v=ui8X0Rqg0Is
15 Puisi tentang Kekuasaan Politik | Karya Anwari WMK
21 Desember 2010 pukul 6:19
Pengantar:
Dari 71 puisi berdimensi filosofis yang ditulis selama tahun 2010, sebanyak 15 puisi di antaranya
berbicara tentang kekuasaan politik. Berikut disajikan secara bersama 15 puisi tersebut, dengan
disertai harapan semoga bermakna, dan semoga pula memberikan kontribusi terhadap upaya
merawat Bahasa Indonesia.
(1)
Puisi Karya
Anwari WMK
WAKTU
di sebuah negeri.
sebab
setiap napas
setiap sukma
lihat.
bandit, bromocorah
berbedak gincu di
di sebuah negeri.
sebab
pembesar negeri
genangan airmata
sebab
sekerat kemanusiaan
segumpal kerakyatan
ooh.....perih.
ooh.....
(2)
Puisi Karya
Anwari WMK
LELAKI HALILINTAR
berlarian di rembulan
darah kijang
tumpah ke bumi
berlarian di rembulan
arkeologi kemuliaan
menjawab:
tiba tiba
rembulan nestapa
lelaki halilintar
memanah kijang
meluluh leburkan
kosmologi terguncang
kehilangan busur,
tersengal
hingga kemudian
tersungkur
berkalang tanah
(3)
Puisi Karya
Anwari WMK
BURUNG HERING
seekor burung garuda
terkapar di pelataran
tersuruk nasib
garuda terlumatkan maut
burung burung hering
pemakan bangkai
bersembah sujud
untuk
terpahamkan
mencari lagi
dengan lirih
peradaban spiritual
ooh burung-burung
lantaran gagal
menemukan pemimpin
ooh burung-burung
kepada siapa?
menjawab:
sehingga
(4)
Puisi Karya
Anwari WMK
DAUN KERING
seperti kemarin kami hanya daun kering, dilepaskan pohon kehendak musim. saat melayang
menuju kejatuhan kami lenguh menangis lirih. usai itu, kami terhempas batu cadas pongah
permukaan bumi. kami hanya daun kering, tak mampu musyawarahkan nasib. kami hanya
menerima takdir, dilafal-maknakan tumbal pergantian musim.
jumlah kami berjibun, tumpah ruah kolom-kolom statistik, sekadar dicatat sebagai himpunan.
kami lalu diprosentase, siapa layak dapat raskin berbau apek, bantuan uang tunai serupa opium,
pelayanan kesehatan gratis penuh kepalsuan, berdesak pengap angkutan umum. kami masih daun
kering terus tercatat sekadar lembar ringkih daun kering. dan bila dipahamkan sampah, kami
musti siap lahir batin dibakar musnahkan panas api satpol pp.
kami kini disangatkan nasib terkapar sungkur hamparan tanah. tapi kami masih waras
menangkap segenap ucap kawanan fir’aun, bertahta di pucuk-pucuk pohon kekuasaan. gemuruh
pidato kaum fir’aun mengulang ucap statistik, perihal daun kering kian menyusut jumlah.
padahal kami populasi, kian berjibun berderet-deret.
wahai kaum fir’aun. hingga langit sore semburat jingga, kalian tak pernah paham perihal kami
para daun kering. tersuruk nasib terlempar jauh terhempas lepas pusaran gelap pojok-pojok
sejarah.
(5)
Puisi Karya
Anwari WMK
SALAM OMBAK
salam kalian
pantai selatan
gulungan-gulungan
ombak bertuliskan
pesan kemanusiaan
sementara kemanusiaan
ternistakan
mampu
memberi kalian
janji-janji emas
bahwa
bahwa
wahai ombak
maafkan
jika seusai kami hadir di sini
kekuasaan
masih terbelenggu
kemarau panjang
(6)
Puisi Karya
Anwari WMK
BUDAK
sebagai manusia
sekadar budak
kampung halaman
dirimu "Sumiati"
seorang majikan
hingga kemudian
sungai-sungai darah
terhampar di
sekujur tubuhmu
budak-majikan
terpilin perih
samudera derita
tiada tara.
hingga kemudian
sebuah gunting
memotong-motong bibirmu
seantero nusantara
menggemakan kidung
airmata
sungguh nestapa
pada samudera
penderitaan itu
setiap ombak
menghempas pantai
serupa cambuk
sangatkan perih
oh Sumiati
mimpi kemakmuran.
dirimu
kini,
berdoalah engkau
Sumiati
segera khatam
bab penutup
kitab kuasa
angkara murka
berdoalah
Sumiati
agar negerimu
tak mengejawantah
kaum budak
berpuak-puak budak
berdoalah engkau.
berdoalah....
2010
(7)
Puisi Karya
Anwari WMK
BUBUR CANDIL
bubur candil
kala kuhitung
harus kusantap
satu persatu
samangkok berenang di
tiba-tiba.
aku terperangah
mengapa duapuluh enam
anggota dpr
tersangka kpk
penerima suap
miranda s. goeltom
saat politik
bertarikh 2004
maka akhirnya,
kubayangkan saja
duapuluh enam
biji candil
ekuivalen
duapuluh enam
anggota dpr
mau kemana?
kusantap kalian
kusantap……
hahahaha….
akulah rakyat
akulah rakyat……..
jakarta, 2.11.2010
(8)
Puisi Karya
Anwari WMK
TANGIS KEKUASAAN
negeri ini
di bus-bus kota,
bernyani tentang,
sebagai tanda
sebab paham
tuan pemimpin”
(9)
Puisi Karya
Anwari WMK
indonesia.”
tamat indonesia”
kata rajawali:
oh tuhan
(10)
Puisi Karya
Anwari WMK
KALDERA AIRMATA
Perkampungan Kumuh
Tuan putri,
Tuan putri,
Tapi, tak ada makna keagungan negara di sini, tuan putri
Sekali waktu negara datang, tapi dengan wajah dasamaka, vampir dan
Drakula
masih.
(11)
Puisi Karya
Anwari WMK
PEKIK NYARING
oleh
bukankah
di bilik-bilik suara
bilik-bilik suara
tak ada
(12)
Puisi Karya
Anwari WMK
KUIL DEMOKRASI
bocah ingusan
kuil demokrasi
memakan bangkai
semestinya ……..
(13)
Puisi Karya
Anwari WMK
seorang yang
ditahbiskan pemimpin,
tegas jawabku
bersama pena.
kini, kuterpaku.
rembulan terkoyak
ribuan panah.
rembulan mendesah,
darah tertumpah
gerombolan bersorak,
darah rembulan.
melawan matahari
jadi cacing
keramaian kota
ya …….
Catatan:
Puisi ini ditulis sebagai refleksi dan sekaligus sebagai ekspresi protes terhadap tuntutan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) agar mendapatkan “dana aspirasi” sebesar Rp 1,5 per tahun per
anggota DPR.
(14)
Puisi Karya
Anwari WMK
PIDATOMU ITU
kepemimpinan nasional
engkau berpidato
di hadapan parlemen
menjelang
radio
televisi
koran
media online
pemberitaan untuk
sesobek hari
berkibar di mana-mana
pengemis gelandangan
kau berkata
ihwal
ihwal
ihwal
busa nirmakna
bangsa manusia
ledakan
tepuk tangan
dalam pidatomu
negeri ini
baiklah saudaraku
pidatomu itu
tapi maaf
(15)
Puisi Karya
Anwari WMK
SRIKANDI HITAM
dongengmu tentang
mengalir anggur-anggur
kau tahu.
bersama maskulinitas
gambar kelam
kelebat Srikandi hitam!
Catatan:
Puisi ini merupakan refleksi terhadap rekrutmen Andi Nurpati dalam struktur kepengurusan
Partai Demokrat. Padahal, Ibu Andi Nurpati masih aktif sebagai anggota Komisi Pemilihan
Umum (KPU).
PUISI-PUISI KH. MUSTOFA BISRI (GUS MUS)
Rabu, 12/02/2014 - 23:55 — SIHALOHOLISTICK
Lain-lain |
Koleksi |
Puisi |
KH. Mustofa Bisri |
Gus Mus
SURABAYA
SOAL
NEGERIKU
DI TAMAN PAHLAWAN
KELUHAN
1410
Tidak lain
Asmuni semua
Anak-anak Asmuni
Orang-orang Asmuni
Tuan Asmuni
Raden Asmuni
Bapak Asmuni
Kiai Asmuni
Politikus Asmuni
Pemikir Asmuni
Pembaru Asmuni
Asmuni
Sayang
Cuma satu
1988
Dengan permohonan maaf dari Asmuni Andiweky dari Group Lawak Srimulat
1987
MULA-MULA
1987
di karesidenan pati –
1987
ISTRIKU
Diapun mencintaiku
1987
GURUKU
Menghargai guru?
1987
ORANG PENTING
Kebijaksanaannya penting
1987
Dan mengembik
Baghdad (memang ditulis di Baghdad, tapi disebutkan di sini sambil bergaya), 27 November
1989
Merdeka!
Merdeka
Nyanyian kebebasan
Ohoi,
Ohoi,
Ohoi,
Ohoi,
Ohoi,
Ohoi,
Seniman boleh bersufi-sufi
Ohoi,
Merdeka?
1987
PILIHAN
Lihatlah kau sampai menyimpannya rapi jauh dari kegalauan dunia ini
1410/1989
1411
SUWUK SOLIBIN
Solibin solimat
Bimat busipat
Mendung bagianku
Garam bagianmu
Solibin solimat
Bimat busipat
Solibin solimat
Bimat busipat
Kaukemas keserakahan dalam amal kesalehan
Solibin solimat
Bimat busipat
Kau keparat!
1410
SUWUK MANIKCEMAR
sang manikcemar
nyawamu
runduk tunduk
merunduk
tunduk runduk
menunduk
merunduk
menunduk
tunduk
runduk
terbentuk!
tengkukmu pakubengkok
lututmu sikusiku
gagukaku
kakugagu
tak tidak
tak tak
gagukaku
kakugagu
kaku semua
gagu semua
yayaya
yayaya saja
1410
KEPADA PENYAIR
tak menentu
Brentilah bersembunyi
mengindah-indahkan cinta
membesar-besarkan rindu
Tengoklah kanan-kirimu
membabat segalanya
Bangunlah
Asahlah huruf-hurufmu
dengan mahacahyaNya
1414
MAJU TAK GENTAR
1993
PAHLAWAN
TIKUS
1414
Ayahnya berkata:
“Anakku,
Rengeknya didengarkan
Suaranya diperhitungkan
disebut pendekar.”
“O r a n g k e c i l ? ? ?
O r a n g b e s a r ! ! !”
1993
ANDAIKATA
andaikata kupunya
tak hanya
lengan lunglai
andaikata kupunya
tak hanya
pangkuan landai
andaikata kupunya
tak hanya
dada luka
andaikata kupunya
tak hanya
tangan kelu
andaikata kupunya
tak hanya
kata-kata dusta
penyeka airmata
andaikata kupunya
tak hanya
telinga renta
penampung derita
andaikata
kupunya
tak hanya
andaikata
1414
IBU
Ibu
sekian lama
Kaulah kawah
Kaulah bumi
membasahi dahagaku
di telapak kakimu
(Tuhan
Aku bersaksi
menyampaikan kasihsayangMu
kekasih-kekasihMu
Amin).
1414
Mustofa,
Mustofa,
Ramadlah adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu. Darimu hanya
untukNya dan Ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugerahkanNya
Mustofa,
untukNya.
Sucikan tubuhmu.
Berpuasalah.
Sucikan hatimu.
Sucikan pikiranmu.
Berpuasalah.
Suci
kan
dirimu.
Mustofa,
Perut yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu
Barangkali lebih sabar sedikit dari mata tangan kaki dan kelamin, lebih tahan
Puasakan kelaminmu
Puasakan tanganmu
Puasakan mulutmu
Puasakan wajahmu
Puasakan matamu
Puasakan telingamu
Puasakan rambutmu
Puasakan kepalamu
Puasakan kakkmu
Puasakan tubuhmu
Puasakan hatimu
Puasakan pikiranmu
Puasakan dirimu
Tidak.
Puasakan
hasratmu
hanya untuk
Hadlirat
Nya
Mustofa,
Ramadlan bulan suci katamu, kau menirukan ucapan Nabi atau kau telah
keserakahan ujub riya takabur dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari
comberan hatimu?
Mustofa,
Mustofa,
YA RASULALLAH
tentang islamku
ya rasulallah
tentang imanku
ya rasulallah
tentang ihsanku
ya rasulallah
ya rasulallah
ya rasulallah
ragaku berpuasa
ya rasulallah
ya rasulallah
ya rasulallah
percaya qadla-kadarnya
ya rasulallah
ya rasulallah
ya rasulallah
ya rasulallah
cahyamu
menghampirinya
1414
SAJAK CINTA
belum apa-apa
tuah tenungmu
huruf-huruf katamu
kata-kata maknamu
fayakun kunmu
k-a-u
mu
Rembang, 30.9.1995
NEGERIKU
Negeriku telah menguning
1415
DALAM TAHIAT
dalam tahiat
berhentilah sesaat
1415
Ya Allah ya Tuhanku
daripada amalku
daripada dosaku
Ya Allah ya Tuhanku
mencapai rahmatMu
Ya Arhamarrahimun!
1415
(Versi V)
Rasanya
Baru kemarin
Petinggi negeri
Rasanya
Baru kemarin
Rasanya
Baru kemarin
Menjadi penglipur
Sudah tergusur
Bagaimana rasanya
Merdeka?)
Rasanya
Baru kemarin
Merdeka
Rasanya
Baru kemarin
Merdeka
Sudahkah kalian
Benar-benar merdeka?)
Rasanya
Baru kemarin
Rasanya
Baru kemarin
Rasanya
Baru kemarin
Rasanya
Baru kemarin
konglomerat
Rasanya
Baru kemarin
Rasanya
Baru kemarin
Rasanya
Baru kemarin
Rasanya
Baru kemarin
Diri sendiri
Rasanya
Baru kemarin
Ternyata
Merdeka
(Ingin rasanya
Merdeka!)
11 Agustus 1995
K.H. A. Mustofa Bisri atau biasa dipanggil Gus Mus, lahir 10 Agustus 1944, putra dari KH. Bisri
Mustofa, ulama dari Rembang. Masa kecil dan remaja dihabiskan di lingkungan pesantren.
Tercatat pernah nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Krapyak Yogyakarta dan
Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang, kemudian melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar
Kairo. Saat ini, beliau menjadi pengasuh di Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang. Karya
tulisnya banyak tersebar di media massa dan dibukukan, mengupas masalah keislaman, politik,
sosial, budaya. Gus Mus telah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi, antara lain: (1).
Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem, (2). Tadarus, Antologi Puisi, (3). Mutiara-mutiara Benjol, (4).
Pahlawan dan Tikus, (5). Syair Asma’ul Husna (bahasa Jawa), (6). Rubaiyat Angin dan Rumput,
(7). Wekwekwek.