Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ILMU KALAM

“MU'TAZILAH"
Dosen Pengampu:Muh.Zakaria,M.Si

Nama Kelompok:
1. Nurlayli Sya'bani
2. Siti Solatiah Alfiani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NWDI
PANCOR
T.A.2021/2021
BAB I
PENDAHULUAN
2
A. Latar Belakang
2Membaca perpecahan umat Islam tidak ada habis-habisnya, karena terus menerus terjadi perpecahan
mulai dari munculnya khawarij dan syiah kemudian munculah aliran Jabariyah Qodariyah. Satu syiar
yang menipu dan mengelabui orang-orang yang tidak mengerti bagaimana Islam telah menempatkan
akal pada porsi yang benar. sehingga banyak kaum muslimin yang terpuruk dan terjerumus masuk
pemikiran kelompok ini. Akhirnya terpecahlah dan berpalinglah kaum muslimin dari agamanya yang
telah diajarkan Rasulullah dan para shahabat-shahabatnya. Akibat dari hal itu munculah bid’ah-bid’ah
yang semakin banyak dikalangan kaum muslimin sehingga melemahkan kekuatan dan kesatuan
mereka serta memberikan gambaran yang tidak benar terhadap ajaran Islam, bahkan dalam kelompok
ini terdapat hal-hal yang sangat berbahaya bagi Islam yaitu mereka lebih mendahulukan akal. Oleh
karena itu pemakalah akan sedikit membahas tentang Pemikiran Teologi Mu’tazilah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mu’tazilah?
2. Latar Belakang Aliran Mu’tazilah
3. Tokoh-tokoh aliran Mu’tazilah
4. Ajaran-ajaran pokok Mu’tazilah

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Mu’tazilah
2. Mengetahui awal mula lahirnya aliran Mu’tazilah
3. Mengenali Tokoh-tokoh aliran Mu’tazilah
4. Memahami Ajaran-ajaran pokok dari aliran Mu’tazilah2

BAB II
ALIRAN DALAM ILMU KLASIK
(MU’TAZILAH)
A. Pengertian
Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata “I’tizal” yang artinya memisahkan diri. Mu’tazilah adalah salah
satu aliran pemikiran dalam islam yang banyak terpengaruh dengan filsafat barat sehingga
berkecenderungan menggunakan rasio sebagai dasar argumentasi.
Golongan Mu'tazilah merupakan aliran teologi yang mengedepankan akal sehingga mereka mendapat
nama “kaum rasionalis Islam.” Kaum Mu'tazilah adalah golongan yang membawa persoalan persoalan
teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dibanding dengan persoalan persoalan yang dibawa
kaum Khawarij dan Murji'ah.
B. Latar belakang munculnya Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah muncul kira-kira pada permulaan abad pertama Hijriyah, di kota Basrah ( Irak).
Basroh ketika itu menjadi kota pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam. Selain itu, aneka
kebudayaan asing dan bermacam-macm agama bertemu di kota itu. Makin meluasnya dan makin
banyaknya orang yang memeluk agama islam menyebabkan adanya orang yang ingin menghancurkan
islam, terutama dari segi aqidah. Orang-Orang yang ingin menghancurkan islam tidak hanya mereka
yang bukan beragama islam, akan tetapi juga datang dari orang-orang islam sendiri karena masalah
politik. Dari pada itu, golongan Khawarij yang pada mulanya muncul lontara masalah politik, namun
kemudian mereka mempersoalkan pula masalah teologi (tentang masalah iman dan kufur). Menurut
mereka, orang islam yang3berdosa besar adalah kafir, sedangkan menurut Murji’ah tidak. Selanjutnya
orang islam yang demikian itu, menurut Wasil Bin Atha bukan mukmin dan bukan pula kafir, lalu ia
dikenal sebagai Mu’tazilah karena ia berbeda pendapat dengan gurunya dan memisahkan diri dari
padanya. Mengenai arti dan asal-usul kata Mu’tazilah terdapat beberap versi yang ditemukan oleh
para ahli ilmu kalam.Yaitu:
1. Versi Almas’udi, sebutan Mu’tazilah berasal dari pendapat mereka yang mengatakn bahwa orang
yang membuat dosa besar bukan mukmin,juga bukan kafir,tetapi mengambil posisi diantara
keduanya (Al-manzilah bainal manzilatain). Jadi menurut versi ini kemu’tazilahan itu mula-mula
menjadi sifat orang yang berbuat dosa besar kemudian menjadi sifat atau nama golongan yang
berpendapat tentang posisi orang yang berdosa besar. Golongan yang berpendapat itu di sebut
Mu’tazilah karena mereka membuat orang yang berbuat dosa besar jauh dari golongan mukmin
dan kafir.
2. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu hari Qatadah Ibnu Da’amah masuk kemesjid basrah
dan duduk pada majlis Amr bin Ubaid yang disangkanya majlis hasan Basri. Setelah menyadari
bahwa ia salah masuk, ia berdiri dan meninggalkan tempat itu sambil berkata,”ini kamu
Mu’tazilah”.Sejak itu mereka di sebut kaum Mu’tazilah.3
3. 3Menurut Ahmad Amin, sebutan Mu’tazilah sudah ada kurang lebih 100 tahun sebelum terjadinya
perselisihan pendapat Wasil bin Atha dengan Hasan Basri di masjid basrah. Golongan yang
disebut Mu’tazilah pada waktu itu adalah mereka yang tidak ikut melibatkan diri dalam
pertikaian. Golongan yang tidak ikut pertikaian itu mengatan,”Kebenaran tidak mesti berada pada
salah satu pihak yang bertikai, melainkan kedua-duanya bisa salah, sekurang-kurangnya tidak
jelas siapa yang benar. Sedangkan agama hanya memerintahkan memerangi orang-orang yang
menyeleweng. kalau kedua golongan menyeleweng, maka kami harus menjauhkan diri (I’tazalna).

Demikianlah beberapa versi tentang asalusul sebutan Mu’tazilah. Sebenarnya kaum Mu’tazilah itu
sendiri tidak senang dengan sebutan itu, karena sebutan itu agaknya bersifat merendahkan dan
ejekan oleh lawan-lawannya. Akan tetapi karena sebutan itu sudah terlanjur sering disebu-sebut,
maka mereka berusaha mencari alasan-alasan yang menunjukan bahwa sebuat Mu’tazilah itu
adalah sebutan yang baik. Dalam bukunya “ Almunayat wal amal” Ahmad Bin Al-murtadha
menulis, bahwa aliran M’tazilah itu sendiri yang memberikan nama tersebut untuk dirinya, dan
mereka tidak menyalahi ijma, bahwa memakai apa yang telah di ijmakan pada masa pertama
islam. Kalau mereka menjauhi sesuatu, maka pendapatpendapat yang baru dan Bid’ah-bid’ah
itulah yang mereka jauhi. Kemudian sebutan Mu’tazilah itu disandarkan pada ayat Al-Qur’an
Antara lain :3
Surat Al-Mujammil ayat 10: “dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah
mereka dengan cara yang baik.”

A. Tokoh-Tokoh Aliran Mu'tazilah


1. Wasil bin Atha (80 – 131 H)
Wasil bin Atha Al-Ghazal adalah pendiri Aliran Mu’tazilah, sekaligus sebagi pemimpinnya yang
pertama.ia pula yang terkenal sebagai orang yang meletakan prinsip pemikiran Mu’tazilah yang
rasional.
2. Al-Allaf (135 – 235 H)
Nama lengkapnya adalah abdul Huzzail Muhammad bin Al-Huzzail Al-Allaf. Ia sebagai pemimpin
Mu’tazilah kedua di Basrah. Ia banyak mempelajari Filsafat Yunani. Pengetahuannya tentang Filsafat
memudahkan baginya untuk menyusun dasar-dasar ajaran Mu’tazilah secara teratur. Pengetahuannya
tentang logika, membuat dia menjadi ahli debat. Lawan-lawannya dari golongan Zindiq (orang yang
pura-pura masuk Islam), dari kalangan majusyi, Zoroaster, dan4ateis tak mampu membantah
argumentasinya. Menurut riwayat 3000 orang masuk isalam di tangannya. Puncak kebesarannya
dicapai pada masa Khalifah Al-Ma’mun karena Khalifah ini pernah menjadi muridnnya.
3. Bisyir bin Al-Mu’tammir (Wafat 226 H)
Ia adalah pemimpin aliran Mu’tazilah di Baghdad.Ia adalah seorang tokoh aliran ini yang
membahas konsep “tawallud” yaitu batas-batas pertanggung jawaban manusia atas perbuatannya.
Bisyir mempunyai murid-murid yang besar pengaruhnya dalam penyebaran paham Mu’tazilah,
khususnya di Baghdad.
4. An-Nazzham (185 - 221 H)
Nama sebenarnya adalah Ibrahim bin Sayyar bin Hani An-Nazzham.Ia adalah murid Abdul Huzail Al-
Allaf. Ia juga banyak bergaul dengan para Filosof. Pendapatnya banyak berbeda dengan aliran
Mu’tazilah lainnya.AnNazzham memiliki ketajaman berpikir yang luar biasa, antara lain tentang
metode keraguan dan metode empiraka (percobaan-percobaan) yang merupakan cikal bakal
pembaharuan di Eropa.
5. Al-jubbai (wafat 303 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Muhammad bin Ali Al-Jubbai. Sebutan Al-Jubbai dari nama tempat
kelahirannya, yaitu satu temapt bernama Jubba, di Iran. Al-Jubbai adalah guru Imam Al-Asy’ari,tokoh
utama aliran Ahlusunnah. Ketika Al-4Asy’ari keluar dari barisan Mu’tazilah dan menyerang
pendapatnya, ia membalas Tafsiran Al-Qur’an banyak di ambil oleh Az-Zamahsyari. AlJubba’I dan
anaknya yaitu Abu Hasyim Al-Jubba’I mencerminkan akhir masa kejayaan aliran Mu’tazilah.
6. Al-khayyat (wafat 300 H)
Abu Husain Al-Khayyat termasuk tokoh Mu’tazilah Baghdad. Bukunya yang berjudul “Al-Intisar"
berisi tentang pembeelaan aliran Mu’tazilah dari serangan Ibnu Ar-Rawandi. Ia hidup pada masa
kemunduran aliran Mu’tazilah.
7. Al-Qadhi Abdul Jabbar (wafat 1024)
Ia diangkat menjadi kepala hakim oleh Ibnu Abad. Diantara karyanya yang besar adalah ulasan
tentang pokok-pokok ajaran Mu’tazilah.Al-Qadhi Abdul Jabar termasuk tokoh yang hidup pada masa
kemunduran aliran Mu’tazilah, namun ia mampu berprestasi baik dalam bidang ilmu maupun dalam
jabatan kenegaraan.
8. Az-Zamahsyari (467 – 538 H)
Nama lengkapnya adalah Jarullah Abdul Qasim Muhmmad bin Umar.Ia dilahirkan di Desa Zamaksyar
,Iran. Ia terkenal sebagai tokoh dalam ilmu tafsir, nahwu dan paramasastra. Dalam Karangannya ia
dengan terang-terangan menonjolkan paham Mu’tazilah, misalanya dalam kitab Tafsiran” Al-Kassyaf
“ Ia4berusaha menafsirkan ayat-ayat alQur’an bedasarkan ajaran-ajaran Mu’tazilah, terutama lima
prisip ajarannya.
B. AJARAN-AJARAN POKOK ALIRAN MU’TAZILAH
4Ada lima ajaran pokok yang menjadi prinsip utama aliran Mu’tazilah. Kelima ajaran pokok tersebut
adalah :
1. At-Tauhid (Kemaha Esaan Allah)
Ajaran yang paling penting dari kaum Mu’tazilah adalah At-Tauhid atau ke-Maha Esaan
Allah.Bagi mereka, Allah baru dapat dikatakan Maha Esa jika ia merupakan zat yang usik, tidak
ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Oleh karena itu,Kaum Mu’tazilah menolak paham
Antropomorphisme,yaitu paham yang menggambarkan Tuhan menyerupai makhluk-Nya. Mereka
juga menolak paham Beatific Vision, yaitu pandangan bahwa tuhan dapat dilihat oleh
manusia.Satu-satunya Sifat Tuhan yang betul-betul tidak mungkin ada pada makhluk-Nya adalah
sifat Qadim. Paha mini mendorong kaum Mu’tazilah untuk meniadakan sifat-sifat Tuhan yang
mempunyai wujud sendiri di luar dzat Tuhan. Menurut paham ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak
diberi sifat-sifat. Tuhan bagi kaum Mu’tazilah tetap Maha Tahu, Maha Kuasa, Maha Hidup, Mari
Dzat Tuhan5dengan kata lain, sifat-sifat itu merupakan esensi Dzat Tuhan.Bagi Mu’tazilah pahm
ini mereka muculkan karena keinginan untuk memelihara kemurnian ke-Maha esaan Tuhan.
2. Al-Adl (Keadilan)
Bagi Mu’tazilah paham ini mereka munculkan karena ingin mensucika perbuatan Tuhan dari
persamaannya dengan perbuatan makhluk. Hanya tuhan yang berbuat adil seadil-adilnya.Tuhan tidak
mungkin berbuat zalim. Dalam menafsirkan keadilan mereka mengatakan bahwa “Tuhan tidak
menghendaki keburukan dan tidak menciptakan perbuatan manusia.Manusia bisa mengerjakan sendiri
segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya dengan kekuasaan (kodrat) yang
dijadikan oleh Tuhan pada diri mereka. Ia hannya memerintahkan apa yang dikehendaki-nya. Ia
menghendaki kebaikan-kebaikan yang Ia perintahkan dan tidak campur tangan dalam keburukan-
keburukan yang dilarang”.
3. Al-Wa’d wal al-Wa’id (janji dan ancaman)
Kaum Mu’tazilah yakin bahwa tuhan pasti akan memberikan pahala dan akan menjatuhkan siksa
kepada manusia di Akhirat kelak. Bagi mereka Tuhan tidak dikatakan adil jika Ia tidak member
pahala kepada orang yang berbuat baik dan tidak menghukum orang jahat. Keadilan meghendaki
supaya orang bersalah diberi hukuman berupa neraka dan orang yang berbuat baik diberi hadiah
berupa surga sebagaimana dijanjikan Tuhan.
4. Al-Manzilah bainal Manzilatain (Posisi di antara dua posisi)
Prinsip keempat ini juga erat kaitannya dengan prinsip keadilan Tuhan.Pembuatan dosa besar
bukanlah kafir, karena mereka masih percaya kepada Allah dan Rosul-Nya, tetapi mereka bukan
pula Mukmin, karena iman meeka tidak lagi sempurna. Penempatan ini bagi kaum Mu’tazilah
berkaitan dengan pahaPrinsip keempat ini juga erat kaitannya dengan prinsip keadilan
Tuhan.Pembuatan dosa besar bukanlah kafir, karena mereka masih percaya kepada Allah dan
Rosul-Nya, tetapi mereka bukan pula Mukmin, karena iman meeka tidak lagi sempurna.
Penempatan ini bagi kaum Mu’tazilah berkaitan dengan paham Mu’tazilah tentang iman. Iman
bagi mereka bukan hanya pengakuan dan ucapan tetapi juga perbuatan. Dengan demikian
pembuat dosa besar tidak beriman,tidak juga kafir seperti disebut terdahulu.
5. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat buruk)
Mengenai hal ini kaum Mu’tazilah berpendapat sama dengan pendapat golongan-golongan umat Is;am
lainnya. Kalaupun ada perbedaan hanya dari segi pelaksanaannya, apakah seruan untuk berbuat baik
dan larangan berbuat buruk itu dilakukan dengan lunak atau dengan kekerasan.
BAB III
KESIMPULAN
Mu’tazilah berasal dari kata “I’tizal” yang artinya memisahkan diri. Mu’tazilah adalah salah satu
aliran pemikiran dalam islam yang banyak terpengaruh dengan filsafat barat sehingga
berkecenderungan menggunakan rasio sebagai dasar argumentasi. Aliran Mu’tazilah mucul kira-
kira pada permulaan abad pertama Hijriyah, di6kota Basrah ( Irak). Menurut Almas’udi,sebutan
Mu’tazilah berasal dari pendapat mereka yang mengatakan bahwa orang yang berbuat dosa besar
bukan mukmin,juga bukan kafir,tetapi mengambil posisi diantara keduanya (Almanzilah bainal
manzilatain). Sedangkan Menurut Ahmad Amin,sebutan Mu’tazilah sudah ada kurang lebih 100
tahun sebelum terjadinya perselisihan pendapat antara Wasil bin Atha dengan Hasan Basri di
mesjid Basrah. . Golongan yang disebut Mu’tazilah pada waktu itu adalah mereka yang tidak
ikut melibatkan diri dalam pertikaian. Golongan yang tidak ikut pertikaian itu
mengatan,”Kebenaran tidak mesti berada pada salah satu pihak yang bertikai, melainkan kedua-
duanya bisa salah, sekurang-kurangnya tidak jelas siapa yang benar.Sedangkan agama hanya
memerintahkan memerangi orang-orang yang menyeleweng. kalau kedua golongan
menyeleweng, maka kami harus menjauhkan diri (I’tazalna). Ajaran-Ajaran pokok Aliran
Mu’tazilah adalah: At-Tauhid (Kemaha Esaan Allah), Al-Adl (Keadilan), Al-Wa’d wal al-Wa’id
(Posisi diantara dua posisi), Al-Manzilah bainal Manzilatain (Posisi diantara dua posisi), Amar
Ma’ruf Nahi Munkar (Menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat buruk)

6Daftar Pusaka

Jamrah, SA. 2015.STUDI ILMU KALAM. Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP Nasution H.


1986. TEOLOGI ISLAM. Aliran-alira, sejarah Analisa Prbandingan. Vol Xv+155 hal. Hal 56.
6
6
6
6
6
7
7
7
7
7
7

Anda mungkin juga menyukai