PENDAHULUAN
Gelombang laut adalah bentuk permukaan laut berupa puncak dan lembah
gelombang. Gelombang dominan terbentuk dari hasil gesekan antara angin
dengan permukaan air laut dimana energi berpindah menuju permukaan air laut,
semakin besar energinya semakin besar pula gelombang yang terbentuk. Menurut
Davis (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi dan periode gelombang
adalah kecepatan, lama dan arah serta jarak yang ditempuh angin (fetch).
Sedangkan menurut Triatmodjo (1999) faktor lain yang mempengaruhi yaitu
bathymetri.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai akan mengalami
proses transformasi gelombang yang disebabkan oleh refraksi, drifraksi, refleksi
hingga gelombang tersebut pecah. Gelombang pecah tersebut akan menghasilkan
arus dan transport sedimen tegak lurus pantai dan/atau sejajar garis pantai
sehingga akan berpengaruh terhadap kestabilan pantai.
Suatu pantai mengalami abrasi (pengikisan), sedimentasi (pendangkalan)
atau stabil tergantung pada masukan dan keluaran sedimen, baik sedimen yang
berasal dari proses marine maupun proses fluvial.. Abrasi terjadi apabila output
sedimen lebih besar dari input sedimennya, sedangkan sedimentasi terjadi apabila
input sedimen lebih besar dari output-nya, kemudian apabila input dan output
sedimennya seimbang maka pantai tersebut dalam kondisi stabil.
Takisung merupakan wilayah pesisir yang secara administratif terletak di
Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, sedangkan secara geografis
berhadapan langsung dengan Laut Jawa dan menghadap barat, pantai yang landai
serta morfologi pantai yang berpasir selain itu pengaruh dari Sungai Barito di
utara dan Sungai Takisung serta sungai-sungai yang bermuara di Taksiung.
membuat Pantai Takisung sangat rentan mengalami perubahan garis pantai.
Wilayah ini juga merupakan daerah wisata, karena abrasi yang terjadi, pemerintah
pusat maupun daerah berupaya menanggulangi permasalahan yang terjadi dengan
membangun bangunan pelindung pantai seperti Breakwater, Seawall dan
Revretment. Bangunan pelindung pantai ini dapat meredam ombak dan membuat
tombolo sehingga terjadi pertambahan garis pantai, namun pada sisi lain sangat
rentan mengalami abrasi, oleh karenanya diperlukan penanggulangan dengan
kajian secara holistik.
Bangunan pelindung pantai merupakan istilah dari bangunan yang
dibangun di daerah pantai dengan fungsi sebagai pelindung pantai. Pemilihan tipe
bangunan pelindung pantai tergantung pada kondisi pantai, tanah dasar pantai
yang dilindungi, ketersediaan material, dan peralatan untuk membuat bangunan.
Berdasarkan penelitian Hartati dkk. (2016), Terdapat lima pendekatan dalam
perencanaan pembangunan perlindungan pantai buatan, yaitu mengubah laju
angkutan sedimen sejajar pantai dengan membangun bangunan groin, mengurangi
energi gelombang yang mengenai pantai dengan membangun pemecah gelombang
lepas pantai (breakwater/APO), memperkuat tepi pantai sehingga tahan terhadap
gempuran gelombang dengan membangun revetment atau seawall, menambah
supply sedimen ke pantai dengan cara sand by passing atau beach nourishment,
serta melakukan penghijauan daerah pantai dengan pohon bakau, apiapi, atau
nipah.
Hasil kajian Kamal dkk (2016) mengenai penangan abrasi pantai,
memperoleh jenis bangunan pantai yang efektif dengan menggunakan pendekatan
model GENESIS. Kemudian kajian Faza dkk. (2016) mengenai desain bangunan
pelindung pantai dengan menggunakan permodelan hidrodinamika 2 dimensi
hanya memperoleh usulan bangunan pelindung pantai. Christy dkk. (2017)
dengan kajian perencanaan bangunan pelindung pantai menggunakan pendekatan
analisis struktur bangunan pantai hanya menghasilkan ke efektifitasan bangunan
pelindung pantai. Serta kajian Kumaat (2016) tentang pemilihan tipe bangunan
pantai menggunakan metode AHP untuk menghasilkan tipikal desain tanpa
memprediksi perubahan garis pantai kedepannya. Oleh karenanya, perlu
dilakukan kajian mengenai efektifitas bangunan pelindung pantai dengan
menggunakan aplikasi SMS (Surface Modelling System) modul GenCade.
GenCade merupakan model terbaru untuk menghitung transport sedimen dan
perubahan garis pantai serta pengembangan dari aplikasi GENESIS dengan
memperhatkan faktor letak, dimensi dan jarak antar bangunan serta kedalaman
perairan (Ashley, dkk. 2012).
Bangunan pelindung pantai yang terdapat pada Pantai Takisung tidak
terlalu efektif, selain terdapat bangunan yang rusak, pada bagian lain pantai
mengalami abrasi yang lebih tinggi karena adanya bangunan pantai tersebut. Oleh
karenanya, pada perencanaan pembangunan bangunan pelindung pantai perlu
dilakukan kajian secara holistik salah satunya yaitu dengan cara mengetahui
prediksi perubahan garis pantai dengan berbagai skenario bangunan pantai
sehingga didapatkan rekomendasi bangunan pantai.
1.3.1. Tujuan
1.3.2. Kegunaan