Anda di halaman 1dari 22

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Dasar yang berjudul “ Pembuatan


Larutan” disusun oleh :
Nama : Sindy parubak
Nim : 1713140009
Kelas : Kimia Sains
Kelompok : II (dua)
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka
laporan ini diterima.

Makassar, Desember 2017


Kordinator Asisten Asisten

Ade Putra Ramlah


NIM 1513141003 NIM 1513141002

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dra. Hj. Army Auliah, M.Si


NIP 19640306 199203 2 001
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Larutan

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari kristalnya.
2. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.
C. LANDASAN TEORI
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut (solute), sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut (solvent). Larutan bisa berwujud
gas (seperti udara), padat (seperti alloy/paduan logam), atau cair (misalnya air
laut) (Chang, 2004: 90).
Salah satu komponen larutan, yang dinamakan pelarut (solvent),
menentukan apakah larutan berada sebagai padatan, cairan, atau gas.
Komponen lain dari larutan, yang disebut zat terlarut (solute), terlarut dalam
pelarut. NaCl(aq) contohnya, menjelaskan suatu larutan dengan air cair sebagai
pelarut dan NaCl sebagai zat terlarut. Namun, istilah berair (aquades) tidak
membawa informasi apapun tentang proporsi relatif NaCl dan H 2O dalam
larutan. Untuk maksud ini, sifat yang disebut molaritas lazim digunakan.
Konsentrasi atau molaritas (molarity) adalah sifat larutan yang didefinisikan
sebagai banyaknya mol zat telarut per liter larutan atau
banyaknya zat terlarut (dalam mol)
Molaritas =
volume larutan(dalam liter)

Prinsip pengenceran adalah bahwa zat terlarut yang sama dengan yang ada di
sampel larutan stok terdistribusi di seluruh volume larutan encer. Pernyataan
ini dan defenisi molaritas adalah yang anda perlukan untuk mengerjakan soal
pengenceran. Jika konsentrasi larutan (molaritas) adalah M, volume larutan
dalam liter adalah V, dan banyaknya mol zat terlarut adalah n, maka
persamaan diatas menjadi M = n/V atau
n=M×V
bila larutan diencerkan, banyaknya zat terlarut tetap konstan antara larutan
awal (i) yang diambil dan larutan akhir (f) yang dihasilkan. Artinya,
MiVi = ni = nf = MfVf
Atau
Mi × Vi = Mf × V f
(Petrucci, 2008: 117-120).
Sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat disebut larutan
(solution). Biasanya larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung
zat terlarut, misalnya padatan atau gas. Komponen utama biasanya disebut
pelarut (solvent), dan komponen minornya dinamakan zat terlarut (solute).
Pelarut dipandang sebagai “pembawa” atau medium bagi zat terlarut,
yang dapat berperan serta dalam reaksi dalam larutan atau meninggalkan
larutan karena pengendapan atau penguapan. Larutan terbentuk melalui
pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berintraksi langsung
dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antarmolekul yang dialami
oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan
tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan
larutan (Oxtoby, 2001: 155-116).
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung bukan antara padatan murni, cairan
murni, atau gas murni melainkan ion-ion dan molekul-molekul yang terlarut
dalam air atau pelarut lain. Karena definisi ini tidak menyatakan batasan
mengenai zat yang terlibat, kita dapat membedakan enam jenis larutan,
bergantung pada wujud asal ( padatan, cairan dan gas) komponen larutan.
Kimiawan juga membedakan larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan
zat terlarut. Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam
pelarut, pada suhu tertentu dinamakan larutan jenuh (saturated solution).
Sebelum titik jenuh tercapai, larutannya disebut larutan takjenuh (unsatured
solution); larutan ini mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan
dengan kemampuannya untuk melarutkan. Jenis berikutnya yaitu larutan lewat
jenuh (supersatured solution), mengandung lebih banyak zat terlarut
dibandingkan dengan yang terdapat di dalam larutan jenuh. Lewat larutan
jenuh bukanlah larutan yang sangat stabil. Pada saatnya sebagian zat terlarut
akan terpisah dari larutan lewat jenuh sebagai kristal. Proses terpisahnya zat
terlarut dari larutan dan membentuk kristal dinamakan kristalisasi
(crystallization) (Chang, 2004: 4).
Air merupakan pelarut yang tidak asing lagi dalam kehidupan. Sifat-sifat
air seperti mudah diperoleh, mudah digunakan, memiliki trayek cair yang
panjang, dan kemampannya untuk melarutkan berbagai zat adalah sifat-sifat
yang tidak dimiliki oleh pelarut lain. Sifat ini menempatkan air sebagai pelarut
universal. Kenyataan inilah yang mendorong banyaknya usaha pengkajian
perilaku, perubahan sifat, dan analisis kimia zat sering dilakukan dalam
medium air (Ham, 2012: 3).
Dalam kimia yang paling bermanfaat untuk menyatakan komposisi ialah
fraksi mol, molaritas dan molalitas. Fraksi mol sutu zat dalam campuran ialah
jumlah mol zat itu dibagi jumlah keseluruhan mol yang ada. Dalam campuran
biner yang mengandung n1 mol spesies 1 dan n2 mol spesies 2, fraksi mol x1
dan x2 adalah

n1
X1 =
n 1+ n 2

n2
X2 =
n 1+ n 2

= 1- x1

Konsentrasi zat ialah jumlah mol per satuan volume. Satuan SI mol per
meter kubik tidak memudahkan pekerjaan kimia, sehingga molaritas yang
di definisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per liter larutan, yang di
gunakan:
mol zat terlarut
molaritas = = mol L-1
liter larutan
Molaritas merupakan cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi
larutan encer. Jika larutan dipanaskan atau didinginkan, volumenya
berubah, sehingga jumlah mol zat terlarut juga berubah. Molalitas
sebaliknya, adalah nisbah massa dan ini tidak begantung pada suhu.
Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per kilogram
pelarut:

mol zat terlarut


molalitas = = mol kg-1
kilogram pelarut

(Oxtoby, 2001: 156).


Kelarutan zat sebagian besar dapat melarut dalam air, hanya ada
yang mudah dan ada yang sukar atau sedikit sekali larut. Kemampuan
melarut suatu zat di dalam sejumlah pelarut di dalam suatu zat tertentu
berbeda- beda antara yang satu dengan yang lainnya. “ jumlah maksimal
zat terlarut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu” ialah yang disebut
kelarutan (solubility) zat itu. Pada umumnya turunnya suhu akan
menurunkan kelarutan dari zat terlarutnya. Berbeda dengan gas-gas,
kelarutan gas menurun dengan naiknya suhu disamping oleh pengaruh
tekanan barometer diatas permukaan larutannya. Biasanya pernyataan
kelarutan zat selalu disertai dengan kondisi suhunya berarti kelarutannya
dimaksudkan pada suhu kamar, sedangkan untuk gas-gas, kelarutannya
sering disertai dengan kondisi suhu dan tekanan udara permukaan
(tekanan total)-nya (Ham, 2012: 8).
Energi yang diperlukan untu memutuskan tarik-menarik antar molekul
disebut endotermik. Ketika molekul pelarut dan molekul zat terlarut
bercampur, keadaan ini bersifat eksotermik atau endotermik. Kalor
pelarutan Hlarutan mengikuti rumus:
Hlarutan = H1 + H2 + H3
Jika tarik-menarik zat terlarut-pelarut lebih kuat dibandingkan tarik-
menarik pelarut-pelarut dan tarik-menarik zat terlarut-zat terlarut, maka
proses pelarutanlah yang akan berlangsung; dengan kata lain, proses
eksotermik (Hlarutan 0). Jika interaksi zat terlarut-pelarut lebih lemah
dibandingkan interaksi pelarut-pelarut dan interksi zat terlarut- zat terlarut,
maka prosesnya endotermik (Hlarutan  0). Proses pelarutan, seperti halnya
proses fisis dan kimia, dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama adalah
energi, yang menentukan apakah proses pelarutan bersifat eksotermik atau
endotermik. Faktor kedua ialah kecenderungan hakiki menuju
ketidakteraturan dalam semua kejadian di alam. Seperti halnya kartu remi
yang menjadi bercampur setelah dikocok beberapa kali, ketika molekul zat
terlarut dan molekul zat pelarut bercampur membentuk larutan,
ketidakteraturan akan meningkat. Proses pelarutan diiringi oleh
peningkatan ketidakteratutan atau keacakan (Chang, 2004: 5).
Sebuah larutan jenuh dapat dihasilkan dengan melanjutkan
penambahan zat terlarut sampai tidak ada lagi yang bisa terurai, atau
dengan meningkatkan konsentrasi dari ion-ion sampai pengendapan
terjadi. Hasil pengendapan dalam analit secara fisik dipisahkan dari zat-zat
lainnya dalam larutan, seperti juga dari pelarut itu sendiri. Faktor-faktor
penting yang mempengaruhi kelarutan zat padat adalah temperatur,
sifat dari pelarut, dan juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan
tersebut. Termasuk dalam kategori ini adalah ion-ion yang mungkin
dan mungkin juga tidak bergabung dalam ion-ion dalam benda padat,
seperti ion-ion atau molekul-molekul yang membentuk molekul-molekul
yang sedikit terurai atau ion-ion yang kompleks dengan ion-ion dari benda
padat itu sendiri (Day, 1999: 231).
Kelarutan didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang
akan melarut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Untuk
kebanyaan zat, suhu mempengaruhi kelarutan. Kelarutan pada zat padatan
meningkat dengan meningkatnya suhu. Namun, tidak ada korelasi yang
jelas antara tanda dari Hlarutan dengan variasi larutan terhadap suhu. Secara
umum pengaruh suhu terhadap kelarutan lebih baik ditentukan dengan
melakukan percoban. Kelarutan gas dalam air biasanya menurun dengan
meningkatnya suhu. Bila air dipanaskan dalam beker, dapat dilihat
gelembung udara yang membentuk disisi kaca sebelum air mendidih.
Dengan meningkatnya suhu, molekul udara yang terlarut mulai
“mendidih” dan keluar dari larutan jauh sebelum air itu mendidih
dengan sendirinya (Chang, 2005: 9).
Menurut HAM (2012:4-7), konsentrasi larutan didefinisikan sebagai
banyaknya zat terlarut dalam sejumlah pelarut. Beberapa satuan
konsentrasi yang sering di jumpai seperti:

Persen massa, dengan simbol satuan %(b/b) dengan rumus

massa zat terlarut


%(massa) = ×100%
( massa zat terlarut ) +(massa pelarut )

massa zat terlarut


% (massa) = ×100%
massa total larutan

Persen volum, dengan simbol satuan %(v/v) dengan rumus

volum zat terlarut


%(volum) = × 100%
( volum zat terlarut ) +(volum pelarut )

volum zat terlarut


%(volum) = × 100%
(volumtotal larutan)

Bagian per juta, dengan simbol satuan bpj untuk larutan, antar dua zat
penyusun dapat dinyatakan menurut hubungan berikut:

bagian zat terlarut


bpj = ×106
( bagian zat terlarut ) +( bagian pelarut)

Untuk larutan dengan lebih dari dua zat penyusunnya, satuan konsentrasi
bpj dapat di rumuskan sebagai berikut:

bagian zat terlaut


bpj = ×106
(total bagian larutan)

Molalitas dengan simbol satuan m, satu molal, atau 1 m suatu larutan


didefinisikan sebagai 1 mol zat terlarut di dalam 1000 g pelarut, secara
umum berlaku rumus:
mol zat A
molalitas A =
1000 g pelarut

Bentuk lain dari persamaan di atas adalah:

WA ×1000
molalitas =
MA × ℘

Molaritas dengan simbol satuan M, satu molar atau 1 M suatu larutan di


definisikan sebagai 1 mol suatu zat terlarut di dalam 1 liter larutan, atau 1
mol zat itu terlarut dalam 1 ml larutan. Secara umum berlaku rumus:

mol zat A mmol zat A


Molaritas zat A = =
1 L larutan 1mL larutan

Persamaan diatas dapat diubah sebagai berikut:

WA ×1000
Molaritas zat A =
MA ×V

D. ALAT DAN BAHAN


1.Alat
a. Pipet tetes 1 buah
b. Neraca analitik 1 buah
c. Gelas kimia 50 mL 1 buah
d. Labu takar 50 mL 3 buah
e. Labu semprot 1 buah
f. Batang pengaduk 1 buah
g. Corong biasa 1 buah
h. Pipet ukur 25 mL 1 buah
i. Ball pipet 1 buah
j. Lap kasar 1 buah
k. Lap halus 1 buah
l. Spatula 1 buah
2. Bahan
a. Natrium hidroksida padat (NaOH) 4 gram
b. Larutan asam klorida (HCl) 6M
c. Larutan asam klorida (HCl) 2M
d. Larutan asam klorida (HCl) 1M
e. Aquades (H2O)
f. tissu

E. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan larutan NaOH 1 M dari Kristal (zat padat) NaOH


a. Padatan NaOH sebanyak 4 gram ditimbang pada neraca untuk
membuat 50 mL larutan NaOH 2M.
b. Padatan NaOH yang telah ditimbang dilarutkan dengan sedikit
aquades, diaduk hingga larut.
c. Larutan NaOH dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, gelas kimia
yang digunakan dibilas dengan aquades dan air pembilasan
dimasukkan kedalam labu takar.
d. Larutan NaOH ditambahkan dengan aquades sebelum tanda batas.
Kemudian ditambahkan aquades menggunakan pipet tetes hingga
tanda batas. Larutan kemudian dikocok dengan cara membolak-
balik labu takar.
2. Pembuatan larutan HCl 2M, 1M, dan 0,1M dari larutan HCl 6M
a. Larutan HCl 6M diukur sebanyak 16,7 mL dan dimasukkan
kedalam labu takar 50 mL.
b. Larutan HCl ditambahkan dengan aquades sebelum tanda batas.
Kemudian ditambahkan aquades menggunakan pipet tetes hingga
tanda batas. Larutan kemudian dikocok dengan cara membolak-
balik labu takar.
c. Larutan HCl 2M sebanyak 25 mL dimasukkan kedalam labu takar
50 mL dengan menggunakan pipet ukur.
d. Larutan HCl ditambahkan dengan aquades sebelum tanda batas.
Kemudian ditambahkan aquades menggunakan pipet tetes hingga
tanda batas. Larutan kemudian dikocok dengan cara membolak-
balik labu takar.
e. Larutan HCl 1M sebanyak 5 mL dimasukkan kedalam labu takar
50 mL dengan menggunakan pipet ukur.
f. Larutan HCl ditambahkan dengan aquades sebelum tanda batas.
Kemudian ditambahkan aquades menggunakan pipet tetes hingga
tanda batas. Larutan kemudian dikocok dengan cara membolak-
balik labu takar.

F. HASIL PENGAMATAN

1. Pembuatan larutan NaOH 2M dari kristal (zat padat) NaOH


No Aktivitas Hasil
.
1. Menghitung NaOH padat 4 gram NaOH padat
2. Pengenceran NaOH padat berwarna putih dan menghasilkan
dengan menambahkan panas
aquades
3. Penambahan aquades keruh menjadi bening
2. Pembuautan larutan HCl 2M, 1M dan 0,1M drai larutan HCl 6M
No. Aktivitas Hasil
1. Mempipet larutan HCl 6 M 16,66 mL HCl
2. Menuang larutan kedalam berwarna bening larutan dan di
labu takar + H2O dan di menghailkan HCl 2 M
homogenkan
3. Mempipet HCl 2 M 25 mL HCl
4. Menuang latutan kedalam Larutan berwarna bening dan
labu takar + H2O dan menghasilkan HCl 1 M
dihomogenkan
5. Memipet HCl 1 M 5 mL HCl
6. Menuang larutan kedalam Larutan berwarna bening dan
labu takar + H2O dan menghasilkan HCl 0,1 M
dihomogenkan

G. ANALISIS DATA
1. pembuatan larutan NaOH 2 M dari kristal (zat padat) NaOH
Diketahui : Molar NaOH =2M
Volume NaOH = 50 mL = 0,05 L
Mr NaOH = 40 gr/mol
Ditanya : Massa NaOH = . . . . .?
Penyelesaian :
mol
M=
volume
mol = M × v
mol = 2 M × 0,05 L
mol = 0,1 mol
massa NaOH = M × Mr
massa NaOH = 0,1 mol × 0,1 gr/mol
massa NaOH = 4 gr
Jadi massa NaOH yang dipakai adalah 4 gr
2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M dan 0,1 M dari larutan HCl 6M
a. Pembuatan larutan 50 ml larutan HCl 2M dari 6M larutan HCl
Diketahui : M1 = 6M
M2 = 2M
V2 = 50 ml
Ditanya : V1 =. . . . .?
Penyelesaian : M1 × V1 = M2 × V2
6M × V1 = 2M × 50 ml
2 M ×50 ml
V1 =
6M
V1 = 16, 66 ml
b. Pembutan larutan 50 ml larutan HCl 1M dari 2M larutan HCl
Diketahui : M1 = 2M
M2 = 1M
V2 = 50 ml
Ditanya : V1 =. . . . .?
Penyelesaian : M1 × V1 = M2 × V2
2M × V1 = 1M × 50 ml
1 M ×50 ml
V1 =
2M
V1 = 25 ml
c. Pembutan larutan 50 ml larutan HCl 0,1M dari 1M larutan HCl
Diketahui : M1 = 1M
M2 = 0,1M
V2 = 50 ml
Ditanya : V1 =. . . . .?
Penyelesaian : M1 × V1 = M2 × V2
1M × V1 = 0,1M × 50 mL
0,1 M ×50 ml
V1 =
1M
V1 = 5 ml
H. PEMBAHASAN
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut (solute), sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut (solvent). Larutan bisa
berwujud gas ( seperti udara), padat (seperti alloy/paduan logam), atau cair
(misalnya air laut) ( Chang, 2005:90).
Dasar dari percobaan yang telah dilaksanakan yaitu terletak pada
tujuannya, dimana tujuannya ialah mempelajari pembuatan larutan dengan
kemolaran tertentu zat terlarut dari kristalnya dan dari larutan yang lebih
besar konsentrasinya.
Larutan yang dibuat pada percobaan ini diantaranya:
1. Pembuatan larutan NaOH 2M dari kristal (zat padat) NaOH
Pengertian dari NaOH sendiri atau yang dikenal juga sebagai soda
kuastik, soda api, atau natrium hidroksida adalah jenis basa logam kuastik
yang terbentuk dari oksida basa (Panduan Kimia). NaOH di percobaan ini
bertindak sebagai zat terlarut (solute) dan yang menjadi pelarutnya adalah
aquades. Sebelum membuat larutan NaOH 2M sebanyak 50 mL, terlebih
dahulu padatan NaOH harus ditimbang. Prinsip dasar dari percobaan ini
yaitu larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dari kristalnya, dari
larutan yang lebih besar konsentrasinya dan dari larutan pekat. Prinsip
kerja dari pembuatan larutan NaOH padat adalah penimbangan dan
pelarutan. Untuk mendapat hasil penimbangan yang sesuai, terlebih dahulu
timbang gelas kimia kosong agar berat gelas kimia dapat dibedakan. Lalu
padatan NaOH yang telah ditimbang ditambahkan sedikit aquades, fungsi
penambahan ini yaitu untuk melarutkan NaOH padat sambil diaduk hingga
padatan NaOH larut, fungsi pengadukan ini yaitu untuk mempercepat
proses pelarutan. Selanjutnya, larutan itu kemudian di masukkan kedalam
labu takar 50 mL, karena gelas kimia yang tadinya tempat melarutkan
padatan NaOH masih terdapat larutan NaOH sehingga perlu dibilas lagi
menggunakan aquades. Air bilasan dimasukkan pula kedalam labu takar,
hal ini dilakukan karena kandungan NaOH yang akan dibuat tetap pada
kadarnya.
Larutan ini adalah larutan bening, sehingga mineskus yang dipakai
adalah mineskus bawah. Aquades ditambahkan hingga mendekati tanda
batas dan diteteskan sedikit demi sedikit aquades menggunakan pipet tetes
hingga mencapai mineskus bawah. Pipet tetes digunakan untuk
menghindari kelebihan aquades yang diberikan. Selanjutnya mulut labu
takar ditutup hal ini bertujuan agar larutan yang NaOH tidak tumpah dan
suhunya terjaga, tidak terkontaminasi dengan suhu luar (Panduan kimia).
Larutan dikocok dengan cara membolak-balikkan labu takar agar larutan
tercampur sempurna. Larutan yang dihasilkan berwarna putih dan
menghasilkan panas pada gelas kimia. Pada saat dimasukkan kedalam labu
takar dan dikocok, berubah menjadi keruh dan menjadi bening. Ketika
NaOH dicampur dan menghasilkan panas, hal ini terjadi karena adanya
reaksi eksoterm. Menurut Raymond Chang, jika tarik-menarik zat terlarut-
pelarut lebih kuat dibandingkan tarik-menarik pelarut-pelarut dan tarik-
menarik zat terlarut-zat terlarut, maka proses pelarutanlah yang akan
berlangsung; dengan kata lain, proses eksotermik (Hlarutan  0).
2. Pembuatan larutan HCl 2M, 1M, dan 0,1M dari larutan HCl 6M
Larutan yang kedua adalah HCl yang memiliki pengertian sebagai
larutan akuatik dari gas HCl (hidrogen klorida) adalah asam kuat dan
merupakan komponen utama dalam asam lambung (Panduan kimia).
Prinsip pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari
larutan yang lebih besar konsentrasinya yaitu pengenceran sejumlah
volume larutan induk. Larutan induk adalah larutan baku kimia yang
dilarutkan dengan kadar tinggi dan dan akan digunakan untuk membuat
larutan baku dengan kadar yang lebih rendah (Kamus kimia).
Pengenceran adalah membuat larutan yang pekat menjadi larutan
yang kurang pekat. Untuk melakukan proses pengenceran yang perlu di
perhatikan adalah penambahan pelarut dalam sejumlah larutan. Larutan
yang diencerkan pada percobaan ini adalah asam klorida (HCl). HCl pada
percobaan ini keadaannya sama dengan NaOH, yaitu sebagai zat terlarut
dan yang menjadi pelarut yaitu aquades (H2O). Karakteristik dari HCl
adalah zat cair tak berwarna (bening) bersifat racun dan korosif, oleh
karena itu ketika mengukur larutan ini, kita mengukur menggunakan
mineskus bawah. Sesuai dengan prinsip kerjanya pada percobaan ini yang
menjadi larutan induk adalah HCl 6M yang akan digunakan untuk
membuat larutan dengan konsentrasi 2M, 1M, dan 0,1M untuk
mengetahui banyaknya volume HCl 6M yang dibutuhkan disetiap
pengenceran, digunakan rumus pengenceran. Dari perhitungnnya volume
yang diperoleh untuk 2M adalah 16,67 mL, untuk membuat 1M larutan
sebanyak 50 mL dari 2M maka digunakan 25 mL larutan 2M, dan untuk
membuat 0,1M larutan sebanyak 50ml larutan HCl 1M maka dibutuhkan
5ml larutan HCl.
Pada percobaan ini, aquades ditambahkan sebagai pelarut. Dimana
fungsi aquades disini yaitu untuk mengencerkan larutan HCl
yang lebih pekat. Setelah diencerkan, tidak terjadi perubahan
warna pada larutan dan labu takar dingin karena terjadi reaksi endoterem.
Menurut Raymond Chang, jika interaksi zat terlarut-pelarut lebih lemah
dibandingkan interaksi pelarut-pelarut dan interksi zat terlarut-
zat terlarut, maka prosesnya endotermik (Hlarutan  0).
I. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, dapat saya simpulkan
a. Pembuatan larutan NaOH 2M dari kristalnya memerlukan 4 gram
NaOH padat yang dilarutkan dengan aquades pada labu takar 50
mL dan terjadi reaksi eksoterem.
b. Pembutan larutan HCl 2M memerlukan 16,66 mL larutan HCl 6M,
pembuatan larutan HCl 1M memerlukan 25 mL larutan HCl 2M
dan pembuatan HCl 0,1M memerlukan 5ml larutan HCl 1M
dengan masing-masing larutan diencerkan dengan aquades dan
trejadi reaksi endoterm.
2. SARAN
Untuk praktikan selanjutnya agar lebih menyiapkan diri dan
menyiapkan segala perlengkapan praktikum yang akan digunakan dan
tetap menjaga ketenangan dalam laboratorim, sehingga proses
praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Ham, Mulyono. 2012. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta:


Erlangga.

JR, R.A. Day dan A.L. Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta : Erlangga.

Oxtoby, Gillis, Nachtrieb. 2007. Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.

Petrucci, Harwood, dkk. 2008. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern
Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa yang dimasud larutan induk


2. Untuk mengencerkan asam sulfat pekat, tidak boleh air ditambahkan
kedalam asam sulfat. Jelaskan mengapa demikian!
3. Sebanyak 0,04 g padat dilarutkan dalam aquades sampai volume 1 L.
Jika massa jenis larutan dianggap sama dengan massa jenis air,
nyatakan konsentrasi larutan NaOH itu dalam (a) persen massa; (b)
bagian per sejuta (bpj); dan (c) molar.
Jawab:
1. Larutan induk (baku) adalah larutan yang konsentrasinya telah
diketahui. Prinsip pembuatan larutan tersebut adalah pengenceran
sejumlah tertentu volume larutan induk. Larutan ini biasanya berfungsi
sebagai titran.
2. Untuk engencerkkan asam sulfat pekat, tidak boleh air ditambahkan
karena percampuran asam sulfat dengan air sangat eksoterem dan
massa jenis asam sulfat pekat lebih besar dari pada air. Jika air
ditamahkan kedalam asam sulfatakan membantuk lapisan dengan asam
sulfat di lapisan bawah. Ketika asam sulfat dan air bercampur,
terbentuk panas yang dapat menyababkan air di bagian atas meluap.
3. Massa air = ρ air . vair
= 1 g/mol . 10 ml
= 100 gram
massa NaOH
a. %massa = ×100%
massa campuran
0,04 g
= ×100%
10 g+ 0,04 g
= 0,04 %
b. Bagian per sejuta (bpj)
1%= 10.000 bpj
Diketahui % massa = 0,04 %, maka bagian persejuta dapat dihitung
menjadi:
Bpj = 0,04 × 10.000
= 400 bpj
c. Molar
m 1000
M= ×
mr v (ml)
0,04 gr 1000
×
= gr 1000 ml
40
mol
= 0,004 M
= 4.10-3 M
DOKUMENTASI

A. Alat dan bahan

1. Larutan NaOH 2M Dibuat menggunakan padatan kristal.

Gelas kimia diukur gelas kimia berisi air diukur dan


berat NaOH di hitung.

Aquades dimasukkan ke gelas kimia larutan NaOH dimasukkan ke dalam


labu takar.
Aquades ditambahkan ke larutan NaOH. Aquades ditambahkan menggunakan
pipet tetes.

Larutan NaOH dikocok hasil pelarutan NaOH 2M


2. Membuat larutan HCl 2M, 1M dan 0,1M dari larutan HCl 6M.
a. Membuat larutan HCl 2M dari larutan HCl 6M

HCl diambil dengan aquades ditambahkan Aquades ditambahkan


Pipet ukur. dengan pipet tetes.
Larutan HCl dikocok. Hasil pengenceran

b. Membuat larutan HCl 1M dari larutan HCl 2M

HCl diambil dengan Aquades ditambahkan Aquades ditambahkan


pipet ukur. dengan pipet tetes.

Larutan dikocok hasil pengenceran.


c. Membuat larutan HCl 0,1M dari larutan HCl 1M

HCl dipipet dengan pipet ukur. Aquades ditambahkan. Aquades ditambahkan


Dengan pipet tetes

Larutan dikocok. Hasil pengenceran.

Anda mungkin juga menyukai