Anda di halaman 1dari 2

Nama : Andi Muhammad Shalihin

NIM : K012202062
Kelompok :3

KAJIAN JURNAL INDIVIDU

Judul Jurnal: Simulated climate change, but not predation risk, accelerates Aedes aegypti
emergence in a microcosm experiment in western Amazonia (Simulasi perubahan iklim, tetapi
bukan risiko pemangsaan, mempercepat kemunculan Aedes aegypti dalam percobaan
mikrokosmos di Amazonia barat)

Terbit di: Jurnal PLOS ONE Tahun 2020

Hasil Jurnal: Temuan tidak menunjukkan efek interaktif SCCS dan risiko predasi pada
kelangsungan hidup larva dan pola kemunculan Aedes aegypti yang dipelihara di SCCS di
Amazonia barat. Aedes aegypti resisten terhadap kondisi SCCS yang diuji, terutama karena
kelangsungan hidup larva yang tinggi, bahkan di bawah SCCS Ekstrim, dan skenario lebih
hangat meningkatkan kemunculan Aedes aegypti dewasa. Mengingat Aedes aegypti adalah salah
satu masalah kesehatan di Amazonia barat, implikasi dari temuan ini adalah bahwa penggunaan
isyarat pemangsaan sebagai strategi biokontrol tidak akan memberikan cara yang layak untuk
mengendalikan percepatan kemunculan nyamuk dewasa yang diharapkan di bawah skenario
iklim IPCC.

Perlu diketahui, bahwa perubahan iklim merupakan salah satu permasalahan lingkungan
yang sangat besar saat ini. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan suhu global yang terus mengalami
kenaikan dalam beberapa abad terakhir. Nyamuk adalah salah satu vektor utama penyakit
manusia, secara global menyebabkan lebih dari 17% dari semua penyakit menular. Dan
kemunculan penyakit dari nyamuk dipengaruhi juga oleh adanya pemanasan global yang terjadi.

Dengan menggunakan metode Simulated Climate Change Scenarios (SCCS) dalam


melihat resistensi nyamuk berdasarkan aturan dari IPCC, ditemukan bahwa Aedes aegypti
resisten terhadap kondisi SCCS yang diuji. Kelangsungan hidup larva a. aegypti tidak
terpengaruh oleh SCCS dan risiko predasi, dengan tingkat kelangsungan hidup larva lebih besar
dari 78% di semua ulangan, menunjukkan ketahanan spesies ini. Namun, SCSS nyatanya
memiliki pengaruh terhadap pola kemunculan dewasa Ae. Aegypti. Hal ini menunjukkan bahwa
efek variabel iklim(suhu dan konsentrasi CO2) adalah pendorong ekologis yang lebih kuat.

Pada penelitian ini dibenarkan teori sebelumnya yang menyatakan bahwa dunia yang
lebih hangat akan memiliki lebih banyak nyamuk dan meningkatkan penyakit yang ditularkan
melalui vektor. Larva Toxorhynchites haemorroidalis, di sini digunakan sebagai risiko predasi,
adalah predator alami culicids dewasa lainnya dan berbagi habitat oviposisi yang sama seperti
Ae. Aegypti. Kehadiran Toxorhynchites tampaknya tidak menjadi ancaman nyata bagi beberapa
jenis nyamuk. Misalnya, spesies Aedes memilih lokasi oviposisi berdasarkan tingkat
ketersediaan bahan organik, dan mereka tidak menghindari daerah di mana predator hadir.

Hal menarik lainnya adalah peningkatan variabel iklim (suhu dan konsentrasi CO2) yang
berpengaruh pada distribusi kemunculan nyamuk Ae. Aegypti. Pada penelitian ini diamati bahwa
SCCS Intermediate mampu mempercepat munculnya Ae dewasa. aegypti, hal ini senada dengan
penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa lingkungan yang lebih hangat meningkatkan
perkembangan nyamuk.

Berbagai hasil yang memperlihatkan resistensi nyamuk bahkan terhadap iklim yang
ekstrem begitupula dengan keberadaan predator alami menimbulkan teka-teki baru yang harus
dipecahkan. Amazonia Barat dan negara-negara lainnya kemungkinan besar akan mengalami
pertumbuhan populasi nyamuk yang luar biasa menyusul adanya proses urbanisasi dan terlebih
adanya pemanasan global yang terjadi. Sebagaimana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
larva ae. Aegypti mampu bertahan dalam berbagai kondisi SCSS.

Penggunaan risiko predasi sama sekali tidak efektif dalam menangkal perkembangan
nyamuk. Dalam waktu yang akan datang, siklus hidup yang lebih pendek akan menghasilkan
jumlah nyamuk yang tinggi, dengan potensi peningkatan kasus penyakit yang disebabkan oleh
vektor ini.

Anda mungkin juga menyukai