Anda di halaman 1dari 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kesehatan Reproduksi Remaja


Sub Pokok Bahasan : Pentingnya pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
Sasaran : Remaja sekolah
Waktu : 09.00 s/d Selesai
Tanggal : 15 Desember 2020
Tempat : SMPN 4 MAJENANG
Penyuluh : Winarni, A.Md.Keb

I. Tujuan Instruksional

1. Umum

Setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi pada


remaja, diharapkan remaja tahu tentang kesehtan reproduksi.
2. Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit asma pada keluarga
selama 45 menit, diharapkan keluarga mampu :
a. Memahami kesehatan reproduksi
b. Mengetahui perubahan-perubahan pada remaja
c. Mengetahui Alat reproduksi yang ada pada pria maupun wanita
d. Mengetahui fungsi alat reproduksi
e. Cara m enjaga a lat k elamin
f. Seks d an k ehamilan pada remaja

I. Metode Pelaksanaan
Ceramah, dan Tanya Jawab

II. Media dan Alat

 Lembar Balik, OHP

III. Strategi Acara


IV. Metode
Ceramah, Tanya Jawab
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

A. Pengertian
Kesehatan reproduksi pada remaja adalah kondisi kesehatan pada remaja khususnya
menyangkut masalah kesehatan reproduksi manusia yang kesiapanya sudah dimulai sejak
masa remaja ditandai dengan haid pertama pada remaja perempuan dan mimpi basah
untuk laki-laki. Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai
perubahan fisik, emosi, psikis. Masa remaja, yaitu usia 10-19 tahun, merupakan masa yang
khusus dan penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi Masa remaja
merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa.
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologik) secara cepat, yang
tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional). Perubahan yang
cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya. Karena itu
mereka memerlukan pengertian, bimbingan, dan dukungan lingkungan di sekitarnya,
agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani,
maupun mental dan psikososial.
Dalam lingkungan soaial tertentu, masa remaja bagi pria merupakan saat
diperolehnya kebebasan, sementara untuk remaja wanita merupakan saat mulainya
segala bentuk pembatasan. Pada masa yang lalu, anak gadis mulai dipingit ketika
mereka mulai mengalami haid. Walaupun dewasa ini praktek seperti itu telah jarang
ditemukan, namun perlakuan terhadap remaja pria dan wanita masih sering berbeda,
yang menempatkan remaja puteri dalam posisi yang dirugikan. Kesetaraan perlakuan
terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan
reproduksi remaja, agar masalahnya dapat tertangani secara tuntas.
Definisi Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan
dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah
menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika
usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri),
maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.
Yang dimaksud dengan Reproduksi Secara sederhana reproduksi berasal dari
kata re = kembali dan  produksi  = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi
mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan
demi kelestarian hidup. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Ada beragam
pendapat mengenai pengadaan pendidikan kesehatan reproduksi ditingkat sekolah
menengah. Ada yang pro dan ada juga yang kontra. Selama ini, informasi mengenai
reproduksi hanya diperoleh pada mata pelajaran biologi dikelas XI IPA, sedangkan
kelas IPS tidak ada kurikulum mengenai hal tersebut. Dikelas IPA  pun sebatas pada
penjabaran organ dan fungsi reproduksi. Jika guru masih menganggap seks tabu,
informasi mengenai seksualitas dan resikonya umumnya urung disampaikan. Secara
umum ada tiga institusi yang akan mempengaruhi pribadi dan tingkah laku seorang
anak yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Tiga institusi ini tidak bisa dipisahkan satu-sama lainnya dalam
mempengaruhi kepribadian maupun  perilaku seseorang, termasuk dalam perilaku
seksual. 80% remaja membicarakan masalah seksual dengan teman, sehingga untuk
menghindari miskomunikasi informasi diperlukan cara yang lebih efektif agar
informasi yang diterima benar. Informasi dari orangtua pun ternyata kurang
membantu karena hanya 8% remaja yang merasa nyaman bicara masalah seks
dengan orangtua, meskipun pola ini cenderung berubah dikota-kota besar. Dengan
demikian, agar pemahaman remaja tentang seksualitas maupun reproduksi yang
sehat itu benar, maka peran sekolah sangat penting dan strategis.
Pencerdasan mengenai kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual disekolah
menengah dilakukan melalui seminar atau diskusi panel yang diupayakan oleh pihak
sekolah dengan mengundang pembicara dari luar sekolah, seperti dari LSM.
Alangkah baiknya bila diknas membuat dan mewajibkan sekolah memasukkan
kurikulum kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual, tidak terbatas hanya pada
kelas IPA, tetapi kelas IPS, bahasa, dan SMK/STM/MA.
Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja harus segera ada,
mengingat para siswa sekolah menengah tidak sampai 5 tahun akan atau telah menjadi
dewasa. Sehingga informasi yang mereka dapatkan harus valid. Ini dimaksudkan
remaja tidak salah persepsi dan tidak berperilaku asusila hingga merugikan diri
sendiri dan orang lain, khususnya ditinjau dari segi kesehatan. Selain itu, ini juga
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap,
dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, serta
meningkatkan derajat reproduksinya. Dengan mengetahui informasi yang benar
dan resiko-resikonya, diharapkan para remaja bisa lebih bertanggung jawab
terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Harapan jangka panjang, angka
kejadian seks pranikah, infeksi menular akibat berhubungan seksual, dan kematian
akibat KTD dapat menurun drastis sehingga terbentuk manusia- manusia Indonesia
yang lebih berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai