Anda di halaman 1dari 11

Nama : Minhardi

NIM : A1011191069

Tinjauan Yuridis Terhadap Perkawinan Siri dan Akibat Hukumnya


Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
(Studi Kasus di Dusun Parit Baru, Desa Tempapan Kuala, Kecamatan
Galing, Kabupaten Sambas)

A. Latar Belakang
Dalam perkembangan kehidupan di masyarakat Indonesia,
Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia, sejak
zaman dahulu hingga kini. Karena perkawinan merupakan masalah yang
aktual untuk dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum. Dari
perkawinan akan timbul hubungan hukum antara suami-istri dan
kemudian dengan lahirnya anak-anak, menimbulkan hubungan antara
orang tua dan anak-anak mereka. Dari perkawinan mereka memiliki harta
kekayaan, dan timbulkan hubungan hukum antara mereka dengan harta
kekayaan tersebut.1
Zaman sekarang perkawinan siri seperti menjadi trend dan gaya
hidup. Hal ini banyak ditemukan pasangan yang lebih memilih untuk
melakukan nikah siri atau nikah dibawah tangan terutama di Dusun Parit
Baru Kecamatan Galing Kabupaten Sambas. Hal tersebut dipengaruhi
dengan keterbatasan pengetahuan mengenai hukum, akibat yang akan
ditimbulkan serta masalah biaya.
Meskipun Pemerintah sudah melarang perkawinan siri ini namun
pada kenyataannya masih banyak terjadi pada masyarakat Indonesia.
Salah satu contohnya yaitu perkawinan siri yang terjadi di Dusun Parit
Baru Kecamatan Galing Kabupaten Sambas. Bahwa masih banyak
terdapat beberapa pasangan yang melakukan perkawinan siri karena
beberapa faktor yaitu karena biaya murah dan pelaksanaan praktis, ingin
menghindari perbuatan zina, hubungan yang tidak direstui oleh orangtua,
sudah terjadi kehamilan sebelum perkawinan, dan nikah dibawah umur.
1
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta:
Karya Gemilang, 2007), hal. 1.
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
(selanjutnya disebut Undang-Undang Perkawinan), merupakan salah satu
wujud aturan tata tertib perkawinan yang dimiliki oleh negara Indonesia
sebagai bangsa yang berdaulat, di samping aturan-aturan tata tertib
perkawinan yang lain yaitu hukum adat dan hukum agama. Agar
terjaminnya ketertiban pranata perkawinan dalam masyarakat, maka
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1975 menentukan bahwa setiap perkawinan harus dicatat oleh
petugas yang berwenang. Namun kenyataan memperlihatkan fenomena
yang berbeda. Hal ini tampak dari maraknya perkawinan siri yang terjadi
di tengah masyarakat.
Negara Republik Indonesia, sebagai negara yang berdasarkan
Pancasila, di mana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
maka perkawinan dianggap mempunyai hubungan yang erat sekali
dengan agama atau kerohanian, sehingga perkawinan bukan saja
mengandung unsur lahir atau jasmani, tetapi unsur batin atau rohani juga
mempunyai peranan yang sangat penting. Keharusan pencatatan
perkawinan walaupun bukan menjadi rukun nikah, akan tetapi merupakan
hal yang sangat penting terutama sebagai alat bukti yang dimiliki
seseorang, apabila terjadi suatu permasalahan di kemudian hari. 2
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kawin siri dapat
dilihat dari faktor sosial dikarenakan adanya kesulitan pencatatan
perkawinan yang kedua kalinya, batasan usia yang layak nikah
berdasarkan peraturan perundang-undangan, tempat tinggal yang
berpindah-pindah membuat orang kesulitan untuk mengurus administrasi
dan prosedur pencatatan perkawinan. Kemudian ada faktor ekonomi
dimana masyarakat yang miskin biasanya akan kesulitan untuk membayar
biaya-biaya untuk mencatatkan pernikahannya. Selanjutnya ada juga
faktor agama dimana nikah siri dilakukan untuk menghalalkan suatu
hubungan agar dijauhkan dari zina dan dosa. Meski sudah ada peraturan
yang jelas, pada kenyataannya dalam masyarakat sering terjadi
2
https://fandyisrawan.wordpress.com/2014/02/26/makalah-nikah-siri/(diaks
es tanggal 15 November 2021).
perkawinan yang tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan UU
Perkawinan. Masyarakat berpikir bahwa cukup melakukan perkawinan
sesuai dengan hukum agama saja perkawinan tersebut sudah dianggap
sah. Hal tersebut agar dapat memberikan keterbatasan maka tujuan yang
ada dalam mengutip dari permasalahan faktor dan masalah apa saja yang
melatar belakangi terjadinya perkawinan siri, konsep perkawinan siri
menurut Undang-undang Perkawinan, akibat hukum perkawinan siri
terhadap suami-istri, anak dan harta.
Pembentukan keluarga yang bahagia itu erat hubungannya dengan
suami istri ,anak atau keturunan dimana pemeliharaan dan pendidikan
anak menjadi hak dan kewajiban orang tua serta untuk mengatur harta
kekayaannya. Dengan demikian menjadi tujuan perkawinan menurut
perundangan adalah untuk kebahagiaan suami istri, untuk mendapatkan
keturunan dan menegakkan keagamaan, dalam kesatuan keluarga yang
bersifat keparental (ke-orangtua-an). Dan tujuan perkawinan menurut
hukum islam adalah untuk menegakkan agama, untuk mendapatkan
keturunan, untuk mencegah maksiyat dan untuk membina keluarga rumah
tangga yang damai dan teratur.3
Perkawinan memiliki manfaat yang paling besar terhadap
kepentingan-kepentingan sosial lainnya. Kepentingan sosial itu adalah
memelihara kelangsungan jenis manusia, memelihara keturunan, menjaga
keselamatan masyarakat dari segala macam penyakit yang dapat
membahayakan kehidupan manusia serta menjaga ketentraman jiwa.
Selain memiliki faedah yang besar, perkawinan memiliki tujuan yang
sangat mulia yaitu membentuk suatu keluarga yang bahagia, kekal abadi
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan rumusan
yang terkandung dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pasal1
bahwa: “Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang
wanita dengan seorang pria sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”.

3
Ibid hal 21
Sesuai dengan rumusan itu, perkawinan tidak cukup dengan ikatan
lahir atau batin saja tetapi harus kedua-duanya. Dengan adanya ikatan
lahir dan batin inilah perkawinan merupakan satu perbuatan hukum
disamping perbuatan keagamaan. Dikatakan sebagai perbuatan hukum
karena perbutan itu menimbulkan akibat-akibat hukum baik berupa hak
maupun kewajiban bagi keduanya. Sedangkan yang dimaksud sebagai
akibat perbuatan keagamaan karena dalam pelaksanaannya selalu
dikaitkan dengan ajaran dari masing-masing agama dan kepercayaan yang
sejak dahulu sudah memberikan aturan-aturan tentang bagaimana
perkawinan itu harus dilaksanakan.
Tujuan perkawinan adalah untuk menegakkan agama Allah,
dalam arti mentaati perintah dan larangan Allah. Begitu pula tujuan
perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan yang sah. Agar
keturunan itu sah maka perkawinan harus dilaksanakan secara sah. Tujuan
perkawinan untuk mencegah maksiat, terjadinya perzinaan dan atau
pelacuran.
Keabsahan suatu perkawinan merupakan suatu hal yang sangat
prinsipil, karena berkaitan erat dengan akibat-akibat perkawinan, baik
yang menyangkut dengan anak (keturunan) maupun yang berkaitan
dengan harta.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
telah merumuskan keabsahan suatu perkawinan, yang diatur di dalam
Pasal 2, sebagai berikut:
(1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.
(2) Tiap-tiap perkawinan dicatatkan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dari ketentuan tersebut, dapat dilihat bahwa perkawinan
mempunyai kaitan erat dengan masing-masing agama yang dianut oleh
calon mempelai. Dengan demikian, suatu perkawinan baru dapat
dikatakan sebagai perkawinan yang sah secara yuridis apabila
perkawinan tersebut dilakukan menurut agama orang yang
melangsungkan perkawinan tersebut. Perkawinan siri merupakan salah
satu bentuk permasalahan yang saat ini masihbanyak terjadi di negara
Indonesia khususnya Dusun Parit Baru, Desa Tempapan Kuala,
Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas.. Masalah perkawinan siri ini
sangat sulit untuk dipantau oleh pihak yang berwenang, karena kawin siri
hanya dilakukan dihadapan seorang penghulu dan perkawinannya
kemudian tidak di laporkan/didaftarkan kepada pihak yang berwenang
yaitu KUA.
Dari beberapa uraian diatas timbul problematika yang harus
dijawab dalam kaitannya dengan pelaksanaan perkawinan siri dan akibat
hukum yang ditimbulkannya. Karena setiap perbuatan hukum pastilah
menimbulkan akibat hukum. Begitu pula perkawinan siri yang
merupakan perbuatan hukum pastilah menimbulkan akibat hukum.
Akibat hukum tersebut misalnya bagi pasangan suami istri, status anak-
anak dilahirkan dan juga terhadap harta benda dalam perkawinan.Tidak
terkecuali di Dusun Parit Baru, Desa Tempapan Kuala, Kecamatan
Galing, Kabupaten Sambas.yang sampai saat ini masih ditemukan kasus
kawin siri. Letaknya di pedesaan membuat sebahagian masyarakat Dusun
Parit Baru, Desa Tempapan Kuala, Kecamatan Galing, Kabupaten
Sambas ini masih memilih jalan untuk melakukan perkawinan siri yang
tentunya dilakukan karena berbagai faktor, baik itu dari faktor ekonomi,
sosial maupun budaya.
Adapun alasan melakukan perkawinan siri yaitu banyak faktor
yang menyebabkan seseorang tidak mencatatkan perkawinannya di
lembaga pencatatan. Ada yang karena faktor biaya, alias tidak mampu
membayar administrasi pencatatan sehingga tidak dicatatkan tetapi tidak
dirahasiakan, belum cukup umur untuk melakukan perkawinan secara
negara, ada pula disebabkan karena takut ketahuan melanggar aturan
yang melarang pegawai negeri nikah lebih dari satu, dan lain sebagainya.
Ada juga perkawinan yang dirahasiakan karena pertimbangan-
pertimbangan tertentu, misalnya karena takut mendapatkan pandangan
negatif dari masyarakat yang terlanjur menganggap tabu pernikahan siri,
atau karena pertimbangan-pertimbangan rumit yang memaksa seseorang
untuk merahasiakan perkawinan. Bagi yang takut diketahui masyarakat,
perkawinan dan tidak dicatatkan dan dirahasiakan. 4 Berangkat dari itu
maka penulis mengambil judul Skripsi ini “Tinjauan Yuridis Terhadap
Perkawinan Siri Dan Akibat Hukumnya Ditinjau dari Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974” dan melakukan penelitian di Dusun Parit Baru, Desa
Tempapan Kuala, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalahdiatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor-faktor yang mendorong seseorang yang melakukan
perkawinan siri di Dusun Parit Baru, Desa Tempapan Kuala,
Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas?
2. Bagaimanakah akibat hukum dari perkawinan siri di tinjau dari
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, baik
bagi pasangan suami istri, anak yang dilahirkan serta harta benda
yang diperoleh dari perkawinan tersebut (studi kasus di Dusun
Parit Baru, Desa Tempapan Kuala, Kecamatan Galing, Kabupaten
Sambas)?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui baagaimana faktor-faktor yang mendorong
seseorang melakukan perkawinan siri di Dusun Parit Baru,
Desa Tempapan Kuala, Kecamatan Galing, Kabupaten
Sambas.
b. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan
perkawinan siri di Dusun Parit Baru, Desa Tempapan Kuala,
Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas.

4
Ibid
c. Mendeskripsikan akibat hukum dari perkawinan siri di tinjau
dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan, baik bagipasangan suami istri, anak yang
dilahirkan serta harta benda yang diperoleh dari perkawinan
tersebut (studi kasus di Dusun Parit Baru, Desa Tempapan
Kuala, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas.)
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis berupa masukan bagi ilmu pengetahuan dari
informasi yang penting bagi dunia pendidikan khususnya
mengenai peraturan tenta ng perkawinan di Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini mendapatkan pengetahuan baru
yang bermanfaat mengenai sistem perkawinan menurut
hukum Islam dan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawina serta menuangkan kekreatifan yang berhubungan
dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai masalah
perkawinan sehingga masyarakat khususnya masyarakat
Dusun Parit Baru, Desa Tempapan Kuala, Kecamatan Galing,
Kabupaten Sambas. agar mempertimbangkan apabila
melakukan perkawinan siri.

D. Metode Penelitian
Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka,
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek
yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti
sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau
membuat sesuatu.5 Penelitian merupakan suatu metode studi yang
dilakukan dengan melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah,
5
Wikipedia, “Metod”, diaksesdari https://id.wikipedia.org/wiki/Metode,
pada tanggal 16 November 2021
sehingga diperoleh solusi yang tepat terhadap pemecahan masalah-
masalah yang ada. Dengan adanya penelitian ini maka dapat ditemukan
terhadap pemecahan masalah yang diperlukan untuk keperluan
masyarakat. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu
dengan jalan menganalisanya, disamping itu juga diadakan pemeriksaan
yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian
mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang
timbul didalam gejala yang bersangkutan. 6
Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis
permasalahan yang ada, sebagai berikut:
1. Jenis dan sifat Penelitian
Jenis dan sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah penelitian yuridis empiris yang bersifat deskriptif
yaitu dengan menggambarkan keadaan atau fenomena yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. 7 Penelitian deskriftif
ini dimulai dengan pengumpulan data yang berhubungan dengan
pembahasan di atas, lalu menyusun, mengklasifikasikan data sehingga
diperoleh gambaran yang jelas tentang fenomena yang diteliti.
Metode pendekatan yuridis empiris yang didasarkan pada
sumber-sumber peraturan hukum yang sedang berlaku dan dikaitkan
dengan data yang dilapangan.

2. Sumber Data
Sumber data ini terdiri atas :
a. Bahan hukum primer ialah bahan-bahan hukum contohnya
undang-undang, peraturan pemerintah, kitab undang-undang
hukum perdata, dan lain sebagainya.

6
Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”, Jakarta, PT. Raja
Grafindo, tahun 2007 hal. 43
7
Bambang Sunggono, “Metode Penelitian Hukum” ,Jakarta, PT. Raja
Grafindo Perkasa, tahun 2003, hal. 36
b. Bahan hukum sekunder ialah bahan yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil-hasil
penelitian, pendapat para pakar hukum, dan lain-lain.
c. Bahan hukum tersier ialah bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum,
majalah yang menjadi tambahan bahan bagi penulisan skripsi
ini yang berkaitan dengan penelitian ini. 8

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer


dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer ini diperoleh langsung dari masyarakat dengan
melakukan wawancara langsung dengan responden. Studi
lapangan yang dilakukan guna untuk melakukan data yang
diperoleh melalui studi literatur.
b. Data Sekunder
Data sekunder ini diperoleh melalui kepustakaan (library
research). Data ini yang akan menjelaskan bahan data
primer yang didapatkan dari buku-buku, makalah, surat
kabar, jurnal ataupun pendapat para ahli.

3. Analisa Data
Analisa data adalah suatu upaya atau cara untuk mengolah data
menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut dapat dipahami
dan bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang
berkaitan dengan penelitian.9
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan mengumpulkan berbagai sumber yang telah diperoleh

8
Abdurahman, “Sosiologi dan Metodologi Penelitian Hukum” Malang,
UMM Press, tahun 2009, hal. 25
9
Sora Nikko, “Ketahui Pengertian Analisis Data dan tujuannya”, diakses
dari http://www.pengertianku.net/2015/09/pengertian-analisis-data-dan-
tujuannya.html diakses pada 16 November 2021
melalui Wawancara. Untuk memperoleh informasi yang tepat dan
obyektif setiap wawancara harus mampu menciptakan hubungan baik
dengan responden ialah suatu psikologis yang menunjukan bahwa
responden sedia bekerja sama menjawab pertanyaan dan memberi
infomasi sesuai dengan pikiran dan keadaan yang sebenarnya. Metode
wawancara ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh keterangan
langsung mengenai faktor pendorong terjadinya kawin siri,
pelaksanaan kawin siri, dan akibat hukum yang timbul dari adanya
kawin siri di Dusun Parit Baru, Desa Tempapan Kuala, Kecamatan
Galing, Kabupaten Sambas.

E. Daftar Pustaka

Abdurrahman. Sosiologi dan Metodologi Penelitian Hukum. Malang:


UMM Press 2009.
Anshary M.K. M. Hukum Perkawinan di Indonesia Masalah-masalah
Krusial. Jakarta: Pustaka Pelajar 1981.
Hadikusuma. Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Peraturan
Perundang-Undangan, Hukum Adat. Hukum Agama. Bandar
Lampung: Mandar Maju 2007.
Soekanto. Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja
Grafid 2007.
Sunggono. Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Perkasa 2003.
Fandysyarawan, Makalah Nikah Siri
https://fandyisrawan.wordpress.com/2014/02/26/makalah-nikah-siri/(
diakses pada tanggal 16 November 2021)
https://id.wikipedia.org/wiki/Metode, (diakses pada tanggal 16 November
2021)
Wahid Abdul Rahman , Dasar Hukum Nikah Blok Detik diakses
darihttp://wahidabdurahman.blogdetik.com/2012/11/24/dasar-hukum-
nikah-siri(diakses pada tanggal 16 November 2021)
www.pengertianku.net/2015/09/pengertianku.analisis-
data.tujuannya.html(diakses pada 16 November 2021)

Anda mungkin juga menyukai