Anda di halaman 1dari 14

CA CERVIKS

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Paliatif

Dosen pembimbing :
Wahyu Nur Pratiwi, S. Kep., Ns., M.Kes

NAMA KELOMPOK :

1. Erlangga Alviza Firdaus (10217021)


2. Eva Purnama Sari (10217023)
3. Fanesa Kusumastini Dea Sasmita (10217024)
4. Firman Teguh Wijayanto (10217027)
5. Sindy Maulanisa Varameswari (10217054)
6. Sukma Putri Sholikah (10217059)

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
KEDIRI
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Ca Cerviks” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
paliatif. Selain itu, makalah ini disusun untuk memperluas ilmu tentang “Ca
Cerviks”.
Kami mengakui masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini
karena pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki masih kurang. Oleh karena
itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan tentang ca cerviks.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ca Cerviks..................................................................................................3
2.2 Etiologi Ca Cerviks..................................................................................................3
2.3 Patofisiologi Ca Cerviks...........................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis ca cerviks....................................................................................6
2.5 Penatalaksanaan Ca Cerviks.....................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Penunjang Ca Cerviks.........................................................................8
2.7 WOC Ca Cerviks....................................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................13
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................30

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu
penyakit yang paling banyak terjadi bagi wanita. Kanker Serviks sering juga
disebut dengan kanker mulut rahim. Kanker Serviks merupakan penyakit
kanker kedua terbanyak yang dialami oleh wanita di seluruh dunia.
Pada tahun 2014, WHO menyatakan bahwa kanker serviks menempati
urutan ke 4 penyebab kanker namun pada umumnya di usia 54 – 44 tahun
kanker serviks masih menempati urutan ke 2 dengan angka kejadian 528.000
kasus baru dan angka kematian mencapai 266.000 jiwa. Afrika Timur,
Indonesia, Malaysia dan Afrika Selatan menjadi Negara dengan factor resiko
tertinggi di dunia. Kejadian kanker serviks di Indonesia menempati urutan ke
2 setelah kanker payudara, yaitu sebesar 20.928 kasus dan 9.928 angka
kematian. Insiden kejadian kanker serviks di Indonesia adalah < 19, 92 % per
100.000 wanita per tahun.
Keluhan utama yang paling sering diutarakan oleh penderita adalah
nyeri dalam perjalanan penyakitnya dan merupakan alasan paling umum untuk
mencari dan mendapatkan bantuan medis, 45-100 % penderita mengalami
nyeri yang sedang hingga nyeri berat. Keluhan nyeri banyak dijumpai pada
pasien-pasien kanker.
Perawat sebagai komponen tim kesehatan yang berperan penting
untuk mengatasi nyeri pasien. Perawat berkolaborasi dengan dokter ketika
melakukan intervensi untuk mengatasi nyeri, mengevaluasi keefektifan obat
dan berperan sebagai advocate pasien ketika intervensi untuk mengatasi nyeri
menjadi tidak efektif atau ketika pasien tidak dapat berfungsi secara adekuat.
Mendengarkan dengan penuh perhatian, mengkaji intensitas nyeri dan distress,
merencanakan perawatan, memberikan edukasi tentang nyeri, meningkatkan
penggunaan tekniknon-farmakologi dan mengevaluasi hasil yang dicapai
adalah tanggung jawab perawat

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari ca cerviks?
1.2.2 Apa etiologi dari ca cerviks?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari ca cerviks?
1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis dari ca cerviks?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan dari ca cerviks?
1.2.6 Apa pemeriksaan penunjang dari ca cerviks?
1.2.7 Bagaimana WOC dari ca cerviks?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari ca cerviks
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari ca cerviks
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari ca cerviks
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ca cerviks
1.3.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari ca cerviks
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari ca cerviks
1.3.7 Untuk mengetahui WOC dari ca cerviks

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ca Cerviks


Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu
keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian
terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina
(Depkes RI, 2018).
Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada leher
rahim, merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita. Kanker
serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal di sekitarnya (Lynda, 2015)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
Rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina.( Diananda,Rama, 2014 )

2.2 Etiologi Ca Cerviks


a. Infeksi virus
Infeksi HPV (Human papiloma virus) yang beresiko tinggi
menyebabkan kanker leher rahim yang ditularkan melalui hubungan
seksual (sexually transmitted disease). Perempuan biasanya terinfeksi
virus ini saat usia belasan tahun, sampai tiga puluhan, walaupun kankernya
sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus HPV yang
berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16, 18, 45, 56 dimana HPV tipe
16 dan 18 ditemukan pada sekitar 70% kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat
mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel
derajat tinggi (high-grade intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan
lesi.
b. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi
kemampuan tubuh unutk melawan infeksi HPV pada servik.

3
c. Umur
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
d. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
e. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-
ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers
serviks ini.
f. Tidak melakukan pap smear secara rutin

(Yatim, faisal 2014)

Klasifikasi Kanker Servik

Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke
korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak
dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor
tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi
pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3
bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai
dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum
sampai dinding panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang
parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding

4
panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan
daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau
telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika
urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh
belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.

(Ilmu Kandungan Sarwono, 2015)

2.3 Patofisiologi Ca Cerviks


Cerviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio)
dan endoserviks kanalisis serviks yang dibuat sebagai squamo-columnar
junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ ini berada diluar OUE, sedang pada
wanita berumur >35 th, SCJ berada didalam kanalis servikalis pada awal
perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda dan keluhan ada
pemeriksaan dengan speculum, tampak parsio yang erosive (metaplasia
skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh sebagai
berikut:
a. Eksofitik, mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
b. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
c. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks
dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel
serviks epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses
metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses
metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel

5
skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan
antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. (Rahmawan, 2014).
Daerah di antara kedua SSK (Sel skuamosa karsinoma) ini disebut
daerah transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat
mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat
menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di
daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan
secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV)
memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang
mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan
karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang
menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.
(Rahmawan, 2014).
Kanker insitu pada servik adalah keadaan dimana sel neoplastik
terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan
neoplasia servik intraephitelia (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu
tingkat I ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik
untuk kanker servik pendarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata,
tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedang kan tahap awal
tidak. (pince, sylvia A, 2014).

2.4 Manifestasi Klinis ca cerviks


a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik (karsinoma
insitu dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik
bahkan sering tidak dijumpai gejala. Awalnya, keluar cairan mukus yang
encer, keputihan seperti krem tidak gatal,kemudian menjadi merah muda
lalu kecoklatan dan sangat berbau bahkan sampai dapat tercium oleh seisi

6
rumah penderita. Bau ini timbul karena ada jaringan nekrosis (Aziz
M.F.,Saifuddin A.B., 2010).

b. Ada perdarahan tidak normal.


Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah perdarahan di luar
siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama makin banyak
atau perdarahan terjadi di antara 2 masa haid.Perdarahan terjadi akibat
terbukanya pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret berbau
busuk,bila perdarahan berlanjut lama dan semakin sering akan
menyebabkan penderita menjadi sangat anemis dan dan dapat terjadi
shock, dijumpai pada penderita kanker serviks stadium lanjut (Aziz M.F.
dan Saifuddin A.B.2010).
c. Perdarahan yang dialami segera setelah berhubungan ( 75% - 80% ).
Keluhan ini sering dijumpai pada awal stadium invasif, biasanya
timbul perdarahan setelah berhubungan. Hal ini terjadi akibat trauma pada
permukaan serviks yang telah mengalami lesi (Rasjidi Imam, 2010).
d. Nyeri dibagian daerah panggul
Rasa nyeri ini dirasakan di bawah perut bagian bawah sekitar panggul
yang biasanya unilateral yang terasa menjalar ke paha dan ke seluruh
panggul. Nyeri bersifat progresif sering dimulai dengan “Low Back Pain”
di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah, gangguan miksi
dan berat badan semakin lama semakin menurun khususnya pada penderita
stadium lanjut.bila kanker sudah berada pada stadium 3, maka akan
mengalami pembengkakan dibagian tubuh seperti, betis, paha, tangan dan
sebagiannya ( Rama Diananda, 2009 )

2.5 Penatalaksanaan Ca Cerviks


Penatalaksanaan pada klien kanker serviks, tergantung pada stadium
yang dibagi menjadi tiga cara yaitu: histerektomi, radiasi dan kemoterapi.
Klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium
kanker serviks :
a. Stadium 0: konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut
dengan basis pada partio, untuk tujuan diagnostik/terapeutik).

7
b. Stadium IA: simple histerektomi (histerektomi total).
c. Stadium IB dan IIA: histerektomi dan chemoterapi
d. Stadium IV: Radiasi paliatif

2.6 Pemeriksaan Penunjang Ca Cerviks


a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear.
Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test
ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang
abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher
rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
mikroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah
metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks dikumpulkan
dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir
serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan
meningkatkan sensitivitas.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker
serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan
pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Penanganan kanker serviks
dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran histopatologimnya.
Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun mencapai 90%.
b. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang
digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan
bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-
lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-lesi
tersebut.
c. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes
sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non
dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya
sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam

8
asetat, akan tampak  bercak-bercak  putih pada permukaan serviks yang
tidak normal.

d. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan
lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide
(servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif
atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK
tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram
tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%.
Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi. Kombinasi
servikografi dan kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas
masing-masing 83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan
99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat
di-gunakan sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di
daerah di mana tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi
servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker
serviks.
e. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan
pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan
sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila
tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas
dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak
12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun 1994
membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada
sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%;
spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%; negative value 99,9%;
positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut
memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedis / bidan

9
untuk mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak
ada.

f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)


Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur
secara kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT
yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker
serviks adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human
Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml,
sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan
normal disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi
pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui
pemeriksaan darah dan urine.
g. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah
yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.( Dr RamaDiananda, 2009 )

10
11

Anda mungkin juga menyukai