DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Ai Siti Sutilah, S.Kep., M.Kes
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 20
TINGKAT
III A
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Medah II. Kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat tugas
dengan judul “Prosedur Pemasangan Warmer Blanket dan Cooler Blanket”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak bantuan, petunjuk,
bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Tri Endah Pangastuti, S.Kep., M. Kep selaku Koordinator mata kuliah KMB II
2. Ns. Ai Siti Sutilah, S.Kep., M.Kes selaku dosen mata kuliah KMB II
3. Dan juga untuk teman-teman yang selalu memberikan support kepada kami untuk dapat
menyelesaikan makalah ini.
Di dalam tugas ini terdapat konsep suhu tubuh, konsep warmer dan cooler blanket serta
prosedur pemasangan warmer dan cooler blanket. Kami menyadari bahwa tugas yang kami
buat ini masih belum baik, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan
untuk kebaikan kami dalam membuat makalah dikemudian hari. Kami berharap tugas ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
termometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu yaitu normal, hipotermi,
hipertermi. Suhu tubuh seringkali berubah-ubah tanpa kita tahu sebabnya dan
mekanismenya, untuk itu perlu dilakukan penatalakasanaan yang tepat untuk dapat
mengembalikan suhu kembali ke keadaan normal.
Perawat dalam hal intervensi untuk penurunan atau peningkatan suhu sangat berperan
dapat berupa suatu tindakan kolaborasi atau mandiri. Saat pasien dalam keadaan suhu
tubuh yang tidak normal dapat dilakukan tindakan seperti pantau suhu tubuh, anjurkan
banyak minum serta kolaborasi pemberian antipiretik. Saat ini, ada suatu metode atau
cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu pemasangan warmer
dan cooler blanket.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memahami konsep suhu tubuh
b. Mahasiswa mampu memahami konsep warmer/cooler blanket
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami pengertian suhu tubuh
b. Mahasiswa memahami mekanisme suhu tubuh
c. Mahasiswa memahami gangguan suhu tubuh
d. Mahasiswa memahami faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
e. Mahasiswa memahami pengertian cooler dan warmer blanket
1
f. Mahasiswa memahami tujuan pemberian cooler dan warmer blanket
g. Mahasiswa memahami indikasi cooler dan warmer blanket
h. Mahasiswa memahami kontraindikasi cooler dan warmer blanket
i. Mahasiswa memahami hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan cooler
dan warmer blanket
j. Mahasiswa mampu melakukan prosedur cooler/warmer blanket
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Mekanisme control suhu pada manusia menjaga suhu inti (suhu jaringan dalam) tetap
konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang ekstream. Namun, suhu
permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang
kelingkungan luar. Karena perubahan tersebut, suhu normal pada manusia berkisar
dari 36 sampai 38oC (96,8 sampai 100,4 oC). Pada rentang ini, jaringan dan sel tubuh
akan berfungsi secara optimal (Cree, 2005).
3
3. Gangguan Termoregulasi
a. Hipotermi
Hipotermi adalah penurunan suhu inti tubuh dibawah 350C (950C). hipotermia
dihasilkan saat tubuh tidak dapat memproduksi panas yang cukup untuk
menggantikan panas yang hilang ke lingkungan. Ini dapat terjadi pada suhu
udara hingga 18,30C (650F) atau pada suhu air hingga 22,20C (720F) (Wald,
Peter H, 2002).
Klasifikasi Hipotermi
Hipotermi ringan 350C-320C
Sedang 320C-360C
Berat dibawah 260C
b. Hipertermi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,50C yang berhubungan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun
mengurangi produksi panas. Suhu tubuh lebih dari 400C dikatakan hiperpireksia.
Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas
untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39 C. Selain
0
4
Banyak faktor yang memengaruhi suhu tubuh. Sadarilah faktor-faktor tersebut saat
mengkaji variasi suhu mengevaluasi penyimpangan dari nilai normal.
a. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu
sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan.
Pastikan mereka mengenakan pakaian yang cukup dan hindari pajanan terhadap
suhu lingkungan. Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30% panas tubuh
melalui kepala sehingga ia harus menggunakan tutup kepala untuk mencegah
kehilangan panas. Suhu tubuh bayi baru lahir berkisar antara 35,5-37,5oC.
Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus
menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa tua memiliki kisaran suhu
tubuh yang lebih kecil dibandingkan dewasa muda. Suhu oral senilai 35oC pada
lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada dewasa tua. Namun, rata-rata
suhu tubuh dari dewasa tua adalah sekitar 36oC. Mereka lebih sensitif terhadap
suhu yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama
pengaturan vasomotor (vasokontriksi dan vasodilatasi) yang buruk,
berkurangnya jaringan subkutan,berkurangnya aktivitas kelenjar keringat, dan
metabolisme yang menurun.
b. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan
karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme
dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu
tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningkatkan
suhu tubuh sampa 41oC.
c. Kadar hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh lebih besar. hal ini
dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron
naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh
berada dibawah suhu dasar, yaitu sekitar 1/10 nya. Suhu ini bertahan sampai
terjadi ovulasi. Saat ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan
meningkat dan menaikkan suhu tubuh ke suhu dasar atau suhu lebih tinggi.
Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita.
d. Irama sirkandian
5
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 oC selama periode 24 jam. Suhu
terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari, suhu tubuh
meningkat dan mencapai meksimum pada pukul 6 sore,lalu menurun kembali
sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yan
bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu
untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sirkandian tidak
berubah seiring usia.
e. Stres
Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang
akan meningkatkan produksi panas. Pasien yang gelisah akan memiliki suhu
normal yang lebih tinggi.
f. Lingkungan
Lingkungan memengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang
tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu
lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena
mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
g. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan memengaruhi titik
pengaturan hipotalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas
minimal, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan
akan memengaruhi jenis masalah klinis yang dialami pasien.
6
inti pasien. Selimut pemanas konvektif plastik yang mengembang, menggunakan
sirkulasi udara hangat untuk menghangatkan pasien (Bouska, 2010).
Pemasangan cooler atau warmer blanket, kulit pasien tidak secara langsung
bersentuhan dengan matras melainkan dilapisi dengan selimut atau handuk untuk
mengurangi cedera yang kemungkinan dapat terjadi pada kulit (Hayashi, 2004).
2. Tujuan
a. Pemberian Cooler Blanket
1) Membantu menurunkan suhu tubuh
2) Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3) Membantu mengurangi perdarahan
4) Membatasi peradangan
b. Pemberian Warmer Blanket
1) Membantu mengembalikan suhu tubuh normal
2) Menghangatkan pasien
7
Sumber: http//www.google.com/cooler-blanket-warmer-blanket
3. Indikasi
a. Pemberian Cooler Blanket
1) Pasien yang suhunya tinggi
2) Pasien perdarahan hebat
3) Pasien yang kesakitan
b. Pemberian Warmer Blanket
1) Pada pasien yang mengalami penurunan suhu tubuh tubuh inti 28º C
2) Digunakan saat pasca operasi untuk menghangatkan tubuh
3) Kerentanan jantung untuk mengalami fibrilasi pada suhu
4. Kontraindikasi
a. Pemberian Cooler Blanket
1) Luka bakar karena dapat meningkatkan kerusakan jaringan
2) Gangguan sirkulasi dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut
dan menyebabkan kerusakan jaringan
3) Alergi atau hipersensivitas terhadap dingin, beberapa pasien memiliki alergi
terhadap dingin yang dimanifestasikan dengan repon inflamasi (misalnya:
eritema, bengkak, nyeri sendi, dan kadang–kadang spasme otot), yang dapat
membahayakan jika orang tersebut hipersensitif.
8
b. Pemberian Warmer Blanket
1) Pada pasien yang mengalami hipertermi
2) Pasien yang mengalami perdarahan
3) Pasien yang mengalami inflamasi/peradangan
Sumber: http//www.google.com/cooler-blanket-warmer-blanket
6. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Cooler Blanket dan Warmer
Blanket
a. Aplikasi pemasangan selimut panas/dingin dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan yang terlatih dengan baik
b. Jika pasien menggigil berlebihan selama pemakaian cooler blanket, hentikan
prosedur dan beritahu dokter segera
c. Jika ada kemungkinan kerusakan kulit akibat pemakaian pengontrol suhu, harus
dipantau secara ketat
d. Pantau adanya tanda–tanda klinis kerusakan kulit
e. Catat denyut nadi, pernapasan, tekanan darah, tanda-tanda neurologis, asupan
pasien cairan dan output, kondisi kulit, dan perubahan posisi.
f. Catat suhu pasien dan selimut setiap 15 menit sementara selimut sedang
digunakan, juga mendokumentasikan jenis unit hipertermia-hipotermia
digunakan: pengaturan kontrol (manual atau otomatis dan pengaturan suhu);
9
tanggal, waktu, durasi, dan toleransi pasien pengobatan; dan menandatangani
komplikasi
g. Perubahan suhu yang terlalu cepat bisa menyebabkan pendarahan pada pasien
lansia karena pasien lansia memiliki kulit tipis dan kemudian bisa menerima
luka jaringan lebih cepat. Pasien lansia mungkin kurang peka terhadap panas
dan dingin dan mungkin tidak sadar akan perubahan suhu atau ekstrem.
10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN COOLER
BLANKET DAN WARMER BLANKET
KEGIATAN DILAKUKAN
KOMPETEN
No ASPEK YANG DINILAI
Ya Tidak
A. PENGKAJIAN
1 Cek catatan perawatan dan catatan medis pasien
2 Cek suhu tubuh pasien dan cek kondisi pasien mengenai
adanya gangguan thermoregulasi terkait hipertermia/
hipotermia
B. PERENCANAAN
3 Mengidentifikasi hasil yang diharapkan
4 Mempersiapkan alat:
1. Warmer/Cooler Blanket
Baki dan alas berisi:
2. Selimut alas (selimut mandi)
3. Krim kulit jika diperlukan
4. Sarung tangan didalam kom
5. Tensimeter
6. Bengkok
7. Alat tulis dan buku catatan
8. Ember
Bak instrumen kecil berisi:
9. Termometer
10. Pen light
11. Alcohol Swab dan tisu
C. IMPLEMENTASI
5 Mencuci tangan
6 Memberikan salam dan menyebut nama pasien
7 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada
pasien/keluarga
8 Memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya
9 Meminta persetujuan pasien/keluarga
10 Menjaga privasi
11 Mendekatkan alat
12 Cek tubuh pasien, pastikan tidak ada logam yang menempel
ditubuh pasien seperti perhiasan atau jam tangan
13 Mengukur suhu, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah
pasien, tingkat kesadaran, reaksi pupil, kekuatan tungkai, dan
kondisi kulit pasien
14 Berikan lanolin atau campuran lanolin dan krim untuk kulit
11
KEGIATAN DILAKUKAN
KOMPETEN
No ASPEK YANG DINILAI
Ya Tidak
pasien dimana bagian tubuh yang menyentuh selimut untuk
membantu melindungi kulit dari sensasi panas atau sensasi
dingin jika perlu
Matras Cooler/Warmer Blanket di bawah tubuh pasien
15 Atur posisi pasien, miring kanan/kiri atau sims
16 Letakkan dan rentangkan matras warmer/cooler blanket
disamping tubuh pasien, diikuti handuk/selimut diatas
warmer/cooler blanket
17 Kemudian tarik matras warmer/cooler blanket beserta
handuk/selimut. Posisikan supine kembali
Matras Cooler/warmer Blanket di atas tubuh pasien
18 Atur posisi pasien supine
19 Letakkan selimut di atas tubuh pasien lalu letakkan
cooler/warmer blanket diatas selimut dan pastikan selimut
menutupi bagian yang akan di pasang matras warmer
blanket
20 Pastikan handuk/selimut menutupi matras warmer/cooler
blanket (dimana handuk/selimut berguna untuk isolator
antara pasien dengan matras warmer/cooler blanket)
21 Hubungkan stop kontak penghubung matras warmer/cooler
blanket
22 Hubungkan selang fan condenser pada warmer/cooler
blanket setelah terpasang
23 Tekan tombol ON pada warmer/cooler blanket
24 Atur suhu sesuai dengan kebutuhan pasien hipotermia/
hipertermia
25 Tanyakan respon pasien terhadap suhu warmer/cooler
blanket setelah terpasang
26 Anjurkan pasien/keluarga melapor kepada perawat jika
terjadi menggigil untuk pemasangan cooler atau kemerahan
dan luka pada kulit pada pemasangan warmer
27 Monitor suhu tubuh pasien tiap 15–30 menit
28 Lepaskan warmer/cooler blanket (jika suhu pasien sudah
normal/ sesuai anjuran dokter dan perhatikan penurunan
suhu 5o F (2,8o C) setelah penggunaan warmer/cooler
blanket)
29 Monitor vital sign, intake output cairan dan keadaan umum
pasien tiap 30 menit selama 2 jam setelah penggunaan
warmer/cooler blanket
30 Rapikan alat dan kembalikan peralatan blanket ke tempat
penyimpanan
31 Mencuci tangan
12
KEGIATAN DILAKUKAN
KOMPETEN
No ASPEK YANG DINILAI
Ya Tidak
32 Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan
D. EVALUASI
33 Apa informasi yang anda butuhkan untuk memastikan bahwa
pasien sudah selesai menggunakan warmer/ cooler blanket?
34 Apa yang anda observasi setelah penggunaan warmer/
cooler blanket pada pasien?
35 Bagaimana respon pasien terkait tindakan yang telah
dilakukan?
36 Apa rencana tindak lanjut anda sesudah selesai berkaitan
dengan tindakan sebelumnya?
37 Bagaimana anda mendokumentasikan tindakan dalam
catatan keperawatan?
S
1. Pasien mengatakan sudah tidak kedinginan
2. Pasien mengatakan nyaman setelah diberikan selimut
hangat
O
1. Suhu tubuh pasien 36,80C
2. Pasien sudah tidak menggigil
3. Akral teraba hangat
4. Mukosa bibir tidak pucat dan tidak kebiruan
5. Tidak ada tanda iritasi (kemerahan) pada kulit pasien
A
Gangguan Termoregulasi Hipotermi
P
1. Observasi TTV
2. Observasi suhu pasien setiap 30 menit selama 2 jam
setelah pemberian warmer blanket
3. Kolaborasi pemberian infus Dextrose
JUMLAH SKOR
13
( ) ( )
Pembimbing
( )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suhu tubuh yang dimaksud adalah panas atau dingin suatu substansi. Suhu tubuh adalah
perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar. Ada banyak intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah
gangguan suhu tubuh diantaranya dengan pemasangan warmer atau cooler blanket.
Pemasangan prosedur ini bertujuan untuk mencegah peningkatan atau penurunan suhu
tubuh yang diindikasikan tentunya untuk pasien yang mengalami hipotermi atau
hipertermia. Pemasangan prosedur ini dilakukan dengan memberikan selimut hangat atau
dingin kepada pasien terggantung kondisi yang dialami oleh pasien.
Perawat berperan penting dalam hal ini, untuk itu sangat diperlukan bagi perawat untuk
mengetahui dan memahami cara pemasangan prosedur warmer dan cooler blanket, serta
dapat menerapkannya.
B. Saran
Kami memiliki saran untuk pembaca agar perbanyak informasi dan pengetahuan
mengenai keperawatan, semoga perawat dapat menerapkan pemasangan warmer dan
cooler blanket dengan benar.
14
DAFTAR PUSTAKA
15