Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya,
yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam
serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Musibah demi musibah datang silih berganti, terkadang berupa kemarau panjang, angin ribut, banjir
besar, gempa bumi, gunung meletus, kebakaran dan lain-lain.
Namun sangat disayangkan, manusia memandang hal tersebut dengan sebelah mata, mereka
mengira musibah itu hanyalah bencana alam biasa, sehingga yang terlintas di benak mereka
hanyalah kata-kata “Cara menangatasi musibah ini adalah dengan membuat ini atau itu” dsb.
َافِلُون َر ِة ُه ْم َغ ُّد ْن َيا َو ُه ْم َع ِن ْاألَ ِخ ا ِة ال اه ًِرا ِّمنَ ا ْل َح َي ونَ َظ َي ْع َل ُم
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka terhadap (kehidupan)
akhirat adalah lalai.” (QS. Ar Ruum: 7)
Mereka tidak melihat di balik semua itu dan tanpa menjadikannya sebagai pelajaran, sehingga
masih saja tetap berada di atas maksiat dan penyimpangan –wal ‘iyaadz billah-. Padahal, musibah
yang menimpa sebabnya adalah karena maksiat yang dikerjakan, karena meninggalkan petunjuk
Allah Rabbul ‘Alamin, beralih mengerjakan larangan-larangannya dan melanggar batasan-
batasannya. Allah SWT berfirman:
ير
ٍ وا َعن َك ِث ُدِي ُك ْم َو َي ْعف َب ْت أَ ْي َ ا َك
س ي َب ٍة َف ِب َم ِ ا َب ُكم ِّمن ُّم
ص َ َ َو َمآأ
ص
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (QS. Asy Syuuraa: 30).
Sesungguhnya dalam musibah itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah agar manusia kembali
kepada Allah, bertaubat kepada-Nya dan menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat yang selama ini
mereka kerjakan seperti syirik (peribadatan kepada selain Allah) dan maksiat-maksiat besar lainnya,
misalnya meninggalkan shalat, enggan membayar zakat, durhaka kepada orang tua, memutuskan
tali silaturrahim, merajalelanya zina, perjudian, riba, meminum minuman keras, mengurangi takaran
dan timbangan, mengumbar aurat bagi wanita, dsb. Ingat! jika sudah seperti ini keadaannya, dan
orang-orang yang memiliki kemampuan untuk merubahnya enggan merubahnya berarti negeri
tersebut sudah siap menerima kehancuran baik dari langit, dari bawah bumi, atau dengan dijadikan
musuh menjajah negeri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu, yaitu (seperti)
halilintar, hujan batu, dan angin topan.
Sedangkan ayat “atau dari bawah kakimu”,yaitu (seperti) gempa dan tanah longsor. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Perlu diketahui, bahwa Allah tidaklah membinasakan suatu negeri melainkan karena penduduknya
berlaku zhalim. Allah berfirman:
ْ َو َما َكانَ َر ُّب َك لِ ُي ْهلِ َك ا ْلقُ َرى ِب ُظ ْل ٍم َوأَهْ لُ َها ُم
َصلِ ُحون
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-
orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Huud: 117)
Oleh karena itu, sebelum musibah datang Allah mengingatkan agar orang-orang yang terpandang di
masyarakat melakukan nahi mungkar:
Renungan
Ingatlah, sebelumnya orang yang tertimpa musibah sebenarnya telah melihat saudara-saudaranya
yang lain terkena musibah, tetapi musibah yang menimpa saudaranya itu tidak membekas apa-apa
di hatinya, ia menganggap bahwa musibah yang menimpa saudaranya itu tidak mungkin
menimpanya, karena menyangka tempatnya aman dan tidak rawan musibah. Namun ternyata
anggapannya keliru, dan musibah pun datang menimpa dirinya. Perhatikanlah ayat berikut:
أَ ْوأَمِنَ أَهْ ل ُ ا ْلقُ َرى أَن َيأْ ِت َي ُه ْم }97{ َس َنا َب َيا ًتا َو ُه ْم َنآ ِئ ُمون
ُ ْأَ َفأَمِنَ أَهْ ل ُ ا ْلقُ َرى أَن َيأْ ِت َي ُهم َبأ
{ َرون ُ اس ِ هللا َفالَ َيأْ َمنُ َم ْك َر
ِ هللا إِالَّ ا ْل َق ْو ُم ا ْل َخ ِ أَ َفأ َ ِم ُنوا َم ْك َر }98{ َض ًحى َو ُه ْم َي ْل َع ُبونُ س َناُ َْبأ
}99
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di
malam hari di waktu mereka sedang tidur?—Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari
kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang
bermain?—Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang
merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al A’raaf: 97-99).
Oleh karena itu, wahai orang yang bermaksiat kepada Allah, bertaubatlah kepada-Nya sebelum
maut datang menjemput, kalau pun Anda tidak tertimpa musibah di dunia, namun di depan Anda
ada kubur yang bisa menjadi nikmat atau azab bagi Anda, dan setelahnya lebih dahsyat lagi –nas-
alullahas salaamah wal ‘aafiyah-. Kalaupun Anda terhindar dari bencana, namun tidak ada yang dapat
menghindarkan diri Anda dari malapetaka hari kiamat yang ketika itu manusia bagai anai-anai yang
bertebaran dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan,
Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan musibah dan Dia-lah pula yang Maha Bijaksana, al-Hakiim,
yang memberikan jalan keluar dari musibah tersebut. Dalam Alquran Allah berfirman:
Maka kewajiban kita ketika musibah datang adalah dengan meminta ampun kepada Allah dan
bertaubat kepada-Nya, tunduk kepada-Nya dan meminta keselamatan kepada-Nya, serta
memperbanyak dzikr dan istighfar, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
،ٍ َول َِج ِم ْي ِع ال ُم ْسلِ ِم ْينَ مِنْ ُك ل ِّ َذ ْنب،الجلِ ْيل َ ل ِْي َو َل ُك ْم َ ُ َوأَ ْس َت ْغفِ ُره،أَقُ ْول ُ َق ْولِي ه ََذا
َ العظِ ْي َم
َ الغفُ ْو ُر
الر ِح ْي ُم ْ َف
َ اس َت ْغفِ ُر ْوهُ؛ إِ َّن ُه ه َُو
Khutbah Kedua
ُش ُك ُره ْ َ َوأ،ض لِ ِه ال ِم دْ َر ِار ْ أَ ْح َم ُدهُ َت َعا َلى َع َلى َف،ارِ الر ِح ْي ِم ال َغ َّف
َ ،ار َ ِ لح ْم ُد هّلِل
ِ الوا ِح ِد ال َق َّه َ َا
ش َه ُد ْ َ َوأ،الج َّبا ُر
َ ش ِر ْي َك َل ُه ال َع ِز ْي ُز َ ش َه ُد أَنْ اَّل إِ َل َه إِاَّل هللا َو ْحدَ هُ اَل
ْ َ َوأ،َع َلى ن َِع ِم ِه الغ َِز ِار
َص َّلى هللاُ َع َل ْي ِه َو َع َلى آلِ ِه ال َط ِّي ِب ْين َ ،ص َط َفى ال ُم ْخ َتار ْ س ْولُ ُه ال ُم ُ أَنَّ َن ِب َّي َنا ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر
َ ِب ال َل ْي ل ُ ان َم ا ُت َع اق ٍ س ِ ص َحا ُب ُه األَ ْخ َي
َ َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم ِبإِ ْح،ار ْ َ َوأ، َوإِ ْخ َو ِن ِه األَ ْب َر ِار،األَ ْط َهار
َوال َّن َهار
Pentingnya Amr ma’ruf – Nahy munkar
Ketika musibah datang menimpa, sikap dan pandangan yang selayaknya dimiliki seorang muslim
adalah:
Musibah yang menimpanya adalah karena dosa-dosanya dan Allah memaafkan sebagian
besarnya.
Kewajiban kita ketika terjadi bencana ini adalah segera beristighfar dan bertaubat kepada
Allah.
Sungguh sangat disayangkan sebagian orang menghadapi musibah ini dengan perbuatan-
perbuatan yang sebenarnya mendatangkan musibah baru, seperti syirik (baik syirik dalam
rububiyyah maupun dalam uluhiyyah) dan maksiat.video pengajian celupan
Contoh syirik dalam rububiyyah adalah seperti yang kita saksikan ada sebagian orang yang sudah
terkena musibah, masih saja mengira karena penguasa laut pantai ini atau itu sedang marah,
padahal penguasa pantai ini atau itu dan alam semesta secara keseluruhan adalah Allah, Maha
Suci Allah dari keyakinan yang rusak ini. Akhirnya mereka membuat sesaji dan kurban yang
merupakan syirik syirik dalam uluhiyyah.
Dalam musibah terdapat peringatan bagi kita agar waspada terhadap perbuatan maksiat.
Oleh karena itu, seharusnya musibah itu membekas di hati seorang muslim, menjadikan kita ingat
kepada Allah, menghidupkan hati kita, dan menyadarkan kita terhadap kelalaian.
Hendaknya diingat bahwa musibah bagi seorang muslim itu menghapuskan dosa-dosanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ب َواَل َه ٍّم َواَل ُح ْز ٍن َواَل أَ ًذى َواَل َغ ٍّم َح َّتى ٍ ص َ ب َواَل َو َ يب ا ْل ُم ْس لِ َم مِنْ َن
ٍ ص ُ صِ َم ا ُي
ُ اه ا مِنْ َخ َطا َي ا ُك َها إِاَّل َك َّف َر هَّللا ُ ِب َه شَ ْو َك ِة ُي َّ
الش
“Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kesedihan dan kegelisahan bahkan duri yang
mengenainya, kecuali Allah akan menghapuskan dengan itu dosa-dosanya.” (HR. Bukhari)
Perlu diketahui, bahwa pada bencana tersebut terdapat bukti yang jelas akan keagungan
Allah dan lemahnya orang-orang yang menyombongkan diri.
س ِّل ُموا َت ْسلِي ًما صلُّونَ َع َلى ال َّن ِب ِّي َيآأَ ُّي َها ا َّلذِينَ َءا َم ُنوا َ
صلُّوا َع َل ْي ِه َو َ هللا َو َمالَ ِئ َك َت ُه ُي َ
إِنَّ َ
آلص َّل ْي َت َع َلى إِ ْب َرا ِه ْي َمَ ،و َع َلى ِ ص ل ِّ َع َلى ُم َح َّمدٍَ ،و َع َلى ِ
آل ُم َح َّمدٍَ ،ك َم ا َ اللهم َ
إِ ْب َرا ِه ْي َم ،إِ َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد
آلار ْك َت َع َلى إِ ْب َرا ِه ْي َمَ ،و َع َلى ِ ار ْك َع َلى ُم َح َّمدٍَ ،و َع َلى ِ
آل ُم َح َّمدٍَ ،ك َم ا َب َ اللهم َب ِ
إِ ْب َرا ِه ْي َم ،إِ َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد
ِـر َل َن ا َو َت ْر َح ْم َن ا اغـف ِْـر لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوا ْل ُم ْسلِ َماتَِ ،ر َّب َنا َظ َل ْم َن ا أَ ْنفُ َ
س َنا َوإِنْ َل ْم َت ْغـف ْ اللهم ْ
َل َن ُكو َننَّ مِنَ ا ْل َخاسِ ِر ْينَ
ار .اللهم إِ َّنا َن ْس أَلُ َك اب ال َّن ِ س َن ًة َوقِ َن ا َع َذ َ س َن ًة َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح ََر َّب َن ا آ ِت َن ا فِي ال ُّد ْن َيا َح َ
اف َوا ْل ِغ َنى .اللهم إِ َّنا َن ُع ْو ُذ ِب َك مِنْ َز َو ِ
ال ن ِْع َم ِت َك َو َت َح ُّو ِل َعافِ َي ِت َك ا ْل ُهدَ ى َوال ُّت َقى َوا ْل َع َف َ
َع َوا َنا
س َخطِ َكَ .وآ ِخ ُر د ْ اء ِة ِن ْق َم ِت َك َو َج ِم ْي ِع َ
َوفُ َج َ