1
bermain bola (mengoper) yang mengatisipasi penerima jalan sehingga bola yang diterima dan bola yang sampai di
titik yang tepat. Konselor mengintervensi sehingga mengikuti arah yang ditunjukan oleh klien.
Leading terkadang membantu menjelaskan berbagai rangkaian apa yang harus dilakukan sebagai konselor
suatu yang memberikan dampak, atau pemikiran yang sedang dilakukan klien. Semua helping skill dapat di
golongkan jumlah leading yang digunakan, tapi tujuan dari diskusi ini leading artinya lebih pada perilaku yang
spesifik untuk mengatisipasi pembicaraan klien dan respon pernyataan yang tepat untuk mendorong klien lebih
berani.
Tujuan lebih spesifik dari leading adalah :
- Untuk mendorong klien mengeksplorasi perasaan dan mengelaborasi perasaan mereka ketika diskusi dilakukan
- Untuk membuat klien merasa bebas mengeksplorasi di berbagai arah dan untuk menanggapi secara bebas apa
yang sedang terjadi
- Untuk mendorong klien lebih aktif dalam proses dan mempertahankan tanggung jawab utama dalam wawancara
yang sedang dilakukan
A. Pertanyaan (questioning)
Mendorong klien untuk lebih aktif mengeksplorasi mengenai masalah mereka dengan sering melibatkan
pertanyaan, Pertanyaan yang mempunyai arah tujuan. Konselor menggunakan pertanyaan untuk meminta orang
memperluas jawabannya. Mulai pembicaraan, dapatkan ilustrasi yang spesifik, cek persepsi, dan dapatkan informasi.
Langkah-langkahnya, pertanyaan perlu ada tujuannya dan sebaiknya sedikit saja, klien sendiri yang akan cenderung
memberikan pertanyaan pengganti. Buatlah pertanyaan seperti “apa anda pikir perceraian adalah solusi terbaik untuk
kejadian ini”, klien harus bertanggung jawab atas pernyataannya dan juga konsekuensinya. Pikirkan reaksi personal
untuk membuat penyusunan pertanyaan (pertanyaan yang sistematik). Ada beberapa efek yang tidak terpredikis dari
pertanyaan yang tidak sesuai diajukan kepada klien, diantaranya klien akan :
1. Menyinggung perasaan klien, dimana mereka merasa diintrogasi
2. Mengurangi rasa tanggung jawab pribadi dalam proses konseling.
3. Ketergantungan klien kepada konselor
4. Mendorong klien untuk memberikan jawaban yang umum, bukan jawaban yang benar-benar jujur.
Kata “mengapa” adalah pertanyaan yang paling menunjukan menuduh dan sulit untuk menjawab dengan
jujur. Sulit untuk menjawab pertanyaan seperti “mengapa kamu mengatakan…?”karena kata tersebut sering
menyiratkan spekulasi mengenai motif dan sering menyiratkan kritik.
Pertanyaan ada dua kategori yang memiliki efek dan tujuan yang berbeda-beda. Pertanyaan terbuka adalah
salah satu yang mendorong untuk memberikan jawaban yang lengkap, tidak bisa dijawab hanya dengan “ya” atau
“tidak”. Dalam keterampilan bertanya ini klien bebas untuk mengeksplorasi dan mengikuti alur wawancara yang
mereka ingin pertanyaan terbuka ini membantu klien untuk memahami masalah bukan hanya menyediakan
informasi bagi konselor. Contoh pertanyaan terbuka adalah “bagaimana hubungan kamu dengan orang tua kamu?”
bukan “apakah kamu sering berkomunikasi dengan orang tua kamu?” contoh lainnya “kegagalan itu apa menurut
2
kamu?” “bagaimana mereka menunjukan perasaan mereka kepada kamu?” perhatikan bahwa pertanyaan yang
dimulai dengan “bagaimana” atau “apa” untuk memperoleh jawaban yang beserta penjelasan klien.
Efek yang berbeda dari pertanyaan tertutup sepeti “ya” atau “tidak”, biasanya dimulai dengan kata “ya”,
“”kan”. Misalnya pada contoh pertanyaan tertutup “apakah kamu suka dengan sekolah?”, “apakah kamu marah
dengan atasan kamu?”, “apakah sulit berhubungan dengan pasien kamu?” pertanyaan tertutup memiliki efek yang
mematikan dan membatasi percakapan antara konselor dan klien. Berikut adalah langkah-langkah untuk
memberikan question :
1. Ajukan pertanyaan terbuka yang tidak bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”
2. Tanyakan pertanyaan yang meminta klarifikasi pada klien bukan untuk menolong konselor mendapatkan
informasi
3. Jangan terlalu pada pola yang terlalu banyak bertanya
3
Perilaku yang ditunjukan oleh klien ketika memberikan respon pada direct leading ini biasanya memenuhi
spesifikasi dari leading, tertutama jika atitude yang ditunjukan oleh konselor memanifestasi ketertarikan dan cocok
pada kata-kata yang diucapkan klien. Konsekuessi utama dalam jangka panjang adalah meningkatkan kesadaran
klien dan pemahamannya, melalui eksplorasi yang elaborate lebih dari perasaan. Langkah-langkah :
1. Tentukan tujuan dari leading
2. Nyatakan tujuan di dalam kata-kata yang dapat menimbulkan elaborasi tertentu
3. Gunakan pertanyaan terbuka
4. Biarkan klien bebas mengikuti langkah konselor.
D. Focusing
Fokus pembicaraan pada topic yang konselor pikirkan akan bermanfaat untuk mengeksplorasi ketika klien
bertele-tele atau menceritakan cerita yang samar-samar, atau mengutip beberapa masalah. Sering pada tahap
konseling, klien akan banyak pada beberapa topic permasalahan, kadang-kadang “melingkar/maksudnya tanpa
ujung”. Kadang-kadang indirect leading mendorong klien untuk menemukan inti permasalahannya, jika dibiarkan
terus selama beberapa menit biasanya akan membuat pembicaraan menjadi membingungkan. Ketika konselor
berpikir bahwa klien mereka telah melihat topic utama dan yang menjadi perhatian mereka, maka konselor dapat
menghentikan klien dan meminta mereka untuk fokus pada satu aspek, karena tujuan lain dari fokus adalah untuk
menekankan pada suatu perasaan tunggal atau ide-ide dari cerita-cerita mereka yang sebelumnya bertele-tele. Fokus
juga membantu klien untuk berhubungan dengan perasaan mereka sebenarnya.
Beberapa ilustrasi dari focusing lead “tolong satukan perasaan kamu menjadi lebih sepsifik mengenai ibu
kamu?”, “kamu sudah menceritakan beberapa topic dalam beberapa menit ini, bisakah kamu mengambil satu yang
sangat penting untuk kamu dan katakana kepada saya mengenai hal tersebut”, “dapatkan kamu mengambil satu kata
yang dapat mendeskripsikan obrolan kita beberapa menit yang lalu”, “kita sudah banyak berbicara kata demi kata,
tetapi saya tidak begitu memahami perasaan kamu, dapatkan kamu memberikan nama pada perasaan yang kamu
rasakan sekarang?”, “perasaan apa yang kamu rasakan ketika kamu berbicara?”, “ayo jangan berbicara beberapa
detik dulu, saya meminta kamu untuk menutup mata kamu dan coba untuk menyentuh apa yang kamu rasakan
sekarang”
Fokus terkadang dilakukan dengan memilih satu kata atau satu frasa yang pendek dari pembicaraan klien
dan mengilanginya dengan tanda tanya atau dengan penekanan. Misalnya, setelah klien berbicara mengenai
kebingungan hubungan dia dengan atasannya kebingungannya. Konselor dapat berkata “membingungkan?”.
Efeknya adalah “ceritalah lebih banyak lagi” metode satu kata fokus dapat efektif untuk menjaga klien tetap
bercerita. Konselor dapat mengatakan “dan?”, “lalu?”, “tapi..?”
Fokus cenderung mengurangi kebingungan klien, difusi, dan ketidakjelasan. Sekali lagi hasil yang
diharapkan dari verbalisasi makna yang dilakukan oleh klien dapat meningkatkan pemahaman. Hasil lain yang
diharapkan dari focus lead ini pada perasaan bahwa klien dapat berbicara lebih banyak mengenai pengalaman
perasaan mereka. Keterampilan ini, dari berbagai kluster understanding ini adalah efeknya mengendalikan, jadi
4
konselor harus terus mengerahkan tapi juga harus berhati-hati karena ada konsekuesi tambahan yang berlebihan
misalnya menjadi kurang percaya, bisa berhenti bercerita kliennya. Singkatnya langkah-langkah adalah :
1. Gunakan perasaan kebingungan konselor dan arah rasa persaaan klien untuk memandu lebih fokus
2. Memutuskan kapanmemberikan feedback kepada klien harus fokus pada suatu topic
3. Membantu klien untuk fokus pada peraaan yang mungkin tersembunyi selama konseling berlangsung
A. Reflecting feeling
Merefleksikan perasaan meliputi mengungkapkan perasaan penting helpee dengan kata-kata segar,
dinyatakan atau dengan sangat tersirat. Tujuan dari merefleksikan perasaan adalah untuk fokus kepada perasaaan
daripada kepuasan, untuk membawa perasaan yang diungkapkan samar-samar kedalam kesadaran yang lebih jelas,
dan untuk membantu helpee untuk mengakui perasaannya sendiri. Sering kali, helpee berbicara mengenai perasaan
mereka sebagai “itu” atau “mereka,” seolah-olah perasaan mereka bukan bagian dari diri mereka. Ini lah mengapa
kami biasanya memulai metode reflecting dengan “anda merasa” sebagai usaha untuk membantu helpee untuk
mengakui kembali perasaan mereka. Anda akan tahu kapan refleksi anda akurat karena helpee cenderung merespon
dengan sesuatu seperti, “ya, itu dia.”
Penggunaan reflecting yang terampil tergantung pada kemampuan helper untuk mengenali dan memberi
sinyal terhadap perasaan, bahasa tubuh serta kata.Umumnya, tidak tepat, untuk bertanya secara langsung,
“bagaimana hal itu berpengaruh pada perasaan anda?” biasanya, jawabannya sudah cukup jelas.
Helpers harus mengalami perasaan tersebut sendiri dan berhubungan dengan perasaan tersebut. Perasaan
lebih halus daripada emosi, seperti, kemarahan, cinta, rasa muak, ketakutan atau agresi.Contoh dari perasaan adalah
afeksi, kepuasan, kebencian, perasaan bersalah, atau kegelisahan.Ketika seorang helpeemengekspresikan emosi yang
kuat, sudah jelas bahwa reflecting tidak perlu dilakukan.Perasaan yang lebih halus, rupanya, sering tersamar di balik
kata-kata.Helper mencari perasaan yang tersembunyi tersebut dan memungkinkan helpee untuk menyadari perasaan
mereka dengan lebih jelas.
Langkah-langkah pada refleksi perasaan adalah menentukan perasaan apa yang di refleksikan oleh helpee,
menjelaskan perasaan tersebut secara jelas, mengobservasi efeknya, dan menentukan dari reaksi helpee apakah
tindakan refleksi membawa efek fasilitatif atau obstruktif. Terkadang, refleksi yang tidak akurat bisa mengakibatkan
efek fasilitatif, sejauh helpeeakan mengkoreksi helper dan menyatakan perasaannya dengan lebih jelas. Contoh dari
pencerminan perasaan adalah: “dalam kata lain, kamu benci keberaniannya,” “kamu selalu ingin menjadi seorang
doctor.” “berada disekitarnya membuat kamu merasa bersalah setiap waktu.” “sakit rasanya ditolak oleh seseorang
5
yang anda cintai.” Terkadang dua perasaan yang berlawanan terkespresikan, dan refleksi menerangkan kondisi ini,
seperti, “ anda merasa marah ketika dia menghukum anda,tetapi, anda merasa lega juga ketika dia melakukannya.”
B. Reflecting experience
Refleksi ini adalah umpan balik deskriptif yang menunjukan pengamatan yang luas dari helper. Hal ini
dilakukan tanpa penyuntingan, tidak seperti confrontingskills, yang dijelaskan kemudian, dimana helper memberi
tahu apa yang dia pikirkan tentang perilaku.
Reflecting experience melampaui perasaan yang diungkapkan dengan kata-kata yang mana helper juga
membaca perasaan yang tersirat dari bahasa tubuh nonverbal. Helper mencatat, contohnya, kecepatan bicara, nafas
yang berat, keluhan, semangat, perubahan postur, dan perubahan arah penglihatan sebagai sinyal terhadap perasaan
helpee, adalah ide yang baik untuk pertama-tama menjelaskan beberapa perilaku yang telah diamati, lalu
mencerminkan perasaan. Contohnya, “ anda tersenyum ( penjelasan perilaku), tetapi saya dapat merasakan bahwa
anda terluka” ( refleksi perasaan). “anda berkata anda sangat peduli padanya (paraphrase), tetapi hampir setiap
waktu anda berbicara tentang dia anda mengepalkan tangan anda (deskripsi); sepertinya anda terlihat sangat
membenci dia” (interpretasi).
C. Reflecting content
Reflecting content adalah mengulang ide penting helpee dengan kata yang lebih sedikit dan lebih segar dan
mirip seperti paraphrase. Digunakan untuk menjelaskan ide dari helpee yang susah diekspresikan. Kekurangan kosa
kata helpee, sebagai contoh, untuk mengekspresikan idea secara sederhana dan jelas, jadireflectingcontent adalah
kemampuan untuk memberikan kata untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Terkadang membantu untuk
mengulang pernyataan helpee, menekankan kata kunci.Helpee berkata, sebagai contoh, “ ucapannya benar-benar
melukai saya.” Helper merespon, “ya itu sangat sakit.”
Pada praktek yang sebenarnya tiga kemampuan reflecting bercampur dengan yang lainnya.Helper memberi
perhatian kepada apa yang helpeekatakan (content), tetapi juga bagaimana dia mengatakannya (nada bicara). Helper
biasanya merespon dengan perasaan dan content yang bercampur untuk menyesuaikan tujuan proses mereka saat itu.
Mereka boleh menilai, sebagai contoh, bahwa helpee tidak siap untuk menghadapi perasaan yang lebih dalam yang
tersirat dalam bahasa tubuhnya, jadi mereka akan menegaskan kontennya. Reflecting adalah cara untuk mengontrol
kesadaran akan perasaan dan ekspresi dalam wawancara. Di sisi lain, di tahap awal helpers boleh menegaskan
pengakuan dari semua kesan perasaan yang mereka dapatkan dari kata-kata perasaan dan pengamatan dari
pergerakan tubuh dan postur.
Helpeemerefleksikanhelper sebagai orang yang mengerti apa yanghelpee, alami. Reaksi yang baik ini meningkatkan
kemungkinan bahwa tujuan jangka panjang dari pengertian diri sendiri dan orang lain akan tercapai. Hasil yang
lebih langsung adalah helpee akan mampu untuk mengenali dan mengekspresikan perasaan mereka sendiri, seperti
yang diindikasikan dengan pernyataan “saya rasa”. Dengan kata lain, mereka akan lebih siap untuk terus
mengekspresikan perasaan mereka.
6
Skill Cluster 4: Challenging Skills
A. Recognizing Feeling in Helpers
Sub-skill ini memiliki tujuan untuk Mengakui & merespon perasaan helpee. Dalam hal ini, helper harus
menyadari adanya perubahan perasaan pada diri sendiri. Jika helper bisa menyadari perubahan perasaan pada
dirinya maka helper akan mampu mengakui dan merespon perasaan helpee dan juga dapat dijadikan panduan dalam
memberikan respon. Misalnya ketika helper merasa tersinggung dengan kata-kata yang diungkapkan oleh helpee,
helper perlu menyadari perasaan tersinggung tersebut sehingga dapat berhati-hati dalam memberi respon agar tidak
memberi respon yang negatif kepada helpee.
D. Self challenging
7
Di dalam sub-skill ini, helper memberikan inisiatif dan motivasi kepada helpee agar helpee dapat
mengembangkan diri. Sub-skill ini memberikan keuntungan, yaitu dapat menghilangkan pikiran negatif seperti self-
defeating dan meningkatkan self-enhancing. Selain itu dapat menimbulkan pikiran-pikiran positif. Contoh dari sub-
skills ini: helper mengatakan “saya tidak pernah menemukan hubungan persahabatan sebaik hubungan Anda dengan
sahabat Anda”. Terdapat beberapa langkah dalam sub-skill ini:
1. Menegaskan kembali kepercayaan mengenai kekuatan individu dan control terhadap kehidupan dan pikiran.
2. Mengidentifikasi bentuk spesifik dari pemikiran yang self defeating (menyalahkan diri sendiri).
3. Menguji pikiran-pikiran yang mendistorsi.
4. Membuat struktur ulang mengenai pikiran yang negatif menjadi penyataan yang lebih positif.
5. Tetap mencoba meskipun pikiran dan keyakinan sulit untuk dirubah.
A. Interpretive Questions
Dalam hal ini, helper melakukan interpretasi dalam bentuk pertanyaan. Dengan melakukan interpretasi
seperti ini, akan tersirat kualitas yang lebih tentatif serta dapat mengurangi resiko helper dalam melakukan
kesalahan interpretasi. Misalnya:
HR: “Kapan kamu akan mengkhawatirkan dirimu sendiri?”
HE: “Itu adalah sikap yang egois”
HR: “Lalu apa yang salah dengan itu?”
HE: “Saya tidak suka orang-orang yang egois”
HR: “Karena?”
HE: “Orang yang egois tidak akan populer”
HR: “Jadi, popularitas adalah hal yang penting bagi kamu; dan jika kamu terlalu egois, orang tidak akan menyukai
kamu. Apakah seperti itu yang anda maksud?”
8
B. Fantasy and Metaphor Interpretations
Dalam hal ini, helper melakukan interpretasi dengan membayangkan apa yang dimaksud oleh helpee.
Dalam membayangkan, helper juga dapat menggunakan perumpamaan dalam bentuk gambaran. Misalnya, “Saya
memilki bayangan mengenai apa yang baru saja anda katakan. Saya membayangkan anda menyusuri jalan di hutan,
kemudian kamu menemukan persimpangan jalan, dan ragu-ragu untuk memilih jalan mana yang harus dilewari.
Anda memutuskan untuk melempar koin dan mengikuti jalan yang dipilih oleh koin. Apakah kurang lebih seperti
itu?”. Apabila fantasy pada helper dapat dipahami oleh helpee, hal tersebut akan menjadi trigger bagi helpee dalam
mempersepsi diri mereka. Kekurangan dari interpretasi seperti ini adalah helper menggeser pandangan helpee dan
menggunakan pandangan mereka sendiri, sehingga secara tidak langsung memaksa helpee untuk setuju dengan
pandangan helper. Terkadang hal ini hanya berguna untuk memberikan reaksi seseorang dalam bentuk metafora,
misalnya “Setiap saya melihat anda, saya seperti melihat boneka teddy bear yang besar dan lembut yang diam di
sebuah posisi”. Makna dari metafora untuk helpee adalah sebagai “box of life”. Hal ini berguna bagi mereka untuk
dapat memahami situasi yang sulit bagi mereka untuk melihat diri mereka sendiri. Misalnya, helper mungkin
mengatakan pada helpee yang sedang merasa dibatasi, frustrasi, atau tereksploitasi. “Tampaknya saya melihat anda
membiarkan orang lain untuk menempatkan diri anda pada sebuah kotak kecil dan sempit. Berapa lama anda akan
tetap diam di sana? Apa yang akan kamu lakukan untuk keluar dari sana?”.
Keterampilan kedua yang menggunakan metafora adalah untuk mengobservasi special action words yang
digunakan helpee dalam menjelaskan pengalaman mereka. Mereka cenderung menggunakan bayangan tertentu
terus-menerus. Beberapa dilakukan secara visual (“Saya melihat cahaya”), beberapa dilakukan secara auditory
(“Kedengarannya benar”), dan sebagian lagi melakukannya secara kinestetik (“Ide tersebut menghampiri saya”).
Beberapa helpee menggunakan gustatory words atau olfactory images (“a stinking mess”). Banyak orang yang
memiliki dominant sensory mode, sementara sebagian lainnya senderung mencampurkan antara sensory images
dengan bahasa mereka. Poin utama dari helping adalah mendengarkan sensory methapors yang digunakan oleh
helpee, kemudian dapat mencocokkan helping language dengan sensory mode pada diri helpee. Tujuannya adalah
untuk masuk ke dalam pengalaman helpee untuk menjelaskan pemahaman helper dan menempatkan helper dalam
posisi yang lebih berpengaruh pada diri helpee.
Tujuan lain adalah untuk memperluas bahasa sensori yang digunakan oleh helpee dengan cara bertanya,
misalnya, bagaimana kehidupan seseorang berjalan, bagaimana seseorang melihat masa lalunya, dan bagaimana
masa depannya.
C. Level of Interpretation
Interpreting dapat diletakkan sebagai satu kesatuan dari reflecting, dimana anda tetap berpegang pada
pengertian yang sesuai dan feeling level pada helpee. Solusi untuk masalah psikologi adalah dengan memahami
permasalahan tersebut. Interpreting menjelaskan atau menyarankan cara untuk menafsirkan makna dari masalah
atau solusinya. Tanggapan anda, pada tingkat yang berbeda, mungkin berada pada salah satu dari tingkat berikut ini:
1. “Anda makan minum-minum ketika anda berada pada titik dimana air mata datang dengan bebasnya. Anda
merasa malu sekarang ketika membicarakan hal itu” (konten paraphrase)
9
2. “Anda merasa sangat buruk mengenai apa yang terjadi semalam.” (general feeling reflection)
3. “Anda merasa sangat buruk karena kehilangan kontrol diri tadi malam.” (mild interpreting – menambahkan ide
mengenai kontrol)
4. “Anda minum sampai anda kehilangan kendali atas perasaan anda. Ketika anda melihat kembali pada kejadian
sebelumnya, kamu ingin menghukum dirimu sendiri atas tindakan kekanak-kanakan yang telah anda llakukan.”
(interpreting – menambahkan ide mengenai punishing dan kembali pada pola-pola saat anak-anak)
5. “Kami minum, menangis, dan menyebut nama ibu, membuat saya bertanya-tanya jika anda ingin kembali
kepada ibu – seperti ketergantungan pada ibu untuk kenyamanan dan perasaan bahwa anda tidak dapat berdiri
dengan kaki sendiri.” (deeper level interpreting – keinginan akan kenyamanan pada ibu dan dependency)
6. (Menafsirkan pernyataan helpee menurut beberapa kerangka teoritis).
Langkah-langkah dalam melakukan interpretasi adalah sebagai berikut:
1. Lihat pesan dasar yang disampaikan oleh helpee.
2. Paraphrase pesan yang anda tangkap kepada mereka.
3. Tambahkan pemahaman anda tentang pesan yang mereka maksud berdasarkan teori atau penjelasan umum dari
anda mengenai motif, defense, kebutuhan, dan styles.
4. Gunakan bahasa yang sederhana dan sesuai dengan pesan yang mereka sampaikan. Hindari penyampaian
spekulasi.
5. Perkenalkan ide-ide anda dengan menunjukkan bahwa ide yang anda tawakan adalah ide yang tentatif dan dapat
disesuaikan dengan maksud dari helpee. Misalnya dengan mengatakan “Cara saya dalam melihat adalah...”
“Saya ingin tahu apakah...”
6. Mintalah helpee untuk memberi reaksi terhadap interpretasi anda.
7. Ajarkan helpee untuk melakukan interpretasi mereka sendiri. Kita tidak bisa memberikan insight kepada orang
lain; mereka harus mendapatkannya sendiri. Ketika helpee menyampaikan interpretasi seperti yang sudah anda
sampaikan sebelumnya, tetapi mereka bertindak seolah-olah hal itu memang pemikirannya, berarti anda telah
berhasil bertindak sebagai helper yang baik.
B. Advice
10
Memberikan nasihat merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh helper dengan menganggap fungsi
mereka sebagai pemberi “common sense” dalam bentuk saran. Advice dilakukan untuk membantu orang yang
membutuhkan sebuah saran, masukkan, ataupun nasihat agar dapat merubah mindset seseorang juga menjadi lebih
positif dalam melihat dirinya dan sebuah permasalahan tertentu yg sedang dihadapi. Selain itu, advice dapat
dilakukan sebagai sarana untuk membantu helpee dalam melakukan problem solving, serta menginspirasi dan
meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
Pemberian advice di dalam traditional manner dianggap arogan, karena helper terlihat mengetahui semua
hal sehingga mereka memberikan nasihat pada orang lain. Selain itu, pemberian advice juga dianggap tidak efektif
dan mendorong ketergantungan helpee kepada helper. Pemberian advice dianggap efektif bila diperikan oleh orang
yang dapat dipercaya dengan opini yang sangat baik. Masukkan atau nasihat juga dapat membantu helpee untuk
menghadapi keadaan dalam hidupnya dan dapat juga membantu dalam situasi dan kondisi tertentu.
Keterbatasan utama dalam memberikan advice adalah bahwa helpee biasanya tidak mengikuti advice
tersebut. helpee seringkali terlihat bertanya, untuk saran mengenai apa yang harus mereka lakukan. Mereka dapat
menunjukan dependency, dan tahu benar apa yang harus mereka lakukan. Yang harus dilakukan adalah
membedakan apakah hal yang diungkapkan oleh helpee adalah benar-benar membutuhkan bantuan atau informasi,
ataukah sekedar ingin bergantung pada helper. Keterbatasan lain adalah meningkatkan ketergantungan helpee pada
helper. Selain itu, akan menjadi msasalah juga bila saran yang diberikan pada helpee ternyata tidak tepat kemudian
helpee menyalahkan helper atas hal tersebut.
Langkah-langkah dalam melakukan informing adalah sebagai berikut:
1. Memahami informasi yang ingin disampaikan dalam bidang keahlian yang dimiliki.
2. Tidak menggunakan instrumen tes pendidikan ataupun psikologi tanpa memiliki pelatihan yang memadai dalam
penggunaan dan keterbatasannya.
3. Tidak memberikan advice kecuali dalam bentuk saran tentatif berdasarkan keahlian.
11
bantuan mengenai masalah belajar yang dihadapinya, murid SMA tersebut mendapatkan inti bahwa dirinya harus
memiliki cara belajar yang tepat dan membuatnya merasa nyaman, sehingga murid tersebut dapat menerima
pelajaran dengan baik.
Tujuan utama dari summarizing adalah untuk membuat perasaan helpee terlibat sehingga mau
mengeksplorasi ide dan perasaannya, membuat kesadaran diri helpee untuk menunjukkan peningkatan belajar dan
penyelesaian masalah. Selain itu juga membantu helps dalam mencatat hasil interview sehingga dapat diklarifikasi
kepada helpee, dan fokus terhadap ide yang beragam, dan untuk menemukan ide yang baru. Guidelines untuk
melakukan summarizing adalah:
1. Mengikuti berbagai macam tema dan emosional yang ditampilkan oleh helpee ketika berbicara
2. Menggunakan secara bersamaan kunci ide dan perasaan kedalam pernyataan umum dari yang dimengerti oleh
helpee
3. Jangan menggunakan ide baru dalam summary
4. Putuskan jika ingin membantu lebih banyak dengan menggunakan summary minta helpee untuk meringkas
tema, persetujuan, atau rencana mereka. Sebagai tambahan, pertimbangkan tujuan:
Bagaimana caranya untuk melakukan ‘pemanasan’ ketika ingin memulai sebuah interview?
Bagaimana caranya untuk dapat fokus pada perkataan dan perasaan helpee yang beragam?
Bagaimana cara untuk menutup diskusi pada sebuah topic?
Bagaimana cara untuk memeriksa pemahaman dari peningkatan interview?
Bagaimana cara untuk mendorong helpee untuk mengeksplorasi topik secara lebih lengkap?
Bagaimana cara untuk mengakhiri hubungan dengan peningkatan dari summary?
Bagaimana cara untuk memastikan helpee bahwa interview mereka berjalan dengan baik?
B. Krisis
12
Krisis adalah suatu keadaan disorganisasi dimana helpee mengalami frustasi akan tujuan hidupnya atau
gangguan yang mendalam pada siklus hidupnya dan metode untuk mengatasi stressor-nya. Krisis terbatas pada
waktu tertentu dan biasanya bertahan tidak lebih dari beberapa minggu. Individu dapat disebut mengalami krisis
sejak individu tersebut mulai memunculkan respon emosional yang bervariasi dalam intensitas selama transisi
kehidupan yang menyedihkan terjadi. Krisis biasanya dipicu oleh kejadian dramatis dalam hidup, seperti anggota
keluarga yang bunuh diri, serangan, kecelakaan, atau operasi. Akan tetapi, krisis dapat berkembang dari transisi
kehidupan pada umumnya yang terakumulasi, seperti perpindahan rumah, pensiun, pergantian pekerjaan, dan lain
sebagainya. Krisis berada pada suatu titik kontinum apabila usaha coping tidak berhasil dan titik
ketidakseimbangan atau titik disfungsi yang esktrim seseorang tercapai. Singkatnya, krisis adalah sesuatu yang
sementara, menghasilkan distress dan disfungsi, diluar kapasitas coping seseorang,dan kemungkinan dapat
memberikan konsekuensi positif atau negatif yang jangka panjang. Terdapat 3 macam krisis, yaitu developmental
crises (seperti kelahiran anak, anak baru masuk sekolah, dan lain sebagainya), situational crises (seperti
kehilangan status, kepemilikan, atau seseorang yang dicintai), dan existential crises yang merujuk pada konflik dan
perasaan cemas ketika mengalami isu-isu kemanusiaan yang signifikan misalnya identitas, tujuan, tanggung jawab,
kebebasan, dan komitmen.
Menurut Caplan (1964), terdapat 4 fase dalam periode krisis:
1. Ketegangan awal dialami dan memancing respon kebiasaan adaptif (habitual adaptive responses).
2. Ketegangan meningkat di bawah stimulus yang terus menerus terjadi dan individu mengalami kegagalan untuk
melakukan usaha coping dan dalam usaha menurunkan ketegangan.
3. Ketegangan meningkat hingga sumber daya darurat (emergency resoucrces) baik internal dan eksternal
dikerahkan.
4. Fase akut akan muncul apabila krisis tidak mereda pada tahap 3, atau dihindari dengan denial atau sikap pasrah
(resignation).
Nilai dari krisis bisa disadari apabila individu telah mencapai level tertinggi dari self-realization dan juga
keseimbangan yang tenang.
13
Snyder (1996) mendefinisikan hope sebagai goal-directed thinking. Individu dengan hope yang tinggi dapat
memantul kembali (bounce back) dari kejadian tidak enak secara lebih cepat dan lebih efektif. Hoping adalah
sebuah proses dari individu yang termotivasi secara penuh untuk mencari solusi atau untuk mencapai goal yang
spesifik melalui langkah-langkah perencanaan yang spesifik.
Keterbatasan helper yang perlu dikomunikasikan adalah kecenderungan dari hope untuk menjadi jalan
keluar dari realita atau tanggung jawab yang tidak menyenangkan dan ungkin juga membuat hope menjadi suatu
harapan yang tidak realistis.
D. Intensive Grieving
Grief (kedukaan) merupakan reaksi emosi yang normal terhadap kehilangan yang berat, biasanya pada
orang-orang signifikan. Grief yang normal memiliki karakteristik (1) reaksi fisik (distress pada tubuh yang
berfluktuasi selama 20 menit hingga 1 jam, gangguan pencernaan, kekurangan nafsu makan, nafas pendek, dan lain
sebagainya), (2) perasaan hampa, tegang, lunglai, dan kehilangan kehangatan, (3) keterpakuan pada kejadian duka
tersebut, (4) terkadang muncul perasaan bersalah karena kegagalan dalam melakukan sesuatu atau secara
berlebihan menyalahkan diri karena kejadian-kejadian kecil, (5) dan mengalami perubahan dalam pola aktivitas,
kegelisahan, dan pencarian aktivitas, namun kehabisan energi dan motivasi untuk melakukannya.
Lindemann (1994) mendeskripsikan anticipatory grief reaction sebagai rasa duka yang telah diantisipasi,
misalnya ketika orang terdekat yang sakit parah atau terlibat dalam perang.Arah dari proses grief yang normal
terdiri dari (1) menerima proses grief, (2) mengekspresikan perasaan grief, (3) menerima kenangan-kenangan
bersama dengan orang yang telah pergi, (4) kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tanpa kehadiran
orang yang telah pergi tersebut, dan (5) membangun kembali hubungan.
14
d. Konselor bersedia mengambil resiko yang seperti apa. Mempertimbangkan kebijakan lembaga, kendala
hukum, etik professional, serta usia, jenis kelamin dan perilaku klien.
B. Reassuring Skills
Reassurance merupakan metode untuk memastikan mengenai konsekuensi dari perilaku atau perasaan klien
dengan cara verbal. Skill ini dapat menjadi reward karena dapat mengurangi reaksi stress dan meningkatkan
kepercayaan. Reassurance dapat menumbuhkan harapan reward dimasa depan. Contohnya yaitu “Anda merupakan
seseorang yang pintar,” “Anda pasti bisa melakukannya,” “Anda bisa bangkit dari masalah tersebut.” Tujuan
reassurance yaitu untuk meningkatkan kepercayaan klien, memobilisasi kekuatan klien, mengurangi kecemasan
atau memberikan reinforcement kepada perilaku yang diinginkan. Reassuing skills dapat digunakan untuk:
a. Mengekspresikan persetujuan dari ungkapan klien.
Proses dalam menyetuji dapat mereinforcement ekspresi klien. Secara paradoks, reassurance cenderung
memperbaiki ide yang telah dinyatakan, namun sebagai konsekuensinya, klien dapat mengubah ide atau
perilaku jika ternyata maladaptif. Contohnya:
Klien : “Saat ini, saya ingin memulai untuk membuka diri. Saya ingin berubah menjadi seseorang
yang lebih baik lagi. Mulai saat ini, saya akan mencoba sebaik mungkin untuk mulai membuka
diri kepada teman-teman saya.”
Konselor: “Saya setuju dengan apa yang anda ungkapkan. Hal tersebut merupakan hal yang sangat baik,
dimana anda mencoba untuk berubah menjadi seseorang yang lebih baik lagi.”
b. Memprediksi outcomes.
Contohnya konselor dapat mengatakan “Anda baru saja dipecat oleh bos anda. Saat ini anda masih sulit
untuk menerima kenyataan bahwa anda baru saja dipecat. Mungkin anda butuh beberapa waktu untuk
menerima kenyataan, namun nanti pasti anda bisa menerima kanyataannya”.
c. Jaminan fakta.
Konselor dapat mengatakan kepada klien bahwa adanya solusi-solusi terhadap masalah yang sedang
dihadapinya. Individu yang memiliki kesulitan dapat berhasil atau menghilangnya gejala yang mengganggu
pada waktu yang telah diprediksikan sehingga untuk sementara waktu dapat membuat individu tersebut
mentolelir distress.
Reassurance memiliki keterbatasan dan cautions, yaitu:
a. Mudah digunakan, sehingga adanya godaan untuk menggunakannya secara berlebihan
b. Dapat menyebabkan hostility pada diri klien. Klien dapat merasa konselor meremehkan keseriusan
perasaan klien dari komentar seperti “semuanya akan baik-baik saja,” “nanti juga masalah ini dapat
teratasi,” “sebenarnya masalah yang sedang anda hadapi tidak buruk seperti yang anda kira.”
c. Dapat dipandang sebagai simpati yang tidak tulus.
d. Bisa memunculkan ketergantungan, sehingga nantinya klien dapat menghindari perubahan perilaku.
e. Jika reassurance diinterpretasikan sebagai persetujuan, maka klien dapat merasa terperangkap dalam
tindakan dan pikirannya saat ini.
15
Langkah dalam memberikan reassurance yaitu:
a. Mengandalkan terutama pada kualitas positif dari hubungan untuk mendukung reassurance daripada
mengandalkan assurance dalam bentuk verbal.
b. Menggunakan verbal reassurance terutama untuk mengurangi distress melalui fakta dan prediksi.
c. Menggunakan reassurance dengan secukupnya sebagai alat yang memperkuat untuk mendorong perilaku
berkelanjutan.
C. Relaxing Skills
Reaksi stres biasanya menimbulkan ketegangan fisik, maka cara untuk melibatkan rasa nyaman dapat
dilakukan dengan meredakan tegangan otot. Jacobson (1938) mengembangkan bentuk relaksasi progressif. Konselor
secara sistematis melibatkan relaksasi pada otot dengan cara menggantikan otot yang tension menjadi lebih
releasing. Bagi klien yang hypersuggestible, maka dapat muncul pada keadaan hypnotic, sehingga dapar menjadi
masalah bagi konselor yang baru. Maka yang dapat dilakukan adalah konselor memberitahukan klien untuk
berhitung sampai lima dan mereka akan bangun. Cara lain untuk menimbulkan relaksasi yaitu fokus dengan
bernafas. Satu-satunya keterbatasan yang dapat dihadapi yaitu sebuah kondisi yang disebut “hyperventilation”
dimana individu dapat sementara merasa pusing atau pingsan setelah bernafas terlalu dalam.
Menggunakan skill relaxing dapat menjadi metode utama untuk membebaskan tegangan yang diendap
akibat kondisi stressful. Metode relaksasi dapat digunakan sebagai upaya untuk mengurangi tegangan fisik dan
kecemasan untuk pada batasan yang dapat ditolerasikan sehingga kemampuan verbal dapat dimanfaatkan untuk
understanding, confort atau action. Metode memijit juga dapat digunakan sebagai upaya meredakan ketegangan.
Langkah untuk melakukan relaxing skills yaitu:
a. Belajar secara verbal melakukan metode relaksasi yang nyaman bagi konselor.
b. Belajar mengenai pentingnya fokus pada bernafas sebagai metode relaksasi yang cepat.
c. Terbiasa dengan berbagai bentuk psikologis dari relaksasi dan meditasi seperti yang dilakukan oleh
Eastern mystics, sebagai metode relaksasi fisik tambahan.
16
meningkatkan prestasi dalam banyak usaha. Jika sulit dilakukan atau dijaga, maka dapat mencari lebih jauh kepada
sebab dari distraksi dan kurang fokus yang ditunjukan.
Kunci permasalahan dalam hidup yaitu menjaga keseimbangan yang efektif antara kebutuhan internal dan
eksternal. Strategi helping melibatkan menjalani melalui gaya hidup krisis yang dapat mengarahkan individu
melalui analisis nilai yang diasosiasikan dengan peripheral living dan membantu membantu mereka untuk
memusatkan keberadaan mereka.
Strength analysis merupakan metode centering, meskipun dapat digunakan lebih baik sebagai alat
deskriptif untuk membangun strength dan confidence, namun juga dapat dilakukan untuk situasi nonstress dan
untuk membangun building strength untuk memanfaatkan future crisis secara konstruktif. Reviewing growth
experiences merupakan metode bertanya kepada klien untuk fokus pada pengalaman yang nyaman maupun
sebaliknya, yang telah secara mendalam memiliki efek positif dalam pertumbuhan. Proses ini dapat menuntun pada
perasaan mengalami kembali perasaan yang sudah lama tidak disadari. Efeknya yaitu untuk mengurkan pandangan
klien mengenai dirinya sendirj sebagai orang yang mampu dan kuat dalam menghadapi stress dan krisis. Reviewing
peak experiences memiliki efek yang sama dengan analysis of growth experiences. Peak experiences yaitu ketika
seseorang sadar terhadap kenikmatan intens, kegembiraan, sukacita, dan fulfillment berdasarkan pengalaman
kehidupannya. Recalling dan fokus pada pengalaman-pengalam tersebut dapat bermandaat untuk rasa nyaman dan
kepuasan.
F. Referring Skills
17
Merupakan pendekatan yang dapat digunakan ketika konselor inin memiliki ‘fresh start’. Untuk konselor
baru, maka dapat menggunakan reffering skill untuk mengelola kondisi krisis klien. Berikut adalah langkahnya:
a. Mengetahui sumber komunitas agar dapat mengetahui perbedaan jenis dari layanan.
b. Mengeksplorasi kesiapan penyerahan klien.
c. Malukan observasi dengan langsung dan jujur mengenai perilaku mereka yang mengarah pada rujukan
yang disarankan.
d. Disarankan untuk mendiskusikan kemungkinanan referral dengan referral agency sebelum masalah dapat
menjadi darurat.
e. Menentukan orang seperti apa yang dapat memiliki kontak klien, dan jika mendapatkan persetujuan klien,
maka konselor dapat merundingkannya dengan klien sebelum melakukan referral.
f. Jika klien merupaka minor, makan konselor harus memberikan informasi kepada orangtua klien mengenai
rekomendasi dari konselor dan mendapatkan persetujuan dan kerjasama mereka.
g. Adil dalam menjelaskan pelayan kepada referral agency dengan cara mengutip kemungkinan dan
keterbatasan agency.
h. Konselor dapat membiarkan klien atau orangtua klien untuk membuat jadwal untuk pelayanan yang baru,
meskipun terkadang perlu untuk menyediakan transportasi.
i. Tidak boleh melepaskan informasi kepada sumber referral manapun tanpa izin klien atau orngtuanya
sebagai bentuk tanda pembebasan.
j. Jika memiliki primary helping relationship dengan klien, maka merupakan hal yang etis untuk mencoba
menjaga hubungan tersebut samoat selesai referral dan telah dimulai hubungan baru.
18
Terdapat langkah-langkah spesifik yang disarankan untuk memperbaharui atau membangun sistem
pendukung, yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi siapa saja orang-orang yang berada dalam network. Buatlah diagram, tempatkan nama-nama orang
yang berkaitan dengan helpee di dalam lingkaran dengan memberikan jarak yang berbeda-beda dari helpee. Hal
itu dilakukan untuk menunjukan jarak sosial atau emosional dan frekuensi kontak antara orang-orang tersebut
dengan klien.
2. Buatlah daftar mengenai hubungan yang mungkin terjadi antara helpee dengan orang lain. Dimulai dari
hubungan dasar, seseorang yang selalu ada saat helpee menghadapi krisis, orang-orang yang sering memberikan
feedback, hingga orang-orang yang sering berbagi sukacita dan humor.
3. Buatlah daftar nama anggota dari orang-orang yang berhubungan denan helpee (step 1) dan kaitkan dengan
fungsi yang mendukung (step 2).
4. Periksalah dukungan yang diberikan dari setiap orang tersebut dalam hal kontribusi terhadap helpee, sejauh
mana dukungan timbal balik, dan kesenjangan di dalam network (apakah ada orang lain yang memberikan
dukungan semacam itu atau tidak).
5. Tentukan pada bagian mana perubahan harus dilakukan untuk memperkuat hubungan, memperbaharui kontak
lama, menambahkan anggota baru dengan fungsi yang baru, atau menghapus anggota lama dari helpee’s
network.
Tentukan keterampilan yang dimiliki helpee yang mungkin dibutuhkan untuk melakukan langkah 4 dan 5,
seperti keterampilan asertif dan sosial.
H. Prevention
Terdapat hal yang perlu diketahui dalam mempelajari bab ini, yaitu sangat sulit untuk memprediksi kapan
krisis dapat terjadi. Misalnya, akhir-akhir ini seringkali terjadi kasus kekerasan di sekolah, dan hal tersebut tidaklah
terprediksi. Setelah ditelusuri, ternyata penyebabnya bukanlah masalah di sekolah, tetapi masalah di rumah atau
lingkungan. Memprediksi adalah hal yang sulit. Oleh karena itu, seluruh jenis helper harus mencoba untuk
membantu melakukan tindakan pencegahan, seperti mendirikan sekolah yang positif dan mendukung, ataupun
lingkungan kelembagaan yang baik (Mulvey & Cauffman, 2001). Orang perlu bekerja dan hidup dalam kondisi
penuh rasa percaya dan bebas dalam mendiskusikan masalah yang mereka hadapi sebelum mereka menghadapi
krisis. Helper juga dapat membangun diri sebagai orang yang dapat dipercaya dan menyediakan rasa aman dalam
membantu mencegah terjadinya krisis.
19
modifikasi perilaku. Proses ini tidak hanya mengubah perilaku yang tampak dan diamati, tetapi juga perilaku
internal, seperti bagaimana orang tersebut berfikir akan diri mereka sendiri, bagaimana perasaan mereka tentang
orang lain, atau bagaimana mereka melihat dunia mereka sendiri. Perilaku internal ini ditentukan oleh verbal self-
report dari helpee itu sendiri, tetapi helper harus melihat tindakan yang spesifik untuk memastikan perilaku tersebut.
Misalnya, kita mencari positive self-descriptions jika helpee merasa nyaman dengan diri mereka. Dengan mengamati
tindakan helpee, seperti perilaku asertif yang mungkin ditunjukkan seseorang, kita dapat menyimpulkan seberapa
yakin mereka memiliki kepercayaan diri ketika mereka berada di sekitar orang lain.
Pendekatan tindakan positif memberikan helper bukti spesifik bahwa mereka telah membantu sejauh
harapan helpee dalam mencapai tujuannya. Ada banyak pertanggungjawaban yang harus dipenuhi oleh helper
terhadap helpee. Pertanggungjawaban yang harus diberikan helper adalah bahwa helper menganggap bahwa ia
memiliki tanggung jawab untuk merubah perilaku helpee di dalam proses helping. Tujuan helpee dapat tercapai atau
tidak, ditentukan pada tahap awal dari proses helping.
Tindakan positif mengacu pada dua jenis proses, yaitu pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Selain itu, diharapkan helpee dapat mengubah jenis perilaku tertentu, biasanya lebih dengan menambah
keterampilan, bukan menghapus kekurangan. Masalah-masalah yang biasanya dihadapi oleh helpee adalah masalah
kemampuan belajar, keterampilan sosial, mengembangkan perilaku yang lebih tegas, dan mengurangi ketakutan
yang tidak perlu. Intinya, helper bertugas helpee untuk memecahkan masalah, mengubah perilaku, dan mencapai
tingkat yang lebih tinggi.
Terdapat kemungkinan untuk meningkatkan kapasitas manusia. Metode yang dapat digunakan adalah
dengan memantau perilaku kita sendiri, mengendalikan pikiran negatif, meningkatkan citra diri, dan mengubah
kesadaran. Helper harus dapat mengajarkan orang lain bagaimana mengelola perilaku melalui pengetahuan tentang
perubahan perilaku dan keterampilan dalam pemecahan masalah. Pastikan helpee memahami apa yang anda ajarkan.
Amati dan evaluasi apa yang dilakukan oleh helpee.
20
yang terjadi sepanjang waktu untuk melihat apakah ada kemajuan atau tidak. Jika ada, anda dan helpee membuat
arah dari tujuan yang ingin dicapai. Meskipun anda mempercayai penilaian dan perasaan anda mengenai apa yang
sedang terjadi, anda akan tetap mencari hasil yang spesifik untuk memastikan hal yang terjadi di lapangan. Dengan
menjadi sangat spesifik mengenai apa yang terjadi pada helpee, anda tetap berada pada ketidakjelasan, sehingga
mengatakan, misalnya, “Saya setuju untuk bekerja dengan anda, tetapi anda harus melakukan beberapa hal di luat
sesi pembicaraa kita karena apa yang anda lakukan di luar sana adalah hasil yang penting dari apa yang kita
bicarakan disini. Kami akan menjelaskan hal-hal konkret untuk membantu anda dalam situasi di luar. Kami ingin
melihat kemajuan yang terjadi pada anda”.
Action approach seperti ini sebenarnya bukanlah yang ideal. Metode tindakan yang lebih efektif biasanya
ditandai dengan kondisi fasilitatid, eperti kegangatan, empati, dan ketulusan.
21
1. Sulit untuk menentukan mengenai siapa orang yang menjadi helpee.
2. Helpee mengekpresikan permasalahan mereka sebagai perasaan, seperti “Aku merasa sedih”, “Aku merasa
kesepian”, atau “Aku frustrasi”.
3. Kurangnya tujuan yang dimiliki dan tidak mengetahui keinginan mereka sendiri.
4. Memiliki terlalu banyak tujuan dalam satu waktu dapat menyebabkan mental gridlock dan kecemasan.
5. Tujuan yang diinginkan mungkin tidak sesuai atau tidak jelas.
6. Konflik pilihan membuat sulitnya menetapkan behavioral goals.
7. Terkadang helpee tidak benar-benar memiliki masalah tetapi hanya ingin berbicara saja.
22
1. Membangun hubungan dan mendapatkan keterlibatan dari helpee. Helpee harus tertarik dalam proses ini dan
percaya bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengambil keputusan yang dapat mempengaruhi hidup
mereka. Helpee juga harus memiliki mental set bahwa masalah juga tidak bertindak secara impulsif tetapi
berjalan dengan sistematis. Pemecah masalah yang baik, bagaimanapun, tidak akan menghindar dari masalah
dan menunda-nunda penyelesaiannya.
2. Menyatakan dan mengklarifikasi masalah dan kemudian menerjemahkan masalah menjadi sebuah tujuan.
Misalnya, kesepian adalah hal yang menyakitkan. Masalah tersebut diubah menjadi sebuah tujuan yaitu bahwa
saya akan mencari dua orang teman minggu ini.
3. Menentukan dan mengeksplorasi alternatif penyelesaian masalah yang lebih jelas. Misalnya, untuk mencari
teman baru dibutuhkan minat dan social skills.
4. Mengumpulkan informasi yang relevan. Tahap ini mungkin mengambil bentuk pencarian aktif dan dibaca oleh
helpee, sumber daya yang dikumpulkan oleh helper, simulasi games, films, atau tes. Helpee, misalnya didorong
untuk menemukan teman-teman baru.
5. Jelajahi implikasi dari informasi dan konsekuensi dari alternatif. Misanya, konssekuensi dari memutuskan untuk
mencari teman baru mungkin dengan mempelari new social skilss atau mempertaruhkan adanya penolakan.
6. Tentukan nilai-nilai yang mendasari pilihan pribadi. Helpee harus tau apa yang mereka butuhkan dan keinginan
untuk memenuhi urutan prioritas mereka.
7. Periksa kembali tujuan yang telah ditetapkan, alternatif pilihan, risiko, dan konsekuensi. Final check yang
dilakuka untuk memahami informasi dan implikasi dibuat sebelum final decision.
8. Putuskan untuk memilih salah satu alternatif dan jalankan rencana untuk melakukan pengambilan keputusan.
9. Lakukan try out untuk rencana pengambilan keputusan dengan evaluasi berkala dengan mengingat informasi
baru.
10. Generalisasikan proses tersebut dalam kehidupan.
Helpee harus diajarkan mengenai adanya problem-solving iterviews, pengalaman trial and error, dan simulasi.
Menurut penelitian, anak-anak usia sekolah membuat keputusan yang kurang baik dalam setiap bidang kehidupan
mereka. Gelatt dan Brew (1980) membangun sebuah program untuk membantu para siswa dalam:
1. Mengidentifikasi keputusan yang kritis.
2. Mengenali dan mengklarifikasi nilai personal.
3. Mengidentifikasi alternatif dan membuat yang baru.
4. Melihat, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi.
5. Mengambil risiko.
6. Mengembangkan strategi untuk pengambilan keputusan.
23
Tahap 2 menampilkan adalnya proses sederhana untuk menghasilkan dan meilai pro dan kontra untuk mencapai
tujuan. Tahap ke 3 hingga 6 terjadi secara bertahap.
Tahapan dalam rational problem-solving adalah:
1. Nyatakan masalah, nilai setting, dan tentukan tujuan.
2. Analisis pro ddan kontra dalam mencapai tujuan.
3. Kumpulkan informasi yang berkaitan dengan tujuan.
4. Periksa kembali tujuan, pilihan alternative, tujuan, dan konsekuensi.
5. Putuskan alternatif dan rencanakan implementasi.
6. Evaluasi proses dan hasil.
24
intuitive problem solving. Disini, seseorang memiliki potensi solusi untuk menyelesaikan masalah dalam diri
mereka.
Tahap terakhir yang harus dilakukan adalah adanya action. Awareness harus beralih menjadi intention dan
act, Diharapkan, helpee dapat mengkombinasikan antara logical problem solving dengan intuitive methods.
Tahapan dalam melakukan intuitive problem solving adalah sebagai berikut:
1. Peroleh terlebih dahulu effective problem set – kesiapan, kepercayaan, keyakinan diri, tantangan dan
keterbukaan.
2. Penuhi diri dalam semua aspek dari masalah.
3. Relax pada untuk memnfasilitasi penerimaan pada ide-ide baru
4. Rencanakan incubation time untuk membuat ide baru, pendefinisian ulang masalah, dan menyakan
pertanyaan yang benar.
5. Fokus pada body experiences – sensasi, perasaan – untuk emergent wisdom.
6. Memanfaatkan imagery untuk menfasilitasi solusi yang mungkin digunakan.
7. Memindahkan kesadaran mulai dari niat, ke komitmen, kemudian berakhir pada action.
Bahavior Changing
A. Assumptions of Behavior-Changing Methods
Perilaku adalah hasil dari interaksi lingkungan sebagai faktor eksternal dengan bawaan sebagaifaktor
internal.Respon selanjutnya adalah bahwa hasil dari belajar dengan mengimitasi lingkungan dan mendapatkan
reward. Perilaku dimediasi dengan proses berpikir dan tidak secara otomatis berespon karena lingkungan
memberikan reward. Social learning adalah fungsi dari interaksi antara pola perilaku awal seseorang dengan kontrol
di lingkungan sosial.Basic framework yaitu action– helping metodedidalam pendekatana social learning, hal ini
dikemukakan oleh Bandura. Meskipun lingkungan memberikan dampakyang besar terhadap perilaku individu,
terkadang individu juga memberikan dampak yangbesar terhadap lingkungannya. Asumsi dasarnya, akan tetapi,
kondisi lingkungan membentuk perilaku kita.
Penggunaan metode perubahan perilaku mengasumsikan bahwa helpees datang sebagai bantuan ahli dalam
mengubah perilaku tertentu dan tidak mencari hubungan yang ramah atau pemerikasaan dari nilai komitmen mereka.
Bantuan tersebut, dibahas dalambab sebelumnya, tidak cocok dengan teknologi perilaku yang dijelaskan di bawah.
Diasumsikan helpers akan menggunakan metode behavior changing hanya untuk keuntungan helpee. Ini adalah
bijaksana dan etis juga menjelaskan helpee mengapa menggunakanmetode tertentu, seperti mengontrol reward,
untuk dimanfaatkan oleh helper.Ini penting untuk mempertahankan kepercayaanhelpee dan tidak merasa dibohongin
atau dikontrol.
25
telah dijanjikan untuk merubah perilaku; (4) melakukan evaluasi terhadap hasil dalam kaitannya dengan tujuan; dan
(5) memberikan feedback untuk meningkatkan proses dan untuk mencegah kembali timbul perilaku tersebut.
Langkah-langkah diatas dapat dilakukan agar menghilangkan perilaku yang tidak baik, berikut akan
dijelaskan bagaimana langkah-langkah tersebut dapat merubah atau mnyelesaikan masalah perilaku. Pada contoh
berikut akan dijelaskan, tugas pertama dalah membuat pernyataan yang jelas mengenai masalah yang dialami.
Misalnya, klien mengatakan bahwa masalahnya adalah suaminya seorang peminum minuman keras dan dia menjadi
sangat tertekan karena hal tersebut. Langkah kedua adalah memberitahu kepada klien bahwa sementara waktu
mungkin akan sulit mengubah perilaku suaminya, terutama reaksi stress yang dialaminya karena perilaku minum
suaminya. Pada tahap awal ini adalah membantu klien untuk menyadari masalahnya terlebih dahulu dan memecah
masalah menjadi potongan-potongan yang kecil.Klien belajar untuk mengelola perasaan depresinya terlebih
dahulu.Klien mengatur waktu tidur siang dan bangun pagi, juga mengurangi cemilan siang harinya hinga 50%.Hal
ini dilakukanuntuk mencapai tujuan pada waktu tertentu, seperti mengurangi cemilan diminggu pertama.Konselor
harus memerhatikan tujuan yang paling ingin dicapai dan mengalami kemajuan.Klien diharapkan untuk
mewujudkan tujuannya berdasarkan karena inisiatif mereka sendiri.Konseleor hanya sebagai konsultan dan
membantu untuk menyediakan sarana dan hubungan yang sementara.
Konselor memperkirakan perubahan perilaku berdasarkan persetujuan dari klien. Dengan adanya
pencatatan, akan membantu klien melakukan perubahan dalam dirinya. Catatan yang berisi hal-hal yang akan
dilakukan untuk mencapai targetnya, kemudian apa saja yang dilakukannya sehari-hari, klien akan melihat hal-hal
apa saja yang sudah dilakukannya pada masa percobaan pertama. Biasanya adjustments perlu dibuat aktivitas, target,
atau ketekunan.Perubahan perilaku terjadi secara perlahan-lahan, dan kadang-kadang menyakitkan, sehingga klien
memerlukan banyak dukungan dan penguatan dari hasil-hasil kemajuan yang dialaminya.Target harus sesuai dan
dapat dicapai, serta waktu yang dibatasi.Perlu membuat goals yang baru dan lebihtinggi agar semakin mencapai
tujuan akhir.
Ini merupakan salah satu contoh kasus mengatasi depresi dengan upaya merubah perilaku yang mungkin
mengarahkan ke gejala stress.Klien menyadari bahwa ia bisa mengendalikan perilakunya sendiri barulah mencari
solusi atau strategi lain untuk mengubah perilaku minum suaminya. Cara ini adalah rencana yang baik dimana klien
dan konselor berkerjasama dengan memberi tanggungjawab utama kepada klien. Rencana ini melihat komitmen
klien sejauh mana ia mengalami perubahan. Akhirnya, langkah evaluasi adalah melihat sejauh mana tujuan yang
telah dibuat dapat tercapai.
Akan jadi masalah bila kebiasaan lama dalam berpikir dan bertindak kembali ditampilkan. Pencegahan
yang dapat dilakukan ketika helping process berakhir adalah dengan mengajarkan sel-management dan lingkungan
memberikan dukungan.
26
Mengenali lingkungan, dengan begitu klien dapat memprediksi tempat dan orang-orang yang mungkin
mengancam. Klien harus sadar dengan sinyal-sinyal perilaku orang lain yang mungkin tidak kooperatif terhadap
perubahan perilaku yang telah dilakukan olehnya.
Klien harus mengamatidan mengendalikan emosi yang cenderung sulit untuk dikontrol oleh dirinya. Klien harus
berusaha mengendalikan reaksinya terhadap suatu situasi dengan rasional.klien harus dapat menunjukkan
bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengontrol nafsu, perasaan, dan perilaku, dan bahwa mereka dapat
belajar dari kesalahan.
Bentuk dukungan untuk klien adalah perhatian. Klien harus bergaul dengan orang-orang yang tidak
membawanya kembali kepada perilaku lamanya yang buruk.
Membantu klien menciptakan self-management sistem dengan internal reward. Jadi, ketika klien menerima
kritik dari orang lain bahwa “dia tidak mengalami perubahan” klien tidak menghiraukan impuls tersebut. Klien
perlu mencatat atau membuat dokumentasi bahwa sistem mabajemen dirinya berhasil atau tidak, gunanya
adalah untuk menilai kembali strategi dan sistem reward.
C. Modeling
Modeling adalah metode belajar berdasarkan vicarious experience atau imitasi, melihat perilaku orang lain.
Akumulasi bukti penelitian (Bandura, 1969, 1986; Meichenbaum, 1985) menyarankan keberagaman perilaku dapat
diubah melalui modeling, dan commonsense experience juga membuktikan kekuatan dari examples. Klien cenderung
melakukan apa yang konselor lakukan. Salah satu masalah dalam helping interviews adalah klien tidak tahu apa
yang dilakukan, dan verbal explanations sering kali tidak membantu. Konselor yang menjadi model pengekspresian
perasaan memberikan klien gambaran yang jelas perilaku apa yang diharapkan. Tuntutan lainnya adalah perilaku
konselor berada pada tingkat yang lebih tinggi dari pada performance klien sehingga menjadi standar perilaku klien
untuk berusaha keras.
Role playing adalah contoh lain dari perilaku vicarious dimana klien dapat melihat, melalui penampilan
peran dari orang lain, apa yang diharapkan. Jika klien merasa takut dalam mendekati atasan tentang suatu pekerjaan,
sebagai contoh, konselor dapat menampilkan peran sebagai pemohon (klien), klien memerankan sebagai atasan.
Kedua hal ini terus berlanjut sampai klien melihat cara acting dalam sebuah wawancara kerja. Kemudian klien
mencoba perilaku baru mereka melalui pertukaran peran dan mereka mengalami dikritik berulangkali sampai
mereka belajar perilaku baru untuk kepuasan mereka.
Contoh ketiga dari efektivitas modeling adalah menghilangkan rasa takut berdasarkan observasi fearless
behavior pada model, mendapatkan informasi tentang objek yang ditakuti, dan akhirnya memiliki pengalaman
langsung dengan objek yang mengancam tanpa rasa sakit. Pendekatan ini dapat menjadi efektif dengan rasa takut
terhadap ular atau takut berpidato.
Modeling tampak lebih efektif ketika model memiliki karakteristik status, kemampuan, pengetahuan, dan
kekuatan.Jika model memiliki kualitassama dengan konselor, maka mereka efektif.Advertising methods mengambil
keuntungan dari ini.Maka konselor perlu menemukan kualitas yang lebih menarik untuk klien dan kemudian
menggunakannya sebagai guidelines untuk menyeleksi model.
27
Modeling dapat dilakukan dengan metode kehidupan, difilmkan, atau direkam.Meskipun metode kehidupan
memiliki beberapa keuntungan, seperti memelihara minat, versi difilmkan memungkinkan untuk lebih menekankan
kehati-hatian dalam tingkah laku yang diinginkan untukdijadikan model.Salah satu studi nasional menunjukan
bagaimana saat siswa SMA memodelkan motivasi positif untuk mendonorkan darah, jumlah pendonor SMA
meningkat secara signifikan.Menggunakan model rekaman video menolong ibu hamil berhenti merokok.Modeling
rekaman video juga berguna dalam membantu orang tua dan guru meningkatkan kemampuan pencegahan pelecehan
anak.
Prinsip umum dalam menggunakan modeling adalah sebagai berikut:
1. Menentukan fitur model yang lebih atraktif untuk klien.
2. Memutuskan objektif dalam modeling.
3. Memilih model yang mungkin sama dengan usia, jenis kelamin, dan ras klien.
4. Memutuskan jika kehidupan atau simulated modeling dapat menjadi lebih tepat dan praktis.
5. Mendisain format modeling, naskah, atau urutan role-playing.
6. Mengadakan latihan modeling.
7. Mendiskusikan reaksi klien dalam terms perasaan, belajar, dan saran.
8. Mengenali secara informal kita berperilaku modeling secara constant pada klien.
D. Rewarding Skills
Pada beberapa poin dalam buku ini kita dapat menggambarkan tentang reinforcing, atau rewarding, efek
dari berbagai prosedur menolong. Bagian ini akan membangun ide ini sebagai consciously applied skill. Ide dasar
dari perilaku menghargai cenderung dilakukan agar adanya pengulangan dan berbagai peristiwa dapat memiliki
fungsi untuk reinforcing. Kita dapat menggunakan reinforcement untuk:
1. Mengatasi kekurangan berperilaku (seperti mendorong klien untuk merencanakan kedepannya)
2. Mengubah perilaku yang tidak diinginkan (seperti mengeliminasi mencuri yang kronis)
3. Menjaga tanggapan yang diberikan (seperti mendorong pernyataan tentang feeling)
Meskipun ide dalam menggunakan reward untuk membentuk perilaku adalah hal yang sederhana, terdapat
beberapa kesulitan. Kebanyakan prinsip reinforcement datang dari studi pembelajaran dimana hewan tidak diberikan
makanan dan air, yang kemudian menjadi reinforcers.Sejak respon manusia sangat complex, reward memiliki arti
yang beragam.Dalam situasi helping kita bergantung pada kata-kata, kemudian terdapat perbedaan efek
ketergantungan dalam latar belakang budaya klien. Kata-kata pujian, seperti “kerja yang bagus”, seperti biasa
berguna, namun efek tersebut akan menghilang karena digunakan secara berlebihan dank arena mereka memiliki
perbedaan tingkat kemampuan pada individu yang berbeda. Verbal rewards lebih efektif ketika konselor dan klien
bekerja menuju tujuan bersama. Ini disajikan sebagai manipulasi terang-terangan ketika digunakan untuk
mempengaruhi klien dengan cara yang tidak termasuk dalam kepentingan terbaik mereka.
Beberapa prinsip umum dalam penggunaan reinforcement sebagai skill ialah reward atau incentive system
harus mampu mempertahankan tingkat tinggi dalam tindakan jangka panjang. Dengan kata lain, Belajar (learning)
harus bertahan. Kedua, reward harus tergantung pada kehadiran perilaku yang kita inginkan.Namun tidak sulit untuk
28
mendapatkan perilaku yang diinginkan dihargai secara konsisten, karena dalam kehidupan biasa reward adalah
waktu yang buruk atau diberikan keenaknya.Hasilnya, kadang-kadang perilaku yang tidak diinginkan adalah
reward.Akhirnya, reward harus cukup kuat lagi dan diberikan dengan cukup sering diberikan pada perilaku yang
diinginkan agar diulangi. Kita juga ingin perilaku tersebut hadir secara umum untuk situasi yang serupa ketika
reward tidak ada, contohnya klien harus bisa melakukan problem solving dalam konteks lain. Proses reinforcement
ini adalah dibantu dengan setting alami, variasi reward, dan kondisi tertentu yang menguntungkan secara sistematis.
Secara umum strategi untuk menggunakan reward adalah untuk merencanakan mereka untuk selektif
dalam pola sehingga perilaku yang tidak diinginkan dikeluarkan dalam bentuk dan urutan yang diinginkan. Ini
adalah reinforcement schedule atau continguency.Kita menerapkan rangsang ini (sebagai memuji) dalam kekuatan
dan frekuensi yang sesuai sampai penampilan dari perilaku yang diinginkan kuat dan frekuensinya seperti yang
diharapkan. Dengan anak-anak, digunakan reinforce nyata seperti mainan dan permen. Dewasa biasanya berespon
pada pujian dan uang.Strategi dimulai dengan mencari tipe yang sesuai dan kekuatan reinforcing agent.Contoh ini
diberikan sebelumnya dari orang yang kesepian, jadwal reinforcement berdasarkan kepuasan dari hubungan yang
dekat harus dibentuk.Anticipatedreward untuk membuat teman mengatasi kekhawatiran awal yang membuat kita
menghindari orang-orang.
Menggunakan reinforce yang nyata sangat controversial sejak beberapa claim menjadi serupa untuk
menyuap. Menyuap adalah “membayar” sebelum tindakan sedangakn reinforce diberikan setelah tindakan tersebut
dilakukan. Namun, secara umum memberikan social reinforce seperti pujian, lebih diinginkan. Reinforcer nyata
memiliki kedudukan jika mereka tidak digunakan untuk mengontrol orang lain, memberikan reward pada tindakan
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, menghentikan perilaku yang tidak diinginkan (seperti memberi ice
cream untuk berhenti menangis), menggantikan intrinsic reward (seperti self-satisfaction), atau untuk
mempengaruhi orang lain yang berdampak negative. Reinforcer yang nyata mungkin digunakan untuk membentuk
perilaku yang diinginkan, tapi mereka harus mengurangi sesegera mungkin. Diharapkan bahwa intrinsic personal
reward lebih mengambil tempat mereka dan orang dari berbagai usia dapat mengatasi ketergantungan pada “gold
stars”. Kita harus menjaga orang yang tampak mengatasi kebutuhan mereka untuk pujian dan afeksi, yang biasanya
tetap menjalani kehidupan sebagai powerful reinforce dalam proses menolong.
Pada umumnya, ini tidak diinginkan untuk tidak digunakan pernyataan “it-then”, karena mereka ragu
mengartikan tentang orang-orang yang bersedia atau memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Sementara
mengatakan, “jika kamu belajar daftar kosa kata ini, maka kamu akan makan siang”, gunakan pernyataan ”when-
then”, “saat kamu dapat mempelajari daftar ini, lalu kamu boleh makan siang”.
Yang terakhir dari strategi reward adalah untuk “puji perilakunya, bukan individunya”. Sebagai contoh,
“saya suka cara kamu menolong Bob pagi ini, Jim,” daripada “kamu anak yang baik, Jim, karena caramu menolong
orang lain”. Untuk mendapatkan penghayatan dari influentian skill, pikirkan tentang orang yang kamu kenal rupanya
tidak menyadari strengths mereka.Ketika kamu melihat orang menarik seperti itu dalam perilaku yang kuat, beri
reinforcement yang tepat, seperti senyuman, anggukan, komentar, atau sentuhan. Kemudian catat respon dan lemah
atau kuatnya perilaku yang kamu inginkan untuk menambah frekuensi reinforce.
29
Proses mungkin terdengar sangat mekanis dan manipulatif, tapi ingat bahwa kita menjelaskan teknik
perubahan perilaku menggunakan konteks etika dimana metode ini digunakan dengan pengetahuan dan persetujuan
klien. Jika kita tertarik dalam efek dari metode on the group, kita dapat menggunakan prinsip yang sama ini pada
social system level. Performa individual dapat membuat kesatuan dalam group performance dan sebaliknya.Kita
dapat merancang dua gabungan reinforcement contingencies untuk perorangan dan kelompok.Sebagai contoh, kita
dapat mempengaruhi tingkat dukungan, kohesivitas, produktivitas, dan tingkatan dari perilaku bertanggung jawab
pada individu dan kelompok dari rencana sistem reward yang cocok.
Membantu wawancara atau kelompok menawarkan banyak kesempatan untuk menggunakan rewards.
Misalnya jika kita ingin klien untuk fokus pada ekspresi perasaan, perhatian kita pada ekspresi ini, serta pujian
secara terbuka, cenderung dapat meningkatkan perilaku. Jika inisiatif dalam pencarian informasi untuk
memyelesaikan masalah adalah penting, banyak cara untuk menampilkan persetujuan dalam cara menguatkan.
Diskusi reward ini harus membuat lebih sadar dengan seluruh aspek dari perilaku konselor yang memiliki efek
memperkuat perilaku klien.
Ketika klien berperan dengan cara yang selaras dengan goals atau hubungan mereka dengan konselor,
kemudian konselor menghargai perilaku dengan senyuman, komentar "good", atau tepuk tangan. Terkadang
jangkauan dan ringan dan diam-diam menyentuh bahu klien sebagai reinforcing effect. Sebagai contoh, berkaitan
dengan cerita klien tentang bagaimana ia bertindak percaya diri, menekankan aturan. Konselor bergerak, mencapai
dan memberikan sentuhan ringan, dan berkata "bagus", pada setiap kesempatan yang sama. Reinforcement
mengambil secara visual, aura, dan perabaan.
Ringkasan dari prinsip reward dalam proses menolong antara lain:
1. Beri penghargaan pada perilaku, bukan individunya
2. Tuntukan penghargaan yang cocok untuk klien, dengan mempertimbangkan ketertarikan, usia, setting
3. Menggunakan reinforcement social daripada reinforcemen yang nyata (benda)
4. Gunakan metode reonforcement pada perilaku yang diharapkan dalam helping interview
5. Memberikan reinforcement setelah perilaku yang diharapkan muncul
6. Sebagai masalah etis, yang mengandung pengertian dan perijinan dari klien ketika menggunakan metode
reward
E. Extinguishing skill
Untuk extinguishing (memberhentikan) perilaku berarti harus berhenti melakukannya. Extinguishing skill
terkait erat dengan metode reinforcement, karena perilaku secara bertahap akan mereda dan akhirnya menghilang
ketika hadiah diberhentikan. Dengan demikian, skill ini untuk konselor dapat diterapkan extinction dengan cara yang
sistematik (berurutan). Konselor ingin mengubah perilaku yang tidak diinginkan, misalnya konselor membantu klien
dalam mengindentifikasi kondisi yang memperkuat dan kemudian menghilangkan atau melemahkan perilaku
tersebut.
Karakteristik extinction :
30
1. Tingkat extinction tergantung pada variabel dan keteraturan memberikan reinforcement, upaya yang diperlukan
untuk melakukan perubahan yang dirasakan dalam keinginan untuk dibantu dan ketersediaan respon lainnya.
2. Perilaku menghindar dapat dihilangkan dengan memberikan punishing consequences
3. Perilaku yang dipindahkan (displaced) agak sedikit hilang, dapat dipulihkan dengan cepat dengan membuat
kembali jadwal pemberian reward.
4. Menggunakan extinction tidak menjamin bahwa pola perilaku yang diinginkan akan muncul
5. Strategi Extinction lebih lambat dibandingkan dengan strategi reinforcement dalam memperlihatkan hasil
perubahan perilaku.
Biasanya, setelah extinction perilaku yang tidak diinginkan, usaha untuk memperoleh dan memberikan
reward pada perilaku yang diinginkan perlu dilakukan oleh konselor. Perubahan perilaku ini akan lebih efektif jika
dikombinasikan dengan strategi Extinguishing perilaku yang tidak diinginkan. Hal ini sangat penting karena jika
klien menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dan membuat perilaku yang lebih adaptif. Ada yang dinamakan
hasil vakum, untuk mengisi vakum ini tujuan utamannya adalah perilaku yang diinginkan, menghilangkan perilaku
yang mengganggu dalam kehidupan seseorang (bahkan jika berbahaya) tanpa memberikan jalan lainnya yang positif
akan mengembalikan perilaku yang negative. Contohnya konselor kedatangan klien remaja yang geng “wanabe”.
Dalam hal ini tidak akan cukup hanya dengan memberikan pendidikan dan menunjukan role model yang positif.
Metode extinction meliputi :
1. Penghapusan dari kondisi reinforce (tidak membiarkan klien terlalu banyak bicara)
2. Secara bertahap mengubah stimulus eksternal untuk perilaku yang diinginkan, misalnya dengan menceritakan
orang yang mengalami ketakutan sedikit demi sedikit menghilangkan rasa ketakutannya tersebut dan berhasil
memblokir rasa takutnya tersebut, secara bertahap rasa takut tersebut akan dinetlaisir, salah satu metode untuk
melakukan hal ini adalah melalui “behavior reharesal” dimana semacam permainan peran. (Laron, 1990;
Lazarus 1966, 1976; Longabaugh & Morgenstern, 1999). Dimana konselor dan klien melakukan adegan
roleplay dari situasi ketakutan yang menjadi masalah untuk klien. Metode ini bekerja dengan baik pada klien
yang ingin menjadi lebih berani. Dalam hal ini konselor membuat gerakan dimana ia membutuhkan pertolongan
klien, membuat pengaduan, atau menolak permintaan, secara bertahap sampai situasi yang paling sulit ditemui.
Terkadang klien mendesak untuk mencoba teknik-teknik baru dalam mengatasi situasinya tersebut. Kelebihan
dari metode ini adalah klien yang aktif dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-harinya dan kemudian
mampu menerapkannya kedalam kehidupan sehari-hari.
Implikasi utama dalam extinction ini konselor mengetahui bagaimana mengubah perilaku klien yang tidak
diinginkan dengan menghapus kondisi yang tidak menguntungkan. Misalnya selalu menghargai perilaku klien yang
diinginkan? Terkadang ada beberapa perilaku yang seperti kecenderungan untuk overinternalisasi, konselor dapat
menggunakan extinction dengan menunjukan klien bagaimana mereka dapat menghapus kondisi yang bermanfaat
bagi perilaku yang tidak diinginkan, dapat juga membatu menetralisir perilaku emosional yang tidak diinginkan,
seperti takut pada orang banyak. Langkah-langkah :
31
1. Periksa situasi untuk menentukan apa yang memperkuat perilaku yang tidak diinginkan dan terutama mencatat
peristiwa sebelum dan sesudah memberikan reinforce
2. Janganlah menahan memberikan reinforce
3. Memperkuat sebaliknya, atau berkompetisi, perilau ketika mereka berlangsung.
F. Contracting skill
Contracting adalah suatu metode yang secara teratur mengatur imbalan/hadiah yang diharapkan setiap
respon yang diinginkan dapat meningkat. Dalam Contracting ini diberikan sebuah kontrak yang berisikan perjanjian
antara konselor dan klien mengenai apa yang akan dilakukan nanti antara konselor dan juga klien, apa yang
dilakukan klien maka klien akan mendapatkan sesuatu dari konselor, dan apa yang dilakukan konselor harus juga
mendapatkan sesuatu dari klien sehingga adanya hubungan yang timbal balik diantara keduannya, hadiah/imbalan
yang dimaksudkan disini adalah “ dapat berbicara/konsultasi dengan konselornya” setelah klien melakukan sesuatu
yang menunjukan perubahan. Contohnya dengan klien yang masih anak-anak dalam perjanjiannya harus
mengerjakan pekerjaan rumah yang baik pada satu minggu ini dan dia akan mendapatkan hadiah yang special, dan
pada kontrak dengan orang dewasa mereka juga harus mengerjakan “tugas rumah” mengenai masalah mereka untuk
kembali dapat berbicara dengan konselornya lagi. Helping relationship dengan orang dewasa menggunakan kontrak
yang informal untuk mereka misalnya untuk melakukan sesuatu dan klien mengatakan “aku sudah melakukan
sesuatu untuk kamu (spesifik) hasilnya itu adalah (spesifik) untuk saya sehingga sehingga kita akan mencapai tujuan
yang saling menguntungkan satu sama lain”. formal helping relationship ini merupakan suatu konseling dan
psikoterapi, pada umumnya mengatakan bahwa metode konseling yang seperti ini sangat sukses untuk saling
membantu antara konselor dan klien dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Karakteristik dari kontrak adalah :
1. Spesifik, klien mengetahui apa yang konselor harapkan dari diri mereka dan konsekuensi jika melakukan atau
tidak melakukan perjanjian yang sudah dibuat sebelumnya, mereka harus membuat pilihan, sehingga mereka
dapat mengambil keputusan dan mengambil tanggung jawab dari perilaku mereka.
2. Impersonality, konselor tidak boleh melibatkan emosi ketika mereka memberikan tugas dan klien juga boleh
untuk tidak setuju dengan tugas yang diberikan. Sehingga keduanya pihak tersebut dapat mengerti mengenai
konsekuensi dan kewajiban apa yang harus dipenuhi di dalam kontrak
3. Feasibility, tugas harus secara spesifik yang benar-benar perilakunya dapat diterapkan di dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Jika konselor mengharapkan klien untuk mendengarkan dengan baik, klien harus
menyiapkan waktu yang cukup.
Meskipun di dalam helping relationship ini di dalam mungkin saja di dalam kontaraknya tidak tersirat
semuanya, keduanya harus memiliki pemahaman mengenai tanggung jawab untuk saling membantu satu sama lain
—biasanya secara tidak formal biasanya mereka hanya menuliskan kondisinya saja. Penulisan kontrak ini
diperlukan ketika adanya keraguan diantara keduanya, biasanya dalam kasus anak-anak mereka akan mengerti
kontak yang “dibicarakan secara langsung” atau mereka akan berespon dengan apa yang perilaku tanggung jawab
yang diharapkan.
32
Dalam kontak biasanya harus ada kata-kata :
1. Memperluas hak-haknya
2. Tanggung jawab yang harus dijalankan
3. Bonus dan sanksi ketika menyelesaikan atau tidak menyelesaikan tanggung jawab yang sudah dijanjikan
4. Bagaimana dan oleh siapa kontrak di monitor
Kontrak bisanya dibuat antara orang tua, guru, dan anak yang perilakunya menunjukan gangguan
komunikasi atau keyakinan diri. Karena kontrak ini sering di negosiasikan dengan pihak luar, konselor harus
mengerti prinsip dan keterampilan dalam merubah perilaku di dalam kontrak.
Ada beberapa kondiri yang harus ditentukan sebelum membuat kontrak :
1. Identifikasi perilaku spesifik yang tidak sesuai
2. Indentifikasi perilaku spesifik yang diinginkan
3. Identifikasi kondisi yang dapat membangun dan menghambat perilaku yang ingin diubah (perilaku seperti apa
—apa yang seseorang tersebut lakukan pada waktu sebelumnya dan hadiah apa yang menyebabkan seseorang
tersebut melakukan).
4. Kumpulkan data dasar tentang kapan perilaku yang tidak diinginkan terjadi (seberapa sering? Siapa orang yang
signifikan terhadap perilaku klien tersebut)
5. Identifikasi kondisi yang membangkitkan perilaku yang diharapkan (apa yang orang lain lakukan untuk
membangkitkan dan memperkuat perilaku ini)
6. Menentukan reinforce dan menetapkan jadwal untuk memberikan reinforce tersebut
7. Kontrak harus di negosiasikan dengan semua orang yang bersangkutan dan membuat komitmen untuk waktu
yang sudah ditentukan. Untuk remaja kontrak harus sederhana siapa yang paling berpengaruh di sekolahnya,
orang tua dan pegawai sekolah.
33
b. Setiap akhir minggu kedua Ibu akan menghapus larangan setiap sabtu dalam waktu 4 jam
c. Setiap akhir dari minggu ketiga semua untuk hari jumat dan sabtu akan dihapus
d. Mengikuti pertemuan pada minggu ketiga ketika akan diadakan konseling grup (3 orang yang terlibat “Ibu,
anak, dan wakil kepala sekolah”) jika kontrak baru atau jadwal pemberian reinforce baru dibutuhkan
e. Persetujuan
Siswa Ibu
Saya bersedia memonitor kontrak dan membuat laporan tertulis mengenai program untuk siswa dan Ibu di
akhir setiap minggu
Kontrak informal dan kontral yang digunakan dalam setting pendidikan yang ada tugas spesifik yang harus
dilakukan. Homme’s (1971) kontrak yang baik untuk diterapkan pada situasi keluarga biasanya digunakan dalam
kontrak hubungan suami istri, kondisi kontrak biasanya :
1. Reward diberikan secara bebas, bahkan ketika hanya perubahan kecil dari perilaku yang diinginkan
2. Reward harus segera diberikan setelah perilaku yang diinginkan muncul
3. Kontak harus dipahami secara jelas oleh semua pihak dan dianggap wajar dan adil
4. Kontrak harus diekspresikan secara positif “ketika-kapan” istilah seperti “ketika kamu menyelesaikan tugas
rumah kamu boleh berenang”, yang negative “selesaikan tugas rumah kamu atau kamu tidak boleh berenang ”
Langkah-langkahnya :
1. Kenali kontrak sebagai suatu perjanjian antara konselor dan klien tentang sifat dan tanggung jawab atas
perilakunya.
2. Memutuskan apakah kontrak resmi akan memberikan faselitas ketika reinforce dalam masalah perubahan
perilaku atau ketika perjanjian tidak resmi dilakukan
3. Merumuskan kontrak dalam waktu yang ditentukan
4. Memastikan bahwa semua pihak memahami dan menyetujui kontrak, menyediakan, memantau dan
memutuskan kapan kontrak tersebut harus diakhiri.
34
perilaku yang ingin dirubah secara intens. Metode ini harus dilakukan dengan hati-hati dan harus dalam kontrol
konselor.
Elemen dari aversive control skill ini meliputi :
1. Memperkenalkan stimulus aversive ketika individu tersebut terlibat pada perilaku yang tidak diinginkan.
Standar effort pada peminum dan orang yang suka lem, pada contohnya, ketika mereka meminum mereka akan
mendapatkan rasa mual dan muntah. Peringatan tegas diberikan kepada orang yang suka merokok mengenai
bahaya kanker ketika mereka menyalakan rokok mereka, sementara pada urutan berikutnya adalah orang yang
suka mencuri barang
2. Mengembangkan jadwal positive reinforce pada perilaku baru ketika perilaku berbahaya sudah berhenti
dilakukan
3. Waspadai efek samping yang tidak diinginkan, misalnya seperti ketakutan yang berlebihan atau sikap negative
yang tidak diinginkan terhadap konselor yang berkaitan dengan pemberian aversive control skill
Terkadang konsekuensi dari aversive dapat dibayangkan dengan efek yang diinginkan. Klien mungkin akan
meminta untuk berfantasi mengenai situasi yang mereka sedang hadapi, misalnya, klien yang sedang mengalami
kesulitan besar dengan ibunya, dia ingin menghindari respon agresinya ini, jadi dengan bantuan ini dia
membayangkan ketika ibunya menuntut dia mencari jalan keluarnya.
Langkah-langkah dalam aversive control skill ini adalah :
1. Gunakan aversive metode ini ketika seseorang terlibat dalam perilaku yang tidak diinginkan
2. Berikan reinforce pada perilaku yang diinginkan
3. Perhatikan efek samping yang tidak diinginkan pada aversive program ini
H. Desensitizing skill
Desensitizing adalah proses mengganti ketakutan dengan kepercayaan diri dan kenyamanan. Pada metode
ini adalah untuk mengurangi respon emosional terhadap rangsangan yang dirasa mengancam dan tidak
menyenangkan dengan memperkenalkan aktivitas yang bertentangan dengan respon. Kadang metode ini juga sering
dikenal sebagai counterconditioning. Misalnya klien belajar untuk mengasosiasikan ketakutan berbicara di depan
kelas dengan perasaan yang menyenangkan dan santai. Respon yang tidak menyenangkan (takut) tidak bisa dialami
ketika datangnya respon yang menyenangkan (relaksasi) dilakukan. Kebanyakan dari aktivitas Desensitizing
tergabung dengan pengenalan relaksasi imajiner mengenai kecemasannya, meskipun banyak digunakan juga pada
perasaan marah atau bersalah. Kebanyakan Desensitizing ini dikombinasikan dengan modeling dan reinforcement.
Misalnya seorang klien yang mungkin mengalami ketakutan (taraf mild) dalam berkendara di jalan raya,
tetapi pada hal ini klien mengalami ketakutan yang cukup kuat yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang
cukup besar ketika berkendara tersebut. Pada proses ini caranya melakukan dengan cara yang bertahap, pelan-pelan
menuju tujuan untuk lebih percaya diri ketika berkendara. Konselor ikut dalam kendaraan ketika klien sedang
berkendara, konselor mendorong pengemudi untuk lebih santai namun tetap waspada ketika sedang dalam
perjalanan. Kemudian secara perlahan-lahan mereka mulai masuk pada jalan yang sedikit ramai, berhenti sebentar
untuk mengambil nafas dalam-dalam dan melakukan rutinitas relaksasi lainnya. Pada prinsip dasarnya adalah untuk
35
dapat berkendara di jalan yang ramai dengan bertahap dalam langkah-langkah yang pendek, melakukan relaksasi
sepanjang jalan sehingga respon ketakutan tersebut akan berubah sedikit demi sedikit. Contoh serupa adalah pada
anak muda yang takut pada sesuatu yang berbulu khususnya pada mainan binatang. Konselor awalnya melakukan
dengan kata-kata dan melakukan relaksasi untuk mendapatkan rasa menyenangkan dengan objek ketakutannya
tersebut.
Langkah-langkah dalam Desensitizing :
1. Menjelaskan mengenai Desensitizing untuk klien
2. Konselor melakukan rutinitas relaksasi
3. Memperkenalkan klien pada hal yang membuatnya takut atau pada objek yang membuat mereka takut
kemudian secara bertahap mereka dalam kondisi yang relaks
4. Lanjutkan proses sampai klien mencapai kenyamanan dan rasa percaya diri.
36
DAFTAR PUSTAKA
Brammer, Lawrence. M & Ginger MacDonald. (2003). The Helping Relationship Process and Skills 8th
Edition. USA: Pearson Education, Inc.
37