PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
“Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat
golongan, keturunan, jabatan dan lain sebagainya. Setiap hak akan dibatasi oleh
hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak, kita tidak memperhatikan hak
orang lain, maka yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan dalam hidup
yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa,
hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya
memang tidak ada hak yang dapat dilaksanakan secara mutlak tanpa
1
Download.portalgaruda.org, diakses tanggal 18 Mei 2014.
1
2
memperhatikan hak orang lain karena dapat melanggar hak asasi yang dimiliki
manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat
dan tidak terpisah dari manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Indonesia sendiri juga telah
tersebut maka jelas bahwa usaha untuk menegakkan hak-hak asasi manusia serta
usaha untuk menghilangkan pelanggaran hak-hak asasi manusia adalah tugas dan
tanggung jawab dari seluruh umat manusia secara umum dan menjadi tanggung
jawab dari pemerintah baik dari bidang eksekutif, legislatif dan yudikatif3”.
Hak asasi manusia merupakan hak setiap warga negara Indonesia yang telah
dilindungi oleh negara. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama
dimata hukum. Karena hukum tidak membeda-bedakan warga negara yang satu
dengan yang lain untuk menciptakan keadilan dan rasa aman pada seluruh warga
rawan melanggar Hak Asasi Manusia, sehingga dalam hal penerapannya harus
2
Ibid.
3
Aangrapeialmudashir.files.wordpress.com,diakses tanggal 18 Mei 2014.
3
yang telah dikodifikasi, yaitu sebagian besar aturan-aturannya telah disusun dalam
Hukum Pidana. Mengenai pembagian dalam hukum pidana, maka ada pembagian
hukum pidana yang membagi antara hukum pidana materiil dan hukum pidana
formil. Mengenai perbedaan hukum pidana materil dan hukum pidana formil, van
Acara Pidana di Indonesia. Sebagai salah satu instrument dalam norma hukum
KUHAP inilah, diberikan batasan dan kewenangan kepada aparat penegak hukum
mengenai tata cara dalam menegakkan Hukum Acara Pidana, namun pada
KUHAP.
tersangka pelaku tindak pidana oleh Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan. Dari
4
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997,
hal.10.
5
Repository.usu.ac.id/bitstream, diakses tanggal 19 Mei 2014.
5
hak-hak yang telah disebutkan di atas, penulis akan lebih memfokuskan kepada
Umum.
keras telah melakukan pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Bukti
permulaan berarti bukti-bukti awal sebagai dasar untuk menduga adanya tindak
Dalam hal ini, sering dijumpai beberapa penyimpangan mengenai tata cara
memuat alasan yang jelas sehingga dapat merugikan seseorang karena dibatasi
6
Ibid.
6
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
KUHAP.
4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Akademisi
sebagai bahan ajar bagi dosen dalam hal yang berkaitan proses penahanan
b. Bagi Praktisi
Untuk dijadikan sebagai dasar rujukan bagi praktisi dalam mengkaji dan
c. Bagi Masyarakat
dalam KUHAP.
5. Metodologi Penelitian
a. Pendekatan Masalah
memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
singkat dapat dikatakan bahwa yang dimaksud sebagai statue berupa legislasi dan
regulasi7”
7
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2007, hal.139.
8
yang terutama adalah buku teks. Disamping buku teks, bahan hukum sekunder
dapat berupa tulisan-tulisan tentang hukum, baik dalam bentuk buku maupun
logika deduktif yaitu menganalisa bahan hukum dengan memaparkan secara jelas
kasus yang diteliti. Kemudian dikaitkan dengan teori dan peraturan yang berlaku
6. Pertanggungjawaban Sistematika
Penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab yang disusun secara
sistematis dengan bertujuan agar lebih mudah memahami hasil penulisan dan
8
Ibid.
10
pembahasannya dalam skripsi ini. Penulisan skripsi ini selanjutnya dibagi dengan
BAB II penahanan bagi orang yang ditahan tanpa alasan yang jelas, yang
penahanan tanpa alasan yang jelas, yang terdiri dari Upaya Hukum (pengertian,
Daftar pustaka