Anda di halaman 1dari 8

Nama : Benediktus Umbu Nono

NIM : 176114010

PERKEMBANGAN PEMAHAMAN MORAL SERTA CARA ORANG


MENDAPATKANNYA.
I. PENGANTAR
Pmahaman tentang moral, berarti tidak terlepas dari pembicaraan tentang etika. Sebab
antara etika dan moral sama-sama memberikan suatu konsep pembelajaran yang sama yakni
pemahaman tentang hal yang bersifat baik dan buruk, benar/salah. Moralitas merupakan istilah
bahasa Latin dari kata ‘mos, moris’ yang mengandung arti ‘adat atau kebiasaan’.1 Di lain pihak,
dalam bahsa Yunani kata moral disebut ‘ethos’ yang berarti ‘kebiasaan’.2 Dari arti tersebut, mau
menunjukan bahwa antara moral dan etika memiliki arti yang sama. Dalam praktek hidup sehari-
hari, moral itu sendiri selalu dikaitkan dengan kewajiban khusus seseorang dalam membentuk
karakternya untuk bertindak secara relative atau pun mutlak. Dengan demikian, moral bisa
dilihat sebagai wancana normatif dan imperatif yang diungkapkan dalam kerangka baik/buruk,
benar/salah yang dianggap sebagai nilai mutlak atau transenden.3 Ini mau menunjukan bahwa
moralitas ini mampu mengarahkan seseorang untuk melihat atau membedakan tindakan-tindakan
manakah yang patut diterapkan dalam hidupnya sebagai makluk yang memiliki akal budi.
Dewasa ini, dengan adanya pemahaman tentang moral kita bisa berfikir bahwa ketentraman akan
semakin nyata sebab setiap orang sudah mengetahui baik atau buruk, benar atau salah suatu
tindakan jika setiap kelompok masyarakat menjadikan moral sebagai pegangan dalam bertindak.
Sebenarnya dengan belajar tentang moral sudah pasti bahwa setiap orang dapat
membedakan antara tindakan yang salah dan benar. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi ialah
bahwa masih banyak peristiwa-peristiwa miris yang terjadi. Patut dipertanyakan apakah mereka
yang bertindak seperti itu belum mengetahui apa arti dari tindakan moral atau memang belum
pernah mempelajari ilmu tentang moralitas. Sebelum melihat terlebih dalam pemahaman tentang
moral, maka pada kesempatan ini saya akan melihat terlibih dahulu bagaimana munculnya
perkembangan tentang pemahaman moralitas serta hal apa yang menginspirasi para ahli zaman
dulu untuk memikirkan moral tersebut.

1
Haryatmoko, “Etika Publik” (Gramedia:Jakarta, 2011), 2
2
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” (Kanisius: Yogyakarta, 2013), 7
3
Haryatmoko, “Etika Publik”, 2

1
II. ISI
Memahami moral itu berarti di dalamnya terkandung beberapa unsur salah satunya ialah
norma. Moral adalah perbuatan atau tindakan baik atau buruk, benar atau salah. akan tetapi
moral lebih menyentuh dengan tindakan baik. Dalam bertindak baik, setiap orang atau kelompok
masyarakat diarahkan oleh suatu unsur yakni norma. Norma itu sendiri dikenal dengan beberapa
macam yakni: norma hukum, sopan santu, kesusilaan atau moral dan norma agama. norma itu
sendiri adalah nilai yang menjadi milik bersama dalam suatu masyarakat yang telah tertanam
dalam emosi yang mendalam sebagai suatu kesepakan bersama.4 Dari sudut pandang lain,
moralitas memiliki makna lain yaitu melihat bagaimana kaitannya dengan penilaian terhadap
baik-burukmengenai ha mendasar yang berhubungan dengan nilai kemanusiaan.5
Dengan perkembangan pemikiran tentang moral, akhirnya muncul kajian-kajian yang
lebih serius. Study tentang moral yang sering dipakai saat ini ini ialah filsafat moral dan teologi
moral. Antara filsafat dan teologi moral tersebut sama-sama memberikan sumbangsi yang sama.
Artinya di antara keduanya saling melengkapi. Sebelum terlebih dahulu mendalami
perkembangan pemahaman moral berikutnya penulis ingin melihat dari sejarah filsafat moral
sebab parah teolog moral juga mendasarkan pemikiran teologinya dari filsuf-filsuf sebelumnya.
Sebelum melihat pandangan para filsuf tentang moral, pertama-tama saya mau melihat
terlebih dahulu defenisi dari filsafat moral. Filsafat moral merupakan upaya untuk
mensistemasikan pengetahuan tentang hakikat moralitas dan apa yang ditintut dari kita. 6 Dalam
artian bahwa dengan mempelajari ilmu flsafat tentang moral, ada hal-hal yang juga dituntut dari
kita. Seorang filsuf moral yang pertamakali dan paling baik ialah Sokrates. 7 Dalam sumbangan
pemikirannya ia mengatakan tentang “bagaimana seharusnya kita hidup” dan mengapa
demikian.8 Tindakan setiap orang sangat dalam kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi
sekitarnya. Entah itu sesame manusia lingkungan tempat ia berada singkatnya semua makluk
yang berada di sekitarnya.
Bertolak dari pemikiran sokrates, yakni bagaimana seharus kita hidup dan mengapa
demikian, jika dilihat tindakan manusia saat ini yang dengan keegoisannya melakukan hal yang

4
Achamad Charis Zuabi, “Kuliah Etika” (Rajawali: Jakarta, 1987), 20
5
Sri Rahayu Wilujeng, Filsafat, Etika dan Ilmu: Upaya Memahami Hakikat Ilmu Dalam Konteks Keindonesiaan
(jkpjihh
6
James Rachels, “Filsafat Moral” (Kanisius: Yogyakarta, 2008), 17
7
James Rachels, “Filsafat Moral”, 11
8
James Rachels, “Filsafat Moral” ,17

2
seenaknya terhadap lingkungan sekitar maka tentunya ia bisa digolongkan dalam kelompok
masyarakat tak bermoral. Artinya tindakan manusia sangat mempengaruhi perkembangan yang
ada di sekitarnya. Ada dua pokok utama yang sebenarnya ditekankan dalam moralitas yakni:
a. Keputusan moral harus didukung oleh akal yang baik.9
Dengan memiliki akal pikiran yang baik, sehat dan jernih setiap orang bisa bertindak
yang baik sesuai dengan kelebihan yang ia miliki
b. Moralitas menunutut pertimbangan tak berpihak dari setiap kepentingan individual.10
Seorang yang memiliki tindakan moral yang baik, seakan-akan tidak memihak pada
pihak mana pun. Tentunya ia mengetahui yang terbaik dari apa yang ingin ia lakukan dan
hal itu akan berdampak baik bagi lingkungan sekitarnya.
Dari kedua poko tersebut sebenarnya mau menegaskan bahwa moralitas jga tidak terlepas
dari usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai kebenaa. Setiaporang atau kelompok
masyarakat berusaha untuk membiarkan segalah macam perasaannya yang disertai oleh
bimbingan akal budinya sehingga bisa mencapai pada tahap tindakan yang bermoral. Moralitas
pertama-tama dan terutama, merupakan soal yang bertautan dengan akal. 11 Di sini mau mengajak
supaya hendaknya setiap orang untuk melakukan hal-hal yang secara moral dianggapnya baik.
Tidak menutup kemungkinan bahwa untuk melakukan hal itu ada pembatasnya atau mempunyai
ruang tersendiri. Dalam arti sempit, moral lebih menunjukan status kesadaran seseorang akan apa
yang baik dan jahat dalam bertindak. 12 Dari pernyataan berikut ini, mau mengarahkan kita agar
lebih serius dalam melihat bahwa arti dari moralitas itu sebenarnya merujuk pada usaha kita
dalam menghayatinya secara pribadi terlepas dari itu harus bisa direalisasikan dalam tindakan
sehari-hari tanpa harus berpedoman pada adanya aturan atau norma yang menuntut kita harus
berbuat baik. Dalam artian tindakan baik atau tindakan terpuji tersebut berasal dari dalam diri
sendiri.
Para ahli spikolog juga mengartikan moral sebagai sebagai sikap dan keyakinan yang
dimiliki oleh seseorang yang membantu orang tersebut untuk memutuskan apa yang benar dan
salah.13
9
James Rachels, “Filsafat Moral” , 34
10
James Rachels, “Filsafat Moral” , 34
11
James Rachels, “Filsafat Moral” , 35
12
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” (Kanisius: Yogyakarta, 2013), 9

Siti Rohmah Nurhayati, “Telaah Kritis Terhadap Teori Perkembangan


13

Moral Lawrence Kohlberg”, (Paradigma, No. 02 Th. I, Juli 2006), 93

3
A. Filsafat Moral
Sepeti yang saya cantumkan di atas bahwa pembicaraan tentang moral tidak terlepas
dari etika, maka begitu juga dengan filsafat moral yang juga tidak terlepas dari filsafat etika. Hal
ini dikarenakan adanya tujuan yang sama antara etika dan moral. Maka dari itu etika biasa juga
disebut sebagai filsafat moarl.14 Pembelajaran tentang pemahaman moral lebih serius saat
munculnya para pemikir. Orang mulai memikiran moralitas saat melihat ada banyak hal yang
kurang baik terkait dengan tingkah laku manusia.

B. Teologi Moral
Bertolak dari pemikiran filsafat moral, akhirnya pemikiran tentang moral mulai meluas
dikalangan umat Kristiiani. Para teolog mulai melihat lebih serius pemahaman tentang moral
tersebut. Teologi moral kerap kali dianggap sebagai perilaku manusia dalam terang iaman karena
moral atau etika dihubungkan dengan perilaku manusia yang beriman. 15 Dengan memiliki iman,
manusia dianggap sudah mampu menentukan serta melakukan tindakan yang baik seturut dengan
ajaran imannya. Setiap orang yang beriman, dituntut untuk melakukan hal baik yang berkenan
dengan ajaran iamnnya. Setiap keyakinan mengajarkan apa yang dianggap baik dan tidak satu
pun yang mengajarkan agar setiap penganutnya melukan tindakan yang bertentangan dengan apa
yang menjadi tujuannya. Setiap agama memiliki tujuan yang sama yakni mencapai kebahagiaan.
Untuk mencapai kebahagiaan, maka hal-hal yang perlu dilakukan ialah bertindak yang baik pula.
Selain itu teologi moral biasanya disebut juga sebagai etika kristiani. 16 Dalam iman
kristiani, Kristus yang diimani dan mempunyai pengaruh dalam karya keselamatan umat manusia
selalu mengajarkan kepada para murid-Nya untuk melakukan hal-hal yang baik. Bukan sekedar
mengajarkan tapi disisi lain Kristus sendiri menjadi panutan bagi pengikutnya untuk melakukan
kebaikan bagi banyak orang. Kita bisa melihat bagaimana pengorbanan Kristus yang rela datang
ke dunia untuk bersolider bersama manusia dengan tujuan yang mulia rela menderita dan wafat
di kayu Salib (bdk Mat 27:45-56; Mkr 15:33-41; Luk 23:44-49; Yoh 19:28-30). Bukan hanya itu
saja yang dilakukan oleh Yesus Kristus untuk menyatakan kasih-Nya kepada umat manusia. ada
begitu banyak hal yang dilakukan oleh Yesus seperti: menyembuhkan orang yang sakit (Mat
14:34-36; Mrk 6:53-56), membangkitkan orang mati (Yoh 11:1-44), membebaskan perempuan

14

15
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” (Kanisius: Yogyakarta, 2013), 1
16
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” 11

4
yang mau dihukum karena kedapatan berbuat zina (Yoh 7:53-8:11) dan masih banyak hal lain
lagi yang dilakukan oleh Yesus. Sebagai seorang Kristen berarti harus bersedia untuk menjadi
murid Kristus yang setia. Oleh karena itu, tuntutannya pun sangat besar artinya bahwa setiap
orang Kristen diuji dan diajarkan agar selalu melakukan tindakan yang baik untuk diri sendiri
mau pun untuk sesame.
Di samping itu, teologi moral juga merefleksikan secarah kritis norma atau nilai
dasariah seperti: keadilan, kehidupan, kebenaran, hak-hak asasi, seksualitas dan lain
sebagainya.17 Dengan terpenuhinya atau mampunya setiap orang untuk enrapkan praktik tersebut
dalam hidupnya, ia akan mampu menunjukan segalah bentuk kebaikan yang bisa saja
menguntungkan dirinya serta sesamanya.

C. Menurut parah Ahli

D. Moral menurut Kitab Suci


1. Dalam Perjanian Lama
Kalau kita melihat sejarah dalam Perjanjian Lama, ada satu hal yang tampaknya sangat
kuat yakni kepercayaan orang Yahudi bahwa agama bukanlah suatu filsafat abstrak melainkan
suatu sejarah keselamatan.18 dengan adanya pemahaman tentang moral yang mana di
dalamamnya mengandung tindakan yang baik dan benar tentu saja itu menjadi suatu modal
untuk mencapai apa yang menjadi keinginan setiap orang yakni keselamatan. mereka meyakini
bahwa YAHWE selalu setia pada mereka dan sebagai ungkapan atau tanda kesetiaan mereka,
mereka juga melakukan apa yang dikehendaki oleh YAHWE. Keyakinan mereka akan
penyertaan YAHWE sangat tinggi dan itulah yang membuat mereka percaya bahwa YAHWE
selalu hadir berperan aktif dalam hidup mereka. Mereka juga percaya bahwa YAHWE adalah
Allah nenek moyang mereka. Dalam penerapan moral dianggap sebagai sebuah kebersamaan
hidup bersama dengan Allah dalam bungkusan sebuah harapan bahwa YAHWE akan
menggenapi janji-Nya yang diucapkan kepada Abraham leluhur mereka. 19 Dari keyakinan
mereka ini, mau mengatakan bahwa YAHWE yang mereka imani tidak pernah mengingkar janji.
Apa yang pernah Ia janjikan akan selalu Ia tepati.

17
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” (Kanisius: Yogyakarta, 2023), 11
18
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 57
19
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 57

5
Khp[p

2. Dalam Perjanjian Baru


Dunia Perjanjian Baru mengisahkan lain tentang moral. Jemaat perdana lebih
mengkhususkan harapan mereka pada Yesus yang menyelamatkan. Mereka melihat bahwa
dengan kedatang Kristus merupakan salah satu campur tangan Allah terhadap umat manusia (bdk
Kol 1:19) dan bagi mereka Kristus yang hadir dan tinggal bersama umat manusia (bdk Kol
2:9).20 Allah yang menjelma menjadi manusia dan hadir di tengah-tengah manusia merupak
kabar yang sangat menggembirakan dan sebagai bentuk ungkapan terimakasih manusia Allah
tidak menuntut agar manusia menghargai Putra-Nya dengan cara melayani seperti kedatangan
seorang raja besar. Hal terpenting yang diinginkan oleh Allah ialah bagaimana mereka (umat ma
usia) harus melayani sesamanya. Dengan mempertajam lebih dalam pemahaman tentang moral,
maka berikut ini penulis mencoba memaparkan bebera kekhasan moralitas dalam Perjanijian
Baru:
a. Moralitas orang Kristen adalah suatu integral dari pewartaan Perjanjian Baru.21
Memasuki dunia Perjanjian Baru, yang menjadi pusat pewartaan ialah keselamatan umat
manusia. keselamatan itu hanya bisa tercapai melalui pengorbanan seseorang. Di samping
itu, Perjanjian Baru sendiri mengisihkan pewartaan bahwa satu-satunya penyelamat umat
manusia ialah Yesus Kristus. Kehadiran Yesus ditengah umat manusia merupaka bentuk
kepedulian Allah terhadap makluk ciptaan-Nya. Seperti yang saya sudah katakana bahwa
Allah tidak pernah menginginkan agar manusia harus melayani Putra-Nya layaknya
sebagai seorang raja duniawi akan tetapi Ptra-Nya sendiri menginginkan agar setiap
orang yang mau melayani dia terlebih dahulu nereka harus melayani sesamanya. Sebab
bagi Dia melayani sesame merupakan bentuk pelayanan mereka terhadap Dia (bdk Mat
25:40).
b. Pewartaan moral dalam Perjanjian Baru harus diakui bahwa itu bukan berasal dari mulut
Yesus sendiri.22 Poin penting yang harus kita ketahui tentang perkembangan moral dalam
Perjanjian Baru adalah bahwa para penulis juga menuangkan hasil refleksi mereka dari

20
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” ,61
21
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 62
22
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 63

6
filsafat sebelumnya. Artinya mereka mengambilnya dari berbagai macam sumber dan
salah satu sumbernya ialah filsafat Stoa.
c. Pandangan moral yang tercermin dalam Perjanjian Baru dipresentasikan dalam konteks
teologis (teosentris) dan tidak pernah bersifat sekuler belaka. 23 Pada umumnya manusia
bertindak secarah moral merupakan salah satu bentuk tanggapan akan panggilan Allah.
mereka yang mengenal Allah secara tidak langsung juga mempunyai suatu kewajiban dan
tanggungjawab untuk bertindak secarah moral.
d. Moral dalam Perjanjian Baru diberikan secara formal (walau punmemberikan kesan
seperti materi moral) namun tidak pernah diberikan secarah materi. 24 Melihat hal ini, hal
yang lebih ditekankan ialah penghayatan terhadap Mmoralitas. Moral tujuannya untuk
dihayati secara mendalam dan melihat nilai positif yang terkandung di dalamnya.
e. Dalam Perjanjian Baru, cinta kasih menjadi titik temu dari dalam merumuskan moralitas
umatnya sebagai jawaban pribadi atas panggilan Tuhan.25

3. Moralitas Gereja Perdana


Menjadi orang Kristen berarti memberika diri untuk menjadi murid Kristus. Seperti yang
kita ketahui bahwa salah satu kebanggan orang Kristen ialah ada pada Salib Kristus. Salib
merupakan salah satu bentuk pemenuhan akan janji Allah untuk menebus manusia dari
kegelapan dosa. Dahulu kala bangsa Yahudi melihat salib itu merupak lambang yang tidak baik.
Tidak baik untuk seseorang karena dianggab sebagai kutukan. Jika ada orang mendapatkan
hukuman dalam bentuk penyalipan berarti dia adalah seorang mendapat kutukan. Begitu juga
dengan Yesus. Pada mulanya salib Yesus dilihat sebagai lambang penghinaan. 26 Yesus sendiri
dianggap sebagai salah satu dari orang-orang mendapatkan kutukan. Denga melihat hal ini, salib
benar-benar dianggap sebagai batu sandungan bagi banyak orang (bdk Gal 5:6).27 Seolah-olah
dengan salib tersebut bangsa Yahudi menganggap kalau Yesus telah menjerumuskan banyak
pengikut-Nya kedalam jurang salah. Namun peristiwa Paskah mengubah peristiwa Salib itu
menjadi peristiwa penuh rahmat.28 Dengan adanya peristiwa Paskah yakni peristiwa dimana

23
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 64
24
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 65
25
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 65
26
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 76
27
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 76
28
Mateus Mali, “Iman dalam Tindakan” , 76

7
Yesus Kristus bangkit dari alam maut orang mulai melihat bahwa ada suatu kebaikan yang tak
terhingga yang direncanakan Allah bagi manusia. manusia kembali mendapat kemuliaannya
menjadi anak Allah sebab hanya dengan kebangkitan Kristus manusia kembali di angkat dan
dipersatukan dalam kemuliaan-Nya. Gerbang Surga kini terbuka untuk manusia dan manusia
mendapatkan kembali rahmat Allah yang sudah menhilang karena kesalahan manusia sendiri.

4. Pemahaman Moral Dalam Iman Kristen


E. Teori Perkembangan Moral Menurut Kolbert
Bagi kolbert yang adalah seorang pengamat tentang moral ia membagi perkembangan
pemahaman moral dalam 6 teori.

Anda mungkin juga menyukai