaai peraiuran
Oirrttur. untuk anhm naaionai tarhadap
kaih laf^ut. Armax untuk
diaampaikan kapada
ICAO aaauai dan^an
katanitian
pmndangan
Apablla dibutuhkan
P«f«tunn/parubahan
peraturan, Dinktur
mer^afnanatkan unluk
<I>
menyusun draft
paraturan/perubahan
parmturan

dMffl panyuaunan
dapat dibantuk Tim
dan apabila
Makkukan parqruniMn
mslibatkan Isbrh
draft
dan sub direktorat.
paruumn/panibahan
naainc-matir^
paraimn
aubdii akan
mtnutaakan
invpektur
penarbangan

n
Mstekukan avatuaal
laneancan awal
eaar/p«njbahan eaar

tvaluaa* dan Rekemandaa


raneangan final D-

iBsIakukan koordhtaai dan


konauHaai dangan
diiaktorat tsrkaiC malalui
r^t>rapal dan ntpat
kanainyerirg;

malakukan uji puUik


dan/aiau publikasi
rancar^an pereturan
melalui wsbaits (Notica

Prepossd Rub Making)
tarbadap draft final kapada
pemar^u k«p«ntir^an
latoksholdsr] di bidang
panerfaangan dan
maiyarakai untuk
martdapatkan ungp«an
(^ad2«k) ^bda
diperiukarL

rmr^ampaikan
mkmnandaai tarhadap
parbajkan lagal drafting ka
direktoraL

£ t=)

34
a

d
a
o
d 0
!ii« j|
iff II HI
S«4
ij}l|il|iii|
a E II S|
II ?l ism
81 llH It^i I5 { SI
!p iiiiitP
I 11 11 'ihu
a-Li X E B mmu
B. ALUR PENYUSUNAM/PERUBAHAN PERATURAN KB8BLAMATAM PENERBAlfOAN SIPIL(CA8R)
TARQ BERSUMBBR KSBUAXAH PBMERINTAH

uNrriceiUA TCRKArr

m. URMAN JBN18 KBOUTAH 8akffUr» Kapala irorkMcd



Dir^tterml Bagian CanfMMya InapalRur
Oiraictur Bagian Kapate Ba^an fWaonal in
Oii^ Jandmal KSiN, Focoi Poira iFPf Ptnarbangan/ 8aki«n
Taknia Hukum ^rancs>aan Charga jPiCi
Parhubunga Humaa dan Coanftnafdr Tim
n Udara Umum fkCUQ

Db^wh hiU *d» kebynMn


pMiBrintah d«rt(an
mflmp«rtimbBR^Bn kBpantinfan
I nuiontJ. Dir*ktur TakniB («riuy|
dapAC inengin»(rukBik«n C3
dilakukannyB panyutunan aftau
p«rub«J)«n CASK.

Dinktur Mmunjuk iMpakttir


2 panBrbansAn/tliD laitriMJ fuoa 'L3

dalam
panyvaunan dapai
dibanluk Tim dan
IntpBktur PanorbAngvi/Tira yar^
apabfka maiibatkan
ditun^uk, daJajD T han akap
Inapaktur Panarbangwi dan/atau
L3 labih dari aub
a dirakwnu .
funahan harkoordinw dwgar
beal peini guna manylapkan maairifmaaing
aubdk akan
ranoangan paraluwi
manugaakan
inapaktur
penerbungan

IMakukan panyuBunan dnft


4
paraAiran/parvbahait paraiuran
C
rftJaiFi tabapini
parlu dirdanbftkaal
r
L□ ■pakah ada
kabdaKaaauaian
Malakukan •vaJu—i rancafifiin [diftaraneaaj
S
■val caar/pmbahaA eaar araluaai dapat
dilakukan dangan
diakuii dan
konauhaai dangan
pihak-pflwk
tarkait

6
BvahJMi dan Rafcemeideai pi'
ranoangan Rnal

taalticukan koordlnaai dan

7
konaukaai d«ng»n dtrakfom
carkaii cnalaJui ri^ai-r^at dan C3
rapal kouinyarlng:

otalakukaji ujl puUflc atau


publikaai rancan^n parcturwi
malalui «abalt« (Notiea ta Prepoaad
c p
Rula MaMng) tarhadap draft ftnaj
s kapada pamangku kapancintan
lalokabPldarl di bidang
panarbangan dan maay vakai
uniuk mandapaikan tanggapatn
Cfkadbock) apalnla dipariukan.

fnanyampaikan rakamandMt
tartuidap parbaikan lagal drafting
ka diraktorat. L—s L□
)4rakloiBi mrnyRnpaikan haiDbad
JmAOnaiyang leUi
l^eapumakanhc Bagan Hulnua
itnuk diparkkM dan d*evaluaii aaowa _j
Inal daji dan dipaia/alab Kcpato
10
kiflan Hukum

II
Saadid^n dan DfraMarac talmia
tarkaft manyatujui draft paraturao
db C3
dangan fi»ambubuhkan paraf

^iijan manyatuiui draft taknia


dangan mambubuhkan partf dan
loangirimkan aurat ka Salgan
u Kamhub parihal panaupan CA8R
alah daiam bantuk Paralufwi
t:□
dantari dangan cambuaan Kapnia
Hukutn

Sakjan malalui Bira Hukum aten


mangavaluaai dan cnan^uksi
19
draft paraturan guna pawMtpm^

V
dantaii

36
UNIT KBfUATBinOUT

NO. URAJAK JSN1S KBGIATAN 8«kr«Mri« Kopala ffanontf


Kal
Oiroktur
Diraklofml
Biyvl
Bafian
Kopala Ba^an ^■raenal in
CenfimMua JimpekiUT
Diij« Jndwai KBUi. forofftdm fFPf Monilwit
Tiluiia
Pirhubun^
Hukum NirmesiaaD Chart* iftC)
Humaa dan Geardinmcr Tim
nUdw* Umum ptCMCf

tetfuran •udiih dic«upkan

\4
Mvnhub dun diund«n^kAn d)
8«riu Ni0«r« iJuui dibuuktn
MUnan ol«h K«pida Biro Hukum
p
L
dun dipubtvkuikon hmIaIui vobnto
JMH.ge.id

Buflion Hukum okon


cTMiyonpaikAn k« B«fMn
IS PoronetriMxi untuk
0Mm^bliluoik«n poraturmn
moiolui hubud.fo.id II>

Mi^tcTot toknif mongidoniflSkMi


^•tunin Montori yong dUoupkM
■p^coh oudoh ooouai d«igaj>

16
•UPdor ICAO Ann«i. opobilft ado
»«rbadawi IdiffortncMl akan 1
diprooaa oMuai kotintuan 1—1 -J—1-
laraturan porundang'undangan L-J ^1—J LJ
iibawah koordinaai Bi^an K8LN,
HuAaa dan Umum

37
C. ALUR PESTYUSUNAH/PBRUBAHAN DALah BBNTUK STAFF INSTRUCTION (SI)/ ADVISORY CIRCULAR(AC)/
MANUAL OF STANDARDS(UOS)

UNrr KCfUA TERKAIT

URAIAN JBNIS KBOIATAN


SctovOuu KcpfJa
Dirsktoral B«gian Intpektur
Baglan K«p«k>8iKiui P«r»onet in KambdU nknl$
Dlqea Direktur Takni* JmdanJ K3LN. Paecl foini (FPI Poncrbttnpin/
Hukum Prmiraniin Chargs(PiC) lerkaU
Pethubunsi Hums* dwi Tim
n UdAfa Uffluju

DakiiD hal imnindaktuijud


am*nAh CASR dibutuhkAn
penyuiunan acau parubahan
81, AC dan MOS. PiCakan
berkoordinaas dengan KapaSa
Sub Oirektorai Tarkail dan
□- -a
Fcacal Puint guna mengavaluaai
dan manyiapkan rancangan
SI/AC/M08.

Didftin nngkn svmluiui, Focal


Paini Akan rasloporten
ksbutuhan
ponyusunan/perubahan
o
61/AC/MOS kapttla Dirafctur
guns pmetHfuan

Direktur mrnginsCruksikaii
penyusunan SI/AC/M08
kepada PoesJ Point dan PoaJ ■o-
Point akan mangkoordinasikan
penyusunan draA St/AC/MOS
dengan Kspals Sub Direktorat
Teknls yang membidangi
untuk menunjuk Inspekuir
Penerbangan yang akan
benanaungjftwab i«hadap
penyusunan draft SI/AC/MOS.

dakm pcnyuiunan
Inspektur Penerbangan In^ckrur


berkoordinasi
Melakukan penyusunan drift
peracumn/perubahan dengan inapaktur
peraturan lainnya, unit k«i]a
tarkail dan b^^lan
hukum

draft SI/AC/MOS
Maiakukan panyuaunan draJt yang audab
paraturan/parubahan dibehat inlamal
peialunm dtaampaikan ke
bapan hukum'

Bvaluaal dan
rancanvut Gnat
Rakaiaendaai
□-

melakukan koordiaaai dan


konauJcaii dangan diieklorat
tcrkait malalui rapat-rapat dan □
r^ial konainyering:

menyampaikan rekomendaai
tarhadap parbaikan legal
drafting ke direktorat
a

Ouikterat menyampaikan
ksfnbali draft final yang teisli
diaempumakanke B^an Hukum
a
untuk diperiksa dan dwvaluaei
'a final dan dan dipantf oWi
Kepala Bagum Hukum

Seadi^an dan Direktorat iMoii*


tarkajt inenyatujur draft
paratuian dangan
mambubuhkaji para/
o

Oifjan n>eiMUt|dain C3
SI/AC/MOS

38
UNITKElUATEKKAir

URAIAN JBNI8 KBOIATAM


3«kmam Kspate
Direktorai Bagian Inapektur
DiijMi KepaiaBacian ^raonel in KowMil TVmu
Direktur Tckni* Jvnderml KSU4. Foect pvim (FP) E>eiMrban8Ba/
Hukum Peraflcanaan ChargaiPlCl lartasl
Pertiubunv Huinat dan Tim
n UdAfa Umucn

Peraiuran yang ludah


ditata|:dcan Dirjen akan
dibehkan nocnor oleh Bagian
K8LN, Humaa dan Umum dan
dibarikan Sajinan oM)K^iaJa
Bagian Hukum

Bigjan Hukum akan


manyampaikan ka Bagian
Parencanaan untuk
mampublikaaikan paraturan •CD O
malaJui hubud.go.id

9«gian Hukum tkan


manynmpJikan Mlioan kt
direktoret lekni* dun
iMtakukAn dokum«nuti dsa
mor^plo«d ke JOIH.go.id
n- ■O

39
APPENDIX III

A. FORMAT COVER CASR


1. Format Cover Peraturan Keselamatan Penerbangan Sivil/Civil Aviation
Safetu Regulations atau Peraturan Keamanan Penerbangan Sipil/Ci'yi'/
Aviation Securitu Regulations Dalam Bahasa Indonesia

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN


NOMOR
TANGGAL

(Font Bookman Old Style 8)

PERATURAN KESELAMATAN
PENERBANGAN SIPIL
(Font Bookman Old Style 20)

PKPS XXX
JUDUL

(Font Bookman Old Style Bold 20)

REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN PEHUBUNGAN
(Font Bookman Style 16)

40
2. Format Cover Peraturan Keselamatan Penerbangan Sivil/Civil Aviation
Safety Regulations atau Peraturan Keamanan Penerbangan Siyil/Civil
Aviation Security Regulations Dalam Bahasa Inggris

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN


NOMOR
TANGGAL

(Font Bookman Old Style 8)

CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS


(Font Bookman Old Style 20)

CASR XXX

(Font Bookman Old Style Bold 20)

--4

REPUBLIC OF INDONESIA
MINISTRY OF TRANSPORTATIONS
(Font Bookman Style 16)

41

1
B. FORMAT COVER, PENDAHULUAN DAN DAFTAR ISI STAFF INSTUCTION
(SI)

1. Format Cover Petuniuk Teknis/SI dalam Bahasa Indonesia

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


NOMOR
TANGGAL

(Font Bookman Old Style 8)

PETUNJUK TEKNIS
(Font Bookman Old Style 36)

SI XXX - XX
(Font Bookman Old Style 20)

JUDUL

(Font Bookman Old Style 20)

Amandemen :
Tanggal ;
(Font Bookman Old Style 12)
REPUBLIK INDONESIA - KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
JAKARTA-INDONESIA
(Font Bookman Old Style 12)

42
2. Format Cover Petuniuk Teknis/SI dalam Bahasa Inggris

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAK PERHUBUNGAN UDARA


NOMOR
TANGGAL

(Font Bookman Old Style 8)

STAFF INSTRUCTION
(Font Bookman Old Style 36)

SI XXX - XX
(Font Bookman Old Style 20)

TITLE

(Font Bookman Old Style 20)

Amendment :
Date :
(Font Bookman Old Style 12)
REPUBLIK OF INDONESIA - MINISTRY OF TRANSPORTATIONS
DIRECTORATE GENERAL OF CIVIL AVIATION
JAKARTA-INDONESIA
(Font Bookman Old Style 12)

43
4. Format PENDAHULUAN Pada Petuniuk Teknis/ Staff Instruction Dalam
Bahasa Inggris

FOREWORD

1. PURPOSE This Staff Instruction prescribes


responsibilities, policies, and procedures to
be used by the Directorate of - related
working unit/technical agency — for the -
reason of issuance of this Staff Instruction .
This Staff Instruction may be made available
to the public so that they may better
understand the authority and responsibility
of the DGCA.
2. REFERENCES This Staff Instruction should be used in
accordance to the applicable regulations.
3. CANCELLATION Staff Instruction Number .... issued... is
cancelled
4. AMANDEMEN Amendment of this Staff Instruction shall be
approved by the Director General of Civil
Aviation

DIRECTOR GENERAL OF CIVIL AVIATION,

(tanda tangan)

(nama)

5. Format Daftar Isi Petuniuk Teknis/ StaffInstruction

DAFTAR ISI

DAFTAR PENCATATAN AMANDEMEN


RANGKUMAN AMANDEMEN
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
BAB I KETENTUAN UMUM
Paragraf Halaman
1. Maksud 1
2. Dasar-Dasar Hukum 1
3. Kebijakan 2
4. Ruang Lingkup 4
5- f 1
BAB II TATA CARA UNTUK f ]
Paragraf Halaman
1. f 1 f 1
2. f 1 f 1
3. [ 1 f
4. [ 1 [ 1
BAB III 1 1
Dan seterusnya
45
C. FORMAT COVER, PENDAHULUAN DAN DAFTAR ISI ADVISORY CIRCULAR
(AC)

1. Format Cover Pedoman Teknis Operasional/AC dalam Bahasa Indonesia

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


NOMOR
TANGGAL

(Font Bookman Old Style 8)

PEDOMAN TEKNIS
OPERASIONAL
(Font Bookman Old Style 36)

AC XXX -XX
(Font Bookman Old Style 28)

JUDUL

(Font Bookman Old Style 20)

Amandemen :
Tanggal :
(Font Bookman Old Style 12)
REPUBLIK INDONESIA - KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
JAKARTA-INDONESIA
(Font Bookman Old Style 12)

46
2. Format Cover Pedoman Teknis Qperasional/AC dalam Bahasa Inggris

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


NOMOR
TANGGAL

(Font Bookman Old Style 8)

ADVISORY CIRCULAR
(Font Bookman Old Style 36)

AC XXX -XX
(Font Bookman Old Style 28)

TITLE

(Font Bookman Old Style 20)

Amendment :
Date :
(Font Bookman Old Style 12)
REPUBLIC OF INDONESIA - MINISTRY OF TRANSPORTATIONS
DIRECTORATE GENERAL OF CIVIL AVIATION
JAKARTA-INDONESIA
(Font Bookman Old Style 12)

47
■PS*.#' '

3. (Format PENDAHULUAN Pada Pedoman Teknis Operasional/Adfisor^


Circular Dalam Bahasa Indonesia)

PENDAHULUAN

1. MAKSUD Pedoman Teknis Operasional ini ditetapkan


dalam rangka memberi bimbingan dan
membantu dalam -alasan penerbitan juknis—.
Pedoman Teknis operasional ini hams
disampaikan kepada masyarakat khususnya
yang berkepentingan di bidang penerbangan sipil

2. ACUAN Pedoman Teknis Operasional ini bersifat hanya


sebagai saran dan hams digunakan sejalan
dengan peraturan-peraturan berlaku yang
terkait.

3. PENGHAPUSAN Dengan disetujuinya Pedoman Teknis


Operasional ini, maka Pedoman Teknis
Operasional Nomor .... tanggal .... dinyatakan
tidak berlaku

4. AMANDEMEN Amandemen Pedoman Teknis Operasional ini


hams memperoleh persetujuan Direktur
Jenderal Perhubungan Udara

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

(tanda tangan)

(nama)

48
4, Format PENDAHULUAN Pada Pedoman Teknis OvGra.siona\/Admsonj
Circular Dalam Bahasa Inggris

FOREWORD

1. PURPOSE This Advisoiy Circular prepares to guide and


assist in the -reason of issuance of this
Advisory Circular . This Advisory Circular
should be distributed to the public,
particularly those interested in aviation.
2. REFERENCES This Advisory Circular is advisory only and
should be used in accordance with the
applicable regulations.
3. CANCELLATION Advisory Circular Number .... issued... is
cancelled
4. AMANDEMEN Amendment of this Advisory Circular will be
approved by the Director General of Civil
Aviation

DIRECTOR GENERAL OF CIVIL AVIATION,

(tanda tangan)

(nama)

5. Format Daftar Isi Pedoman Teknis Operasional/Adi^fsony Circular

DAFTAR ISI

DAFTAR PENCATATAN AMANDEMEN


RANGKUMAN AMANDEMEN
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
BAB 1 KETENTUAN UMUM
Paragraf Halaman
6. Maksud 1
7. Dasar-Dasar Hukum 1
8. Kebijakan 2
9. Ruang Lingkup 4
10. f
BAB II TATA CARA UNTUK 1 ]
Paragraf Halaman
5. f 1 f 1
6. [ 1 1
7. f 1 f 1
8. f 1
BAB III 1
Dan seterusnya

49
D. FORMAT COVER, PENDAHULUAN DAN DAFTAR ISI MANUAL OF
STANDARD (MOS)

1. Format Cover Standar Teknis dan Operasi/MOS dalam Bahasa


Indonesia

LAMHRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


NOMOR
TANGGAL

(Font Bookman Old Style 8)

STANDAR TEKNIS
DAN OPERASI
(Font Bookman Old Style 36)

MOS XXX -XX


(Font Bookman Old Style 28)

JUDUL

(Font Bookman Old Style 20)

Amandemen :
Tanggal :
(Font Bookman Old Style 12)
REPUBLIK INDONESIA - KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
JAKARTA-INDONESIA
(Font Bookman Old Style 12)

50
mam

2. Format Cover Standar Teknis dan Qperasi/MOS dalam Bahasa Inggris

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAK PERHUBUNOAN UDARA


NOMOR
TANGGAL

(Font Bookman Old Style 8)

MANUAL OF STANDARD
(Font Bookman Old Style 36)

MOS XXX - XX
(Font Bookman Old Style 28)

TITLE

(Font Bookman Old Style 20)

Amendment :
Date :
(Font Bookman Old Style 12)
REPUBLIC OF INDONESIA - MINISTRY OF TRANSPORTATIONS
DIRECTORATE GENERAL OF CIVIL AVIATION
JAKARTA-INDONESIA
(Font Bookman Old Style 12)

51
3. Format PENDAHULUAN Pada Standar Teknis dan Operasi/MOS Dalam
Bahasa Indonesia

PENDAHULUAN

1. MAKSUD Standar Teknis dan Operasi mengatur


mengenai penjabaran standar teknis, operasi
persyaratan, dan kriteria yang wajib
digunakan -unit kerja/instansi teknis—
dalam -alasan penerbitan standar teknis dan
operasu— . Standar Teknis dan Operasi ini
harus disampaikan kepada masyarakat
khususnya yang berkepentingan di bidang
penerbangan sipil.

2. ACUAN Standar Teknis dan Operasi ini harus


digunakan sejalan dengan peraturan-
peraturan berlaku yang terkait

3. PENGHAPUSAN Dengan disetujuinya Standar Teknis dan


Operasi ini, maka Juknis Nomor
tanggal .... dinyatakan tidak berlaku

4. AMANDEMEN Amandemen Standar Teknis dan Operasi ini


harus memperoleh persetujuan Direktur
Jenderal Perhubungan Udara

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN


UDARA,

(tanda tangan)

(nama)

52
r- _

4. Format PENDAHULUAN Pada Standar Teknis dan Qperasi /MOS Dalam


Bahasa Inggris

FOREWORD

1. PURPOSE This Manual of Standard prescribes the


technical standards, operational
requirements and any other required
requirements to be used by the Directorate
of - related working unit/technical agency —
for the -reason of issuance of this Manual of
Standard . This Staff Instruction may be
made available to the public so that they may
better understand the authority and
responsibility of the DGCA.

2. REFERENCES This Manual of Standard should be used in


accordance to the applicable regulations.

3. CANCELLATION Manual of Standard Number issued... is


cancelled.

4. AMANDEMEN Amendment of this Manual of Standard shall


be approved by the Director General of Civil
Aviation

DIRECTOR GENERAL OF CIVIL AVIATION,

(tanda tangan)

(nama)

53
5. Format Daftar Isi Standar Teknis dan Qperasi /MOS

PAFTAR ISI

DAFTAR PENCATATAN AMANDEMEN


RANGKUMAN AMANDEMEN
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
BAB I KETENTUAN UMUM
Paragraf Halaman
11. Maksud 1
12. Dasar-Dasar Hukum 1
13. Kebijakan 2
14. Ruang Lingkup 4
15. f 1
BAB II TATA CARA UNTUK f ]
Paragraf Halaman
9. f 1 1
10. f 1 [ 1
11. f I 1
12. ( 1 1
BAB III f 1
Dan seterusnya

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

NOVIE RIYANTO R.

Salinan sesuai dengan aslinya


iAGIAN HUKUM

4:^
★ JDIREKTORAT JENDERAL U
IpEEHUBUMGmuOAaAi*
AMA SARI
I (IV/b)
^ 'K 199503 2 001

54
K-'!•/

LAMPIRAN III PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


NOMOR ■ KP 114 TAHUN 2020
TANGGAL : ^5 2020

BUKU III:

Petunjuk Teknis Pen5nasunan, Pembahan


dan Publikasi Peraturan
Perundang-Undangan di Bidang Keamanan
Penerbangan
DAFTAR ISI

Halaman
Daftar isi •

Bab I : Ketentuan Umum


A. Deflnisi 2
B. Tujuan 2
C. Ruang Lingkup dan Sumber Penyusunan Peraturan Keselamatan
Penerbangan 2
D. Sifat Pengaturan dan Bentuk Peraturan Perundang-undangan di
Bidang Keamanan Penerbangan 3
E. Klasifikasi Peraturan Keamanan Penerbangan 4
Bab II : Wewenang Dan Tanggung Jawab Penyusunan Peraturan
Perundang-Undangan
A. Wewenang ^
B. Tanggung Jawab 5
Bab III : Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang
Keamanan Penerbangan
A. Penyusunan Peraturan Keamanan Penerbangan 8
B. Tata Cara Penyusunan Peraturan/Keputusan Menteri di
bidang Keamanan Penerbangan yang bersumber dari
ICAO State Letter g
C. Tata Cara Penyusunan Peraturan/Keputusan Menteri di
bidang Keamanan Penerbangan yang bersumber dari Kebijakan
Pemerintah. 2^
D. Tata Cara Penyusunan Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal
Bidang Keamanan Penerbangan 14
E. Kerangka Peraturan Keamanan Penerbangan 17

Bab IV ; Publikasi dan Dokumentasi


A. Pengundangan Ig
B. Penyebarluasan Ig
C. Dokumentasi ig

Appendix I
A. Alur Tata Cara Penyusunan Peraturan Keamanan Penerbangan
yang bersumber dari ICAO Stateletter. 20
B. Alur Tata Cara Penyusunan Peraturan Keamanan Penerbangan
yang bersumber dari Kebijakan Pemerintah. 22
C. Alur Tata Cara Penyusunan Peraturan/Keputusan Direktur
Jenderal Bidang Keamanan Penerbangan 24

Appendix 11
Daftar Distribusi Unit Kerja Penerima Peraturan di bidang Keamanan
Penerbangan 25
BAB I

KETENTUAN UMUM

A. DEFINISI

1. Organisasi Penerbangan Sipil Intemasional {International Civil


Aviation Organization) yang selanjutnya disebut ICAO merupakan
lembaga khusus di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
membidangi urusan penerbangan sipil.

2. ICAO Standard and Recommended Practices yang selanjutnya


disebut ICAO SARPs adalah standar dan rekomendasi di bidang
teknis penerbangan sipil yang dikeluarkan oleh ICAO sebagai acuan
bagi negara-negara anggota dalam menyusun peraturan dan
pelaksanaan teknis penerbangan sipil.

3. Dokumen Referensi adalah Dokumen yang digunakan oleh Direktorat


Jenderal Perhubungan Udara sebagai dokumen acuan dalam
melakukan penyusunan peraturan perundang-undangan.

4. ICAO State Letter adalah dokumen yang dikeluarkan oleh ICAO yang
memuat informasi, publikasi, undangan, pemberitahuan rencana
kerja, dan usulan perubahan ICAO SARPs yang harus diketahui
dan/atau ditindaklanjuti oleh Negara-Negara anggota ICAO.

5. ICAO State Letter Electronic Disribution, selanjutnya disebut ICAO


SLED, adalah ICAO State Letter yang berbasis elektronik yang dapat
diakses di ICAONet dan CMA Online website

6. Perbedaan (differences) adalah setiap perbedaan antara peraturan


nasional dengan ketentuan ICAO.

7. Person in Charge yang selanjutnya disebut dengan PiC adalah


personil yang memiliki kompetensi dan keahlian yang ditunjuk oleh
Kepala Unit Kerja dan bertugas memberikan tanggapan terhadap
ICAO State Letter sesuai permintaan dan ketentuan yang ada di
ICAO State Letter.

8. Focal Point adalah pejabat yang ditunjuk pada masing-masing unit


kerja yang bertanggungjawab untuk mengkoordinir proses
pemberian tanggapan terhadap ICAO State Letter.

9. State Letter Administrator yang selanjutnya disebut SLA adalah


personil di Bagian Kerasama Luar Negeri, Hubungan Masyakarat
dan Umum yang bertugas mendistribusikan ICAO State Letter
kepada PiC dan FP serta memonitor tindak lanjut proses pemberian
tanggapan terhadap ICAO State Letter.
10. National Coordinator yang selanjutnya disebut NC adalah personil
yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara dan
diketahui oleh ICAO, untuk bertindak sebagai penghubung terhadap
seluruh proses dan kegiatan ICAO Universal Security Audit Program-
Continuous Monitoring Approach(USAP CMAj.

11. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

12. Sekretariat Direktorat Jenderal adalah Sekretariat Direktorat


Jenderal Perhubungan Udara.

13. Unit kerja adalah Direktorat-Direktorat, Balai-Balai, dan Bagian-


Bagian di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

B. Tujuan

Petunjuk Teknis ini bertujuan untuk :

a. menjadi pedoman dalam proses penetapan produk peraturan


perundang-undangan/hukum di bidang keamanan penerbangan di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
b. mewujudkan keseragaman pola/bentuk produk peraturan perundang-
undangan/hukum di bidang keamanan penerbangan di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
c. mewujudkan produk peraturan perundang-undangan/hukum di
bidang keamanan penerbangan yang sesuai dengan standar
internasional;

d. mewujudkan keterpaduan dan harmonisasi materi serta koordinasi


dalam penyusunan produk peraturan perundang-undangan/hukum
di bidang keamanan penerbangan;
e. menjamin penyampaian/pendistribusian dan dokumentasi produk
peraturan perundang-undangan/hukum keselamatan penerbangan
yang tepat sasaran dan terjaga kerahasiaannya.
C. Ruang Lingkup dan Sumber Penyusunan Peraturan Keamanan
Penerbangan

1. Ruang lingkup tata cara tetap pen3aisunan peraturan Keamanan


Penerbangan di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
yang diatur pada buku III meliputi :
a, Sumber dan acuan pembentukan produk peraturan perundang-
undangan/hukum di bidang keamanan penerbangan di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
b. wewenang dan tanggungjawab penyusunan produk peraturan
perundang-undangan/hukum di bidang keamanan penerbangan
di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
c. tata cara penyusunan dan pengklasifikasian produk peraturan
perundang-undangan/hukum di bidang keamanan penerbangan
di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

d. bentuk, format dan standar pengetikan produk peraturan


perundang-undangan/hukum di bidang keamanan penerbangan
di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

e. Pengundangan, pendistrisbusian dan dokumentasi produk


peraturan perundang-undangan/hukum di bidang keamanan
penerbangan.

2. Peraturan Keamanan Penerbangan yang diatur dalam Buku III


sebagaimana dimaksud pada butir 1 diatas bersumber dari :

a. Konvensi Chicago 1944 Annex 17 tentang Aviation Security;


b. ICAO Documents;
c. Kebutuhan Masyarakat dan perkembangan teknologi;
d. Kebijakan Pemerintah.

D. Sifat Pengaturan dan Bentuk Peraturan Perundang-Undangan di


Bidang Keamanan Penerbangan

1. Peraturan terkait dengan Keamanan Penerbangan dapat


dikategorikan menjadi 2(dua) yakni :

a. Bersifat umum, terbuka yang memuat ketentuan kewajiban dan


penegakan hukum dalam bentuk Peraturan Menteri

b. Bersifat restricted (terbatas) memuat prosedur, pedoman,


petunjuk teknis yang disusun dalam bentuk Keputusan Menteri
dan Keputusan Direktur Jenderal.

2. Peraturan Keamanan Penerbangan yang disusun dalam bentuk


Peraturan yang lebih tinggi dari Peraturan Menteri disusun
berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
E. Klasifikasi Peraturan Keamanan Penerbangan

KEAVIANAfil
NCASP
PE>iBSAN{aAN
NA90WU.

NQCP NASTP

nMAiiMMi iifta
KBVTUUM
■CJnBW(ERmiUM

NCASI:
MQCP:
MfcSTP :lfciiiiwl
WCPj
rii.il iv,,.
BAB II
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
PENYUSUNAN DAN PERUBAHAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG KEAMANAN
PENERBANGAN

A, Wewenang

1. Menteri berwenang untuk menetapkan Peraturan Perundang-


Undangan di bidang keamanan penerbangan dalam bentuk Peraturan
Menteri atau Keputusan Menteri.

2. Direktur Jenderal dalam rangka memberikan pedoman pelaksana


Peraturan Keamanan Penerbangan berwenang menetapkan :
a. Peraturan Direktur Jenderal;
b. Keputusan Direktur Jenderal

3. Penandatanganan Peraturan Direktur Jenderal tidak dapat


dilimpahkan kepada Pejabat setingkat dibawahnya, kecuali
menyangkut masalah-masalah tertentu yang bersifat penetapan
berdasarkan pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang
ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal.
B. Tanggung Jawab

1. Tanggung jawab penyusunan dan perubahan peraturan perundang-


undangan bidang keamanan yang mengacu pada ICAO SARPs berada
pada beberapa pihak yang terdiri dari ;
a. Direktur Keamanan;
b. Kepala Unit Keija yang bertanggungjawab terhadap penyusunan
peraturan (Kepala Bagian Hukum);
c. Kepala Unit Keija yang bertanggungjawab terhadap Distribusi
ICAO State Letter (Kepala Bagian Keijasama Intemasional,
Hubungan Masyarakat dan Umum);
d. Kepala Unit Kerja yang bertanggungjawab terhadap website dan
publikasi elektronik (Kepala Bagian Perencanaan);
e. Focal Point;
f. Person in Charge (PiC);
g. State Letter Administrator(SLA);
h. National Coordinator(NC).
2. Berkaitan dengan Penyusunan Peraturan perundang-undangan,
Bagian Hukum sebagai Unit Hukum yang berada di bawah
Sekretariat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara memiliki tugas
dan fungsi sebagai berikut :
a. Perencanaan penelaahan dan penyusunan peraturan perundang-
undangan bidang keamanan penerbangan;
b. Penyiapan koordinasi penyusunan peraturan perundang-
undangan di bidang keamanan penerbangan;
c. Penyiapan evaluasi dan harmonisasi peraturan perundang-
undangan di bidang keamanan penerbangan
d. Penyiapan pelaksanaan jaringan dokumentasi hukum dan
peraturan perundang-undangan dibidang keselamatan
penerbangan.

3. Kepala Bagian Kerjasama Internasional, Hubungan Masyakarat dan


Umum melalui SLA mempunyai tugas dan fungsi :

a. memantau dan mengidentifikasi ICAO State Letter yang terkait


dengan perubahan ICAO Annex 17 dan ICAO SARPs;
b. mendistribusikan ICAO state letter sebagaimana dimaksud pada
huruf a kepada PiC dan Focal Point
c. memonitor tanggapan ICAO State Letter;

4. Kepala Bagian Perencanaan mempunyai tugas dan fungsi yakni untuk


melaksanakan publikasi peraturan secara elektronik

5. Direktur Keamanan Penerbangan sebagai unit pemrakarsa


mempunyai tugas dan fungsi :

a. Melakukan prakarsa pen3aisunan atau perubahan peraturan


dalam rangka menindaklanjuti ICAO State Letter,
b. menyiapkan bahan /dokumen terkait guna menjoisun
peraturan/perubahan;
c. menyiapkan dan memastikan Rancangan Peraturan perundang-
undangan yang diusulkan sesuai dengan perubahan-perubahan
ICAO Annexes 17 dan dokumen terkait lainnya.
d. melakukan koordinasi penyusunan peraturan perundang-
undangan ;
e. memberikan pertimbangan penyusunan peraturan perundang-
undangan dalam implementasi di lapangan; dan
f. menyiapkan justifikasi/urgensi penyusunan peraturan;
g. menunjuk PiC dan NC;
h. menyampaikan tanggapan terhadap ICAO State Letter mengenai
perubahan ICAO Annex 17, Dokumen ICAO 8973 dan dokumen-
dokumen ICAO terkait lainnya menggunakan formulir yang telah
disediakan ICAO.

6. Focal Point (FC) dalam hal ini Kasubdit Standarisasi memiliki tugas
dan fungsi :

a. mengkoordinir proses perubahan peraturan atau penyusunan


konsep peraturan baru;
b. melakukan koordinasi dengan unit kerja dan pemangku
kepentingan lain guna penyusunan/perubahan peraturan sesuai
ICAO State Letter;
c. mengkoordinasikan tanggapan dan status kepatuhan regulasi
nasional Indonesia terhadap amandemen ICAO Annex 17,
Dokumen ICAO 8973 dan dokumen-dokumen ICAO terkait
lainnya secara resmi kepada ICAO;
d. menyampaikan draft peraturan/perubahan peraturan kepada
Bagian Hukum melalui Direktur;
e. menyampaikan daftar perbedaan kepada NC.
7. Person in Charge (PiC) memiliki tugas dan fungsi:
a. melaksanakan koordinasi dengan unit kerja dan pemangku
kepentingan lain guna penyusunan/perubahan peraturan sesuai
ICAO State Letter;
b. menyusun tanggapan tanggapan terhadap ICAO State Letter
mengenai perubahan ICAO Annex 17, Dokumen ICAO 8973 dan
dokumen-dokumen ICAO terkait lainnya menggunakan formulir
yang telah disediakan ICAO;
c. menginventarisir daftar perbedaan dan menyampaikan kepada
focal point.

8. National Coordinator (NC) memiliki tugas dan fungsi;

a. menyampaikan daftar perbedaan [difference] antara peraturan


nasional dengan ICAO Annex 17 dan dokumen ICAO terkait
lainnya ke ICAO;
b. melakukan komunikasi dengan ICAO terkait dengan USAP CMA
serta perubahan ICAO Annex 17, ICAO Documents 8973 dan
dokumen ICAO terkait lainnya.
BAB 111
PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DX BIDARG
KEAMANAN PENERBANGAN SIPIL

A. Penjrusunan Peraturan Keamanan Penerbangan

1. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil disusun dalam bentuk :

a, Peraturan Menteri/Keputusan Menteri;

b. Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal

2. Peraturan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada butir 1 (a)


disusun berdasarkan :

a. ICAO Annex 17 dan SARPs

b. Kebijakan Pemerintahan dikarenakan adanya kebutuhan di


lapangan

3. Peraturan sebagaimana dimaksud pada butir 1 (b) disusun dalam hal


diperlukannya penjelasan lebih lanjut dari peraturan
Menteri/Keputusan Menteri.

B. Tata Cara Penyusunan Peraturan/Keputusan Menteri Bidang


Keamanan Penerbangan yang bersumber dari ICAO State Letter.

1. Tahap Penyusunan dilaksanakan sebagai berikut:

a) Evaluasi Dokumen ICAO Annex 17 dan ICAO SARPs

Setelah menerima state letter terkait amandemen annex 17


dan/atau ICAO SARPs, SLA akan menyampaikan kepada PiC
dan Sub Direktorat Standarisasi Keamanan Penerbangan guna
mengevaluasi Dokumen ICAO Annex 17 dan/atau ICAO SARPs.
Dalam waktu 50 (lima puluh) hari kerja Sub Direktorat
Standarisasi Keamanan Penerbangan akan berkoordinasi
dengan unit terkait dan meninjau ulang dokumen acuan secara
rinci, melakukan Gap Analysis dan akan memutuskan apakah
Peraturan/Keputusan yang ada telah sesuai dengan
amandemen Annex 17/Dokumen terkait lainnya.
b) Dalam hal diperlukan evaluasi lanjutan Focal Point akan
menyampaikan kepada Direktur guna mendapatkan
persetujuan proses evaluasi lanjutan dan membentuk Tim
internal guna mengevaluasi dokumen-dokumen terkait. Tim
diketuai oleh Inspektur/personil dari Sub Direktorat terkait.
c) Dalam melakukan evaluasi, Tim melakukan koordinasi dengan
unit keija lain di lingkungan Direktorat Jenderal dan instansi-
instansi yang terkait dengan mempertimbangan kepentingan
dan kesiapan nasional dan keadaan geografis Indonesia. Apabila
tidak memerlukan suatu peraturan atau penetapan baru maka
Direktur Keamanan akan menyiapkan justiflkasi dan
mengidentifikasi perbedaan serta menentukan posisi regulasi
terhadap ICAO Annex. Perbedaan dan posisi tersebut
disampaikan ke ICAO sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan

d) Penentuan kebutuhan Peraturan/Keputusan baru

Dalam hal Peraturan/Keputusan yang baru sangat dibutuhkan


berdasarkan evaluasi pada angka 1 huruf b), Direktur
Keamanan akan memerintahkan Focal Point mengkoordinasikan
penyusunan rancangan Peraturan perundang-undangan.

e) Penugasan penyusunan peraturan

Kepala Sub Direktorat yang bertanggung jawab terhadap


penyusunan peraturan perundang-undangan berkoordinasi
dengan Ketua Tim guna menyiapkan rancangan peraturan. Jika
materi pengaturan yang dievaluasi menyangkut lebih dari satu
Sub Direktorat, maka Sub Direktorat yang terkait akan
menunjuk setidaknya 1 (satu) orang anggota. Kepala Sub
Direktorat akan menentukan siapa Inspektur/personil yang
bertanggung jawab terhadap proses pembentukan Peraturan
Penerbangan Sipil tersebut. Ketua tim wajib membuat
dokumentasi secara elektronik dan/atau manual terkait
penyusunan peraturan yang berisi mengenai semua informasi
terkait yang mendukung penyusunan peraturan perundang-
undangan tersebut, termasuk di dalamnya:
1) salinan peraturan otoritas penerbangan sipil Negara anggota
ICAO lain beserta dokumen terkaitnya,
2) salinan catatan rapat pembahasan,
3) salinan surat-surat yang terkait, termasuk daftar semua
ketidaksesuaian,
4) salinan komentar terhadap semua ketidaksesuaian,
5) rekaman komunikasi lisan yang panting,
6) semua draft peraturan Peraturan Penerbangan Sipil CASR,
7) informasi lain yang dibutuhkan dan dianggap penting bagi
tim penyusunan,

f) Persiapan Dokumen Awal.

Semua dokumen referensi yang akan dievaluasi secara


menyeluruh harus sesuai dengan Undang-Undang yang
mengatur tentang Penerbangan dan ICAO Annex 17 dan SARPs.
Apabila terdapat perbedaan dengan ICAO Annex 17 maka harus
dicatat oleh Sub Direktorat Standarisasi Keamanan
Penerbangan.

Tim penyusunan peraturan perundang-undangan, akan


menyusun konsep awal dengan ketentuan sebagai berikut:
1) bahasa yang digunakan harus jernih, jelas pengertiannya,
lugas, baku, serasi dan taat asas, dan sesuai dengan
kaidah tata Bahasa Indonesia;
2) semua muatan materi peraturan harus diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia;
3) semua peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan subjek yang spesifik, harus ditempatkan pada Sub
Bagian yang dimaksudkan khusus untuk subjek tertentu
tersebut;
4) semua area peraturan perundang-undangan harus
mengutamakan keselamatan dan keamanan penerbangan
dan dapat diterapkan dengan tepat; dan
5) semua peraturan perundang-undangan harus
mengakomodir kebutuhan sosial dan ekonomi Indonesia
dan memperkuat prinsip-prinsip yang ada dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

Ketua tim juga bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan


konsep Peraturan dengan Inspektur lain di internal Sub
Direktoratnya atau dengan Sub Direktorat lain yang terkait.
Koordinasi ini termasuk rapat dan diskusi untuk memastikan
konsep Peraturan yang sedang disusun tidak bertentangan dan
tumpang tindih dengan Peraturan Keamanan yang sudah ada.

Konsep Peraturan harus disiapkan ke dalam 2(dua) bahasa yaitu


Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

g) Persiapan Rancangan Final peraturan

Setelah proses konsultasi dan diskusi serta paraf persetujuan,


Direktur Keamanan akan menyampaikan rancangan final ke
Bagian Hukum tembusan Sesditjen Perhubungan Udara dengan
melampirkan justfikasi atau urgensi pembentukan
Peraturan/Keputusan dimaksud

h) Evaluasi dan Rekomendasi rancangan final.

Bagian Hukum setelah menerima draft final dari Direktorat,


dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari keija akan
melakukan finalisasi terhadap draft final dari direktorat dengan
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) melakukan kajian hukum terhadap draft final dari
direktorat;
2) melakukan harmonisasi dengan peraturan perundang-
undangan lainnya;
3) melakukan koordinasi dan konsultasi dengan direktorat
terkait melalui rapat-rapat dan rapat konsinyering;
4) melakukan uji publik terbatas terhadap draft final kepada
pemangku kepentingan {stakeholder) terkait di bidang
keamanan penerbangan untuk mendapatkan tanggapan
{feedback)
5) menyampaikan rekomendasi terhadap perbaikan legal
drafting

Kepala Bagian Hukum akan memeriksa dan menjnasun


peraturan secara final dan memberikan paraf persetujuan
terhadap draft final yang telah disempurnakan, untuk kemudian
diteruskan kepada kepada Direktur Keamanan Penerbangan
dan Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk
meminta persetujuan.

10
i) Draft yang sudah disetujui oleh Direktur, akan disampaikan
oleh Sesditjen kepada Direktur Jenderal untuk proses
persetujuan guna diteruskan ke Sekretaris Jenderal.

j) Sekretaris Jenderal melalui Biro Hukum akan mengevaluasi dan


memproses draft peraturan/keputusan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

k) Penetapan dan tanggal pemberlakuan dokumen.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Keamanan


Penerbangan dan Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara, draft final akan disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Udara untuk mendapatkan persetujuan
penetapan untuk Peraturan ditingkat Direktur Jenderal. Dan
Untuk Penetapan Peraturan/Keputusan yang dilakukan oleh
Menteri maka Bagian Hukum akan menyampaikan surat
pengusulan penetapan peraturan kepada Menteri Perhubungan
melalui Sekretaris Jenderal dengan tembusan Kepala Biro
Hukum.

1) Setelah peraturan ditetapkan maka Focal Point mengidentifikasi


dalam hal adanya perbedaan [differences) dan mencatatnya
sebagai dasar pengisian compliance checklist. Perbedaan
sebagaimana tersebut disampaikan oleh Direktur Keamanan ke
ICAO sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Alur Penyusunan Peraturan Keamanan Penerbangan yang


bersumber dari ICAO State Letter sebagaimana tercantum dalam
Appendix I.A

C. Tata Cara Penyusunan Peraturan/Keputusan Menteri Bidang


Keamanan Penerbangan yang bersumber dari Kebijakan Pemerintah
1. Tahap Penyusunan dilaksanakan sebagai berikut :

a) Dalam hal diperlukan adanya pengaturan ataupun perubahan


subtansi dalam Peraturan/Keputusan Menteri Bidang
Keamanan Penerbangan yang dilakukan berdasarkan
kebijakan pemerintah dengan mempertimbangkan kepentingan
nasional, Direktur Keamanan dapat menginstruksikan
dilakukannya penyusunan /perubahan Peraturan/Keputusan
Menteri.

b) Guna evaluasi awal subtansi Peraturan/Keputusan, Direktur


Keamanan akan menunjuk Inspektur Penerbangan dan/atau
Tim. Inspektur Penerbangan dan/atau Tim akan berkoordinasi
dengan focal point guna menyiapkan rancangan peraturan.
Jika materi pengaturan yang dievaluasi menyangkut lebih dari
satu Sub Direktorat, maka Sub Direktorat yang terkait akan
menunjuk setidaknya 1 (satu) orang anggota.

11
c) Penugasan pen3aisunan peraturan

Inspektu yang ditunjuk/Ketua dm wajib membuat dokumentasi


secara elektronik dan/atau manual terkait penyusunan
peraturan yang berisi mengenai semua informasi terkait yang
mendukung penyusunan peraturan perundang-undangan
tersebut, termasuk di dalamnya:
1) salinan peraturan otoritas penerbangan sipil Negara anggota
ICAO lain beserta dokumen terkaitnya,
2) salinan catatan rapat pembahasan,
3) salinan surat-surat yang terkait, termasuk daftar semua
ketidaksesuaian,
4) salinan komentar terhadap semua ketidaksesuaian,
5) rekaman komunikasi lisan yang penting,
6) semua draft peraturan Peraturan Penerbangan Sipil CASR,
7) informasi lain yang dibutuhkan dan dianggap penting bagi
tim penjaisunan,

d) Tim penyusunan peraturan perundang-undangan, akan


menyusun konsep awal dengan ketentuan sebagai berikut :
1) bahasa yang digunakan harus jernih, jelas pengertiannya,
lugas, baku, serasi dan taat asas, dan sesuai dengan
kaidah tata Bahasa Indonesia;
2) semua muatan materi peraturan harus diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia;
3) semua peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan subjek yang spesifik, harus ditempatkan pada Sub
Bagian yang dimaksudkan khusus untuk subjek tertentu
tersebut;
4) semua area peraturan perundang-undangan harus
mengutamakan keselamatan dan keamanan penerbangan
dan dapat diterapkan dengan tepat; dan
5) semua peraturan perundang-undangan harus
mengakomodir kebutuhan sosial dan ekonomi Indonesia
dan memperkuat prinsip-prinsip yang ada dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Ketua tim juga bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan
konsep Peraturan dengan Inspektur lain di internal Sub
Direktoratnya atau dengan Sub Direktorat lain yang terkait.
Koordinasi ini termasuk rapat dan diskusi untuk memastikan
konsep Peraturan yang sedang disusun tidak bertentangan dan
tumpang tindih dengan Peraturan Keamanan yang sudah ada.

Konsep Peraturan harus disiapkan ke dalam 2(dua) bahasa yaitu


Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
e) Persiapan Rancangan Final peraturan
Setelah proses konsultasi dan diskusi serta paraf persetujuan,
Direktur Keamanan akan menyampaikan rancangan final ke
Bagian Hukum tembusan Sesditjen Perhubungan Udara dengan
melampirkan justfikasi atau urgensi pembentukan
Peraturan/Keputusan dimaksud

12
f) Evaluasi dan Rekomendasi rancangan final.

Bagian Hukum setelah menerima draft final dari Direktorat,


dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja akan
melakukan fmalisasi terhadap draft final dari direktorat dengan
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) melakukan kajian hukum terhadap draft final dari
direktorat;
2) melakukan harmonisasi dengan peraturan perundang-
undangan lainnya;
3) melakukan koordinasi dan konsultasi dengan direktorat
terkait melalui rapat-rapat dan rapat konsinyering;
4) melakukan uji publik terbatas terhadap draft final kepada
pemangku kepentingan (stakeholder) terkait di bidang
keamanan penerbangan untuk mendapatkan tanggapan
(feedback)
5) menyampaikan rekomendasi terhadap perbaikan legal
drafting

Kepala Bagian Hukum akan memeriksa dan menyusun


peraturan secara final dan memberikan paraf persetujuan
terhadap draft final yang telah disempurnakan, untuk kemudian
diteruskan kepada kepada Direktur Keamanan Penerbangan
dan Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk
meminta persetujuan.

g) Penetapan dan tanggal pemberlakuan dokumen.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Keamanan dan


Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, draft final
akan disampaikan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara
untuk mendapatkan persetujuan dan diteruskan dengan surat
pengusulan penetapan peraturan kepada Kepada Sekretaris
Jenderal Kementerian Perhubungan dengan tembusan Biro
Hukum.

Biro Hukum akan mengevaluasi dan menyampaikan draft


peraturan kepada Menteri Perhubungan guna penetapan.
Peraturan yang sudah ditandatangani Menteri Perhubungan akan
diberikan nomor dan tanggal penetapan oleh Biro Hukum untuk
kemudian disampaikan ke Kementerian Hukum dan HAM guna
pengundangan dalam Berita Negara. Peraturan yang sudah
diundangkan akan dibuatkan Salinan yang ditandatangani oleh
Kepala Biro Hukum Kementerian Perhubungan serta dipublikasi
melalui JDIH Kementerian Perhubungan. Tanggal Pemberlakuan
Peraturan tersebut tercantum di batang tubuh.

Dalam hal Keputusan Menteri tidak dilakukan pengundangan ke


Berita Negara.

h) Focal Point mengidentifikasi dalam hal adanya perbedaan


(differences) dan mencatatnya sebagai dasar pengisian
compliance checklist. Perbedaan sebagaimana tersebut
disampaikan ke ICAO oleh Direktur Keamanan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.

13
2. Alur Penyusunan Peraturan Keamanan Penerbangan yang
bersumber dari ICAO State Letter sebagaimana tercantum dalam
Appendix I.A

D. Tata Cara Penyusunan Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal


Bidang Keamanan Penerbangan

1) Tahap Penyusunan dilaksanakan sebagai berikut :

a. Dalam hal dibutuhkan penjelasan lebih lanjut dan tindak lanjut


dari Penyusunan dan/atau Perubahan Peraturan/Keputusan
Menteri akan dilakukan penyusunan dan/perubahan Keputusan
/Peraturan Direktur Jenderal.

Penyusunan/Perubahan Peraturan Direktur Jenderal


dilaksanakan dalam hal mengatur ketentuan yang bersifat umum
dan terbuka.

Penyusunan/Perubahan Keputusan Direktur Jenderal


dilaksanakan dalam hal menetapkan ketentuan dan prosedur
teknis yang bersifat terbatas.

b. Pen3aisunan/Perubahan Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal


diusulkan oleh Kepala Sub Direktorat Terkait dan berkoordinasi
dengan Focal Point guna mengevaluasi dan menyiapkan
rancangan Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal.

Dalam rangka evaluasi, Focal Point akan melaporkan kebutuhan


pen5aisunan/perubahan Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal
kepada Direktur Keamanan guna persetujuan.
c. Penugasan Penjaisunan Peraturan

Berdasarkan instruksi Direktur Keamanan Penerbangan, Focal


Point akan mengkoordinasikan penjoisunan
Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal dengan Kepala Sub
Direktorat Teknis yang membidangi untuk menunjuk Inspektur
Penerbangan/Personil yang akan bertanggung jawab terhadap
penyusunan draft Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal.

Dalam melakukan evaluasi, Inspektur/personil yang ditunjuk,


secara berjenjang dapat melakukan konsultasi dan koordinasi
dengan unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal dan
instansi-instansi yang terkait dengan kewenangan Sub Direktorat
tersebut.

Inspektur/personil yang bertanggung jawab terhadap proses


pembentukan Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal wajib
membuat dokumentasi secara elektronik dan/atau manual
penyusunan peraturan yang berisi mengenai semua informasi
terkait yang mendukung penjmsunan peraturan perundang-
undangan tersebut, termasuk di dalamnya:

14
1) salinan peraturan otoritas penerbangan sipil Negara
anggota ICAO lain beserta dokumen terkaitnya,
2) salinan catatan rapat pembahasan,
3) salinan surat-surat yang terkait, termasuk daftar semua
ketidaksesuaian,
4) salinan komentar terhadap semua ketidaksesuaian,
5) rekaman komunikasi lisan yang penting,
7) informasi lain yang dibutuhkan dan dianggap penting bagi
tim pen3aisunan

d. Persiapan Dokumen Awal.

Dalam penyusunan Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal


dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) bahasa yang digunakan harus jernih, jelas pengertiannya,
lugas, baku, serasi dan taat asas, dan sesuai dengan
kaidah tata Bahasa Indonesia;
2) semua muatan materi peraturan harus diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia;
3) semua peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan subjek yang spesifik, harus ditempatkan pada Sub
Bagian yang dimaksudkan khusus untuk subjek tertentu
tersebut;
4) semua area peraturan perundang-undangan harus
mengutamakan keselamatan dan keamanan penerbangan
dan dapat diterapkan dengan tepat; dan
5) semua peraturan perundang-undangan harus
mengakomodir kebutuhan sosial dan ekonomi Indonesia
dan memperkuat prinsip-prinsip yang ada dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

Inspektur/Personil yang bertanggungjawab melakukan


penyusunan Sl/AC/MOS melalui atasan langsung akan
mengkoordinasikan konsep Peraturan dengan Focal Point dan
Sub Direktorat lain yang terkait. Koordinasi ini meliputi rapat
dan diskusi untuk memastikan konsep Peraturan yang sedang
disusun tidak bertentangan dan tumpang tindih dengan
Peraturan yang sudah ada.

Konsep Peraturan harus disiapkan ke dalam 2 (dua) bahasa yaitu


Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Setiap versi akan memiliki
halaman cover, pendahuluan dan daftar isi sebagaimana
tercantum Appendix III.

e. Evaluasi rancangan awal Peraturan/Keputusan Direktur


Jenderal

Draft Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal harus


mendapatkan paraf persetujuan dan evaluasi dari Direktur
Keamanan dan Direktur teknis terkait untuk memastikan bahwa
draft tersebut:
1) telah sesuai dengan angka 1 huruf c) di atas,
2) tidak berubah makna hukumnya pada saat proses
penerjemahan, dan
3) diedit secara tepat dari sisi kesalahan redaksional;

15
Inspektur/Personil yang melakukan evaluasi ini hams memiliki
pengetahuan terhadap subjek tersebut untuk memastikan bahwa
Inspektur/Personil tersebut mampu mengidentifikasi kesalahan
atau ketidaksesuaian dan menyiapkan daftar ketidaksesuaian
yang mereka temukan. Daftar ketidaksesuaian ini akan
disampaikan kepada tim penyusunan sebagai bahan
pertimbangan dan tindakan perbaikan {corrective action). Selama
tahap ini, Bagian Hukum hams dimintakan pertimbangan
hukumnya.

f. Persiapan Rancangan Final peraturan Peraturan/Keputusan


Direktur Jenderal dari Direktorat Keamanan.

Setelah proses konsultasi dan diskusi, rancangan final akan disusun


beserta dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan dan disampaikan
ke Bagian Hukum dengan melampirkan justfikasi penyusunan atau
perubahan Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal.

g. Evaluasi dan rekomendasi rancangan final.

Bagian Hukum setelah menerima draft final dari Direktorat,


dalam waktu paling lama 30 ( tiga puluh) hari keija akan
melakukan finalisasi terhadap draft final dari direktorat dengan
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) melakukan kajian hukum terhadap draft final dari
direktorat;
2) melakukan harmonisasi dengan peraturan pemndang-
undanggin lainnya;
3) melakukan koordinasi dan konsultasi dengan direktorat
terkait melalui rapat-rapat dan rapat konsinyering;
4) melakukan uji publik draft final kepada pemangku
kepentingan [stakeholder) di bidang penerbangan untuk
mendapatkan tanggapan (feedback) apabila diperlukan;
5) menyampaikan rekomendasi terhadap perbaikan legal
drafting dari draft final direktorat.

Kepala Bagian Hukum akan memeriksa dan menyusun peraturan


secara final dan memberikan paraf persetujuan terhadap draft
final yang telah disempurnakan, untuk kemudian ditemskan
kepada kepada Direktur Kemananan, Pimpinan Unit Kerja
terkait, dan Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
untuk meminta persetujuan.

h. Tanggal penetapan dan tanggal pemberlakuan dokumen.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Kemananan,


Pimpinan Unit Kerja terkait, dan Sekretaris Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, draft final akan disampaikan kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk mendapatkan
persetujuan penetapan.

16
i. Setelah draft Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal ditetapkan
daiam bentuk Peraturan Direktur Jenderal akan diberikan
nomor, tanggal penetapan serta dibuatkan Salinan Peraturan
yang ditandatangani oleh Kepala Bagian Hukum. Salinan
Peraturan Direktur Jenderal kemudian disampaikan oleh Bagian
Hukum ke Bagian Perencanaan untuk dipublikasikan melalui
Website Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Sedangkan
untuk Keputusan Direktur Jenderal akan disampaikan ke
Direktorat Keamanan guna distribusi secara terbatas. Dokumen
Asli dan Salinan disimpan di database Sub Bagian Peraturan
Perundang-undangan.

2) Alur Tata Cara Penyusunan Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal


Bidang Keamanan Penerbangan sebagaimana tercantum dalam
Appendix l.C

E. Kerangka Peraturan Bidang Keamanan

Kerangka Penyusunan Peraturan Bidang Keamanan Penerbangan yang


berupa Peraturan/Keputusan Menteri dan Peraturan/Keputusan
Direktur Jenderal Mengacu kepada format BUKU I hal 11.

17
BAB IV
PUBLIKASI DAN DOKUMENTASI

A. Pengundangan

1. Peraturan Keamanan yang sudah ditetapkan dalam bentuk Peraturan


Menteri akan disampaikan oleh Unit Hukum di Sekretariat Jenderal
kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum guna pengundangan dalam :
a. Berita Negara Republik Indonesia; dan
b. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia

2. Pengundangan sebagaimana dimaksud angka 1, agar setiap orang


mengetahui dan memastikan penegakan hukum dapat berjalan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

B. Penyebarluasan

1. Dalam rangka penyebarluasan Peraturan Keamanan yang bersifat


umum (Peraturan Menteri), dilakukan melalui:
a. Sosialisasi; dan
b. Publikasi elektronik dengan mengunggah {Upload} ke Jaringan
Dokumentasi dan Informasi Hukum (Website JDIH Kementerian
Perhubungan : www.idih.dephub.go.id]
c. Publikasi elektronik dengan mengunggah {Upload) ke website
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
(www.hubud.dephub.go.id)

2. Prosedur Prosedur Publikasi elektronik melalui JDIH sebagaimana


dimaksud pada angka 1 (b) berupa :

a. Peraturan Menteri dilaksanakan oleh Unit Hukum Sekretariat


Jenderal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Peraturan Direktur Jenderal dilaksanakan oleh Bagian Hukum,
Setditjen Hubud,

3. Prosedur Publikasi elektronik melalui website Direktorat Jenderal


Perhubungan Udara sebagaimana dimaksud pada angka 1 (c)
dilaksanakan hanya untuk Peraturan Direktur Jenderal. Pelaksanaan
publikasi dilaksanakan oleh Unit kerja di bawah Sekretaris Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara yang membidangi website/ data base
berdasarkan penyampaian dari Unit Hukum di Sekretaris Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak
Bagian Hukum menyampaikan dokumen yang sudah ditetapkan.
4. Penyerbarluasan Peraturan Keamanan yang bersifat penetapan
(Keputusan Menteri dan Keputusan Direktur Jenderal), dilakukan
melalui distribusi terbatas {restricted} kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.

5. Distribusi terbatas sebagaimana dimaksud oleh butir 3 dilakukan oleh


Direktorat Keamanan Penerbangan.

18
6. Direktorat Keamanan Penerbangan akan membuat daftar distribusi
terbatas {distribution list), dan mengendalikan penyebarluasan
peraturan keamanan yang bersifat restricted/terbatas. Tata Cara
Penetapan daftar distribusi terbatas {distribution list) tercantum dalam
Appendix 11.

7. Informasi terbitnya Keputusan terkait Keamanan Penerbangan akan


dipublikasikan melalui website Ditjen Hubud.
8. Akses dan pengendalian akses terhadap dokumen keamanan
penerbangan dilaksanakan oleh Direktorat Keamanan Penerbangan.

C. DOKUMENTASI

Dokumentasi peraturan perundang-undangan bidang keamanan


penerbangan baik berupa soft copy maupun hard copy dilaksanakan oleh
Bagian Hukum.

19
APPENDIX I

A. ALVR PENYVSUNAN/PERUBAHAN PERATURAN/KEPUTUSAN KEAMANAN PENERBANGAN YANG BERSUMBER DARj


ICAO STATE LETTER

UNIT,KBRJA TBRKAIT

URAfAN JBNI9 KBOIATAN Sekreiaris Kepala


Djf^ktur
OirtktofBt Sagian Banian Smf^Urter NationoJ (nepektur
P«raon«l in
JeruieraJ K9LN, Perencanaa Admifiittraier Coordinator Penerbangan/ Sekjen
Teknit Hukutn Charge iPiC)
Perhubun^ft Kumaa dan rSLA) (NCI Tim
n Udora Umum

meneriraa itata letter


terkaii am andemen an
17dan/aiau ICAOSARPe.
SL^ akan menyampaikan •O- n
kepadaPiCdan Sub
Direktomt StandariAaai

Dalam ha]diperlukan
evaluael lebih lanjui Poea]
Point menyampaikan r-cy
kepada Direktur guna
peraetujuan proeea
eTaluaei la;\]utan

Direktur Menunjuk
Inepektur n
penerbangan/tiffl intemaj
guna mengevaluaai
dokumen terkait

Inepektur
Penerbangan/Tim yang
ditunjuk akan melakukan
peninjauan ulang terhadap
dokumen eeeara rinci,
■o
melakukan Cap AnoJysio
dan memutuekan ap^ah
terdapat
perbedaan/eiandar yang
harusdiadopel
eiUni h»hai«h flibirtufcan

13 akan diaueun
juetifikasi dan
Kaail (jT\jauan ulang akan
diaampaikan kepada ►O •O diaueun daXlar
perbedaan dan
Direktur. untuk anihen
diaampaikan ke
lelh lanjut.
(3 (CAO Oleh Direktur
fauai keientuan
perundangan

Apabila dibutuhkan
Pereturan/perubahan
pemturan, Diiakiur
rnengamanatkan untuk <3
menyueun diaft
peraturan/perubahan
peraturan

deJajT) penyuau
dapat dibentuk Tim
dan apabila
Melakukan penyueunan
draA
CD rnelibalkan lebih

peraturan/perMbahan dan tub direktorat .


peraturan masing^maeing
•ubdil akan
menugaekan
inepektur
penerbeingan

a
Melakukan evaluaal
remeangan awa]
Peraluran/keputuaan

SvaJuMl dun Rckoin.ndMi


ntnsiui^ein fiiuj D

melakukan koordinaei dan


konauIiBiidengan
direktorat terkait melalui
repat-rapai dan npal
konainyenng;
Q

melakukan igi publik □


urbaiae terhadap drah
final kepada pemangku
kepentingan (elakehokferj
terkait untuk
endapatkan tanggapon
{/eedboek) apabila
diperiukaiv

nyasnpaikan
I I
rekomendaei terhadap
perbaikan legal dnddng ke
dirtktorau

£ □

20
Dlnktorai menjuiwikan
kemboU dniA yan^ i^kA a
dlaempumakan ke Bagian
Hukum unruk iperlkaa dan
dievaJuasl aacnraQnaJdan
dandlparafokh Kepola
Sflgiftn Hukiim

SesdiQen dain Dire}(torai


teknia tcrkaii menyetujui
dmn pereturan dengan
□ o
membubuhkan paraf

Difjen meny«ti^ui draft


taknii dengan
membubuhkaA pa/af dan
oengirlmkan aurat ke
Sekjen Kemhub perihaJ
penetapan CA9R oleh

dalam bentuk Pemluran
Menteii dengan tembuaan
KepaJa B{ro Hukum

Selgen iii«la]ul Biro


Hukum akan
engcvaJuaal dan
menjegukaji dnft
paralumn guna panatapan
Mantari

Peraturan yang eudah


Itetapkan Menhub dan
diundangkan d| Berita
Negamakan dlbuatkan -□
•allnan oleh Kepata Biro
Kukum dan
dipubUkoaikan melaJui
webeite JDIH.ao.id

Dalam ha) Kaputuaan


Manleri, tidak dllakukan
Publlkaal alaklionik,


Dietrlbuii terbaiae
diacribuai diiakukan ke etakeholder
aacani lerbaiaa kepada
terkait berdaMrkan
atakeholdar
disinbutton fist.

Be^an Hukum akan


nanyaixipaikan ka Bagian
Perancanaan untuk
mempublikaaikan
Peimtuian Menleri melalui
hubud.go.id aadangkan
uniuk Kapuiuaan Mantari,
Bagian Perencanian akan
matiginfannaaikan adanya
Kapuiuaan Mantari bam di
■aebaite hubud.go.id

Dirakiorat leknle
nengidendflkaei Peraturan
' Keputuean Menteri yang
diteupkan apakeh eudah
j dengan etander
tCAO AnneXa apabila ada
perbedaan akan diprotea
i keientuex)
-CD-
peraturan perundong*
undangan dibawah
koordinael Begfan
Keijasaira Intl. Hutnae
dan Umum

21
™„

UNITKBRJATEBKAn-

URAIAN ^BNiS KB02ATAN stfciwant K«pftU


Oirvhiu
Dtr^eom 6««An
Mfn Jmdmtii
B^Mn K«fMkB^«n nirvonsl in Mmionci Inspsklur
Tsknia Hukum
K8UN,
^•rhubunfft Psrmeeuan Foocvpoinr m Coordbwor
Humus dwi ChmiftQ Psrwrfatnan/r Bite
n Udara Umum /MQ

Mm hfll Bds V^^uin


pmerinieh dangsn
ra«np«rtimbftngkwi ksp^ntu^Mi
nsaioniij. Dirvktur Tohnit
<UpAi menpnstruksiksn
dilikukAnn.VA pvnyusunui lUu

»mib«han P«ruuran/K«putuMn
M«nMn di bidang K«gnviM
^■nwbsnAim

OiNktur Mmunjuk incpsktur


p«Mrb*ng«n/(iiii inKrciWfUiw
ntsngsvaluMi d^cuoMn urkM

dalm
InapaMur PwMrbmgan/Tim y«ig P«VV«unftn di^t
dhunjuk. ln»p«ktur Penarbrngan difa«n(uk Tim dsn
d«n/aiau Ttm ak«n b«rkoordin«i Q □ •ptAtU m«l>b«ikAn
feeal point guna Wnh dari sub
manyiapkan rancangan paraturan diraktont .
maavr^-mMing
•wbdH akar
iMnugMkAn
■napakiur
IMnavbansAn

Medakukei panyuawnan draft


pwaturan/parubahan eewiran

Matakukan avaluaai ranaan^n □


•wal easr/parubahan aaar

mhucl dan RdwaindM


raneuiaiui Rmil

BMakukan k«srdinMl du
ksnauluai il<n(ui dirdnarN
Uriuit maliilul r*|M>i-ratwi dmt
rapa kanatnyarfnc

nwakukan ^ji pubHk wrbataa


tactiadap draft finW kapada
p«ra«igku kapantingM)
|fl(ok«h0{dir^ tarkait untult □
iMidapatkan tanggapan
(Mbodc) apidNladipariukMi.

iMyampaikan rakemandwi
Mrtiadap parba&an lagal drafttng
ka cKraktorat.
□ □
CNfttkiorat luenyaiuFaiJDW kambaii
draft Anal yajig laUi
diMapumikanto Bngtan Hukiim
uauk diperikH dan dk^vaiufltj aa
ftnal dan <lan dkranf okh Kepala □
BaawiHukuiB

m&Aijm dan Dirakiorai tAnia


lOTkait manya^ftii draft pmuraa □ □
d«igan macnbubuhkan pan/

Onj« maivacuiui draft taknia


dwigan mambubuhkan paraf daft
nnnmnkan aural ka Sakjia
Kamhub parihaJ panaiapan CAS#
aMi dafam banluk Ptraluran □
ManIan dtngan Mmbuaan Kapala
Bira Hukum

Saiga) iM<aIu< BIra Hukum akan


natgaraluaai dan maainfkaai
draft pwatumnjuna paoaiaaan
MaiHari

22
«N
j
n
i
ll?
£
1
{
«

ii
s
g
3
ll [
]
Ilii] s
c]
r
II ]
1
mil
n
II T 1 ]
1,
1
1 1 jii jlslj 1 1
tiiN . itf
«
s
!?
$
§

i||n
fSiiL
111
iiij iijiiijii
if l|l Jfl
iiiiifi
9
iiii

i n
"
C. ALITR PBNYUSUHAH/PERUBAHAlf PBRATURAH/KmmJSAH DIRSKTUR JEVDERAL BIDAJfO g»*MATt*w
PERBRBAJIOAJI

UNrr KERJA reRKAIT

URAIAN JBNIS KCOIATAN Sakrauh* KapaJa


Dnktorml Bagian In^abtur
BagMin K^iaia Bagian Pafionai in KoMibdtl Tcknta
DU^ Oinktur Takni* Jendaral KSU4, Focal Pomt IFF) ^ttfbantaa/
Hukuin Patancanaan Charga fPiC] cvkOl
tarhubunst Hucnaa dan Tim
n Udara Umum

Daiam haj manindaUanjuli


amanah Paraturan/Kepuruaan
Mantan dibutuhkan
panyuaunan auu penibahan
Pafaruran/Kapuruaan Dir)an.
Kaaubdii barkoordinaai ilmgan
i5 o o
focal point dan PiC

Dalam rangka avaiuaii, Poco


Pomi akan malaporkan

□-
kabutuhan
panyuaunan/pambahaiAcalu
nn/Kepuluaan Diijen kapada
Dirafctur Keamanan guna
peiaanguan.

Direktur oengsnsemkukeo
pwiyxjiUMfl
Peni(uf«n/ K«putUMft OuTen
Focal Point cUn Focal
Point «ikan m«nglraorriiiw«dato
penyucuruin draft dengan
Kopolo Sub Diroktoret Tckm*
yang membidang) untuk
unjuk Intpektur
PanertwngBn yang tkaiA
bertonggunSJAwab tflrtiacliip
ponyuaunim droA
Poniurtfl/KcpucuACtn D(f)en

dalam paayuauaan
Iflopektur Penerboi^M Inapaklur


Welolrulam ponyusuout draA berkoordmaai
poraturwa/ponibohoA deogan inapaktur
pmtumn lamnya, unit fcai}a
tarkafl dan hagian
hukttm

draft 81/AC/MOS
Malakukan panyuaunan draft
yangiudah
paraturan/panibahan
dibahaa mtamal
paratutan

bo^ao bukun*

Eaatuaai dan Rakcaaandaai


raiyngui Krud

ataiakukan koordmaal dan


konaultaai danyui dbakural
tarkait mabJui rapat-rapai dan □
rapai konainyaring;

aianyampalkan rakomandaai
tailiadap parbalkan la^
drafting ka diraktorat

Otnkiam wnywnpoikin
konboh draft flnij yung t«l«h
iieempufiMikeitk# B^in Hukuta
iwiuk diponkM den dwoluiioi
ra ftniJ don don dipovWdoh
IKigoh Bo0on Kakua

5—dibdn d«n DlroktMoi c^uiio


ndUiiT inonyotuiui droft
poraturan dongon
omnbubuhkein p«r«f
o

CNiJta menondaton^tfti [3
Pacmturan/Koputuoan Dk)ea

24
UNrr KERJATERKArr

UftAlAN JENIS KEOIATAK


SeknUfia K«pAk
Dtrvkterai Biigiikfl Inipaktur
Biffin K«piteB«gimn Penonel in KMbd^ TWmii
Dk^ Direktur Tekiii* Jmderal K8LK, Perwrbwiffn/
Hukufli PereneansAn ChAne(PfC) KvU
PertiubunflA HuraM d«n Tin
n Udtra Umum

Pinituran ysng tudAh


di(«tBpkAn Dir^n akan
dibenkan nomor oleh Bagian
KerjaMma Intl, Kumu dAA
Umuffl dAit dibenkan SaJjfwn
ol«h Kepala Biffan Hukum

Baffan Hukura akan


menyampaikan ke Bagtan
Posmcanaan untuk
mampublikaaikan penturaa
Okaktur JendaraJ maUlui a a
hubud.go id. Sadangkan untuk
Kaputuaan Oirjen Udak
dipublikaaikan. Baffao
forencanaan akan
menginformaiikan adai\ya
Keputuaan Dirjen yang bani di
wabaite hubud go.id

Baqian Hukum akan


nenyampaikan aaliiuu) ka
dircktorat taknia dan
melakukan dokunantMi dan
mangupload ke JDIH.fo.id
untuk khuaui untuk
Paiatuimn Direktur JenderaL

25
APPENDIX II

TATA CARA DISTRIBUSI PENERIMA PERATURAN KEAMANAN PENERBANGAN

1. Peraturan Keamanan Penerbangan yang berisikan informasi sensitif


[sensitive security information) dikategorikan sebagai dokumen yang
bersifat terbatas [confidential].
2. Dokumen-dokumen yang bersifat terbatas terbatas [confidential] adalah
dokumen yang berisikan informasi terkait dengan, antara Iain :
a. Program keamanan penerbangan nasional;
b. Pengawasan keamanan penerbangan;
c. Penilaian resiko keamanan penerbangan
d. Prosedur pemeriksaan keamanan penerbangan;
e. Pedoman setting peralatan keamanan penerbangan;
f. Pedoman latihan keammanan penerbangan [contingency exercise);
3. Dokumen sebagaimana dimaksud butir (2) hanya didistribusikan kepada
entitas penerbangan terkait, antara lain :
a. Unit Penyelenggara Bandara Udara;
b. Badan Usaha Bandar Udara;
c. Badan Usaha Angkutan Udara;
d. Perusahaan Angkutan Udara Asing;
e. Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan;
f. Perusahaan Ground Handling;
g. Perusahaan Regulated Agent;
h. Pengirim Pabrikan;
i. Badan hukum yang mendapat pendelegasian.
j. Penyelenggara Diklat Keamanan Penerbangan; dan
k. Perusahaan Katering / Store / Supplies
4. Distribusi dokumen sebagaimana dimaksud butir (2) dapat diberikan
secara utuh atau sebagian kepada entitas terkait dengan
mempertimbangkan kepentingan entitas dengan muatan dokumen.
5. Distribusi dokumen dapat diberikan dalam bentuk cetak atau elektronik.
6. Entitas yang mendapat salinan dokumen harus :
a. menetapkan penanggung jawab pengendali dokumen;
b. memberlakukan salinan dokumen sebagai informasi keamanan
penerbangan yang sensitif (sensihye aviation security information) dan
memastikan bahwa hanya orang yang berkepentingan saja yang
dapat mengaksesnya baik itu dalam bentuk cetak atau elektronik;

26
c. membuat prosedur penanganan, penyimpanan dan penggandaan
salinan dokumen ;
7. Salinan Dokumen yang didistribusikan kepada entitas terkait harus
diberi penomoran dan dicatat dalam daftar distribusi berikut;
No Nama Entitas Nomor Dokumen Penanggung Keterangan
Jawab

8. Daftar Distribusi sebagaimana tersebut pada angka 7 ditetapkan dan


dievaluasi secara berkala oleh Direktur Keamanan Penerbangan

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


ttd

NOVIE RIYANTO R.

Salin uaii dengan aslinya


AN HUKUM
4^

DAH AMA SARI


k. I (IV/b)
NIP. 1 704 199503 2 001

27
LAMPIRAN IV PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR : KP 114 TAHUN 2020
TANOGAL : 15 jujSJI 2020

BUKU IV:

Petunjuk Teknis Penjoisunan Kesepakatan


Bersama dan Perjanjian Kerjasama di
Lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara
DAFTAR ISI

Halaman

Daftar isi {

Bab I : Ketentuan Umum


A. Definisi 1
B. Tujuan 1
C. Ruang Lingkup dan Sumber Penjoisunan Kesepakatan Bersama
dan Perjanjian Kerjasama Dalam Negeri 2
D. Acuan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama Dalam
Negeri 2

Bab II : Wewenang Dan Tanggung Jawab Penyusunan Peraturan


Perundang-Undangan
A. Wewenang 4
B. Tanggung Jawab 4

Bab III : Proses Penyusunan Kesepakatan Bersama/Peijanjian


Kerjasama
A. Perencanaan Kesepakatan Bersama/Perjanjian Kerjasama 6
B. Proses Penyusunan Kesepakatan Bersama yang ditandatangani
Menteri 6
C. Proses Penyusunan Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani
Direktur Jenderal 7
D. Proses Penyusunan Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani
Direktur Teknis/Kepala Unit Kerja 8

Bab IV : Kerangka Kesepakatan Bersama/Perjanjian Kerjasama yang


ditandatangani oleh Menteri/Direktur Jenderal
A. Kerangka Kesepakatan Bersama 9
B. Kerangka Perjanjian Kerjasama 10

Bab IV : Publikasi dan Dokumentasi


A. Publikasi 12
B. Dokumentasi 12

Appendix I
Contoh Format Kesepakatan Bersama yang ditandatangani oleh
Menteri 13

Appendix II Contoh Format Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani


oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara 19
BAB I

KETENTUAN UMUM

A. Definisi

1. Kesepakatan Bersama adalah kesepakatan antara 2 (dua) pihak atau


lebih dengan maksud untuk memadukan tugas dan fungsi masing -
masing agar lebih berdaya guna dan berhsil guna yang memuat
kesepakatan kesepakatan antara kedua belah pihak, tetapi tidak
memuat ketentuan ketentuan yang dapat menimbulkan akibat hukum
bagi Para Pihak

2. Peijanjian Kerjasama adalah kesepakatan antara 2 (dua) pihak atau


lebih, atau yang merupakan tindak lanjut dari kesepakatan bersama dan
memuat Hak dan Kewajiban/ketentuan ketentuan yang dapat
menimbulkan akibat hukum bagi Para Pihak

3. Unit Kerja adalah unit kerja yang mempunyai tugas dan fungsi membina
dan melaksanakan kegiatan teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara.

4. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama antara instansi/unit dalam


pelaksanaan tugas-tugas tertentu sehingga terdapat saling mengisi,
membantu dan melengkapi dalam pelaksanaan kegiatan.

5. Tahapan proses adalah tahapan kegiatan yang dilakukan dalam


penyusunan peraturan perundang-undangan termasuk kesepakatan
bersama dan perjanjian kerjasama mulai dari timbulnya prakarsa
sampai dengan ditetapkan.

6. Menteri adalah Menteri Perhubungan

7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

8. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

B. Tujuan

Petunjuk Teknis ini bertujuan untuk :

a. menjadi pedoman dalam proses penyusunan Kesepakatan Bersama dan


Perjanjian Kerjasama di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara;

b. mewujudkan keseragaman pola/bentuk penyusunan Kesepakatan


Bersama dan Perjanjian Kerjasama di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;

c. mewujudkan penyusunan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian


Kerjasamayang berkualitas;

d. mewujudkan keterpaduan materi dan koordinasi dalam penyusunan


Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama;
C. Ruang Lingkup dan Sumber Penyusunan Kesepakatan Bersama dan
Peijanjian Kerjasama Dalam Negeri

1. Ruang lingkup tata cara tetap penyusunan Kesepakatan Bersama dan


Perjanjian Kerjasama Dalam Negeri di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara yang diatur pada buku IV meliputi:

a. perencanaan penyusunan Kesepakatan Bersama dan Peijanjian


Kerjasama di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

b. wewenang dan tanggungjawab penyusunan Kesepakatan Bersama


dan Perjanjian Kerjasama di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;

c. tata cara penyusunan Kesepakatan Bersama dan Peijanjian


Keijasama di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

d. bentuk, format dan standar pengetikan Kesepakatan Bersama dan


Perjanjian Kerjasama di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;

2. Sumber penyusunan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Keijasama


meliputi:

a. amanat peraturan perundang-undangan;


b. hasil koordinasi pengaturan tugas pokok dan fungsi antar
Kementerian/Lembaga/Instansi
c. kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi;
d. Kebijakan Pemerintah.

D. Acuan Penyusunan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama


Dalam Negeri

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4956).

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234).

3. Peraturan Presiden yang mengatur tentang Organisasi Kementerian


Negara Republik Indonesia.

4. Peraturan Presiden yang mengatur tentang Kementerian Perhubungan.

5. Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang tentang Tata


Cara Tetap Pelaksanaan Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan,
Kesepakatan Bersama Dan Perjanjian Kerjasama Di Lingkungan
Kementerian Perhubungan.
6. Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perhubungan Sifat Pengaturan dan Bentuk
Peraturan Perundang-Undangan di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara.
BAB II

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PENYUSUNAN

KESEPAKATAN BERSAMA DAN PERJANJIAN KERJASAMA DALAM NEGERI

A. Wewenang

1. Menteri berwenang :

Menandatangani Kesepakatan bersama dengan Instansi di luar


Lingkungan Kementerian Perhubungan.

2. Direktur Jenderal berwenang :

a. menandatangani Kesepakatan bersama/Perjanjian Kerjasama


yang bersifat teknis operasional dan menjadi tugas/wewenang
Direktur Jenderal.

b. mendelegasikan penandatanganan Perjanjian Kerjasama kepada


Direktur Teknis/Kepala Unit Kerja terkait sebagai turunan dari
Kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal;

c. menjadi pemrakarsa untuk mengajukan permohonan persetujuan


kepada Menteri Perhubungan terkait penandatanganan
kesepakatan bersama/perjanjian kerjasama dengan Instansi di
luar Lingkungan Kementerian Perhubungan disertai latar
belakang dan dasar pertimbangan dalam bentuk kerangka acuan
(Terms OfReference).

B. Tanggung Jawab

1. Prakarsa rancangan peyusunan Kesepakatan Bersama/Perjanjian


Kerjasama dapat dilakukan oleh Direktorat Teknis dan Unit Keija Lain di
Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

2. Direktorat Teknis dan Unit Kerja Lain serta sebagai pemrakarsa


rancangan Kesepakatan Bersama/Peijanjian Kerjasama mempunyai
tanggung jawab :

a. menyiapkan perencanaan penyusunan Kesepakatan


Bersama/Perjanjian Kerjasama sesuai bidangnya masing-masing;

b. menyiapkan bahan Kesepakatan Bersama/Perjanjian Kerjasama


sesuai bidangnya masing-masing;

c. melakukan koordinasi penyusunan Kesepakatan


Bersama/Perjanjian Kerjasama sesuai bidangnya masing-masing;

d. memberikan pertimbangan penyusunan Kesepakatan


Bersama/Perjanjian Kerjasama dalam implementasi di lapangan;
dan
e. Menyiapkan justifikasi/urgensi pen3aisunan Kesepakatan
Bersama/Perjanjian Kerjasama.

3. Bagian Hukum mempunyai tanggung jawab :


a. Men5aisun rancangan kesepakatan bersama/perjanjian kerjasama;
b. Melakukan koordinasi terhadap rancangan kesepakatan
bersama/peijanjian kerjasama;

c. Melakukan evaluasi terhadap rancangan kesepakatan


bersama/perjanjian kerjasama yang disampaikan pemrakarsa;

d. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan proses penandatangan


kesepakatan bersama dan perjanjian kerjasama yang
ditandatangani Direktur Jenderal;

e. Melaksanakan dokumentasi atas basil kesepakatan


bersama/peijanjian kerjasama yang ditandatangani Direktur
Jenderal.
BAB III

PROSES PENYUSUNAN KESEPAKATAN BERSAMA/PERJANJIAN KERJASAMA


DALAM NEGERI

A. Perencanaan Kesepakatan Bersama/Perjanjian Kerjasama


1. Proses pen5aisunan Kesepakatan Bersama/Perjanjian Keijasama di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, dapat diprakarsai oleh
Direktorat Teknis dan Unit Kerja Lain di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan udara.

2. Proses Penyusunan Kesepakatan Bersama/Perjanjian Kerjasama di


lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara meliputi :
a. Kesepakatan Bersama yang ditandatangani oleh Menteri;

b. Kesepakatan Bersama/Perjanjian Keijasama yang ditandatangani oleh


Direktur Jenderal Perhubungan Udara;

c. Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani oleh Direktur Teknis/Kepala


Unit Kerja yang merupakan tindak lanjut Kesepakatan Bersama yang
ditandatangani oleh Direktur Jenderal.

B. Proses Penyusunan Kesepakatan Bersama yang ditandatangani oleh Menteri.

1. Dalam proses pengusuian Kesepakatan Bersama yang ditandatangani oleh


Menteri, Direktorat Teknis dan Unit Kerja Lain di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan udara menyusun telaahan dan rancangan
kesepakatan bersama yang disampaikan ke Bagian Hukum, Setditjen
Perhubungan Udara.

2. Telaahan sebagaimana dimaksud pada angka 2, antara lain berisi:


a. latar Belakang materi dalam rancangan

b. tujuan yang ingin dicapai;

c. ruang lingkup materi yang diatur.

3. Rancangan Kesepakatan bersama pada angka 2, sekurang-kurangnya


memuat;

a.Para Pihak;

b.Dasar Hukum;

c.latar Belakang;
d.tujuan;
e.ruang lingkup

f. Jangka waktu
4. Dalam rangka penyempurnaan rancangan Kesepakatan Bersama, Bagian
Hukum melaksanakan evaluasi dan koordinasi dengan unit-unit kerja terkait.
5. Rancangan Kesepakatan bersama yang telah dievaluasi Bagian Hukum akan
disampaikan kepada Biro Hukum untuk proses penandatanganan oleh
Menteri.

C. Proses Penyusunan Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani oleh Direktur


Jenderal Perhubungan Udara

1. Dalam proses pengusulan Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani oleh


Direktur Jenderal, Direktorat Teknis dan Unit Kerja Lain di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan udara menyusun telaahan dan rancangan
kesepakatan bersama/peijanjian kerjasama. Hasil telaahan tersebut
diakomodir dalam konsep rancangan kesepakatan bersama/peijanjian
kerjasama kemudian disampaikan kepada Bagian Hukum.

2. Konsep Telaahan sebagaimana dimaksud pada angka 2, antara lain berisi:


a. latar Belakang materi dalam rancangan

b. tujuan yang ingin dicapai;

c. ruang lingkup materi yang diatur.

3. Rancangan Perjanjian Kerjasama pada angka 2, sekurang-kurangnya


memuat;

a. Para Pihak;

b. Dasar Hukum;

c. latar Belakang;
d. tujuan;
e. ruang lingkup;
f. Hak dan Kewajiban
g. Jangka waktu

4. Dalam rangka penyempurnaan rancangan Kesepakatan Bersama/Perjanjian


Kerjasama, Bagian Hukum melakukan evaluasi dan koordinasi dengan unit
kerja pemrakarsa atau pihak-pihak terkait.

5. Rancangan Kesepakatan Bersama/Perjanjian Kerjasama yang sudah


disempurnakan secara teknik penyusunannya (legal drafting) akan diparaf
oleh Kepala Bagian Hukum untuk disampaikan kembali kepada unit keija
pemrakarsa guna dibubuhkan paraf pejabat eselon III sebagai pemrakarsa
dan persetujuan pejabat eselon II atau pimpinan unit kerja.

6. Rancangan yang telah dibubuhi paraf untuk kemudian akan dijadwalkan


penandatanganan Kesepakatan Bersama/Perjanjian Kerjasama oleh Para
Pihak.

7. Naskah Kesepakatan Bersama/Perjanjian Kerjasama yang telah


ditandatangani disampaikan kepada Bagian Hukum dan disampaikan ke
Unit Kerja pemrakarsa.
D. Proses Penyusunan Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani oleh Direktur
Teknis/Kepala Unit Kerja Teknis yang menipakan tindaklanjut Kesepakatan
Bersama yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal.

1. Dalam proses pengusulan Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani oleh


Direktur Teknis/Kepala Unit Kerja, Direktorat Teknis dan Unit Keija Lain di
Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan udara menyusun telaahan dan
rancangan perjanjian kerjasama kemudian disampaikan kepada Bagian
Hukum.

2. Konsep Telaahan sebagaimana dimaksud pada angka 2, antara lain berisi:

a.latar Belakang materi dalam rancangan

b.tujuan yang ingin dicapai;

c.ruang lingkup materi yang diatur.

3. Rancangan Perjanjian Kerjasama pada angka 2, sekurang-kurangnya


memuat;

a. Para Pihak;

b. Dasar Hukum;

c. latar Belakang;

d. tujuan;

e. ruang lingkup;

f. Hak dan Kewajiban

g. Jangka waktu

4. Dalam rangka penyempumaan rancangan Perjanjian Kerjasama, Bagian


Hukum melakukan evaluasi dan koordinasi dengan unit kerja pemrakarsa
atau pihak-pihak terkait.

5. Rancangan Perjanjian Kerjasama yang sudah disempurnakan secara teknik


penyusunannya (legal drafting) akan diparaf oleh Kepala Bagian Hukum
untuk disampaikan kembali kepada unit kerja pemrakarsa.

6. Unit Pemrakarsa akan menjadwalkan penandatanganan Kesepakatan


Perjanjian Kerjasama,
BAB IV

KERANGKA KESEPAKATAN BERSAMA/PERJANJIAN KERJASAMA YANG


DITANDATANGANX OLEH MENTERI ATAU DIREKTUR JENDERAL

A. Kerangka Kesepakatan Bersama

1. Kerangka penyusunan Kesepakatan Bersama terdiri dari:

a. Lambang Instansi

1) Lambang diletakkan di sebelah kiri dan kanan atas secara


simetris dan urutannya disesuaikan dengan penyebutan nama
instansi.

2) Apabila kesepakatan bersama melibatkan lebih dari 2 instansi


diletakkan di atas secara simetris dan urutannya disesuaikan
dengan penyebutan nama instansi.

b. Judul

Judul diletakkan di bawah lambang dengan format sebagai berikut:

1) Judul "KESEPAKATAN BERSAMA" diletakkan di antara lambang


instansi apabila melibatkan 2 instansi dan apabila lebih dari 2
instansi diletakan di bawah lambang instansi dengan huruf
kapital.

2) Di bawah judul terdapat kata "ANTARA" ditulis dengan huruf


kapital tanpa tanda baca.

3) Di bawah kata "ANTARA" ditulis nama instansi yang melakukan


Kesepakatan/perjanjian dengan huruf kapital tanpa tanda baca.

4) Di antara nama instansi ditulis kata "DENGAN" ditulis dengan


huruf Kapital tanpa tanda baca.

5) Di bawah nama instansi ditulis masing-masing nomor dari


instansi secara berurutan sesuai dengan nama instansi diatasnya
dengan huruf kapital tanpa tanda baca.

6) Di bawah nomor instansi terdapat kata "TENTANG" letaknya di


tengah maijin, semuanya dengan huruf kapital tanpa spasi;

7) Di bawah kata TENTANG terdapat nama kesepakatan bersama,


semuanya dengan huruf kapital tanpa tanda baca.

c. Nomor
Penomoran Kesepakatan bersama dibuat oleh Para Pihak sesuai
dengan format masing-masing.

d. Pembukaan

Pembukaan berisi hari, tanggal, bulan, dan tahun penandatanganan


kerjasama serta nama pihak-pihak yang melakukan kerjasama.
e. Batang Tubuh

1) Batang tubuh memuat semua substansi kesepakatan bersama


yang akan dirumuskan dan diatur dalam pasal-pasal.
2) Substansi kesepakatan bersama dalam batang tubuh
dikelompokkan kedalam :

a) dasar kesepakatan bersama;


b) maksud dan tujuan kesepakatan bersama;
c) ruang lingkup kesepakatan bersama;
d) materi pokok yang diatur; dan
e) ketentuan penutup.

f. Penutup

Penutup terdiri dari nama penandatangan para pihak yang


mengadakan kesepakatan bersama dan para saksi jika dipandang
perlu, dibubuhi materai sesuai peraturan perundang-undangan.

2. Kesepakatan bersama, dibuat diatas kertas concorde 120 gram dengan


ukuran A4 dan jenis huruf Bookman Old Style atau Arial ukuran 12.

3. Kerangka kesepakatan bersama, sesuai dengan Contoh Format


Kesepakatan Bersama sebagaimana tercantum dalam Appendix I.

B. Kerangka Perjanjian Kerjasama

1. Kerangka penyusunan Perjanjian Kerjasama terdiri dari :

a. Lambang Instansi

1) Lambang diletakkan di sebelah kiri dan kanan atas secara


simetris dan urutannya disesuaikan dengan penyebutan nama
instansi.

2) Apabila perjanjian kerjasama melibatkan lebih dari 2 instansi


diletakkan di atas secara simetris dan urutannya disesuaikan
dengan penyebutan nama instansi.

b. Judul

Judul diletakkan di bawah lambang dengan format sebagai berikut;

1) Judul "PERJANJIAN KERJASAMA" diletakkan di antara lambang


instansi apabila melibatkan 2 instansi dan apabila lebih dari 2
instansi diletakan di bawah lambang instansi dengan huruf
kapital.

2) Di bawah judul terdapat kata "ANTARA" ditulis dengan huruf


kapital tanpa tanda baca.

3) Di bawah kata "ANTARA" ditulis nama instansi yang melakukan


perjanjian dengan huruf kapital tanpa tanda baca.

4) Di antara nama instansi ditulis kata "DENGAN" ditulis dengan


huruf Kapital tanpa tanda baca.
10
5) Di bawah nama instansi ditulis masing-masing nomor dari
instansi secara berurutan sesuai dengan nama instansi diatasnya
dengan huruf kapital tanpa tanda baca.

6) Di bawah nomor instansi terdapat kata "TENTANG" letaknya di


tengah maijin, semuanya dengan huruf kapital tanpa spasi;

7) Di bawah kata TENTANG terdapat nama peijanjian keijasama,


semuanya dengan huruf kapital tanpa tanda baca.

c. Nomor

Penomoran Peijanjian Kerjasama dilakukan oleh para Pihak sesuai


dengan format masing-masing.

d. Pembukaan

Pembukaan berisi hari, tanggal, bulan, dan tahun penandatanganan


kerjasama serta nama pihak-pihak yang melakukan peijanjian.

e. Batang Tubuh

1) Batang tubuh memuat semua substansi perjanjian kerjasama yang


akan dirumuskan dan diatur dalam pasal-pasal.

2) Substansi perjanjian kerjasama dalam batang tubuh


dikelompokkan kedalam :

a) Dasar perjanjian kerjasama;


b) maksud dan tujuan perjanjian kerjasama;
c) ruang lingkup perjanjian kerjasama;
d) materi pokok yang diatur;
e) hak dan kewajiban; dan
f) ketentuan penutup.

f. Penutup

Penutup terdiri dari nama penandatangan para pihak yang


mengadakan perjanjian kerjasama dan para saksi jika dipandang
perlu, dibubuhi materai sesuai peraturan perundang-undangan.

2. Perjanjian kerjasama, dibuat diatas kertas concorde 120 gram dengan


ukuran A4 dan jenis huruf Bookman Old Style atau Arial ukuran 12.

4. Kerangka perjanjian kerjasama, sesuai dengan Contoh Format Perjanjian


Keijasama sebagaimana tercantum dalam Appendix I.

11
BAB V

PUBLIKASI DAN DOKUMENTASl

A. Publikasi

1. Kesepakatan Bersama yang ditandatangani oleh Menteri Perhubungan


dipublikasikan melalui website resmi jdih.dephub.go.id

2. Kesepakatan Bersama yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal


dipublikasikan melalui distribusi terbatas kepada unit keija yang
bersangkutan, pejabat eselon II dan III di lingkungan kantor pusat
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

3. Perjanjian Keijasama didistribusikan kepada pihak-pihak yang terikat.

4. Distribusi sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan 3 dilaksanakan


oleh Bagian Hukum Sekretariat Jenderal Perhubungan Udara.

B. Dokumentasi

Bagian Hukum Sekretariat Jenderal Perhubungan Udara melakukan


dokumentasi Kesepakatan Bersama/Peijanjian Keijasama bidang
penerbangan secara manual maupun elektronik.

12
APPENDIX 1

KESEPAKATAN BERSAMA YANG DITANDATANGANI OLEH MENTERI


A.Contoh Format Kesepakatan Bersama yang ditandatangani oleh 2 Pihak

© / Lambang \
\
instansi
J

KESEPAKATAN BERSAMA

ANTARA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DENGAN

(Nama instansi yang menandatangani kesepakatan bersama dengan huruf kapital)


TENTANG

(Judul kesepakatan bersama dengan huruf kapital)


Nomor:

Nomor:

Pada Hari ini tanggal (ditulis dengan huruf) (dltuUs dengan


angka), bertempat di yang bertanda tangan di bawah ini:
1. (Nama Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan.
beralamat di untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. (Nama Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan
beralamat di untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama untuk selanjutnya disebut
para pihak, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a. bahwa ....(Pihak Pertama) dan (Pihak Kedua)
b. bahwa Para Pihak
sehubungan dengan hal-hal sebagaimana tersebut di atas, maka PA^ PIHAK
untuk mengadakan Kesepakatan Bersama/Peijanjian Kei^asama dengan ketentuan
sebagai berikut:
PASAL 1

DASAR HUKUM

Dasar hukum dibuatnya Kesepakatan Bersama ini adalah:


a ;

b ;

c. dan seterusnya....

13
PASAL 2

MAKSUD DAN TUJUAN

Kesepakatan Bersama ini dibuat dengan maksud dan tujuan


dan seterusnya.

PASAL 3

RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Kesepakatan Bersama ini meliputi:


a

b ;

c. dan seterusnya...;
PASAL 4

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

Dalam pelaksanaan Kesepakatan Bersama, PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan


tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a 1

b ;

c. dan seterusnya
PASAL 5

PELAKSANAAN

(1)
(2) dan seterusnya

PASAL 6

BIAYA

PASAL 7

JANGKA WAKTU

(1) ;

(2) ;
(3) dan seterusnya..

14
PASAL 8

ADDENDUM

(1)
(2)

Demikian Kesepakatan Bersama ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada
hari dan tanggal sebagaimana tersebut diatas, dalam rangkap 2 (dua) asli, dibubuhi
materai cukup, masing-masing untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dan
mempunyai kekuatan hukum yang sama.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)

15
B. Contoh Format Kesepakatan Bersama yang ditandatanganl lebih dari 2 (dua)
Pihak

/ Lambang \ / Lambang \ / Lambang \ I Lambang \


I Instansi ) I Instansi 1 I Instansi I I Instansi f

KESEPAKATAN BERSAMA

ANTARA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DENGAN

(Nama instansi yang menandatangani kesepakatan bersama dengan huruf kapital)

TENTANG

(Judul kesepakatan bersama dengan huruf kapital)

Nomor:.

Nomor:,
Nomor:,

Nomor:,

Pada Hari ini tanggal (ditulis dengan huruf) (ditulis dengan


angka), bertempat di yang bertanda tangan di bawah ini:

1. (Nama Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan.
beralamat di untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. (Nama Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan.
beralamat di untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

3. (Nama Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan.
beralamat di untuk selanjutnya disebut PIHAK KETIGA.

4. (Nama Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan.
beralamat di untuk selanjutnya disebut PIHAK KEEMPAT.

Untuk selanjutnya secara bersama-sama untuk selanjutnya disebut para pihak,


terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:

a. bahwa

b. bahwa

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat


untuk mengadakan Kesepakatan Bersama dengan ketentuan sebagai berikut:

16
PASAL 1

DASAR HUKUM

Dasar hukum dibuatnya Kesepakatan Bersama ini adalah


1
2
3. dan seterusnya
PASAL 2

MAKSUD DAN TUJUAN

(1) Maksud dari Kesepakatan Bersama adalah

(2) Tujuan dari Kesepakatan Bersama ini adalah....

PASAL 3

RUANG LINGKUP

(1) Ruang Lingkup Kesepakatan Bersama ini adalah

(2) dein seterusnya...;

PASAL 4

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

(1) Tugas dan Tanggung Jawab PARA PIHAK dalam Kesepakatan ini adalah.

(2) dan seterusnya

PASAL 5

PELAKSANAAN

(1) ;
(2) dan seterusnya

PASAL 6

JANGKA WAKTU

1) ;
(2) dan seterusnya

17
PASAL 7

ADDENDUM

(1)
(2) dan seterusnya....

Demikian Kesepakatan Bersama ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari
dan tanggal sebagaimana tersebut diatas, dalam rangkap (diisi sesuai dengein jumlah
pihak) asli, bermaterai cukup, masing-masing untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.

PIHAK PERTAMA

NAMA PIHAK PERTAMA

PIHAK KEEMPAT PIHAK KETIGA PIHAK KEDUA

NAMA PIHAK KEEMPAT NAMA PIHAK KETIGA NAMA PIHAK KEDUA

18
APPENDIX II

PERJANJIAN KERJASAMA YANG DITANDATANGANI OLEH DIREKTUR


JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

A.Contoh Format Peijanjlan Keijasama yang dltandatangani oleh 2 Pihak

© / Lambang \
f Instansi 1

PERJANJIAN KERJASAMA

ANTARA

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

DENGAN

(Nama instansi yang menandatangani perjanjian keijasama dengan huruf kapital)

TENTANG

(Judul peijanjlan keijasama dengan huruf kapital)

Nomor:

Nomor:

Pada Hari ini tanggal (ditulis dengan huruf) (ditulis dengan


angka), bertempat di yang bertanda tangan di bawah ini:

1. (Nama Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan
beralamat di , untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. (Nama Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan
beralamat di , untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama untuk selanjutnya disebut
para pihak, terlebih dahulu menerangkan hgd-hal sebagai berikut:
a. bahwa ....(Pihak Pertama) dan (Pihak Kedua)
b. bahwa Para Pihak

sehubungan dengan hal-hal sebagaimana tersebut di atas, maka PARA PIHAK sepakat
untuk mengadakan Perjanjian Keijasama dengan ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1

DASAR HUKUM

Dasar hukum dibuatnya Peijanjian Keijasama ini adalah:


a :

b ;
c. dan seterusnya....

19
PASAL 2

MAKSUD DAN TUJUAN

Peijanjian Keijasama ini dibuat dengan maksud d£m tujuan


untuk dan seterusnya.

PASAL 3

RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Peijanjian Keijasama ini meliputi:


a ;

b ;

c. dan seterusnya...;

PASAL 4

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

D£ilam pelaksanaan Peijanjian Keijasama ini, PARA PIHAK sepakat untuk


melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a ;

b ;

c. dan seterusnya

PASAL 5

PELAKSANAAN

(1}
^ f ;

(2) dan seterusnya

PASAL 6

BIAYA

PASAL 7

JANGKA WAKTU

(1) ;

(2) ;
(3) dan seterusnya..

20
PASAL 8

ADDENDUM

(1)
(2)

Demikian Peijanjian Keijasama ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada
hari dan tanggal sebagaimana tersebut diatas, dalam rangkap 2 (dua) asli, dibubuhi
materai cukup, masing-masing untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dan
mempunyai kekuatan hukum yang sama.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)

21
B. Contoh Format Peijanjian Keijasama yang ditandatangani leblh dari 2 (dua)
Pihak

I Lambang \ / Lambang \ / Lambang \ / Lambang \


{ Instansi I I Instansi ) { Instansi ) ( Instansi ]

PERJANJIAN KERJASAMA

ANTARA

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

DENGAN

(Nama instansi yang menandatangani kesepakatan bersama deng£in huruf kapital)

TENTANG

(Judul kesepakatan bersama dengan huruf kapital)

Nomor:
Nomor:
Nomor:

Nomor:

Pada Hari ini tanggal (ditulis dengan huruf) (ditulis dengan


angka), bertempat di yang bertanda tangan di bawah ini:

1. (Nama Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan.
beralamat di , untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. (Nsima Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan.
beralamat di untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

3. (Nama Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan.
beralamat di , untuk selanjutnya disebut PIHAK KETIGA.

4. (Nama Pihak pertama ditulis dengan huruf Kapital dan bold), selaku
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama berdasarkan.
beralamat di untuk selanjutnya disebut PIHAK KEEMPAT.

Untuk selanjutnya secara bersama-sama untuk selanjutnya disebut para pihak,


terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a. bahwa

b. bahwa

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, PARA PIHAK sepeikat


untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama dengan ketentuan sebagai berikut:

22
PASAL 1

DASAR HUKUM

Dasar hukum dibuatnya Perjanjian Keijasama ini adalah


1
2
3. dan setenisnya

PASAL 2

MAKSUD DAN TUJUAN

(1) Maksud dari Peijanjian Keijasama ini adalah ..

(2) Tujuan dari Peijanjian Keijasama ini adalah....

PASAL 3

HUANG LINGKUP

(1) Huang Lingkup Peijanjian Keijasama ini adalah.

(2} dan seterusnya...;

PASAL 4

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

(1) Tugas dan Tanggung Jawab PARA PIHAK dalam Perjanjian ini adalah.

(2) dan seterusnya

PASAL 5

PELAKSANAAN

(1) ;
(2) dan seterusnya

PASAL 6

JANGKA WAKTU

1) ;
(2) dan seterusnya

23
PASAL 7

ADDENDUM

(1)
(2) dan seterusnya....

Demikian Peijanjian Kerjasama ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari dan
tanggal sebagaimana tersebut diatas, dalam rangkap (diisi sesuai dengan jumlah
piheik) asli, bermaterai cukup, masing-masing untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.

PIHAK PERTAMA

NAMA PIHAK PERTAMA

PIHAK KEEMPAT PIHAK KETIGA PIHAK KEDUA

NAMA PIHAK KEEMPAT NAMA PIHAK KETIGA NAMA PIHAK KEDUA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

NOVIE RIYANTO R.
Salinan sesuai dengan aslinya
rIAN HUKUM

★ I DIREKTOmmffiH
I PERHUBUNGAN UDA.RA
NDAH MA SARI
I (IV/b)
N r4 199503 2 001

24

Anda mungkin juga menyukai