NIM : 176114010
1
Haryatmoko, “Etika Publik” (Gramedia:Jakarta, 2011), 2
2
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” (Kanisius: Yogyakarta, 2013), 7
3
Haryatmoko, “Etika Publik”, 2
1
II. ISI
Memahami moral itu berarti di dalamnya terkandung beberapa unsur salah satunya ialah
norma. Moral adalah perbuatan atau tindakan baik atau buruk, benar atau salah. akan tetapi
moral lebih menyentuh dengan tindakan baik. Dalam bertindak baik, setiap orang atau kelompok
masyarakat diarahkan oleh suatu unsur yakni norma. Norma itu sendiri dikenal dengan beberapa
macam yakni: norma hukum, sopan santu, kesusilaan atau moral dan norma agama. norma itu
sendiri adalah nilai yang menjadi milik bersama dalam suatu masyarakat yang telah tertanam
dalam emosi yang mendalam sebagai suatu kesepakan bersama.4 Dari sudut pandang lain,
moralitas memiliki makna lain yaitu melihat bagaimana kaitannya dengan penilaian terhadap
baik-burukmengenai ha mendasar yang berhubungan dengan nilai kemanusiaan.5
Dengan perkembangan pemikiran tentang moral, akhirnya muncul kajian-kajian yang
lebih serius. Study tentang moral yang sering dipakai saat ini ini ialah filsafat moral dan teologi
moral. Antara filsafat dan teologi moral tersebut sama-sama memberikan sumbangsi yang sama.
Artinya di antara keduanya saling melengkapi. Sebelum terlebih dahulu mendalami
perkembangan pemahaman moral berikutnya penulis ingin melihat dari sejarah filsafat moral
sebab parah teolog moral juga mendasarkan pemikiran teologinya dari filsuf-filsuf sebelumnya.
Sebelum melihat pandangan para filsuf tentang moral, pertama-tama saya mau melihat
terlebih dahulu defenisi dari filsafat moral. Filsafat moral merupakan upaya untuk
mensistemasikan pengetahuan tentang hakikat moralitas dan apa yang ditintut dari kita. 6 Dalam
artian bahwa dengan mempelajari ilmu flsafat tentang moral, ada hal-hal yang juga dituntut dari
kita. Seorang filsuf moral yang pertamakali dan paling baik ialah Sokrates. 7 Dalam sumbangan
pemikirannya ia mengatakan tentang “bagaimana seharusnya kita hidup” dan mengapa
demikian.8 Tindakan setiap orang sangat dalam kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi
sekitarnya. Entah itu sesame manusia lingkungan tempat ia berada singkatnya semua makluk
yang berada di sekitarnya.
Bertolak dari pemikiran sokrates, yakni bagaimana seharus kita hidup dan mengapa
demikian, jika dilihat tindakan manusia saat ini yang dengan keegoisannya melakukan hal yang
4
Achamad Charis Zuabi, “Kuliah Etika” (Rajawali: Jakarta, 1987), 20
5
Sri Rahayu Wilujeng, Filsafat, Etika dan Ilmu: Upaya Memahami Hakikat Ilmu Dalam Konteks Keindonesiaan
(jkpjihh
6
James Rachels, “Filsafat Moral” (Kanisius: Yogyakarta, 2008), 17
7
James Rachels, “Filsafat Moral”, 11
8
James Rachels, “Filsafat Moral” ,17
2
seenaknya terhadap lingkungan sekitar maka tentunya ia bisa digolongkan dalam kelompok
masyarakat tak bermoral. Artinya tindakan manusia sangat mempengaruhi perkembangan yang
ada di sekitarnya. Ada dua pokok utama yang sebenarnya ditekankan dalam moralitas yakni:
a. Keputusan moral harus didukung oleh akal yang baik.9
Dengan memiliki akal pikiran yang baik, sehat dan jernih setiap orang bisa bertindak
yang baik sesuai dengan kelebihan yang ia miliki
b. Moralitas menunutut pertimbangan tak berpihak dari setiap kepentingan individual.10
Seorang yang memiliki tindakan moral yang baik, seakan-akan tidak memihak pada
pihak mana pun. Tentunya ia mengetahui yang terbaik dari apa yang ingin ia lakukan dan
hal itu akan berdampak baik bagi lingkungan sekitarnya.
Dari kedua poko tersebut sebenarnya mau menegaskan bahwa moralitas jga tidak terlepas
dari usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai kebenaa. Setiaporang atau kelompok
masyarakat berusaha untuk membiarkan segalah macam perasaannya yang disertai oleh
bimbingan akal budinya sehingga bisa mencapai pada tahap tindakan yang bermoral. Moralitas
pertama-tama dan terutama, merupakan soal yang bertautan dengan akal. 11 Di sini mau mengajak
supaya hendaknya setiap orang untuk melakukan hal-hal yang secara moral dianggapnya baik.
Tidak menutup kemungkinan bahwa untuk melakukan hal itu ada pembatasnya atau mempunyai
ruang tersendiri. Dalam arti sempit, moral lebih menunjukan status kesadaran seseorang akan apa
yang baik dan jahat dalam bertindak. 12 Dari pernyataan berikut ini, mau mengarahkan kita agar
lebih serius dalam melihat bahwa arti dari moralitas itu sebenarnya merujuk pada usaha kita
dalam menghayatinya secara pribadi terlepas dari itu harus bisa direalisasikan dalam tindakan
sehari-hari tanpa harus berpedoman pada adanya aturan atau norma yang menuntut kita harus
berbuat baik. Dalam artian tindakan baik atau tindakan terpuji tersebut berasal dari dalam diri
sendiri.
Para ahli spikolog juga mengartikan moral sebagai sebagai sikap dan keyakinan yang
dimiliki oleh seseorang yang membantu orang tersebut untuk memutuskan apa yang benar dan
salah.13
9
James Rachels, “Filsafat Moral” , 34
10
James Rachels, “Filsafat Moral” , 34
11
James Rachels, “Filsafat Moral” , 35
12
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” (Kanisius: Yogyakarta, 2013), 9
3
A. Filsafat Moral
Sepeti yang saya cantumkan di atas bahwa pembicaraan tentang moral tidak terlepas
dari etika, maka begitu juga dengan filsafat moral yang juga tidak terlepas dari filsafat etika. Hal
ini dikarenakan adanya tujuan yang sama antara etika dan moral. Maka dari itu etika biasa juga
disebut sebagai filsafat moarl.14 Pembelajaran tentang pemahaman moral lebih serius saat
munculnya para pemikir. Orang mulai memikiran moralitas saat melihat ada banyak hal yang
kurang baik terkait dengan tingkah laku manusia.
B. Teologi Moral
Bertolak dari pemikiran filsafat moral, akhirnya pemikiran tentang moral mulai meluas
dikalangan umat Kristiiani. Para teolog mulai melihat lebih serius pemahaman tentang moral
tersebut. Teologi moral kerap kali dianggap sebagai perilaku manusia dalam terang iaman karena
moral atau etika dihubungkan dengan perilaku manusia yang beriman. 15 Dengan memiliki iman,
manusia dianggap sudah mampu menentukan serta melakukan tindakan yang baik seturut dengan
ajaran imannya. Setiap orang yang beriman, dituntut untuk melakukan hal baik yang berkenan
dengan ajaran iamnnya. Setiap keyakinan mengajarkan apa yang dianggap baik dan tidak satu
pun yang mengajarkan agar setiap penganutnya melukan tindakan yang bertentangan dengan apa
yang menjadi tujuannya. Setiap agama memiliki tujuan yang sama yakni mencapai kebahagiaan.
Untuk mencapai kebahagiaan, maka hal-hal yang perlu dilakukan ialah bertindak yang baik pula.
Selain itu teologi moral biasanya disebut juga sebagai etika kristiani. 16 Dalam iman
kristiani, Kristus yang diimani dan mempunyai pengaruh dalam karya keselamatan umat manusia
selalu mengajarkan kepada para murid-Nya untuk melakukan hal-hal yang baik. Bukan sekedar
mengajarkan tapi disisi lain Kristus sendiri menjadi panutan bagi pengikutnya untuk melakukan
kebaikan bagi banyak orang. Kita bisa melihat bagaimana pengorbanan Kristus yang rela datang
ke dunia untuk bersolider bersama manusia dengan tujuan yang mulia rela menderita dan wafat
di kayu Salib (bdk Mat 27:45-56; Mkr 15:33-41; Luk 23:44-49; Yoh 19:28-30). Bukan hanya itu
saja yang dilakukan oleh Yesus Kristus untuk menyatakan kasih-Nya kepada umat manusia. ada
begitu banyak hal yang dilakukan oleh Yesus seperti: menyembuhkan orang yang sakit (Mat
14:34-36; Mrk 6:53-56), membangkitkan orang mati (Yoh 11:1-44), membebaskan perempuan
14
15
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” (Kanisius: Yogyakarta, 2013), 1
16
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” 11
4
yang mau dihukum karena kedapatan berbuat zina (Yoh 7:53-8:11) dan masih banyak hal lain
lagi yang dilakukan oleh Yesus. Sebagai seorang Kristen berarti harus bersedia untuk menjadi
murid Kristus yang setia. Oleh karena itu, tuntutannya pun sangat besar artinya bahwa setiap
orang Kristen diuji dan diajarkan agar selalu melakukan tindakan yang baik untuk diri sendiri
mau pun untuk sesame.
Di samping itu, teologi moral juga merefleksikan secarah kritis norma atau nilai
dasariah seperti: keadilan, kehidupan, kebenaran, hak-hak asasi, seksualitas dan lain
sebagainya.17 Dengan terpenuhinya atau mampunya setiap orang untuk enrapkan praktik tersebut
dalam hidupnya, ia akan mampu menunjukan segalah bentuk kebaikan yang bisa saja
menguntungkan dirinya serta sesamanya.
17
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” (Kanisius: Yogyakarta, 2023), 11
18
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 57
19
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 57
5
Khp[p
20
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” ,61
21
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 62
22
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 63
6
filsafat sebelumnya. Artinya mereka mengambilnya dari berbagai macam sumber dan
salah satu sumbernya ialah filsafat Stoa.
c. Pandangan moral yang tercermin dalam Perjanjian Baru dipresentasikan dalam konteks
teologis (teosentris) dan tidak pernah bersifat sekuler belaka. 23 Pada umumnya manusia
bertindak secarah moral merupakan salah satu bentuk tanggapan akan panggilan Allah.
mereka yang mengenal Allah secara tidak langsung juga mempunyai suatu kewajiban dan
tanggungjawab untuk bertindak secarah moral.
d. Moral dalam Perjanjian Baru diberikan secara formal (walau punmemberikan kesan
seperti materi moral) namun tidak pernah diberikan secarah materi. 24 Melihat hal ini, hal
yang lebih ditekankan ialah penghayatan terhadap Mmoralitas. Moral tujuannya untuk
dihayati secara mendalam dan melihat nilai positif yang terkandung di dalamnya.
e. Dalam Perjanjian Baru, cinta kasih menjadi titik temu dari dalam merumuskan moralitas
umatnya sebagai jawaban pribadi atas panggilan Tuhan.25
23
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 64
24
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 65
25
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 65
26
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 76
27
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 76
28
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 76
7
Yesus Kristus bangkit dari alam maut orang mulai melihat bahwa ada suatu kebaikan yang tak
terhingga yang direncanakan Allah bagi manusia. manusia kembali mendapat kemuliaannya
menjadi anak Allah sebab hanya dengan kebangkitan Kristus manusia kembali di angkat dan
dipersatukan dalam kemuliaan-Nya. Gerbang Surga kini terbuka untuk manusia dan manusia
mendapatkan kembali rahmat Allah yang sudah menhilang karena kesalahan manusia sendiri.